Anda di halaman 1dari 2

Hutan di Tengah Propaganda Global Warming Planet bumi yang telah lebih dari sepuluh ribu tahun di huni

oleh manusia mencapai titik terkrusial. Mulai dari hal-hal yang manusia rasakan seperti meningkatnya suhu bumi, mulai tidak menentunya cuaca yang terjadi, hingga mencairnya lapisan es di kutub. Beberapa pihak mengatakan bahwa hal tersebut adalah sebagai proses alam yang dinamis dan berubah-ubah. Namun pihak yang lain menyatakan bahwa suhu rata-rata dunia yang seiring bertambah, perubahan iklim yang menjadi tidak terprediksi, hingga mencairnya lapisan es tersebut adalah sebagai akibat ulah manusia yang suka merusak lingkungan. Semua perilaku manusia tersebut berupa polusi udara, deforestasi, dan lain-lainnya terebut telah mengakibatkan fenomena baru yang mereka kenal dengan global warming atau pemanasan global. Tak ayal masalah global warming menjadi trending topic bagi semua kalangan masyarakat dunia. Semua orang mulai memperbicangkan dan memperdebatkan masalah tersebut hingga menimbulkan pro dan kontra terkait isu global warming. Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Meningkatnya suhu rata-rata pada permukaan bumi, atmosfer dan laut hingga 0,74+- 0.18 C diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan. Sifat dari pemanasan global tersebut adalah irreversible dan berbahaya bagi kelangsungan umat manusia, sehingga mereka terus mengupayakan berbagai cara untuk menghentikan proses menuju kehancuran tersebut. Akhirakhir ini begitu banyak sekali kampanye-kampanye tentang pemanasan global, di jalanan, di televisi, bahkan duta pemanasan global pun sudah ada. Semua kampanye-kampanye anti pemanasan global tersebut tidak lepas dari politisi dan aktivis lingkungan bernama Al Gore. Al Gore sebagai bapak global warming yang pertama menulis sebuah buku untuk kemudian diangkat menjadi film dokumenter dan mendapatkan berbagai penghargaan tersebut berhasil meyakinkan dampak terburuk dari pemanasan global. Namun pihak lain membantah mentah-mentah isu global warming termasuk usaha kampanye "An Inconvenient Truth" milik Al Gore. Beberapa orang menanggapinya bahwa pemanasan global adalah berita hoax. Namun yang menarik adalah pihak lain justru mengaitkan isu global warming tersebut dengan teori konspirasi. Teori konspirasi mengungkapkan bahwa segala pemberitahuan dan kampanye yang dibuat untuk meyakinkan publik terhadap isu global warming tersebut merupakan rekaan yang dibuat oleh seseorang Kampanye-kampanye tersebut telah awal disebutkan dalam Protokol

Kyoto Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki hutan tropis terluas di antara negara-negara khatulistiwa sudah sepantasnya menjadi negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati. Tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi tersebut harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia seutuhnya. Seperti tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 41 Tahun 1999 yang menyatakan "bahwa hutan, sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada Bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang." Pertimbangan undang-undang tersebut kemudian menjelma menjadi pasal-pasal ketetapan yang ditaati hingga saat ini.

Anda mungkin juga menyukai