Anda di halaman 1dari 2

2. Objek Psikologi Ilmu adalah kumpulan pengetahuan.

Namun, tidak dapat dibalik bahwa kumpulan pengetahuan itu adalah ilmu. Kumpulan pengetahuan dapat disebut ilmu apabila memiliki syaratsyarat tertntu. Syarat-syarat yang dimaksud adalah objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari, atau diselidiki ( Sastropoetro, 1987:117; Mudhofir, 1996;6 ), atau suatu unsur yang ditentukan ( Sunarjo, 1991:40 ), atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran ( gegenstand ). Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret ( misalnya kerohanian, nilai-nilai, ide-ide ). Gerungan (1987:42 ) merinci objek material pada fakta-fakta, gejala-gejala, atau pokok-pokok yang nyata dipelajari dan diselidiki oleh ilmu pengetahuan. Objek formal adalah cara memandang, meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakan. Jadi,sudut dari mana objek marterial itu disoroti disebut objek formal (Poedjawijatna, 1991:41). Dengan demikian, kita bisa menyimpulkan bahwa objek formallah yang membedakan antara ilmu yang satu dan ilmu lain. Dari uraian diatas, jelas bahwa suatu objek formal dipunyai oleh satu bidang ilmu saja. Artinya, tidak mungkin ada dua atau lebih ilmu pengetahuan yang mempunyai objek formal yang sama. Objek formal suatu ilmu dapat dilihat dari batasan atau definisi ilmu tersebut. Dengan kata lain, objek formal suatu ilmu adalah definisi dari ilmu itu. Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri, apabila dihubungkan dengan syarat-syarat untuk bisa disebut ilmu, dapat memenuhi syarat pertama, yaitu psikologi mempunyai objek tertentu. Psikologi mempunyai objek material, yaitu manusia; dan objek formal atau sudut pandang keilmuannya, yaitu dari segi tingkah laku manusia. Objek tersebut bersifat empiris. Lantas, adakah syarat-syarat untuk mempelajari psikologi itu? Memang, supaya orang bisa mamapelajari psikologi dengan baik,dibutuhkan syarat-syarat sebagai berikut (Dahler, 1983:7) : (1) Daya abservasi, yaitu kemampuan untuk mengetahui keadaan dan perasaan orang lain. Misalnya, seseorang bisa melihat tanda-tanda kesedihan, kegembiraan ,kebosanan pada orang lain meskipun hal itu tidak begitu kentara. (2) Daya empati,yaitu kemampuan untuk menghayati perasaan orang lain. Misalnya, bisa ikut merasakan ( tidak sekedar menyaksikan ) kesedihan, atau keputusan orang lain. (3) Daya introspeksi, yaitu kemampuan merenungkan diri sendiri, kelemahan,keunggulan, keraguan, keinginan, dan lain-lain. (4) Daya berdialog, yaitu kemamapuan untuk bertukar pikiran dangan tujuan mamahami pihak lain. Misalnya, dengan mendengarkan dulu pendapat orang lain, menanggapinya dengan tenang , dan mengutarakan pendapat pribadinya sejujur mungkin.

Anda mungkin juga menyukai