Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengapa kita mesti mempelajari perkembangan anak?

Sebagai seorang guru, setiap tahun Anda akan bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak baru di kelas Anda. Semakin banyak Anda mempelajari perkembangan anak, semakin banyak pemahaman anda tentang cara yang tepat untuk mempelajari mereka. Sebagaimana halnya dalam bidang perkembangan lainnya tahun-tahun awal kehidupan sangat penting bagi perkembangan bicara anak. Perkembangan bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak luput juga dari perhatian para pendidik pada umumnya dan orang tua pada khususnya. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan prestasi manusia yang paling hebat dan menakjubkan. Oleh sebab itulah masalah ini mendapat perhatian besar. Pemerolehan bahasa telah ditelaah secara intensif sejak lama. Pada saat itu kita telah mempelajari banyak hal mengenai bagaimana anak-anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat sedikit hal yang kita ketahui mengenai proses aktual perkembangan bahasa. Apa yang membuat anak-anak kita unik (dan sebagian besar orang tua) unik adalah kemampuan mereka untuk menguasai dan menggunakan bahasa. Menurut Tom & Harriet Sobol dalam bukunya yang berjudul Rancang Bangun Anak Cerdas (2003) menjelaskan, dengan menggunakan bahasa dalam semua bentuknya, manusia dapat berkomunikasi dengan lain mengenai diri dan lingkungan mereka, dapat mengembangkan kategorikategori pemikiran untuk merasakan dan merefleksikan pengalaman, dapat berfikir mengenai dunia mereka untuk mengendalikan dan merubahnya.1

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut, dalam makalah ini penulis dapat merumuskannya menjadi beberapa rumusan masalah, yaitu:

Tom & Harriet Sobol, 2003, Rancang Bangun Anak Cerdas (Inisiasi Press, hal:24)

1. Apa pengertian, komponen, pembagian dan keterampilan bahasa?

2. Apa fungsi bahasa dan faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa?


3. Bagaimana tahap perkembangan bahasa berbicara anak secara umum?

4. Bagaimana perkembangan bahasa dari usia dini hingga sekolah?


5. Bagaimana cara untuk membantu mengoptimalkan perkembangan bahasa anak/peserta

didik?

C. Tujuan Penulisan Makalah Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan pengertian, komponen, pembagian dan keterampilan bahasa, fungsi dan faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, tahap perkembangan bahasa anak, perkembangan bahasa dari usia sini hingga sekolah dan upaya untuk mengoptimalkan perkembangan bahasa anak didik.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Perkembangan Bahasa Anak Bahasa adalah suatu ujaran yang bermakna, bahasa juga dapat dikatakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambing, bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga bersifat manusiawi karena bahasa menjadi berfungsi selama manusia memanfaatkannya. Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk mengungkapkan pesan dengan menggunakan simbolsimbol bahasa yang disepakati bersama, sehingga bahasa bersifat komunikatif karena fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat perhubungan anatara anggota-anggota masyarakat, bahkan manusia yang tidak berbicara sekalipun, pada hakikatnya masih memakai bahasa karena bahasa ialah alat yang dipakai untuk memenuhi pikiran dan perasaannya, keinginan dan perbuatan-perbuatan, sekaligus sebagai alat yang dipakainya untuk mempengaruhi dan dipengaruhi.2 Pengertian sama dipaparkan oleh Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya, Perkembangan Anak (1978) yang mendefinisikan bahasa mencakup setiap sasaran komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk di dalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti: tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim, dan seni.3 Bahasa adalah produk sosial, sekaligus produk budaya, karenanya bahasa berfungsi sebagai wadah aspirasi social, kegiatan dan perilaku masyarakat, wadah penyingkapan budaya, termasuk teknologi yang berkembang dan dikembangkan oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Menurut Santoso dalam buku Perkembangan Peserta Didik karangan Liun Mulifah (2008), sebagai alat komunikasi dilihat dari dasar, dan motif pertumbuhannya memiliki empat fungsi berikut:
1. Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik anatar anggota

keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat. 2. Fungsi ekspresi diri, dalam fungsi ini bahasa merupakan alat untuk

mengekspresikan segala sesuatu yang tersirat di dalam pikiran dan perasaan.


2

Liun Mulifah,dkk, 2008, Perkembangan Peserta Didik Edisi Pertama (Learning Assistance Program for Islamic School, Paket 8, hal: 9)
3

Elizabeth B. Hurlock, 1978, Perkembangan Anak Edisi Keenam Jilid 1, (Erlangga, hal:176)

3. Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu alat untuk mengadakan in tegrasi dan adaptasi social. 4. Alat untuk mengadakan control social, yaitu untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Dalam bahasa dikenal adanya tiga komponen utama bahasa yaitu: bentuk atau form, meliputu sintaksis, morfologi dan fonologi; isi atau content, meliputi makna atau simantik dan penggunaan atau use yang mencangkup pragmatik. Sehingga bisa diakatakan bahwa dalam bahasa terkandung lima elemen4 yaitu:
1. Semantik adalah makna dari kata atau kalimat, 2. Morfologi adalah aturan untuk mengombinasikan mordem, yang merupakan

rangkaian suara yang merupakan kesatuan bahasa terkecil,


3. Fonologi adalah system suara bahasa, 4. Pragmatik adalah penggunaan percakapan yang tepat, 5. Sintaksis adalah bagaimana kata-kata dikombinasikan sehingga membentuk frasa-

frasa dan kalimat-kalimat yang dapat dimengerti.5

B. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak Perkembangan kemampuan atau keterampilan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan kemampuan berpikir anak. Dalam berkomunikasi terjadi pertukaran ide, pikiran dan perasaan. Agar dapat berkomunikasi dengan baik, maka anak harus menggunakan bahasa yang bermakna bagi orang lain yang diajak berkomunikasi. Di samping itu anak juga dituntut untuk dapat memahami bahasa yang digunakan orang lain. Oleh karena itu dalam berkomunikasi diperlukan kemampuan berbahasa yang jelas dan dapat dipahami oleh orang lain. Berbicara juga berkenaan dengan pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau dibicarakan. Apabila anak tidak dapat menggunakan bahasa dengan
4

Liun Mulifah,dkk, 2008, Perkembangan Peserta Didik Edisi Pertama (Learning Assistance Program for Islamic School, Paket 8, hal: 10
5

John W. Santrock, 2007, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua (Kencana Prenada Media Group, hal: 68-69)

baik dan jelas, maka dalam berkomunikasi juga akan mengalami kesulitan mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya.6 Perkembangan bahasa anak sebagai alat komunikasi telah dimulai sejak bayi dalam bentuk tangis untuk mengungkapkan perasaan dirinya kepada orang lain kemudian berkembang dalam bentuk celotehan atau ocehan, yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan isyarat melalui gerakan anggota badan sebagai pengganti atau pelengkap bicara yang disebut bentuk komunikasi prabicara. Apabila anak sudah siap atau matang untuk belajar berbicara, bentuk komunikasi ini sebaiknya tidak lagi digunakan karena akan menghambat perkembangan belajar berbahasa pada anak, sekaligus merugikan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Kesiapan terjadi bila koordinasi otot bicara dan aspek mental bicara (kemampuan berpikir) anak sudah mulai berfungsi dengan baik.7 Pola perkembangan bicara pada anak sejalan dengan perkembangan aspek lain, baik motorik, kognitif, maupun sosialnya. Pada saat anak mulai masuk sekolah, hasrat belajar dan rasa ingin tahu berkembang pesat. Karena itu maka orang tua dan guru harus memanfaatkannya untuk belajar bahasa. Dengan berkembangnya lingkungan sosial anak mulai membangun kosa kata atau menambah perbendaharaan kata-katanya. Kosa kata anak biasanya berupa kata-kata yang merupakan kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata perangkai atau pengganti dari apa saja yang dijumpai anak dalam kehidupan sehari-hari, khususnya mengenai warna, waktu, uang, dan kata populer yang digunakan kelompok anak atau teman sebaya. Selanjutnya perkembangan bahasa berlanjut dalam bentuk kalimat, dimulai dari kalimat sederhana yang belum lengkap menjadi kalimat yang semakin lengkap dan kompleks sesuai kebutuhan sebagai media komunikasi.8 1. Masa Bayi a. Celoteh dan Vokalisasi yang lain Lock, 2004, Volterra dkk, 2004 dalam buku Perkembangan Anak karangan John W. Santrock (2007) menjelaskan bahwa, bayi-bayi secara efektif mengeluarkan suara sejak ia dilahirkan. Tujuan komunikasi awal ini adalah menarik perhatian
6

Liun Mulifah,dkk, 2008, Perkembangan Peserta Didik Edisi Pertama (Learning Assistance Program for Islamic School, Paket 8, hal:10)
7

Ibid, Paket 8, hal: 10-11 Ibid, Paket 8, hal: 11`

pengasuh-pengasuhnya dan orang-orang lain dalam lingkungannya. Suara bayi dan gerak-isyaratnya mengikuti rangkaian berikut selama tahun tahun pertama:

Menangis.

Bayi

menangis

waktu

ia

lahir.

Menangis

dapat

mengindikasikan keadaan yang tidak nyaman, tetapi ada banyak tipe menangis yang berbeda-beda, yang menandai hal-hal yang berbedabeda pula.9 Menurut Hurlock (1978), tangisan juga bervariasi menurut saat harinya. Saat tersebut bertepatan dengan jadwal bayi. Misalnya, bayi paling sering menangis sebelum saatnya diberi makan dan sebelum waktunya tidur pada waktu malam. Pada waktu bayi dapat menyesuaikan diri dengan jadwal waktu makan dan tidur, tangisan pada saat saat tersebut berkurang.10

Cooing. Bayi pertama kali mendekut (cooing) kira-kira pada usia 1-2 bulan. Suara oo ini seperti coo ata\u goo. Mereka umumnya mendekut selama berinteraksi dengan pengasuh.11 Menurut Hurlock (1978) karena tidak berarti bagi bayi dan tidak digunakan sebagai bentuk komunikasi, ocehan (cooing) dapat dipandang sebagai kegiatan bermain yang menyenangkan bayi. Banyak bunyi ocehan awal tersebut akan lenyap, tetapi sebagian akan berkembang menjadi celoteh dan selanjutnya berubah menjadi katakata.12

Celoteh. Ini terjadi pertama kali di pertengahan tahun pertama dan termasuk menggabung-gabungkan kombinasi konsonan-vokal, seperti ba, ba, ba, ba.

John W. Santrock, 2007, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1 (Erlangga, hal: 357) Elizabeth B. Hurlock, 1978, Perkembangan Anak (Erlangga, hal: 179) John W. Santrock, 2007, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1 (Erlangga, hal: 357) Ibid, hal: 181

10

11

12

Gerakan. Bayi mulai menggunakan gerakan seperti menunjuk (untuk menunjukkan sesuatu atau untuk pamer), kira-kira pada usia 8 hingga 12 bulan. 13 Menurut Hurlock (1978), sebagian besar isyarat (gerakan) yang dilakukan bayi mudah dipahami. Oleh karena itu, dapat berfungsi sebagai pengganti bicara yang memuaskan sebelum bayi dapat berkomunikasi dengan kata-kata.14 Beberapa isyarat yang umum pada masa bayi disajikan dalam tabel di bawah ini:15 Isyarat Arti Kenyang atau tidak lapar Tidak menginginkannya Ingin memilikinya Ingin ditimang/digendong Lapar Basah dan dingin suka adanya pembatasan

Mengeluarkan makanan dari mulut Mendorong benda jauh-jauh Menjangkau benda Menjangkau seseorang Mengecapkan bibir/mengeluarkan lidah Bersin berlebih

Menggeliat, meronta, dan menangis selama berpakaian Tidak dan mandi Menolehkan kepala dari puting susu

kegiatan Kenyang atau tidak lapar

b. Mengenali Bunyi-Bunyi Bahasa Menurut Lock, 2004: Menn dan Stoel-Gammon, 2005 dalam buku Perkembangan Anak karya John W. Santrock (2007), lama sebelum bayi mulai belajar kata-kata, mereka membuat pembedaan yang baik antara bunyi-bunyi bahasa.16
13

John W. Santrock, 2007, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1 (Erlangga, hal: 357) Elizabeth B. Hurlock, 1978, Perkembangan Anak (Erlangga, hal: 182) Ibid, hal: 183 kotak 7-2) John W. Santrock, 2007, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1 (Erlangga, hal: 357)

14

15

16

Menurut Brownlee, 1998, Jusczyk, 2000 dalam buku Perkembangan Anak karya John W. Santrock (2007), bayi-bayi harus menangkap tiap-tiap kata dari arus bunyi tanpa henti yang membentuk percakapan sehari-hari. Untuk melakukan hal ini, mereka harus menemukan batasan-batasan antar kata, yang sangat sulit dilakukan bayi karena orang-orang dewasa tidak berhenti per kata ketika berbicara. Bayi-bayi mulai mampu mendeteksi batas-batas kata tersebut pada usia 8 bulan.17

c. Kata-kata yang Pertama Menurut Berko Gleason, 2005 dalam buku Perkembangan Anak karya John W. Santrock (2007), antara usia 8 sampai 12 bulan, bayi seringkali mengindikasikan pemahaman kata-kata mereka yang pertama. Kata-kata pertama yang diucapkan bayi adalah suatu peristiwa yang dengan tak sabar dinanti-nantikan oleh setiap orang tua. Peristiwa ini lazimnya terjadi antara usia 10 hingga 15 bulan dan rata-rata pada usia 13 bulan. Akan tetapi, seperti yang telah kita lihat, lama sebelum bayibayi mengucapkan kata-kata mereka yang pertama, mereka telah berkomunikasi dengan orang tua mereka, umumnya dengan gerak tubuh dan dengan menggunakan suara-suara mereka sendiri yang khas. Munculnya kata-kata yang pertama merupakan kelanjutan proses komunikasi ini.18 Menurut Menyuk, Liebergott dan Schultz, 1995 dalam buku Perkembangan Anak karya John W. Santrock (2007), rata-rata, bayi-bayi memahami 50 kata pada usia 13 bulan, tetapi mereka tidak dapat mengatakan kata-kata sebanyak itu sampai pada usia kira-kira 18 bulan.

d. Ucapan-ucapan Dua Kata Menurut Slobin, 1972 dalam buku Perkembangan Anak karya John W. Santrock (2007), ketika anak berusia 18 hingga 24 bulan, mereka lazimnya mengucapkan ucapan-ucapan dua kata. Untuk menyampaikan makna dengan hanya dua kata, anak
17

Ibid, hal: 358) Ibid, hal: 358)

18

sangat bergantung pada gerak tubuh, nada, dan konteks. Bermacam-macam ucapan dua-kata dalam beragam makna dicontohkan di bawah ini: Identifikasi: Lihat anjing Lokasi: Buku sana Pengulangan: Susu lagi Ketiadaan: Semua hilang Penyangkalan (negasi): Bukan serigala Kepemilikan: Permenku Atribut: Mobil besar Aksi-agen: Mama jalan Aksi-objek langsung: Tabrak kamu Aksi-objek tak langsung: Beri papa Aksi-instrumen: Potong pisau Pertanyaan: Bola mana?

Perhatikan bahwa ucapan-ucapan dua kata menghilangkan banyak bagian gramatikal dalam pembicaraan, dan bersifat amat ringkas. Kenyataannya, dalam setiap bahasa, kombinasi kata-kata pertama anak memiliki kualitas ekonomi ini: yakni bersifat telegrafis. Pembicaraan telegrafis adalah penggunaan kata-kata pendek dan singkat tanpa tanda-tanda gramatikal seperti artikel, kata kerja bantu, dan kata-kata penghubung yang lain. Pembicaraan telegrafis tidak terbatas pada dua kata.19 2. Masa Kanak-kanak awal a. Memahami Fonologi dan Monologi
19

John W. Santrock, 2007, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1 (Erlangga, hal: 359360)

Menurut National Research Council, 1999 dalam buku Perkembangan Anak karya John W. Santrock (2007), selama bertahun-tahun prasekolah, sebagian besar anak mulai menjadi sensitif terhadap bunyi kata-kata yang diucapkan. Mereka mendengarkan sajak dengan antusias, menyukai puisi, membuat namanama konyol untuk suatu objek dengan mengganti satu bunyi dengan bunyi lain (seperti bubblegum, bubblebum, bubbleyum), dan menepukkan tangan seiring suku-suku kata dalam sebuah frasa.20

b. Memahami Sintaksis Anak-anak prasekolah juga mempelajari dan mengaplikasikan aturan-aturan sintaksis. Setelah melampaui masa pengucapan dua-kata, anak menunjukkan penguasaan aturan-aturan kompleks terkait bagaimana kata harus disusun.21

c. Kemajuan-kemajuan dalam Semantik Menurut Bloom, 2002: Dale dan Goodman, 2004 dalam buku Perkembangan Anak karya John W. Santrock (2007), saat anak mulai beranjak melampaui tahapan dua-kata, pengetahuan mereka tentang makna-makna juga berkembang cepat. Menurut Carey, 1977: Clark, 2000 dalam buku yang sama menjelaskan, kosakata pembicaraan anak usia 6 tahun berkisar antara 8.000 sampai dengan 14.000 kata.22

20

John W. Santrock, 2007, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1 (Erlangga, hal: 360) Ibid, hal: 361 Ibid, hal: 361

21

22

10

d. Kemajuan-kemajuan dalam Pragmatik Bryant, 2005 dalam buku Perkembangan Anak karya John W. Santrock (2007) menjelaskan bahwa perubahan-perubahan dalam pragmatik juga mencirikan perkembangan bahasa anak-anak yang belia ini. Anak usia 6 tahun lazimnya lebih pandai dalam hal percakapan daripada anak usia 2 tahun. Pada usia 3 tahun, anak-anak mengembangkan kemampuan untuk berbicara tentang hal-hal yang secara fisik tidak ada: mereka mengembangkan penguasaan mereka atas aspek bahasa, yang dikenal sebagai pemindahan (displacement). Pada usia 4 tahun, anak-anak mengembangkan kepekaan besar terhadap kebutuhan orang lain dalam percakapan. Anak-anak sekitar usia 4 hingga 5 tahun belajar mengubah pola percakapan mereka sesuai situasi. Contohnya, seorang anak berusia 4 tahun akan membedakan cara berbicaranya terhadap anak usia 2 tahun dibandingkan ketika berbicara dengan anak-anak yang sebaya dengannya; mereka menggunakan kalimat-kalimat yang lebih pendek ketika berbicara dengan anak berusia 2 tahun. Mereka juga membedakan cara berbicara terhadap orang dewasa dibandingkan dengan teman-teman seusianya, yakni menggunakan bahasa formal dan lebih sopan kepada orang dewasa.23 Hal ini dijelaskan oleh Shatz dan Gelman, 1973 dalam buku Perkembangan Anak karya John W. Santrock (2007).

3. Masa Kanak-kanak Menengah dan Akhir a. Kosakata dan Tata Bahasa Cara cara anak-anak memikirkan kata-kata berubah selama masa kanak-kanak menengah dan akhir. Mereka menjadi kurang terikat pada tindakan dan persepsi yang diasosiasikan dengan kata-kata, dan mereka menjadi lebih analitis dalam pendekatan mereka terhadap kata-kata.24

23

John W. Santrock, 2007, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1 (Erlangga, hal: 361362)
24

Ibid, hal: 362

11

Namun, anakanak lebih dahulu mempelajari arti kata yang sangat dibutuhkannya. Akan tetapi, sebelum kosa kata yang mereka butuhkan memadai jumlahnya, mereka masih terus menggunakan isyarat sebagai bahasa pengganti.25 Peningkatan jumlah kosa kata tidak hanya karena mempelajari arti dari katakata baru, tetapi juga karena proses pemaknaan kembali arti dari kata-kata lama (kata-kata yang lebih dahulu diketahui). Contohnya seperti, orange (jeruk) untuk mengacu pada buah. Kemudian, mereka mengetahui bahwa kata orange (oranye) juga mengacu pada sebuah warna, dan kemudian diketahui lagi bahwa orange adalah warna kombinasi dari warna merah dan warna kuning. b. Kesadaran Metalinguistik Berko Gleason, 2005, h. 4 dalam buku Perkembangan Anak karangan John W. Santrock (2007) menjelaskan, kesadaran metalinguistik mengacu pada pengetahuan bahasa di mana anak berpikir tentang bahasa mereka, memahami apa itu katakata, dan bahkan mendefinisikannya. Begitupula Ely, 2005 dalam buku yang sama menjelaskan, kesadaran metalinguistik meningkat dengan baik selama bertahun-tahun sekolah dasar. Pendefinisian kata-kata menjadi bagian rutin dalam percakapan di kelas dan anakanak meningkatkan pengetahuan mereka tentang sintaksis dan berbicara tentang komponen-komponen kalimat sepertui subjek dan kata kerja.26

c. Membaca Menurut Berko Gleason, 2004 dalam buku Perkembangan Anak karangan John W. Santrock (2007), sebelum belajar membaca, anak-anak belajar menggunakan bahasa untuk membicarakan hal-hal yang tidak ada; mereka belajar apakah kata itu; mereka belajar bagaimana mengorganisasikan dan mengucapkan bunyi. Mereka juga mempelajari prinsip-prinsip alfabet yakni huruf-huruf yang merepresentasikannya bunyi-bunyi dalam bahasa.
25

Pendekatan bahasa secara menyeluruh

Elizabeth B. Hurlock, 1978, Perkembangan Anak (Erlangga, hal: 187) John W. Santrock, 2007, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1 (Erlangga, hal: 363)

26

12

Menekankan bahwa pelajaran membaca seharusnya paralel dengan pembelajaran bahasa alami anak. Materi-materi membaca sebaiknya utuh dan bermakna. Artinya, anak-anak sebaiknya diberikan materi dalam bentuk lengkap, seperti cerita-cerita dan puisi-puisi, sehingga mereka dapat belajar memahami fungsi komunikatif bahasa.

Pendekatan keahlian dasar dan fonik Menekankan bahwa pelajaran membaca seharusnya mengajarkan fonik dan aturan-aturan dasarnya dalam menerjemahkan simbol-simbol ke dalam bunyi.27 Hal tersebut dijelaskan oleh Cunningham, 2005; Lane dan Pullen, 2004 dalam buku Perkembangan Anak karangan John W. Santrock (2007).

d. Menulis Anak-anak mulai mencoret-coret (scribbling) sekitar usia 2 atau 3 tahun. Keahlian motorik mereka lazimnya berkembang sedemikian rupa sehingga mereka mulai sanggup menulis huruf-huruf pada masa-masa awal kanak-kanak mereka. Hampir semua anak usia 4 tahun dapat menuliskan nama depan mereka. Anak usia 5 tahun dapat menuliskan kembali huruf-huruf yang mereka lihat dan menirukan menulis beberapa kata yang pendek. Mereka lambat laun akan mampu membedakan ciri khas dari huruf-huruf, seperti kurva (pada S), garis (pada T), atau titik (pada i).28

e. Bilingualisme Bialystok, 1999, 2001 dalam buku Perkembangan Anak karangan John W. Santrock (2007) menjelaskan, di seluruh dunia, banyak anak berbicara lebih dari satu bahasa. Bilingualismekemampuan berbicara dalam dua bahasamemiliki efek positif terhadap perkembangan kognitif anak. Anak-anak yang fasih dalam dua bahasa akan menunjukkan kinerja kontrol perhatian, formasi konsep, pemikiran

27

John W. Santrock, 2007, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1 (Erlangga, hal: 364 Ibid, hal: 365

28

13

analitis, fleksibilitas kognitif, dan kompleksitas kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak sebayanya yang hanya menguasai satu bahasa. Mempelajari Bahasa Kedua Anak-anak lebih mudah menguasai bahasa kedua dibandingkan remaja. Orang-orang dewasa membuat kemajuan awal yang lebih cepat, tetapi kesuksean akhir dalam penguasaan bahasa kedua tidak pernah sebaik anak-anak.

Pendidikan Bilingual Selama dua decade terakhir, strategi yang diminati adalah pendidikan bilingual, yang mengajarkan subjek-subjek akademik kepada anak-anak imigran dalam bahasa ibu mereka, sambil perlahan lahan mengajarkan bahasa Inggris.29 Hal ini dijelaskan oleh Garcia dan Willis, 2001: Ovando, Combs, dan Collier, 2006; Peregoy dan Boyle, 2005 dalam buku Perkembangan Anak karangan John W. Santrock (2007).

Berbeda menurut Hurlock (1978), bagi sebagian anak, dwibahasa merupakan gangguan yang serius untuk belajar berbicara dengan benar. Akan tetapi, penting disadari bahwa pengaruhnya terhadap bicara anak dan terhadap penyesuaian sosial dan pribadi anak tidak sangat bergantung pada kedwibahasaan, tetapi pada kondisi yang menimbulkannya.30

4. Masa Remaja

29

John W. Santrock, 2007, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1 (Erlangga hal: 366367)
30

Elizabeth B. Hurlock, 1978, Perkembangan Anak (Erlangga, hal: 200). Untuk mengetahui lebih lanjut kondisi yang berkaitan dengan kedwibahasaan yang membahayakan penyesuaian sosial yang baik dapat baca buku yang sama pada halaman 201 pada kotak 7-12.

14

Fischer Lazerson, 1984 dalam buku Perkembangan Anak karangan John W. Santrock (2007) menjelaskan bahwa, perkembangan bahasa selama masa remaja meliputi peningkatan penguasaan dalam penggunaan kata-kata yang kompleks. Ketika mereka mengembangkan pemikiran abstrak, para remaja menjadi lebih baik daripada anak-anak dalam menganalisa fungsi suatu kata yang berperan dalam sebuah kalimat. Para remaja juga mengembangkan kemampuan yang lebih tajam terkait kata-kata. Mereka membuat kemajuan dalam memahami metafora, yakni perbandingan makna antara dua hal yang berbeda. Contohnya, indvidu-individu menggambar garis di tanah (draw a line in the sand) untuk menggambarkan suatu kebuntuan negosiasi. Atau suatu kampanye politik disebut sebagai suatu marathon, bukan lomba lari jarak pendek. Selain itu, para remaja menjadi lebih mampu memahami dan menggunakan satire, yakni penggunaan ironi, cemooh atau lelucon untuk mengekspos kebodohan atau kekejian. Karikatur-karikatur merupakan salah satu contoh satire. Pemikiran-pemikiran logis yang semakin meningkat juga mempukan remaja (usia 15 hingga 20 tahun) memahami karya-karya literature yang rumit.31

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak

Banyak orang tua yang khawatir jika anaknya belum lancar bicara atau berbahasa padahal dilihat dari segi usia sepertinya sudah lewat dan jika dibandingkan dengan anakanak tetangganya, teman-temannya, dan saudara-saudaranya sangat tertinggal jauh. Gangguan kemampuan berbahasa maupun keterlambatan berbahasa haruslah dideteksi dan ditangani sejak dini dengan metode yang tepat. Bagaimanapun juga berbahasa merupakan media utama seseorang untuk mengekspresikan emosi pikiran, pendapat dan keinginannya. Padahal belajar melalui proses interaksi adalah proses penting dalam menjadikan seorang manusia berhasil menggapai apa yang diharapkannya. Secara umum, pola perkembangan bahasa dan keterampilan bebicara pada anak akan mengikuti pola umum, namun tempo dan irama perkembangannya bersifat individual, terutama dalam frekuensi atau banyaknya bicara, serta isi atau topic pembicaraan. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor berikut ini.
31

John W. Santrock, 2007, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1 (Erlangga, hal: 368)

15

1. Faktor Kesehatan

Kesehatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, terutama pada usia awal kehidupannya. Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus-menerus, maka anak tersebut cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasanya. Oleh karena itu, untuk memelihara perkembangan bahasa anak secara normal, orangtua perlu memperhatikan kondisi kesehatan anak. Upaya yang dapat ditempuh adalah dengan cara memberikan ASI, makanan yang bergizi, memelihara kebersihan tubuh anak atau secara reguler memeriksakan anak ke dokter atau ke puskesmas. Anak sehat cenderung lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat atau sering sakit. Hal ini disebabkan perkembangan aspek motorik dan aspek mental sebagai pendukung kemampuan berbahasa, anak yang sehat dengan perkembangan kognotif optimal akan mampu berbicara lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar berbicara. Motivasi berbahasa didorong oleh keinginan untuk menjadi anggota kelompok social. Salah satu pemicu dari faktor kesehatan ini adalah tangis bayi yang berlebih. Tangis berlebihan berarti tangis yang lebih banyak ketimbang yang normal untuk umur dan tingkat perkembangan anak. Jika bayi dan balita menangis tidak lebih dari yang normal bagi umur mereka, maka tangisan tidak menimbulkan pengaruh yang merugikan dan bahkan mungkin berguna.32 Hurlock (1978) berasalan bahwa tangisan yang normal merupakan kesempatan latihan yang diperlukan untuk koordinasi dan pertumbuhan otot bayi. Juga untuk merangasang nafsu makan mereka dan mendorong tidur lelap. Bagi anak yang tangisnya normal, hal itu seringkali merupakan jalan keluar bagi ketegangan emosional. Sebaliknya, tangis yang berlebih pada setiap tingkatan umur akan merugikan, baik fisik maupun psikologis. Semakin lama tangis berakhir dan semakin keras tangis tersebut, semakin berbahaya pengaruhnya.33 Salah satu pengaruhnya bagi kerusakan fisik adalah kehabisan tenaga. Karena tangis yang berlebihan sebenarnya berarti-menangis berkepanjangan-menguras tanaga dan melelahkan mereka. Ini mempengaruhi kenormalan makan dan tidur, dan pada gilirannya mempengaruhi kenormalan pertumbuhan fisik.34
2. Faktor Kecerdasan
32

Elizabeth B. Hurlock, 1978, Perkembangan Anak (Erlangga, hal: 194) Ibid, hal: 194

33

16

Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih cepat dan memiliki penguasaan bahasa yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tingkat kecerdasaannya rendah. Belajar bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa mengungkapkan apa yang dipikirkan anak.35
3. Faktor Jenis Kelamin

Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara anak pria & wanita. Namun mulai usia 2 thn, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dibandingkan anak pria. Anak perempuan lebih baik belajar bahasa dari pada anak laki-laki, baik dalam pengucapan, kosa kata, dan tingkat keseringan berbahasa.36
4. Faktor Keluarga (jumlah anggota keluarga, urutan kelahiran, dan metode

latihan berbicara) Semakin banyak jumlah anggota keluarga, akan semakin sering anak mendengar dan berbicara. Demikian juga, anak pertama lebih baik perkembangan berbicaranya karena orang tua lebih banyak mempunyai waktu untuk mengajak dan memilih mereka berbicara. Menurut Hurlock (1996) lingkungan yang pertama dan utama masa anak adalah lingkungan keluarga, terutama ibu. Hubungan keluarga mempunyai peran yang penting dalam menentukan pola, sikap, dan prilakunya kelak. Inilah sebabnya mengapa hubungan keluarga merupakan factor penting dalam perkembangan individu. Masalah komunikasi dan interaksi dengan orangtua tanpa disadari memiliki peran yang penting untuk membuat anak mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa yang tinggi. Banyak orangtua yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan anak lah yang juga membuat anak tidak punya banyak perbendaharaan kata-kata, sehingga kurang memacu anak untuk berfikir logis, menganalisa maupun membuat kesimpulan dari kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekalipun.37
34

Elizabeth B. Hurlock, 1978, Perkembangan Anak (Erlangga, hal: 195 kotak 7-8) Untuk mengetahui kerusakan fisik dan psikologis dari tangis berlebih yang lain dapat baca buku yang sama dan pada halaman, dan bagian yang sama pula.
35

Liun Mulifah,dkk, 2008, Perkembangan Peserta Didik Edisi Pertama (Learning Assistance Program for Islamic School, Paket 8, hal: 14
36

Liun Mulifah,dkk, 2008, Perkembangan Peserta Didik Edisi Pertama (Learning Assistance Program for Islamic School, Paket 8, hal:14)
37

Teguh subianto. 2012. Faktor perkembangan bahasa.

17

5. Faktor Keinginan atau dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan

dengan teman sebaya Semakin kuat keinginan dan dorongan berkomunikasi dengan orang lain, terutama bermain dengan teman sebaya, akan smakin kuat pula usaha anak untuk brbicara atau berbahasa.38
6. Faktor Kepribdian

Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung memiliki kemampuan berbicara atau berbahasa lebih baik dari pada anak yang mengalami masalah atau kendala dalam penyesuaian diri dan penyesuain sosialnya. Kemampuan eberbahasa anak yang memiliki kepribadian dan penyesuaian diri yang baik juga akan lebih baik secara kuantitas (jumlah kata atau keseringan bicara) maupun secara kualias(ketepatan pengucapan dan isi/topic pembicaraan dalam bahasa. Hambatan atau kesulitan perkembangan bahasa terjadi apabila anak tidak meninggalkan kebiasaan berbicara pada masa anak awal. Akibatnya, anak mengalami keterlambatan berbicara. Pada gilirannya, anak menjadi kurang percaya diri dan merasa tidak mampu sehingga mempengaruhi penyesuian diri dan sosialnya. Demikian juga, tipe anak yang berbicara secara egosentrik dapat mengakibatkan anak menjadi semakin tertutup dan sulit melakukan penyesuaian social. Masalah lain berupa ketunawicaraan atau cacat bicara yang terjadi pada anak. Ia tidak dapat atau kesulitan berbicara, mengucapkan kata dengan benar dan jelas. Ada juga anak yang mengalami kerancuan berbicara seperti penggantian bunyi huruf;bicara tidak jelas karena tidak berfungsinya bibir, lidah dan rahang dengan baik;serta gagap atau berbicara terlalu cepat dan membingungkan karena otot bicara dengan otak kurang koordinasi mengenal apa yang ingin dibicarakan. Selain hambatan tersebut, akhir-akhir ini juga muncul masalah sehubungan kedwibahasaan yang dapat membuat anak menjadi bingung, selain mengalami kesulitan dalam penyesuaian social dan pembelajaran di sekolah. D. Upaya Optimalisasi Perkembangan Bahasa Anak Pola belajar berbicara untuk semua anak umumnya sama. Meski demikian, laju perkembangannya berbeda. Seperti juga dalam mempelajari keterampilan motorik, dalam belajar berbicara terdapat pula hal-hal tertentu yang penting yang jika salah satu dari hal-hal

38

Ibid hal:14

18

penting tersebut hilang maka saat belajar bicara akan terlambat dan kualitas bicara akan berada di bawah potensi anak. Dalam buku Perkembangan Anak karya Elizabeth B. Hurlock (1978) menjelaskan halhal penting yang harus diperhatikan dalam belajar berbicara, antara lain: 1. Persiapan fisik untuk berbicara Kemampuan berbicara bergantung pada kematangan mekanisme bicara. Pada waktu lahir, saluran suara kecil, langit-langit mulut datar, dan lidah terlalu besar untuk saluran suara. Sebelum semua sarana itu mencapai bentuk yang lebih matang, syaraf dan otot mekanisme suara tidak dapat menghasilkan bunyi yang diperlukan bagi katakata. 2. Kesiapan mental untuk berbicara Kesiapan mental untuk berbicara bergantung pada kematangan otak, khususnya bagian-bagian asosiasi otak. Biasanya kesiapan tersebut berkembang diantara umur 12 dan 18 bulan dan dalam perkembangan bicara dipandang sebagai saat dapat diajar. 3. Model yang baik untuk ditiru Agar anak tahu mengucapkan kata dengan betul,dan kemudian menggabungkannya menjadi kalimat yang betul, maka mereka harus memiliki model bicara yang baik untuk ditiru. Model tersebut mungkin orang di lingkungan mereka, penyiar radio atau televisi, dan juga aktor film. Jika mereka kekurangan model yang baik, maka mereka akan sulit belajar berbicara dan hasil yang dicapai berada di bawah kemampuan mereka. 4. Kesempatan untuk berpraktek Jika karena alasan apapun kesempatan berbicara dihilangkan, jika mereka tidak dapat membuat orang lain mengerti, mereka akan putus asa dan marah. Ini seringkali melemahkan motivasi mereka untuk belajar bicara. 5. Motivasi

19

Jika anak mengetahui bahwa mereka dapat memperoleh apa saja yang mereka inginkan tanpa memintanya, dan jika pengganti bicara seperti tangis dan isyarat dapat mencapai tujuan tersebut, maka dorongan untuk belajar berbicara akan melemah.

6. Bimbingan Cara paling baik untuk membimbing belajar berbicara adalah, pertama, menyediakan model yang baik, kedua, mengatakan kata-kata perlahan dan cukup jelas sehingga anak dapat memahaminya, dan ketiga, memberikan bantuan mengikuti model tersebut dengan membetulkan setiap kesalahan yang mungkin dibuat anak dalam menitu model tersebut.39 Dalam artikel Stimulasi Perkembangan Bicara Balita 1-2 Tahun diberikan beberapa cara untuk menstimulasi agar perkembangan bicara balita semakin lancar dan balita gemar bicara, antara lain: 1. Ceritakan kesibukan Anda Omongkan dengan lantang apa saja yang sedang Anda kerjakan dan lemparkan pertanyaan-pertanyaan untuk batita. Teruslah bicara, walaupun Anda nampak konyol karena batita tak bisa menjawab, usul Pam Quinn, terapis wicara di RS Rehabilitasi Schwab, Chicago. 2. Jadi role model Bila batita Anda mengatakan cucu untuk susu, gunakan pengucapan yang benar ketika Anda merespon, Ini susumu. Kembangkan penguasaan bahasanya dengan menambahkan kata-kata baru, misalnya Susumu warnanya putih, enak sekali. Strategi ini tak hanya akan menambah jumlah kosa katanya tapi juga mengajarkan cara kombinasi kata. Namun hindari mengoreksi ucapannya. Menunjukkan kesalahan anak bisa membuatnya tak nyaman. Bahkan anak seusia itupun dapat mulai merasa bahwa apapun yang dilakukannya selalu salah di mata ibu, kata Pam lagi. 3. Berlagak bodoh Beri batita kesempatan untuk meminta dan mengungkapkan kebutuhannya sebelum Anda memberikan padanya. Contohnya, saat bermain, ia menggulirkan bola dan Anda
39

Elizabeth B. Hurlock, 1978, Perkembangan Anak (Erlangga, hal: 185 bagian kotak 7-3)

20

tahu ia ingin Anda mengembalikan bola itu padanya, pura-pura saja Anda tidak mengerti, berikan ekspresi wajah bingung dan bertanya, Ibu harus apa? Jeda seperti ini akan menyemangatinya untuk berkomunikasi. 4. Tetap nyata Hindari untuk mengucapkan kata berlebihan atau berbicara dalam bahasa slang atau bahasa pergaulan yang tak dimengerti balita usia 1-2 tahun. Orangtua wajib berbicara dalam kalimat-kalimat reguler dan dalam bahasa yang benar, yang akan membantu anak mengerti cara memadukan kata menjadi kalimat yang bermakna.40 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan makalah ini dpat disimpulkan bahwa: 1. Bahasa adalah suatu ujaran yang bermakna, bahasa juga dapat dikatakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambing, bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. 2. Tahap-tahap perkembangan bahasa anak terdiri dari: Masa bayi Masa kanak-kanak awal Masa kanak-kanak menengah dan akhir Masa remaja

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah:


40

Faktor kesehatan Faktor kecerdasan

Anonim, Stimulasi Perkembangan Bicara Balita 1-2 Tahun, http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/Balita/stimulasi.perkembangan.bi cara.balita.12.tahun/001/001/814/26/3

21

Faktor jenis kelamin Faktor keluarga Faktor Keinginan atau dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan dengan teman sebaya

Faktor kepribadian

4. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam belajar berbicara adalah:

Persiapan fisik untuk berbicara Kesiapan mental untuk berbicara Model yang baik untuk ditiru Kesempatan untuk berpraktek Motivasi bimbingan

B. SARAN Sebaiknya pembaca memahami tahapan dan faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak didik agar perkembangan bahasa pada anak menjadi optimal sesuai dengan masanya. Pembaca juga dapat menjadikan makalah ini sebagai referensi untuk materi Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak Didik.

22

23

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, B. Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakata: Erlangga Mulifah, Liun dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik Edisi Pertama (Learning Assistance Program for Islamic School. Santrock., John W. 2007. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1. Jakarta: Erlangga Anonim, Stimulasi Perkembangan Bicara Balita 1-2 Tahun, http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/Balita/stimulasi.perkembangan.bicar a.balita.12.tahun/001/001/814/26/3

24

Anda mungkin juga menyukai