Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya. Konseling diartikan sebagai suatu proses interaksi yang membantu pemahaman diri dan lingkungan dengan penuh berarti, dan menghasilkan pembentukan atau penjelasan tujuan-tujuan dan nilai perilaku di masa mendatang. Bertumpu pada pengertian diatas, bimbingan dan konseling akan sangat membantu lancarnya proses pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan, apalagi pada masa sekarang ini, dimana para kaum muda sudah banyak sekali mengalami problematika-problematika kehidupan. Keadaan seperti ini sangat sekali membutuhkan suatu wadah (bimbingan dan konseling terutama di sekolah) untuk mampu membantu para kaum muda agar ia bisa mengatasi problematika yang ada sehingga ia bisa terus mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kedudukan bimbingan dan konseling dalam Pendidikan? 2. Bagaimana kedudukan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar? C. Tujuan 1. Menjelaskan kedudukan bimbingan dan konseling dalam Pendidikan? 2. Menjelaskan kedudukan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar?

PEMBAHASAN
A. Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang dimiliki. Pendidikan memang menyangkut hal itu semua, namun lebih dari itu semuanya. Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu (siswa). Menghantar anak didik menuju ke jenjang kedewasaan secara utuh. Seperti yang digariskandalam GBHN bahwa tujuan inti pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari anak didik sebagai pribadi. Kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh dan tidak hanya melakukan kegiatan instruksional saja. Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka pelaksanaan proses pendidikan di sekolah hendaknya mencakup tiga bidang, yaitu bidang administrasi dan supervise, bidang kurikulum, dan bidang layanan bimbingan dan konseling. Dalam proses pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan Schmuller (1976) yang di kutip Prayitno dan E.Amti (1994:240) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan yang saling berkaitan. Bidang-bidamg tersebut hendaknya secara lengkap agar pendidikan di sekolah berjalan sebaik-baiknya sehingga kebutuhan peserta didik dalam perkembangannya terpenuhi secara optimal. Bidang-bidang tersebut terlihat pada gambar berikut. Bdg. Administrasi& Supervisi Administrasi& Supervisi bdg.pengajaran Pengajaran Bimbingan bdg. Bimbingan dan Konseling Tujuan :
Perkembangan optimal setiap siswa sesuai minat ,kemampuan

Ketiga bidang utama pendidikan di atas lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut: 1. Bidang Kurikulum dan Pengajaran Bidang ini meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan , ketrampilan, sikap , dan kemampuan berkomunikasi peserta didik . 2. Bidang administrasi dan supervisi Bidang ini meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan administrasi kebijaksanaan, sekolah, serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan pengadaan dan dan

seperti

perencanaan,

pembiayaan,

pengembangan staf, prasarana dan sarana fisik, dan pengawan. 3. Bidang Pembinaan Siswa (Bimbingan dan Konseling) Bidang ini terkait dengan program pemberiaan layanan bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personel yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah guru pembimbing atau konselor. Dari ketiga bidang tersebut memiliki arah atau tujuan yang sama, Yaitu memberikan kemudahan pencapaian pengembangan yang optimal bagi peserta didik. Dalam tiga hal tersebut juga memiliki hubungan seperti bimbingan dan konseling bisa memberikan sumbangan bagi pengajaran.sebagai contoh proses suatu pembelajaran dapat berjalan dengan baik jika peserta didik terbebas dari masalah masalah yang membuat pembelajarannya terhambat. Juga seperti antara bidang administrasi dan supervisi,bimbingan konseling dapat memberikan hal yang positif terhadap pengembangan suatu kurikulum. Kegiatan pendidikan yang baik dan ideal, hendaknya mencakup ketiga bidang tersebut. Sekolah atau lembaga pendidikan yang hanya menjalankan program kegiatan intruksional (pengajaran) dan administrasi saja, tanpa memperhatikan kegiatan bidang pembinaan pribadi peserta didik, mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan cakap, serta bercitacita tinggi, tetapi mereka kurang mampu dalam memahami potensi yang dimilikinya, dan kurang / tidak mampu untuk mewujudkan dirinya dalam kehidupan masyarakat.

Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan persekolahan, layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk memberikan layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran secara efektif. Untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pribadi agar dapat membantu keseluruhan proses belajarnya. Dalam kaitan ini para pembimbing diharapkan untuk: 1. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupu kelompok, 2. Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar, 3. Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakter istik pribadinya, 4. Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang

dihadapinya, 5. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling akan lebih efektif bila melihat keadaan yang terjadi pada sebuah sekolah, keadaan keadaan tersebut meliputi: 1) Terdapat suatu masalah dan masalah tersebut tidak dapat diselesaikan oleh guru dalam sekolah tersebut. Sedangkan guru lebih memfokuskan pada tugas dan kewajibannya sebagai pengajar saja. 2) Terjadi suatu perselesihan antara guru dan peserta didik, dan dalam hal tersebut guru tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. 3) Ditemukan masalah masalah pribadi siswa yang tidak dapat diselesaikan oleh guru dan memerlukan seorang ahli khusus yang dapat menyelesaiakan masalah tersebut.

B. KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR Secara formal, kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan di Indonesia telah digariskan didalam undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional beserta perangkat peraturan pemerintahnya. hal-hal yang berkenaan dengan pendidikan dasar dimana sekolah dasar ada didalamnya, dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28 tahun 1989. Pada pasal 25 dalam PP tersebut dikatakan bahwa : 1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. 2. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Pengakuan formal seperti ini mengandung arti bahwa layanan bimbingan di sekolah dasar perlu dilaksanakan secra terprogram dan ditangani oleh orang yang memiliki kemampuan untuk itu. Untuk pendidikan disekolah dasar pada saat ini, dengan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa serta penyelanggaraan sistem pendidikan sekolah dasar yang ditangani oleh guru kelas, maka layanan bimbingan disekolah dasar dalam banyak hal masih akan lebih efektif dilaksanakan secara terpadu dengan proses pembelajaran dan ditangani oleh guru kelas. Oleh karena itu guru sekolah dasar dikehendaki memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menyelanggarakan layanan bimbingan. Ada dua hal yang berdampak pada perlunya bimbingan untuk siswa di sekolah dasar. Pertama, adanya masalah-masalah perkembangan yang mencakup aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi, dan sosial. Kedua, rentang keragaman individual siswa yang amat lebar. Dari permasalahan yang kedua, muncul populasi khusus yang menjadi target layanan bimbingan, diantaranya:
1. 2. 3.

siswa dengan kecerdasan dan kemampuan tinggi siswa yang mengalami kesulitan belajar siswa dengan perilaku bermasalah.

Prinsip-prinsip bimbingan berhubungan dengan kaidah pelaksanaan bimbingan di sekolah. Prinsip pertama adalah bahwa bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses perkembangan (Kartadinata, 1998:7), artinya 1. Bantuan yang diberikan guru kepada siswa haruslah sesuai dengan kebutuhan dan masalah perkembangan siswa yang sedang terjadi, sehingga tugas guru hanyalah sebagai pembimbing bukan mengarahkan, pilhan tetap berada ditangan siswa. 2. Bimbingan diperuntukkan bagi semua siswa (Kartadinata, 1998:8), ini berarti siswa yang dibimbing bukan hanya siswa yang bermasalah, siswa yang terlihat tidak ada masalahpun perlu dibimbing, ini berhubungan dengan prinsip pencegahan sebelum terjadinya masalah. 3. Bimbingan harus mencakup kedalam semua aspek perkembangan, yaitu aspek fisik, kognitif, psikologis, dan sosial. 4. Bimbingan berdasar pada hak individu untuk menentukan pilihan. 5. Bimbingan adalah bagian terpadu dari pendidikan. 6. Bimbingan ditujukan agar siswa mampu merealisasikan dirinya. Syarat-syarat pokok diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Dimana syarat-syarat tersebut tertuang dalam sikap-sikap positif yang dimiliki guru, diantaranya yaitu 1. kesediaan guru untuk berperan ganda (guru dan pembimbing), 2. kesediaan guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, 3. kesediaan guru untuk memahami murid, dan 4. kesediaan guru untuk senantiasa selalu bekerjasama dengan berbagai pihak tanpa meninggalkan asas-asas bimbingan yang harus dipegangnya sebagai pembimbing. Ada empat jenis bimbingan, jika dipandang dari segi permasalahan individu, yaitu: 1. Bimbingan Akademik 2. Bimbingan Sosial-Pribadi 3. Bimbingan Karir 4. Bimbingan Keluarga

Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan secara umum ada 4. 1. Pendekatan krisis, artinya bimbingan baru dilakukan jika individu atau dalam hal ini siswa mempunyai masalah. 2. Pendekatan remedial, dimana upaya bimbingan diberikan untuk mengatasi kesulitankesulitan siswa dan memperbaiki kelemahannya. 3. Pendekatan preventif yang mempunyai konsep mencegah sebelum terjadinya masalah. Melalui pendekatan ini bimbingan dilakukan dengan upaya-upaya seperti pemberian pengetahuan dan keterampilan pencegahan bagi siswa akan masalah-masalah umum individu. Seperti merokok, narkoba, dan tindak kejahatan. 4. Pendekatan perkembangan. Dengan pendekatan ini bimbingan yang diberikan kepada individu disesuaikan dengan tahapan perkembangan individu tersebut. Didalamnya terdapat upaya-upaya pencegahan namun disertakan pula upaya pengembangan karakter dan pengembangan kemampuan individu.

PENUTUP
1. Simpulan Melalui Bimbingan dan Konseling yang baik dan benar, maka setiap siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan setiap potensi dan kemampuan seoptimal mungkin. Sehingga dapat diketahui bahwa kedudukan bimbingan & konseling yaitu dapat mempertemukan antara kemampuan individu dengan cita-citanya , dan juga kondisi dan situasi lingkungan sekitarnya. 2. Saran Sebaiknya dalam pelaksanaan di sekolah , guru dapat memberikan bimbingan yang baik dan benar kepada siswa, agar tujuan bimbingan dan konseling bisa tercapai.

DAFTAR PUSTAKA
Direkatorat Jendral Pendidikan dan Menengah, 1995, Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMU (Seri Pemandu Bimbingan dan Konseling di Sekolah), Jakarta Mohamad Surya, 1994, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan (Konsep dan Teori), Bandung, Bhakti Winaya. Prayitno dan Erman Amti, 1995, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Rineka Cipta. Mugiarso, Heru , dkk. 2011. Bimbingan dan Konseling.Semarang : Universitas Negeri Semarang Press.
http://dewi-dewilin.blogspot.com/2010/09/kedudukan-bimbingan-dan-konseling-dalam.html http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/11/kedudukan-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah/ http://kertasriska.blogspot.com/2012/01/laporan-hasil-observasi-pelaksanaan.html http://silmya.wordpress.com/2010/05/24/bimbingan-konseling-di-sekolah-dasar/

Anda mungkin juga menyukai