Anda di halaman 1dari 10

KRITISI JURNAL

COMMUNICATION SKILLS OF NURSES IN PALLIATIVE CARE


Communication In Nursing

Di susun Oleh : 1. 2. 3. 4. Ratih Kumalasari Nadifatus Susana Istiqomah Nur Khosiyah (115070201111034) (115070213111002) (115070201111030) (115070201111032)

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

KRITISI JURNAL

Judul jurnal : Communication Skills of Nurses in Palliative Care Penulis : Pam Malloy, MN, RN, OCN, FPCN Rose Virani, MHA, RNC, OCN, FPCN Kathe Kelly, BSN, RN, OCN Carla Munvar, MD Tahun : 2010

1. Topik/masalah penelitian keperawatan dalam jurnal Topik yang dibahas dalam jurnal ini adalah kemampuan komunikasi perawat. Komunikasi dalam praktik keperawatan itu tidak sederhana, terjadi secara alami. Kemampuan komunikasi merupakan hal yang terpenting dalam pemberian perawatan paliatif yang efektif. Komunikasi merupakan

kemampuan vital perawat sebagaimana mereka merupakan professional disamping klien setelah berita buruk disampaikan. Perawat juga merupakan seseorang yang selalu ada disamping klien. Di dalam praktik perawatan paliatif, ada beberapa macam komunikasi yang memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Tingkat kesulitan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman kerja/lama bekerja perawat dan juga kasus yang dihadapi. Perawat yang memiliki pengalaman bekerja yang lebih sedikit akan merasa lebih kesulitan dalam berkomunikasi dengan klien dibandingkan dengan perawat yang pengalaman bekerjanya sudah banyak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam berkomunikasi dengan klien dalam berbagai berbagai kasus komunikasi. Sehingga untuk kedepannya bisa memperbaiki kualitas perawat dalam melaksanakan perawatan paliatif.

2. Analisis Hasil Penelitian dalam jurnal a. Metode : (Survei Kuantitatif) Survei diujikan pada 333 RNs yang mengikuti pelatihan ELNEC (End-of-Life Nursing Education Consortium). Survei tersebut terdiri dari 11 materi yang isinya tentang masalahmasalah pada perawatan paliatif dan komunikasi keperawatan yang sering ditemui dalam praktik keperawatan. Penilaian terhadap materi-materi menggunakan skala dari 0 (tidak sulit) sampai 10 (paling sulit). Selain itu, partisipan juga diberikan kesempatan untuk memberikan dua pertanyaan yang bisa memberikan contoh pengalaman berkomunikasi, baik yang positif atau negatif. b. Partisipan : 333 RNs yang mengikuti program pelatihan ELNEC. Terbagi dalam dua jenis kelompok berdasarkan pengalaman bekerja dan spesialisasi pelatihan yang dihadiri, yaitu : Pediatrik (34 perawat), Geriatrik (90 perawat), Perawatan Kritis (47 perawat) , serta pada Pelatihan Inti (162 perawat). Sedangkan pengelompokan berdasarkan pengalaman bekerja perawat pada kisaran 2 - >30 tahun.

c. Hasil penelitian :

1. Bila dihitung nilai rata-ratanya, hampir ke empat kelompok yang menghadiri pelatihan ELNEC (Pediatrik, Geriatrik, Perawatan Kritis, dan Pelatihan Inti) menyatakan kesulitan pada empat poin pertanyaan, yaitu : Komunikasi dengan pasien dan keluarga dengan budaya berbeda (4,07) ; Berbicara dengan pasien yang baru menerima kabar buruk (3,71) ; Berbicara dengan dokter tentang masalah perawatan paliatif (3,67) ; dan berbicara dengan pasien dan keluarga tentang perhatian spiritual (3,61).

No

Kesulitan Berinteraksi

Inti

Perawatan Kritis

Pediatrik

Geriatrik

Total

Berbicara dengan pasien yang baru menerima 3.52 kabar buruk

3.00

4.22

4.10

3.71

Berbicara dengan anggota keluarga tentang 3.13 penyakit serius dari pasien

2.40

3.22

2.55

2.83

Berbicara dengan pasien dan keluarga tentang 3.53 perhatian spiritual

2.98

4.25

3.69

3.61

Mendiskusikan

keputusan

seperti

perintah 3.11

2.51

3.87

2.90

3.10

lanjutan, perintah DNR, tabung makanan, dll 5 Mempertahankan ketenangan dan mendengarkan 2.65 perasaan kesulitan dari pasien/keluarga 6 Berbicara dengan dokter tentang masalah 3.49 3.23 3.84 4.12 3.67 2.02 2.85 2.83 2.59

perawatan paliatif 7 Berbicara dengan sesama perawat tentang 1.87 1.55 1.79 1.80 1.75

masalah perawatan paliatif 8 Berbicara kepada pasien atau keluarganya 2.66 3.13 3.75 2.74 3.07

tentang perawatan rumah sakit 9 Komunikasi dengan pasien dan keluarga dengan 4.09 budaya berbeda 10 Berbicara dengan pasien atau keluarganya 1.95 1.94 1.87 1.99 1.94 4.06 3.53 4.60 4.07

tentang rasa nyeri atau gejala-gejala 11 Berbicara dengan tentang penderitaan pasien atau keluarganya 2.89 2.36 2.87 3.10 2.81

Tabel 1. Data hasil penelitian berdasarkan kelompok ELNEC yang diikuti

a.

Berbicara dengan pasien dan keluarga dengan budaya berbeda Masalah yang sering terjadi adalah perihal bahasa dan persepsi tentang hal-hal tradisional atau yang sifatnya turun-temurun pada budaya/sukunya. Untuk masalah bahasa, kemungkinan ada beberapa perawat yang kurang begitu menguasai bahasa asing. Untuk mengatasinya, bisa kita meminta bantuan perawat lain untuk menterjemahkan bahasa yang digunakan pasien. Sedangkan pada masalah keyakinan akan hal-hal yang sangat kompleks pada budayanya, tidak jarang keluarga atau pasien tidak memperdulikan apa yang kita katakan dan tetap memegang keyakinan tersebut. Banyak yang terkesan ngeyel dan menganggap angin lalu segala informasi dari perawat. Namun sebagai perawat, tetap tugas kita

untuk mengedukasi. Kita bisa kaji hal-hal apa yang sekiranya membuat pasien dan keluarganya sulit menerima pembicaraan kita. Setelah itu kita bisa memperbaiki metode komunikasinya.

b. Berbicara dengan pasien yang baru menerima berita buruk

Kebanyakan pasien yang baru saja menerima kabar buruk, sulit untuk diajak berkomunikasi. Pasien tersebut cenderung menutup diri dan tidak mau merespon perawat akibat perasaan sedih yang dialaminya. Kalaupun pasien mau berbicara, mereka akan terus mengungkapkan penyesalan, ketidakterimaan, bahkan amarah.

Menghadapi kondisi seperti ini, perawat diharuskan untuk lebih sabar dan telaten, tanpa memaksakan pasien merespon pembicaraan perawat. Hendaklah perawat memberikan waktu bagi pasien untuk menenangkan dirinya sendiri terlebih dahulu, dengan tetap memantau kondisi pasien.

c. Berbicara dengan dokter tentang masalah perawatan paliatif

Hal yang sering terjadi ketika perawat beromunikasi dengan dokter tentang masalah-masalah pada perawatan paliatif adalah perdebatan. Dokter dan perawat memiliki argumen yang berbeda yang

menimbulkan suatu perdebatan. Karena dokter mempunyai kewenangan yang lebih tinggi menyangkut pasien, biasanya perawat yang akan mengalah dan melaksanakan apa yang dikatakan oleh dokter.

d. Berbicara dengan pasien dan keluarga tentang perhatian spiritual

Spiritual, kepercayaan, atau agama adalah area yang sulit untuk kita masuki. Sebagai seorang perawat, kita tidak memiliki kewenangan untuk mengharuskan pasien melakukan apa yang kita perintahkan mengenai spiritual. Karena hal tersebut menyangkut keyakinan pribadi tiap-tiap orang yang harus dihormati. Tapi kita tetap harus

melaksanakan tugas perawat sebagai pemberi edukasi perihal spiritual kepada pasien dan keluarganya. Serta memfasilitasi pasien untuk beribadah sesuai dengan keyakinan yang dianutnya.

2. Pengalaman bekerja perawat sangat berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi mereka terhadap pasien, keluarga pasien, maupun rekan kerja lainnya pada perawatan paliatif. Menurut hasil survei, didapatkan hasil sebagai berikut :

No

Kesulitan Berinteraksi 2-10 tahun

Pengalaman Bekerja >10 tahun 4.3 >20 tahun 3.8 >30 tahun 2.7

Berbicara dengan pasien yang baru menerima kabar buruk

6.7

Berbicara dengan anggota keluarga tentang penyakit serius dari pasien

Rata-rata = 4.3

Berbicara dengan pasien dan keluarga tentang perhatian spiritual

4.7

3.5

4.3

2.3

Mendiskusikan keputusan seperti perintah lanjutan, perintah DNR, tabung makanan, dll

Rata-rata = 5.3

Berbicara dengan dokter tentang masalah perawatan paliatif

Rata-rata = 5.3

Berbicara kepada pasien atau keluarganya tentang perawatan rumah sakit

Rata-rata = 3.6

Komunikasi dengan pasien dan keluarga dengan budaya berbeda

5.1

5.2

4.4

4.4

Tabel 2. Data hasil penelitian berdasarkan kelompok pengalaman bekerja

Hasil tersebut menunjukkan bahwa perawat dengan pengalaman bekerja lebih lama akan merasa lebih mudah berkomunikasi dengan pasien, keluarga, maupun tenaga medis lainnya. Sedangkan sebaliknya, perawat yang minim pengalaman akan mengalami lebih banyak kesulitan. Namun, meskipun rasa kesulitan pada perawat berpengalaman lebih sedikit daripada perawat yang belum banyak pengalamannya, hal tersebut tidak bisa menjamin kualitas dari komunikasi mereka. Banyak kita temui perawatperawat senior yang cenderung bersikap dingin pada pasien, dan terkesan jutek.

Sehingga pada perawatan paliatif kurang bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

3. Masukan terhadap jurnal yang dikritisi a. Kelebihan jurnal: 1. Referensi yang digunakan sudah cukup banyak dan dapat

dipetanggung jawabkan 2. Jurnal ini sudah bagus karena dalam jurnal ini menganjurkan komunikasi dimsukkan dalam pembelajaran di keperawatan dan menganjurkan kepada komunikasi 3. Metode penelitian yang digunakan juga sesuai, yaitu menggunakan metode kuantitatif pada 333 perawat. Selain mengginaka metode tersebut, penulis juga menggunakan metode yang lain yaitu perawat menceritakan bagaimana pengalamann dan kesulitan mereka masingmasing saat berbicara dengan klien. 4. Dalam jurnal ini juga disebutkan bahwa perawat itu mempunyai kelebihan, perawat bukan hanya merawat pasien sayaja dan menunggu perintah dari dokter, tapi perawat juga bisa melaksanakan tanggung jawab dengan baik serta perawatlah yang mendampingi pasien selama 24 jam dan perawatannya begitu kompleks. b. Kekuranangan jurnal: 1. Penelitian yang dilakukan pada jrnal ttersebut terbatas pada perawat yang menghadiri program ELNEC (End-of-Life Nursing Education Consurtium). 2. Seharusnya, dari pengalaman perawat tentang komunikasi klien dengan perbedaan tertentu yang diceritakan pada saat penelitian, penulis menyimpulkan dari pengalaman tersebut kemudian perawat untuk belajar lebih mengenai

mengambil langkah-langkah yang tepat dengan memilih langkah yang lebih sering berhasil. 3. Hasil penelitian juga tidak dilengkapi dengan analisa atau pun pengelompokan komunikasi yang berhasil dan tidak berhasil tersebut

ke dalam komunikasi terapeutik dan non terapeutik serta komunikasi verbal dan non verbal sehingga terkesan acak.

4. Aplikasi Hasil Penelitian pada Setting Pelayanan Kesehatan di Indonesia

Perawatan paliatif merupakan suatu bentuk pelayan kesehatan yang rasional, realistik dan manusiawi dengan tujuan menghilangkan/meringankan penderitaan penderita, meningkatkan kualitas hidup penderita dan

keluarganya. selain itu, perawatan paliatif juga merupakan perawatan yang bersifat holistik meliputi biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Namun saat ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya. Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif. Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik. Perawatan

paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya. Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih terbatas di 5 (lima) ibu kota propinsi yaitu Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Ditinjau dari besarnya kebutuhan dari pasien, jumlah dokter yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif juga masih terbatas. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka diperlukan kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa di Indonesia pelayanan perawatan paliatif masih sangat kurang terutama untuk menangani dan memberi motivasi pasien yang menderita penyakit yang belum ada

obatnya. Sesuai dengan hasil penelitian dalam jurnal hal tersebut terjadi karena kurangnya kemampuan dari para ahli medis untuk melakukan perawatan paliatif. Untuk itu diperlukan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan/Continuing Professional Development untuk perawatan paliatif (SDM) untuk jumlah, jenis dan kualitas pelayanan. Selain itu dalam jurnal juga disebutkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan para ahli medis dalam melakukan perawatan paliatif diperlukan pembelajaran keterampilan melalui bermain peran ( role play ) sehingga perawat dapat mempraktikkan keterampilan yang mereka miliki. Dengan bermain peran perawat dapat memiliki banyak pengalaman yang nantinya sangat berguna ketika harus berhadapan langsung dengan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Pam Malloy. 2010. Communication Skills of Nurses in Palliative Care. http://www.nursingcenter.com/library/JournalArticle.asp?Article_ID=1009 837. Di akses pada tanggal 29 April 2012 Pukul 19.57 WIB.
Paryanto, HM. 2006. Analisis Pengaruh Faktor Kolaborasi Perawat Terhadap Kepuasan Kerja Dokter Spesialis di Rawat Inap Paviliun Garuda RS. DR. Kariadi Semarang. eprints.undip.ac.id/16276/1/Agus_Tri_Paryanto.pdf. Di akses pada tanggal 5 Mei 2012 Pukul 18.32 WIB.

Miftah, Jenal. 2010. Kolaborasi Perawat dan Dokter Dalam Edukasi Predialysis. http://nefrologyners.wordpress.com/2010/10/22/kolaborasi-perawat-dandokter-dalam-edukasi-predialysis/. Di akses pada tanggal 8 Mei 2012 Pukul 15.05 WIB.

Anda mungkin juga menyukai