Anda di halaman 1dari 73

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals)

tahun 2015 dan Program Nasional bagi Anak Indonesia (PNBAI) adalah untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir, bayi dan balita. Arah dan tujuan pembangunan kesehatan yang sama ini telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009. Dalam pembangunan kesehatan bagi anak, upaya menurunkan angka kematian bayi baru lahir, bayi dan balita dilakukan dengan berbagai cara diantaranya program peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan akses pelayanan kesehatan, peningkatan manajemen program kesehatan, peningkatan kemitraan serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam perawatan dan pengenalan tanda bahaya pada bayi baru lahir, bayi dan balita.1 Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Bila angka ini dikonversikan secara matematis, maka setidaknya terjadi 400 kematian bayi perhari atau 17 kematian bayi setiap 1 jam di seluruh Indonesia, sedangkan Angka Kematian Balita (AKBAL) sebesar 44/1000 kelahiran hidup yang berarti terjadi 529 kematian/hari atau 22 kematian balita setiap jamnya.2 Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2009, ada beberapa penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita. Pada kelompok bayi (0-11 bulan), dua penyakit terbanyak sebagai penyebab kematian bayi adalah penyakit diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%, sedangkan untuk balita, kematian akibat diare sebesar 25,2%, pneumonia 15,5%, Demam Berdarah Dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%.2 Dari data 10 penyakit terbanyak balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang diantaranya tahun 2010 diantaranya yakni ISPA, penyakit kulit, demam, diare, alergi kulit, pneumonia, penyakit telinga, penyakit mata, varicella dan kecacingan. Sebagian besar dari penyakit tersebut dapat dikelola sesuai

dengan pedoman MTBS, seperti penyakit pneumonia, diare, campak, penyakit telinga, dll. Tidak hanya pengelolaan secara kuratif, namun juga menuntun petugas puskesmas dalam mengelola penyakit tersebut secara preventif dan promotif. Jadi dapat disimpulkan bahwa MTBS sangat berperan penting dalam menangani beberapa penyakit tersering pada bayi dan balita di Puskesmas Ambacang secara komprehensif.3 Untuk meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir, bayi dan balita, kegiatan yang dilakukan melalui penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu program intervensi berisi penjelasan secara rinci penanganan penyakit pada balita. Proses manajemen kasus MTBS dilaksanakan pada anak umur 2 bulan sampai 5 tahun pada balita yang sakit dan pedoman ini telah diperluas mencakup manajemen terpadu bayi muda (MTBM) bagi bayi umur 1 hari sampai 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Penanganan balita ini menggunakan suatu bagan yang memperlihatkan langkah langkah dan penjelasan cara pelaksanannya, sehingga dapat mengklasifikasikan penyakit yang dialami oleh balita, melakukan rujukan secara cepat apabila diperlukan, melakukan penilaian status gizi dan memberikan imunisasi kepada balita yang membutuhkan. Selain itu ibu balita juga diberi konseling tatacara memberi obat di rumah, pemberian nasihat mengenai makanan yang seharusnya kembali untuk mendapatkan pelayanan tindak lanjut.4,5 Di Indonesia, MTBS sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh Departemen Kesehatan yang bekerjasama dengan WHO dalam bentuk pelatihan pada tenaga kesehatan. Tujuan dari pelatihan ini yaitu dihasilkannya petugas kesehatan yang terampil menangani bayi dan balita sakit dengan menggunakan tatalaksana MTBS. Sasaran utama pelatihan MTBS ini adalah perawat dan bidan, akan tetapi dokter Puskesmas pun perlu terlatih MTBS agar dapat melakukan supervisi penerapan MTBS di wilayah kerja Puskesmas. Pada kenyataannya di Puskesmas Ambacang sendiri masih banyak petugas yang belum dilatih, petugas yang pernah dilatih pun tidak diberi penyegaran tentang perkembangan terbaru, sehingga pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir, bayi dan anak balita yang dilakukan melalui penerapan MTBS tidak pernah terlaksana hingga saat ini. Hal

tersebut menunjukkan bahwa sumber daya dan proses pelayanan yang berhubungan dengan MTBS belum sesuai dengan kaidah pelayanan prima, dimana konsep pelayanan prima Departemen Kesehatan dimaknai sebagai pelayanan terbaik dan yang memenuhi standar pelayanan, dipandang dari perspektif pengguna atau donor, perspektif proses pelayanan dan perspektif keuangan. Pelayanan prima ini baru dapat dicapai jika kualitas sumber daya manusianya cukup profesional, inilah yang membuat penulis mengangkat permasalahan mengapa belum terlaksananya pelayanan kesehatan dengan MTBS di Puskesmas Ambacang sebagai sebuah Plan Of Action.5,6

1.2. 1.

Perumusan Masalah Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tinggi angka kematian bayi baru lahir, bayi dan balita di Puskesmas Ambacang?

2.

Kenapa metode pelayanan kesehatan dengan MTBS belum terlaksana di Puskesmas Ambacang?

3.

Upaya apa yang dapat dilakukan untuk terlaksananya metode pelayanan kesehatan MTBS belum terlaksana di Puskesmas Ambacang?

1.3.

Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan umum Meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir, bayi dan anak balita melalui penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi baru lahir, bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.

1.3.2. Tujuan khusus 1. Mengidentifikasikan masalah yang ada di Puskesmas Ambacang. 2. Menetapakan prioritas masalah penyebab tingginya angka kematian bayi dan balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ambacang. 3. Menganalisis penyebab tingginya angka kematian bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang melalui pendekatan peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan, peningkatan manajemen program kesehatan, serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam perawatan dan pengenalan tanda bahaya pada bayi baru lahir, bayi dan balita. 4. Mencarikan alternatif solusi untuk menurunkan angka kematian dan

kesakitan bayi dan balita melalui penerapan metode pelayanan kesehatan MTBS di Puskesmas Ambacang.

1.4.

Manfaat Penulisan Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada pihak puskesmas dalam memecahkan permasalahan mengenai tingginya angka kematian dan kesakitan bayi melalui impementasi MTBS di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.

BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS AMBACANG Sejarah Puskesmas7 Puskesmas Ambacang diresmikan pada hari Rabu tanggal 5 Juli 2006. Pada saat awal berdiri, Puskesmas Ambacang hanya mempunyai 15 orang staf, dengan kepala puskesmas dr. Dewi Susanti Febri yang menjabat sampai bulan Maret 2009, yang kemudian digantikan oleh dr. H. May Happy yang masih menjabat sebagai kepala Puskesmas Ambacang hingga saat ini. Dalam perkembangannya sampai saat ini telah terdapat 48 orang staf. Pada awal tahun berdiri Puskesmas Ambacang, pelaksanaan programnya masih banyak

2.1.

bekerjasama dengan Puskesmas Kuranji, karena 4 wilayah Puskesmas Ambacang sebelumnya merupakan wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Kondisi Geografis7 Wilayah kerja Puskesmas Ambacang meliputi empat kelurahan dari Sembilan kelurahan yang berada di kecamatan Kuranji, dengan luas wilayah kerjanya terdiri dari 4 kelurahan yaitu, 1. Kelurahan Pasar Ambacang 2. Kelurahan Anduring 3. Kelurahan Ampang 4. Kelurahan Lubuk Lintah

2.2.

Letak wilayah kerja Puskesmas Ambacang dilalui oleh jalan raya by pass yang menghubungkan antara pelabuhan laut dan pelabuhan udara, dan merupakan daerah evakuasi bagi masyarakat saat terjadinya bencana.

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang7

Puskesmas Ambacang terletak pada ketinggian 36 meter pada posisi 00.55422 LS dan 10.0238 40 LU. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Ambacang adalah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Korong Gadang Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pauh dan Kecamatan Padang Timur Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Nanggalo Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pauh Pada wilayah kerja Puskesmas Ambacang terdapat satu sungai di kelurahan Pasar Ambacang. Dimana aktivitas warga kelurahan Pasar Ambacang seperti mandi, mencuci dan kakus masih dilakukan di sungai tersebut. Kondisi Demografis7 Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang adalah 43.114 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata dengan rincian sebagai berikut:

2.3.

Kelurahan Pasar Ambacang


Kelurahan Anduring Kelurahan Ampang Kelurahan Lubuk Lintah

:15.461 Jiwa
: 12.329 Jiwa : 6.373 Jiwa : 8.951 Jiwa

2.4.

Sarana dan Prasarana7

Data sarana dan prasarana kesehatan 1. Bangunan puskesmas induk 2. Bangunan puskesmas pembantu 3. Rumah paramedik 4. Kenderaan roda empat 5. Kenderaan roda dua 6. Rumah sakit 7. Rumah sakit bersalin 8. Klinik kesehatan 9. Praktek dokter swasta 10. Bidan praktek swasta : 2 unit : 1 unit : 2 unit : 1 unit : 3 unit : 1 buah : 2 buah : 2 buah : 4 orang : 7 orang

Data UKBM 1. Posyandu Balita 2. Posyandu Lansia 3. BATRA 4. Poskestren : 28 buah : 4 buah : 23 buah : 1 buah

Data dasar atau sasaran 1. Penduduk 2. Ibu hamil 3. Ibu bersalin 4. Bayi 5. Balita 6. TK 7. SD 8. SMP/MTsn : 43.114 jiwa : 1011 orang : 965 orang : 919 orang : 4.500 orang : 8 buah : 22 buah : 5 buah
7

9. SMA/SMK 10. Perguruan Tinggi 11. Rumah Ibadah 12. Panti Asuhan 13. Restoran/ Rumah Makan 14. Sarana air bersih Ketenagaan7

: 3 buah : 1 buah : 65 buah : 2 buah : 19 buah : 6.726 buah

2.5.

Tenaga kesehatan Puskesmas Ambacang: 1. Dokter Umum 2. Dokter Gigi 3. SKM 4. Perawat (Akper) 5. Perawat (SPK) 6. Bidan (Akbid) 7. Bidan (DI) 8. Kesling (AKL) 9. Analisisi D III 10. Perawat Gigi 11. Asisten Apoteker 12. SLTA 13. Sopir 14. Tenaga Sukarela : 3 orang : 3 orang : 2 orang : 6 orang : 1 orang : 10 orang : 7 orang : 3 orang : 1 orang : 2 orang : 3 orang : 2 orang : 1 orang : 4 orang

2.6.

Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Penduduk

Penduduk wilayah kerja Puskesmas Ambacang sebagian besar beragama Islam, dengan mata pencarian: Tani Pegawai negeri ABRI Buruh Lain-lain : 45% : 20% : 2% : 15% : 18%

2.7 Struktur Puskesmas Ambacang tahun 20107


KEPALA PUSKESMAS Dr.Hj.MAY HAPPY.M.

TATA USAHA SRI DESWATI

SP2TP ASWITHA.D

PERENCANAAN Ka Pusk/TU

UMUM/KEPG GUSRIYANTI BARANG NENI INDRIANI APBD/ASKES/DA BISMATULLAH

BENDAHARA

UPAYA KESEHATAN PERORANGAN BP UMUM YANTRI NORA BP GIGI Drg.UCHIRIA.H KIA SRI HILDA.SKM LABOR MEINI ELFIZA APOTIK DARYATI GUDANG DARWINA

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT PROMKES YENI ASTUTI KESLING HASRI AMRA P2P/SURVAILENT SURYA.SKM GIZI MARDALENA.SKM PENGOBATAN ..

JAMKESMAS NURMAYANTI BOK MARDALENA.SKM IMUNISASI DEVI.S DBD Sastrawati MALARIA Sastrawati LANSIA Linda Astuti PUSKEL KARTINI

IBU SRI.SKM ANAK GADIS.V KB NURHAYATI

DIARE ASRINA PMS Linda Astuti

FILARIASIS KARTINI

PUSTU L.L MAHYUNI

ANDURING WAHYUNI LUBUK LINTAH FITRA SURYANI PS AMBACANG ZAMLISMI AMPANG RAADSMA.D

POSKESKEL

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Puskesmas Ambacang BAB III TINJAUAN PUSTAKA Definisi Manajemen Terpadu Balita Sakit8 Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan terhadap balita sakit dengan menggunakan suatu algoritme yang dilakukan secara terpadu dengan memadukan pelayanan promosi, pencegahan, serta pengobatan terhadap lima penyakit penyebab utama kematian pada bayi dan balita di negara berkembang, yaitu pnemonia, diare,campak, dan malaria serta malnutrisi. 3.2. Konsep MTBS8,9 Manajemen Terpadu Balita digagas oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh kelua Praktik MTBS di Puskesmas.

3.1.

3.2.1. Alur Pelayanan MTBS Setelah mendaftar di loket, pasien balita sakit dibawakan kartu status dan formulir pencatatan MTBS. Ini yang membedakan yang tanpa MTBS di mana formulir MTBS tidak disertakan. Pasien kemudian menuju ruang MTBS untuk diperiksa oleh case manager. Case manager di sini adalah bidan yang telah dilatih MTBS yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan kegiatan MTBS. Pemeriksaan dimulai dengan melakukan penilaian yang dilanjutkan dengan pembuatan klasifikasi yang diikuti dengan pemberian tindakan. Cara penilaian bergantung pada masalah yang dikerjakan yaitu dengan mengisi format pencatatan MTBS yang meliputi bertanya, melihat, memeriksa, mendengar, melihat dan meraba dan sebagainya. Klasifikasi ditetapkan setelah melihat hasil gejala dan tanda yang ditemukan pada penilaian dan akan diteruskan dengan melakukan tindakan yang sesuai. Tindakan ini juga mengacu pada buku bagan

10

MTBS. Adapun permasalahan yang dinilai meliputi tanda bahaya umum, batuk atau sukar bernapas, diare, demam, masalah telinga, gizi buruk dan anemia, status imunisasi, pemberian kapsul vitamin A serta pemberian makan dan konseling. Konseling menjadi langkah selanjutnya dan menjadi bagian tak terpisah dari alur MTBS. Case manager menentukan konseling apa yang diperlukan saat pemeriksaan, misalnya perlu diberikan konseling kesehatan lingkungan, gizi atau imunisasi dan juga berhak meminta petugas yang bersangkutan untuk melakukan konseling. Setelah konseling selesai maka pasien disuruh kembali ke case manager untuk diberikan konseling mengenai cara perawatan anak di rumah. Pemeriksaan balita sakit di puskesmas ditangani oleh tim yang dipimpin oleh pengelola MTBS yang berfungsi sebagai case manager. Semua kegiatan pemeriksaan dan konseling tersebut dilakukan di ruang khusus MTBS.

3.2.2. Fungsi dan Kedudukan Case Manager Kedudukan case manager tidak ada dalam struktur organisasi puskesmas. Pemilihannya oleh kepala puskesmas berdasarkan pertimbangan pernah mengikuti pelatihan dan sanggup untuk mengelola MTBS. Dalam keseharian pengelola bertanggung jawab kepada koordinator KIA. Case manager bertanggung jawab melakukan pemeriksaan dari penilaian membuat klasifikasi serta mengambil

tindakan serta melakukan konseling dengan dipandu buku bagan dan tercatat dalam formulir pemeriksaan. Case manager bertanggung jawab mengelola kasus balita sakit dari penilaian, membuat klasifikasi, dan menentukan tindakan, serta manager

menentukan konseling yang diperlukan oleh pasien. Apabila memerlukan konseling gizi, kesehatan lingkungan (kesling), serta imunisasi, petugas mengirim ke petugas yang dibutuhkan dan pasien akan disuruh kembali kepada case

manager. Sesudah mendapatkan konseling baru dilakukan penulisan resep serta penjelasan agar pengantar mematuhi perintah yang diberikan dalam pengobatan di rumah. Konseling mengenai cara pemberian obat, dosis, lama pemberian, waktu pemberian, cara pemberian dan lain-lain menjadi hal yang rutin dilakukan. Hasil kegiatan pemeriksaan dicatat dalam register kunjungan, kemudian direkap setiap akhir bulan untuk laporan kegiatan MTBS kepada Dinas Kesehatan.

11

Keberadaan tim dalam penanganan balita sakit sangat mendukung praktik MTBS. Tim yang dipimpin oleh seorang manajer kasus (case manager) yaitu seorang bidan yang bertanggungjawab kepada bidan koordinator KIA. Apabila ada masalah yang berkenaan dengan MTBS bidan koordinator mengkonsultasikan kepada kepala puskesmas. Manajer kasus mendistribusikan tugas serta pekerjaan kepada anggota tim lainnya yaitu petugas gizi untuk menangani konseling gizi, petugas imunisasi untuk pemberian imunisasi yang dibutuhkan anak pada saat pemeriksaan serta petugas kesehatan lingkungan yang menangani penyuluhan berkenaan dengan penyakit yang diakibatkan oleh perilaku dan lingkungan. Kejelasan tugas dalam pembagian kerja menyebabkan penanganan kasus lebih efektif. Masing-masing petugas bisa mengerti pekerjaan dan tugas-tugas yang lain sehingga ketika petugas lain yang diperlukan tidak ada petugas yang ada bisa mengambil alih. Sifat yang fleksibel antar anggota tim inilah yang membantu dalam praktik MTBS sehingga pekerjaan terus berlangsung walaupun ada anggota tim yang tidak ada

3.3.

Perbedaan Pelayanan dengan MTBS dan tanpa MTBS

Tabel 3.1. Perbedaan Pelayanan dengan MTBS dan tanpa MTBS9

12

Pemberian konseling menjadi unggulan dan sekaligus pembeda dari alur pelayanan sebelum MTBS. Materi meliputi kepatuhan minum obat, cara minum obat, menasehati cara pemberian makanan sesuai umur, memberi nasehat kapan melakukan kunjungan ulang atau kapan harus kembali segera. Dengan pemberian konseling diharapkan pengantar atau ibu pasnien mengerti penyakit yang diderita, cara penanganan anak di rumah, memperhatikan perkembangan penyakit anaknya sehingga mampu mengenali kapan harus segera membawa anaknya ke petugas kesehatan serta diharapkan memperhatikan tumbuh kembang anak dengan cara memberikan makanan sesuai umurnya. Semua pesan tersebut tercermin dalam Kartu Nasihat Ibu (KNI) yang biasanya diberikan setelah ibu atau pengantar balita sakit mendapatkan konseling.9 Dari pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini terdapat pendekatan yang terintegrasi dalam pemeriksaan balita sakit yaitu memadukan antara pengobatan, promosi dan pencegahan dalam waktu yang bersamaan. Pengobatan diberikan sesuai dengan klasifikasi, promosi ditekankan pada peningkatan pemberian makan pada balita sakit sesuai umur yang dilakukan di tingkat rumah tangga, sedangkan pencegahan penyakit ditekankan pada pemberian imunisasi, konseling pemberian ASI dan makanan tambahan, pemberian suplemen kapsul vitamin A dosis tinggi sesuai yang telah ditetapkan. 9 Manfaat Keterpaduan Intervensi dalam praktek MTBS ini adalah mencegah kasus kehilangan kesempatan (missed opportunity) pada balita. Petugas kesehatan selalu menanyakan status imunisasi serta sudah diberikan kapsul vitamin A. Untuk langkah selanjutnya apabila disimpulkan pasien memerlukan imunisasi serta kapsul vitamin A akan diberikan apabila tidak ada kontra indikasi pemberian imunisasi. Dengan demikian balita tidak kehilangan kesempatan untuk mendapatkan imunisasinya serta cakupan imunisasi akan bertambah. Intervensi integrasi diharapkan dapat meningkatkan tumbuh kembang anak, mencegah penyakit dan merespon terhadap penyakit yang diderita anak. Intervensi dilaksanakan pada tingkat rumah tangga dan saat di puskesmas yaitu dengan memberi penekanan pada penyuluhan pemberian makan dan penggunaan kelambu di daerah malaria serta mencegah suatu penyakit dengan cara pemberian imunisasi dan kapsul vitamin A. 8

13

Intervensi berupa pengobatan (kuratif), penyuluhan (promotif) dan pencegahan (preventif). Intervensi bisa dilaksanakan di rumah pasien dan juga bisa dilakukan di fasilitas kesehatan. Secara rinci bisa dilihat pada table 3.2. Tabel 3.2. Intervensi Integrasi 8

Tabel 3.2 menjelaskan intervensi yang bisa dilaksanakan di rumah dan di puskesmas. Harapan dilibatkannya keluarga ikut dalam proses pengobatan balita sakit yaitu keluarga berdaya untuk menangani perawatan anak di rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si anak serta mematuhi perintah dalam pemberian obat.8 3.4.Keterampilan yang harus dimiliki petugas MTBS11 Untuk menjaga kualitas pelayanan dan meningkatkan ketrampilan, petugas kesehatan dilatih standarisasi MTBS dengan mempelajari materi dasar dan materi inti yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan klinis dalam Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang terdiri dari : penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun, menentukan tindakan, pengobatan, konseling

14

bagi Ibu, tindak lanjut serta tatalaksana bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan (Manajemen Terpadu Bayi Muda/ MTBM). Selanjutnya untuk menjaga tetap terpeliharanya ketrampilan petugas akan manajemen pengelolaan paripurna pada balita, pelaksanaan di lapangan di terapkan pada formulir MTBS/MTBM yang berupa ceklist pengamatan untuk membimbing petugas dalam melakukan pelayanan kepada bayi dan balita. Kompetensi yang diharapkan dari pelatihan MTBS adalah petugas kesehatan bisa melaksanakan proses manajemen kasus penanganan balita sakit dan bayi muda di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas, puskesmas pembantu, pondok bersalin , klinik, balai pengobatan maupun melalui kunjungan rumah. Dengan berpedoman pada buku bagan, petugas menangani balita sakit dan bayi muda diantaranya dengan melakukan : 1. Menilai tanda tanda dan gejala penyakit, status imunisasi, status gizi dan pemberian vitamin A 2. Membuat klasifikasi 3. Menentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi anak dan memutuskan apakah seorang anak perlu dirujuk 4. Memberi pengobatan pra rujukan yang penting, seperti dosis pertama antibiotik, vitamin A, suntikan kinin dan perawatan anak untuk mencegah turunnya gula darah serta merujuk anak. 5. Melakukan tindakan di fasilitas kesehatan (kuratif dan preventif) seperti pemberian oralit, vitamin A dan imunisasi. 6. Mengajari ibu cara memberi obat di rumah (seperti antibiotik oral atau obat anti malaria) dan asuhan dasar bayi muda 7. Memberi konseling kepada ibu mengenai pemberian makan pada anak termasuk pemberian ASI dan kapan harus kembali ke fasilitas kesehatan. 8. Melakukan penilaian ulang dan memberi perawatan yang tepat pada saat anak datang kembali untuk pelayanan tindak lanjut Dalam melakukan proses manajemen kasus ini, terdapat dua kelompok umur yaitu apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun , menggunakan bagan penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Sampai 5 tahun berarti anak belum mencapai ulang tahunnya yang kelima. Kelompok ini

15

termasuk balita umur 4 tahun 11 bulan, akan tetapi tidak termasuk anak yang sudah berumur 5 tahun. Seorang anak yang berumur 3 bulan akan masuk dalam kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun, dan bukan dalam kelompok 1 hari sampai 2 bulan (Proses manajemen kasus dengan formulir MTBS). Apabila anak belum genap berumur 2 bulan, maka ia tergolong bayi muda. Bagan yang digunakan adalah Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan khusus mengenai bayi muda, bagan berlaku untuk bayi muda sakit maupun sehat (Proses manajemen kasus menggunakan formulir MTBM). Dengan menggunakan buku bagan penilaian & klasifikasi anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, petugas mempraktikkan ketrampilan sebagai berikut : 1. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi 2. Memeriksa tanda bahaya umum 3. Menanyakan kepada ibu mengenai empat keluhan utama : a. Batuk atau sukar bernafas b. Diare c. Demam d. Masalah telinga Apabila ada keluhan utama tersebut diatas maka dilanjutkan dengan : 1. Melakukan penilaian lebih lanjut gejala lain yang berhubungan dengan gejala utama 2. Membuat klasifikasi penyakit anak berdasarkan gejala yang ditemukan. 3. Memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi anak dan anemia. 4. Memeriksa status imunisasi dan pemberian vitamin A pada anak dan menentukan apakah anak membutuhkan imunisasi dan atau vitamin A

pada saat kunjungan tersebut. 5. Menilai masalah / keluhan lain yang dihadapi anak

Keterampilan selanjutnya adalah menentukan tindakan dan memberi pengobatan yang dibutuhkan. Pengobatan pada anak sakit dapat dimulai di klinik dan diteruskan dengan pengobatan lanjutan di rumah. Pada beberapa keadaan , anak yang sakit berat perlu di rujuk ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut. Dalam hal ini perlu dilakukan tindakan pra rujukan sebelum anak di rujuk.

16

Pada bagian ini petugas mempunyai ketrampilan untuk : 1. Menentukan perlunya dilakukan rujukan segera 2. Menentukan tindakan dan pengobatan pra rujukan 3. Merujuk anak, menjelaskan perlunya rujukan, menulis surat rujukan 4. Menentukan tindakan dan pengobatan untuk anak yang tidak memerlukan rujukan segera 5. Memilih obat yang sesuai dan menentukan dosis dan jadwal pemberian 6. Memberi cairan tambahan untuk diare dan melanjutkan pemberian makan. 7. Memberi imunisasi setiap anak sakit sesuai kebutuhan. 8. Memberi suplemen vitamin A 9. Menentukan waktu untuk kunjungan ulang.

Petugas kesehatan dilatih menyediakan waktu untuk menasehati ibu dengan cermat dan menyeluruh. Pada bagian ini adalah penting bagi petugas untuk memahami bahwa praktik menasehati/ konseling bagi ibu adalah diharapkan ibu mampu menerapkan perawatan dirumah dengan baik. Pola perawatan di rumah yang benar merupakan indicator keberhasilan petugas dalam memberikan pemahaman / konseling mengenai masalah kesehatan anak ibu. Sebagai alat komunikasi penggunaan kartu nasehat ibu (KNI) / Buku KIA, akan membantu petugas untuk mempraktikkan konseling pada ibu. Petugas akan mempraktikkan tugas konseling ini antara lain : 1. Menggunakan ketrampilan komunikasi yang baik 2. Mengajari ibu cara memberikan obat oral dirumah 3. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah 4. Mengajari ibu cara pemberian cairan di rumah 5. Melakukan penilaian pemberian ASI dan makanan anak 6. Menentukan masalah pemberian ASI dan makanan anak 7. Konseling bagi ibu tentang masalah pemberian ASI dan makanan 8. Menasehati ibu tentang : a) Kapan kembali untuk kunjungan ulang b) Kapan kembali segera untuk perawatan lebih lanjut c) Kapan kembali untuk imunisasi dan pemberian vitamin A

17

d) Kesehatannya sendiri 9. Menentukan prioritas nasehat.

Pada tiap akhir kunjungan, petugas akan menjelaskan kapan harus kunjungan ulang. Kadang seorang anak membutuhkan tindak lanjut untuk lebih dari satu masalah. Pada kasus seperti ini, ibu diberitahu kapan waktu terpendek dan pasti ibu harus kembali. Dan dijelaskan juga kemungkinan anak harus kembali lebih awal jika masalah seperti demam menetap. Tabel 3.3. Jadwal kunjungan ulang balita 2 bulan sampai 5 tahun11

Ada beberapa kunjungan ulang yang berbeda untuk masalah gizi yaitu : 1. Anak yang mempunyai masalah pemberian makan, dan ibu balita telah dianjurkan untuk melakukan perubahan dalam hal pemberian makan, kunjungan ulang dalam waktu 5 hari adalah untuk melihat apakah ibu telah melakukan perubahan itu. 2. Anak yang tampak pucat (anemia),kunjungan ulang dalam 4 minggu untuk memberi tambahan zat besi (yang penting anak dengan anemia akan mendapat zat besi dengan total pemberian untuk 1 bulan dan mendapat tindak lanjut setelah 1 bulan tersebut )

18

3.

Anak yang menderita BGM, kunjungan ulang dalam waktu 4 minggu / 1 bulan untuk menimbang anak, menilai ulang pemberian makan dan memberi nasehat lebih lanjut sesuai kartu Nasehat Ibu/ KIA.

Jadwal kunjungan ulang ini terdapat dalam kartu nasehat ibu, bersama nasehat kapan harus kembali segera. Bagian terpenting dari kapan harus kembali ini, petugas dilatih untuk selalu mengecek pemahaman ibu sebelum ibu

meninggalkan klinik. Dalam memberikan nasehat itu petugas dapat menggunakan istilah istilah lokal yang mudah dimengerti ibu . Kartu nasehat ibu menampilkan tanda tanda tersebut dalam bentuk kalimat maupun dalam gambar. Petugas akan melingkari tanda-tanda yang harus diingat ibu. Petugas harus selalu menyadari bahwa kata kata dan nasehat tersebut dimengerti oleh ibu. Jika ibu tidak mengerti, mungkin ibu tidak akan kembali. Jika ibu tidak kembali pada saat anak menderita pneumonia anak mungkin dapat meninggal. Tabel 3.4. Kapan harus segera kembali pada balita 2 bulan sampai 5 tahun11

Dengan demikian, Konseling yang baik diharapkan akan memberikan pemahaman kepada ibu balita akan perawatan balita yang benar dirumah, yang pada akhirnya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu akan perawatan yang benar bagi balitanya.

19

Tabel 3.5. Jadwal kunjungan ulang bayi 1 hari sampai dengan 2 bulan11

Petugas harus memastikan bahwa setiap ibu yang bayinya sakit perlu diberitahu kapan harus membawa bayinya untuk kunjungan ulangan kapan harus segera dibawa ke petugas kesehatan : 1. Segera membawa bayinya kepetugas kesehatan jika timbul tanda penyakitnya bertambah parah 2. Membawa bayinya untuk kunjungan ulang pada kurun waktu tertentu untuk mngecek kemajuan pengobatan dengan antibiotik atau untuk pemberian imunisasi berikutnya (kunjungan bayi sehat). Tabel 3.6. menasehati ibu kapan harus segera dibawa ke petugas kesehatan11

Segera dibawa ke petugas kesehatan jika bayi menunjukkan salah satu gejala berikut : 1. Gerakan bayi berkurang 2. Nafas cepat 3. Sesak nafas 4. Perubahan warna kulit ( kebiruan, kuning ) 5. Malas / tidak bisa menetek atau minum

20

6. Badan teraba dingin atau panas 7. Beraknya campur darah ( ada darah dalam tinja ) 8. Jika kulit kuning bertambah 9. Bertambah parah Seperti halnya pada balita umur 2 bulan sampai 5 tahun , petugas kesehatan dilatih untuk mempraktekkan ketrampilannya pada bayi 1 hari sampai 2 bulan sebagai berikut : 1. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi bayi muda 2. Memeriksa dan mengklasifikasi bayi muda untuk masalah : a. Kejang b. Gangguan nafas c. Kemungkinan infeksi bakteri d. Ikterus e. Gangguan saluran cerna f. Diare g. Kemungkinan berat badan rendah h. Masalah pemberian ASI 3. Menentukan status imunisasi pada bayi muda 4. Menilai masalah/ keluhan lain pada bayi muda maupun ibu 5. Menentukan tindakan (termasuk rujukan) dan memberi pengobatan pada bayi muda 6. Memberikan konseling bagi ibu 7. Memberikan pelayanan tindak lanjut pada bayi muda. Pada waktu kunjungan ulang , petugas kesehatan dapat menilai apakah anak membaik setelah diberi obat atau diperlukan diberi tindakan lainnya. Sebagai contoh, beberapa anak mungkin tidak bereaksi atas pemberian antibiotika tertentu atau obat malaria, sehingga diperlukan obat pilihan kedua. Anak dengan diare persisten membutuhkan tindak lanjut untuk memastikan bahwa diare telah berhenti sama sekali. Anak dengan demam atau infeksi mata perlu dilihat jika keadaanya tidak membaik. Anak dengan masalah pemberian ASI dan makanan memerlukan tindak lanjut untuk memastikan bahwa mereka telah mendapat cukup ASI/ makanan sehingga berat badannya bertambah.

21

Tindak lanjut merupakan hal yang penting. Petugas dianjurkan membuat alur pelayanan khusus untuk kunjungan ulang. Karena petugas telah dilatih untuk menangani apabila bayi atau balita berkunjung ulang ,maka apabila bayi atau balita berkunjung ulang akan dilakukan sebagai berikut, Petugas akan : 1. Menentukan apakah kunjungan anak adalah kunjungan ulang 2. Jika merupakan kunjungan ulang, menilai tanda tanda yang sesuai dengan petunjuk dalam kotak tindak lanjut (dalam buku bagan) untuk klasifikasi anak sebelumnya. 3. Memilih tindakan dan pengobatan berdasarkan tanda-tanda yang ada pada anak saat kunjungan ulang. . 4. Jika anak mempunyai masalah baru, menilai dan mengklasifikasikan anak seperti anak pada kunjungan pertama Pada penanganan balita umur 2 bulan sampai 5 tahun, tindakan yang dilakukan sesuai kotak tindak lanjut pada buku bagan dan ini hampir sama dengan pada bayi muda. Beberapa klasifikasi untuk dilakukan tindak lanjut pada tabel adalah sebagai berikut : Tabel 3.7. Klasifikasi untuk dilakukan tindak lanjut11

Petugas telah dilatih keterampilan untuk mengetahui sebagai berikut : 1. Jika menemukan klasifikasi kuning berubah menjadi hijau, artinya keadaan bayi muda membaik. 2. Kalsifikasi yang tetap kuning berarti keadaan bayi muda tetap.

22

3. Jika klasifikasi kuning menjadi merah, keadaan bayi muda memburuk

Bayi muda sakit yang tidak sembuh setelah diobati, mungkin saja ada keadaan atau penyakit lain yang tidak diberikan saat pelatihan dan memerlukan pengobatan lebih lanjut. Petugas akan merujuk bayi muda sakit jika : 1. Keadaan bayi memburuk atau 2. Keadaan bayi tetap dan obat pilihan kedua tidak tersedia atau 3. Petugas khawatir tentang keadaan bayi muda atau 4. Tidak tahu harus berbuat apa dengan bayi muda.

23

BAB IV ANALISIS SITUASI Analisis Situasi7

4.1.

4.1.1. Program Puskesmas Puskesmas Ambacang memiliki 6 program dasar ( Basic Six) yang merupakan program pokok kerja puskesmas, yaitu : 1. Promosi Kesehatan a. Peran Serta Masyarakat Tabel 4.1. Pencapaian Program UKBM di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2010 No. Program 1. Posyandu Balita 2. Posyandu Lansia 3. Kader Aktif 4. 5. 7. 8. 9. 10. TOGA BATRA POSBINDU Poskestren Poskeskel UKS Target 28 6 112 20 23 4 1 4 22 % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Pencapaian % 28 100 6 100 97.5 87 20 23 1 4 20 100 100 100 100 91 Kesenjangan 13 100 9

b. Penyuluhan Kesehatan Masyrakat Tabel 4.2. Penyuluhan kesehatan masyarakat di dalam gedung dan diluar gedung di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2010 No. 1. Program Frekuensi Penyuluhan Dalam Gedung Frekuensi Penyuluhan Luar Gedung Target 96 % 100 Pencapaian 94 % 97,9 Kesenjangan 2,1

2.

336

100

359

106,8

+ 6,8

24

2.

KIA dan KB Jumlah ibu hamil yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Ambacang sebanyak 1011 orang, sedangkan bayi berjumlah 919 orang. a. Cakupan KN1, KN 2 dan KN lengkap

Tabel 4.3. target dan hasil pencapaian program KN1, KN 2 dan KN lengkap per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. 1 2 3 4 Sasaran Bayi Ps.Ambacang 330 Anduring 262 Lubuk Lintah 191 Ampang 136 Jumlah 919 Kesimpulan yang dapat Kelurahan KN % Lengkap 322 97,5 306 92,73 286 86,67 242 93,9 240 91,6 227 86,64 177 91,6 167 87,43 149 78,01 136 100 134 98,53 109 80,15 877 95,43 847 92,17 768 83,46 diambil dari tabel di atas adalah pencapaian KN 1 KN 1 % KN 2 %

dan KN 2 melebihi dari target yang ditetapkan, di mana target yang harus dicapai ialah 85 %, baik KN 1, KN 2 maupun KN lengkap. Sedangkan KN lengkap masih belum mencapai target dengan kesenjangan (-1,54%). b. Jumlah kasus BBLR, cakupan BBLR ditangani dan dirujuk Tabel 4.4. Jumlah kasus BBLR, cakupan BBLR ditangani dan dirujuk per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No 1 2 3 4 BBLR Ditangani Ps. Ambacang 12 org 10 org Anduring 6 org 6 org Lb. Lintah 6 org 3 org Ampang 3 org 2 org Jumlah 27 org 21 org Pencapaian kasus BBLR yang ditangani Kelurahan Jml BBLR BBLR % Dirujuk 83,3 2 org 16,67 100 0 0 50 3 org 50 66,6 1 org 33,33 77,7 6 org 22,22 melebihi dari target yang %

ditetapkan di mana target yang diberikan, yaitu 60%, sedangkan target yang dicapai yaitu 77,7%.

25

c. Data 10 penyakit terbanyak pada balita Tabel 4.5. Data 10 penyakit terbanyak pada balita per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. Penyakit Kelurahan Ps. Ambacang Anduring Lb Lintah 1025 728 586 274 186 166 141 96 78 103 86 71 58 32 28 35 23 18 36 17 16 Jumlah Ampang

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

ISPA 480 2819 Infeksi Kulit 108 734 Obs Demam 76 391 Diare 40 300 Alergi Kulit 20 138 Pneumoni 17 93 Penyakit 16 85 Telinga Penyakit 27 16 17 15 75 Mata Varicella 18 17 16 15 66 Kecacingan 10 5 4 3 22 Jumlah 1727 1206 1000 790 3823 Penyakit ISPA menempati urutan pertama dan kecacingan menempati

urutan terakhir dari sepuluh penyakit pada anak yang ditemukan di KIA selama tahun 2010. DKK memberikan target penemuan kasus pneumonia pada tahun 2010 yaitu 86% (387 orang) dari 10% jumlah balita yang menjadi sasaran pneumoni. Sedangkan jumlah yang ditemukan di Puskesmas Ambacang selama tahun 2010 berjumlah 93 kasus dengan pencapaian 24,03%, sedangkan target yang belum tercapai yaitu 61,97%. d. Cakupan DDTK Balita Per Kelurahan Pencapaian DDTK Bayi

Tabel 4.6. hasil pencapaian DDTK bayi per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. 1 2 3 4 Kelurahan Ps. Ambacang Anduring Lb. Lintah Ampang Jumlah Jumlah Bayi 330 262 191 136 919 Jumlah di DDTK 106 86 60 54 306 % 32,12 32,82 31,41 39,71 33,3

26

Pencapaian DDTK anak balita

Tabel 4.7 hasil pencapaian DDTK anak balita per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. 1 2 3 4 Kelurahan Ps. Ambacang Anduring Lb. Lintah Ampang Jumlah Jumlah Anak Balita 1284 1025 743 529 3581 Jumlah di DDTK 388 298 319 109 1114 % 30,22 29,07 42,93 20,6 31,11

Pencapaian DDTK anak pra sekolah

Tabel 4.8. Hasil pencapaian DDTK anak pra sekolah per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. 1 2 3 4 Kelurahan Jumlah Anak Pra Sekolah Jumlah di DDTK % Ps. Ambacang 132 60 45,45 Anduring 58 15 25,86 Lb. Lintah 56 34 60,71 Ampang 101 30 29,7 Jumlah 347 139 40,06 Pencapaian DDTK belum mencapai target sesuai dengan yang ditetapkan

yaitu 80%. Pencapaian DDTK masih bayi masih kurang sebanyak 46,7%, pencapaian DDTK anak balita masih kurang sebanyak 46,7% dan pencapaian DDTK anak pra sekolah masih kurang sebanyak 39,94% lagi. e. Cakupan neonatus resti / komplikasi yang ditangani dan dirujuk Tabel 4.9. Cakupan neonatus resti / komplikasi yang ditangani dan dirujuk per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. Kelurahan Jumlah Neonatus Resti 13 6 7 3 29 Neonatus Reesti Ditangani 10 6 4 2 22 % Neonatus Resti Dirujuk 3 0 3 1 7 %

1 2 3 4

Pasar Ambacang Anduring Lubuk Lintah Ampang Jumlah

76,92 100 57,14 66,67 75,86

23,08 0 42,86 33,33 24,14

27

Pencapaian neonatur resti yang ditangani melebihi dari target yang ditentukan, di mana target yang ditetapkan adalah 60%, maka pencapaian lebih dari target sebanyak 15,86%. f. Cakupan kunjungan bayi (29 hari dan 11 bulan) Tabel 4.10. cakupan kunjungan bayi (29 hari dan 11 bulan) per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. Jumlah Kunjungan % Bayi 1 Pasar Ambacang 330 269 81,52 2 Anduring 262 210 80,15 3 Lubuk Lintah 191 156 81,68 4 Ampang 136 113 80,88 Jumlah 919 748 81,39 Pencapaian kunjungan bayi masih belum mencapai target, di mana target Kelurahan Jumlah Bayi

yang seharusnya dicapai pada tahun 2010 adalah 85%. g. Cakupan ASI Eksklusif Tabel 4.11. Cakupan ASI eksklusif per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. 1 2 3 4 Kelurahan Jumlah Bayi 0-6 Bulan ASI Eksklusif % Pasar Ambacang 132 111 84,09 Anduring 105 53 50,48 Lubuk Lintah 76 42 55,26 Ampang 54 34 62,96 Jumlah 367 240 65,4 Pencapaian cakupan ASI eksklusif baru mencapai 65,4% di mana yang

dimaksud adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai bayi berusia 6 bulan. Sedangkan target pencapaiannya adalah 100%, jadi pencapaian di wilayah kerja Puskesmas Ambacang masih kurang 34,6% lagi.

28

h. Data kematian bayi berdasarkan penyebab Tabel 4.12. Data kematian bayi berdasarkan penyebab per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyebab Kl. Ps. Ambacang 2 1 1 1 Kl. Anduring 1 2 0 0 Kl. Lb. Lintah 0 3 1 1 Kl. Ampang 0 1 0 0 Jumlah

BBLR 3 IUFD 7 Gastroenteritis 2 Pny Jantung 2 Bawaan Inf sal nafas 0 1 0 0 1 akut Oedem paru 1 0 0 0 1 Obs demam 2 1 0 0 3 Asfixia berat 1 0 0 0 1 Susp 1 0 0 1 2 Pneumoni Jumlah 10 5 5 2 22 Lokasi terjadinya kematian bayi yang terbanyak adalah di kelurahan Pasar

Ambacang. i. Data kematian anak balita berdasarkan penyebab Tabel 4.13. data kematian anak balita berdasarkan penyebab per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. Kelurahan Diare dengan Dehidrasi Penyebab Gagal Aspirasi Jumlah Jantung e.c.Peny. Tenggelam Kematian Jantung Bawaan 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 4 terbanyak disebabkan diare, yaitu 2 dari 4 orang

1 2 3 4

Ps. Ambacang 0 Anduring 1 Lb. Lintah 0 Ampang 1 Jumlah 2 Kematian anak balita anak balita meninggal.

29

j. Data kematian bayi dan balita Tabel 4.14. data kematian bayi dan balita per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Umur Ps. Ambacang Anduring Lb. Lintah Ampang Lahir mati 1 2 3 1 0-7 hari 4 1 0 0 8-28 hari 2 2 0 0 29 hari 11 bulan 3 0 2 1 12 bulan 5 tahun 1 1 1 1 Jumlah Kematian neonatal 6 3 0 0 Jumlah Kematian Bayi 10 5 5 2 Jumlah Kematian 0-5 tahun 11 6 6 3 Kematian bayi dan balita yang terbanyak terjadi pada anak yang lahir mati, Jumlah 7 5 4 6 4 9 22 26

oleh karena itu puskesmas sebaiknya lebih meningkatkan pelayanan ANC. k. Data bayi lahir prematur per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 Kelurahan Pasar Ambacang : 8 orang Kelurahan Anduring Kelurahan Lubuk Lintah Kelurahan Ampang : 3 orang : 3 orang : 2 orang

l. Data bayi dan anak balita yang punya buku KIA Tabel 4.15. Data bayi dan anak balita yang punya buku KIA per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. 1 2 3 4 Kelurahan Pasar Ambacang Anduring Lubuk Lintah Ampang Jumlah Bayi 302 272 185 153 912 Anak Balita 900 850 602 502 2854 Jumlah 1202 1122 787 655 3766

m. Data sasaran ibu balita per kelurahan Puskesmas Ambacang tahun 2010 Kelurahan Pasar Ambacang : 1480 orang Kelurahan Anduring Kelurahan Lubuk Lintah Kelurahan Ampang Jumlah : 1152 orang : 820 orang : 630 orang : 4082 orang
30

n. Data bayi dan anak balita yang kelainan tumbuh kembang Tabel 4.16. Data bayi dan anak balita yang kelainan tumbuh kembang per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. 1 2 3 4 Kelurahan Pasar Ambacang Anduring Lubuk Lintah Ampang Jumlah Bayi 0 0 0 1 1 Anak Balita 3 0 1 0 4 Jumlah 3 0 1 1 5

o. Data sasaran laki-laki dan perempuan Tabel 4.17. data sasaran laki-laki dan perempuan per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. 1 2 3 4 Kelurahan Ps.Ambacang Anduring Lubuk Lintah Ampang Jumlah Bayi Lakilaki 160 130 95 68 453 Bayi Perempuan 170 132 96 68 466 Anak Balita Anak Balita Laki-laki Perempuan 640 644 513 512 370 373 265 264 1788 1793 Jumlah 1614 1287 934 665 4500

p. Pelayanan kesehatan anak balita Tabel 4.18. pelayanan kesehatan anak balita per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. 1 2 3 4 Kelurahan Ps.Ambacang Anduring Lb. Lintah Ampang Jumlah Sasaran 1284 1025 743 529 3581 Jumlah 1042 667 514 475 2698 % 81,15 65,07 69,18 89,79 75,34 Target 78 78 78 78 78

3. Gizi Wilayah kecamatan Kuranji merupakan daerah yang rawan masalah gizi terutama gizi buruk.Puskesmas Ambacang memiliki 1 buah pojok Gizi sebagai salah satu upaya untuk mengurangi angka kejadian masyarakat kurang gizi.Akan tetapi pada pelaksanaannya pojok gizi belum maksimal dilihat dari angka kunjungan yang rendah jika dibandingkan dengan

31

jumlah pasien yang datang berobat ke puskesmas yang seharusnya datang ke pojok gizi. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah: Pelaksanaan penimbangan balita dan penimbangan massal sekaligus pemberian vitamin A pada bulan Februari dan Agustus. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil (bumil) dan vitamin A pada ibu nifas (bufas). Pemantauan garam beryodium dilaksanakan 2 x 1 tahun Penjaringan status gizi dari bayi sampai anak sekolah (murid baru).

a. Pencapaian D/S, N/D, BMG/D Pencapaian D/S

Tabel. 4.19. Pencapaian D/S Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. Kelurahan Sasaran Jumlah RataPencapaian D/S Balita Balita rata Tahun Tahun Tahun 2010 Balita 2010 2009 2008 ditimbang/Th (Tahun 2010) Ps.Ambacang 1614 1132 70,15 43,93 41,29 Anduring 1287 624 48,47 26,92 29,77 Lubuk Lintah 934 455 48,69 46,33 35,02 Ampang 665 449 67,54 44,28 33,65 Puskesmas 4500 2667 59,26 39,28 35,32

1. 2. 3. 4.

Target D/s tahun 2008 : 65% , Kesenjangan : 29,68% Target D/s tahun 2009 : 65% , Kesenjangan : 25,72% Target D/S tahun 2010 : 65% , Kesenjangan : 5,74 %

32

Pencapaian N/D

Tabel 4.20. Pencapaian N/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No . Kelurahan Sasaran Balita Th 2010 Jumlah Ratarata D Jumlah Ratarata Balita yg naik Berat badannya/Th 647,33 Pencapaian N/D Balita Tahun Tahun Tahun 2010 2009 2008

Ps.Ambacan 1614 722,17 g 2. Anduring 1287 385,25 326,75 3. Lubuk 934 247,58 213,58 Lintah 4. Ampang 665 335,33 306,67 Puskesmas 4500 1702,58 1494,33 Target D/s tahun 2008 : 88% , Kesenjangan : 14,94% Target D/s tahun 2009 : 89% , Kesenjangan : 13,7% Target D/S tahun 2010 : 89% , Kesenjangan : 1,23 % Pencapaian BGM/D

1.

89,64 84,82 86,27 91,45 87,77

76,50 70,11 77,69 74,76 75,30

68,71 75,43 82,21 65,03 73,06

Tabel 4.21. Pencapaian BGM/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. 1. 2. 3. 4. Cakupan BGM/D Balita Kelurahan Tahun 2010 Tahun 2009 Ps.Ambacang 0,79 1,08 Anduring 0,80 0,84 Lubuk Lintah 0,66 1,56 Ampang 0,45 0,91 Puskesmas 0,71 1,10 Untuk tahun 2010 ini ternyata rata-rata jumlah balita yang BGM sebanyak 18 anak dari rata-rata jumlah balita yang ditimbang yaitu sebanyak 2692 anak atau berkisar 0,71 %. (Dapat dilihat di lampiran) Angka ini masih jauh dalam ambang batas yaitu < 7 %.

33

b. Cakupan Distribusi pemberian kapsul vitamin A Pada bayi dan balita

Tabel 4.22. Cakupan Pendistribusian Kapsul Vitamin A Bayi dan Anak Balita Bulan Februari 2010 Diwilayah Kerja Puskesmas Ambacang Bayi Anak Balita No Kelurahan Sasaran Pencapaian Sasaran Pencapaian . 2010 2010 Abs % Abs 1. Pasar Ambacang 191 140 70.71 1284 1123 2. Anduring 157 100 63,69 1025 669 3. Lubuk Lintah 114 100 87,72 743 573 4. Ampang 82 65 79,27 529 495 Puskesmas 551 405 73,5 3581 2860 Target Distribusi Vit.A tahun 2010 : 94 % Kesenjangan pencapaian pada bayi : 20,5 % Kesenjangan pencapaian pada balita : 14,13 % Tabel 4.23. Cakupan Pendistribusian Kapsul Vitamin A Bayi dan Anak Balita Bulan Agustus 2010 Diwilayah Kerja Puskesmas Ambacang Bayi Anak Balita No Kelurahan Sasaran Pencapaian Sasaran Pencapaian . 2010 2010 Abs % Abs 1. Pasar Ambacang 191 148 77,49 1284 1217 2. Anduring 157 105 66,88 1025 725 3. Lubuk Lintah 114 112 98,25 743 660 4. Ampang 82 80 97,56 529 525 Puskesmas 551 445 80,76 3581 3127 Target Distribusi Vit.A tahun 2010 : 94 % Kesenjangan pencapaian pada bayi : 13,24 % Kesenjangan pencapaian pada balita : 6,68 % Walau distribusi Vitamin A di bulan Februari dan Agustus tahun 2010 masih belum mencapai target. Akan tetapi bila kita lihat pencapaian distribusi vitamin A di tahun-tahun sebelumnya yaitu tahun 2007, 2008 dan 2009 pencapaiannya mengalami peningkatan seperti yang tertera berikut ini : Bayi : -Th 2007 -Th 2008 -Th 2009 -Th 2010 : 41,7 % (Feb) dan 81,7 % (Agustus) : 78,89 % (Feb) dan 54,2 % (Agustus) : 60,7 % (Feb) dan 63,52 % (Agustus) : 73,5 % (Feb) dan 80,76 % (Agustus)

% 87,46 65,27 77,12 93,57 79,87

% 94,78 70,73 88,83 99,24 87,32

34

Anak Balita : -Th 2007 -Th 2008 -Th 2009 -Th 2010 : 26,4 % (Feb) dan 43,6 % (Agustus) : 70,91 % (Feb) dan 53,7 % (Agustus) : 64,1 % (Feb) dan 68,54 % (Agustus) : 79,87 % (Feb) dan 87,32 % (Agustus) Pada ibu nifas

Tabel 4.24. Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan Tablet Fe pada Ibu Nifas di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2010 Jumlah Ibu Nifas dapat Kapsul Vitamin A dan Tablet No. Kelurahan Sasaran Fe Abs % 1. Ps. Ambacang 346 346 100 2. Anduring 276 264 95,65 3. Lubuk Lintah 200 185 92,5 4. Ampang 143 138 96,50 Puskesmas 965 933 96,68 Target vitamin A pada ibu nifas tahun 2010 :80% Target tablet Fe pada ibu nifas tahun 2010 :80% c. Cakupan distribusi tablet fe pada ibu hamil Tabel 4.25. Cakupan Distribusi tablet Fe 1 dan Fe 3 Pada Ibu Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. 1. Kelurahan Sasaran Bumil 2010 363 Jumlah Ibu Hamil dapat Talet Fe Fe 1 Fe 3 % Abs % 97,52 317 87,33 239 179 130 865 82,69 85,24 87,25 85,56

Abs Pasar 354 Ambacang 2. Anduring 289 271 93,77 3. Lubuk Lintah 210 201 95,71 4. Ampang 149 149 100 Puskesmas 1011 975 96,44 Target Distribusi Tablet Fe 1 dan Fe 3 bumil : 85 % dan 84 % d. Kunjungan pasien ke POZI (Pojok Gizi)

Pasien yang datang ke POZI (Pojok Gizi) merupakan pasien rujukan dari BP, KIA, keinginan sendiri dan posyandu. Mereka datang dengan berbagai macam penyakit/keluhan yang berbeda. Kegiatan POZI berupa konsultasi ataupun arahan tentang makanan/diet sesuai penyakit/keluhan yang dirasakan. Berikut

35

jumlah kunjungan pasien POZI tahun 2010 berdasarkan penyakit yang diderita : Tabel 4.26. Kunjungan Pasien ke Pojok Gizi (POZI) Diwilayah Kerja Puskesmas Ambacang tahun 2010 Jumlah KEP DM Bumil Hiper Obesi LainKunjung Anemi Tensi tas lain an a 1. Januari 22 5 5 12 2. Februari 14 12 1 1* 3. Maret 27 22 5 4. April 14 6 6 1 1** 5 Mei 10 4 3 3 6 Juni 13 6 4 3 7 Juli 15 5 5 4 1*** 8 Agustus 10 6 4 9 September 10 2 6 2 10 Oktober 10 4 4 1 1**** 11 November 15 5 6 4 12 Desember 9 2 7 169 79 55 30 1 4 Ket : * = sulit makan, ** = gatal-gatal/alergi ***, =Hiperemesis , ****=Radang sendi e. Kegiatan penimbangan massal Tabel 4.27. Hasil Rekapitulasi Penimbangan Massal Tahun 2010
Ditimbang

No

Bulan

No

Kelurahan

Sasaran Balita 2010

BB/U

TB/U

BB/TB

1.

Ps.Ambacang

1614

1336

82,78

Brk 11

Krg 37

Baik 1285

Lbh 3

Pdk 94

N 1242

Krs.s 1

krs 13

N 1310

Gmk 12

2.

Anduring

1287

786

61,07

17

757

73

713

773

3.

Lb.Lintah

934

743

79,55

727

24

719

733

4.

Ampang

665

595

89,47

594

14

581

595

Puskesmas

4500

3460

76,89

23

62

3365

10

205

3255

26

3411

20

36

Pencapaian penimbangan massal sudah mencapai target yaitu 76,89 % (target > 70 %). Ditemukan kasus gizi buruk sebanyak 3 anak. Tetapi setelah dilakukan validasi data penimbangan massal ternyata hanya ditemukan 1 kasus gizi buruk yang merupakan kasus lama yang ditemukan di tahun 2009 yang lalu. Tabel 4.28 Hasil Validasi Data Penimbangan Massal Tahun 2010 No. 1. 2. 3. 4. Kelurahan Ps.Ambacang Anduring Lb.Lintah Ampang Puskesmas BB/U Buruk Kurang 9 2 2 0 13 0 2 0 0 2 TB/U Pendek Normal 5 2 1 0 8 4 2 1 0 7 BB/TB Kurus.S Kurus 0 0 1 0 1 7 4 1 0 12

f. PSG dan kadarzi Sasarannya adalah keluarga yang memiliki balita. Pengumpulan data dilaksanakan tanggal 3 s.d 7 Mei 2010 di 4 kelurahan yaitu Ps.Ambacang, Anduring, Lubuk Lintah dan Ampang dengan jumlah sampel masing-masingnya adalah 30 KK, 30 KK, 30 KK dan 10 KK. Teknik pengambilan sampel secara random. Hasil dari pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 4.29. Hasil Rekapitulasi Data PSG Kadarzi Tahun 2010 No Indikator Kadarzi Ps.Ambacang (30 KK) Hasil 15 3 29 % 50 10 97 Anduring (30 KK) Hasil 18 24 30 Lubuk Lintah (30 KK) % Hasil % 60 26 87 80 21 70 100 30 100 Ampang (10 KK) Hasil 6 4 30 % 20 13 100

1. 2. 3. 4. 5.

Timbang BB teratur ASI Ekslusif Kons.Aneka ragam mkn Kons.Garam 30 100 30 100 30 100 30 100 beryodium Kons.Suplemen Gizi 30 100 30 100 30 100 30 100 Dari tabel diatas terlihat bahwa yang menjadi masalah adalah rendahnya angka warga yang menimbang berat badannya secara teratur dan rendahnya pemberian ASI ekslusif. Hasil dari pengukuran antropometri adalah sebagai berikut :

37

Tabel 4.30. Data PSG Hasil Pengukuran Antropometri Tahun 2010 No. Kelurahan Jumlah balita Diukur 36 BB/U Buruk : Kurang : 3 Baik : 33 Status Gizi TB/U BB/TB

1.

2.

3.

4.

Pendek : 1 Krs.S : Normal : 35 Kurus : Normal : 34 Gemuk : 2 Buruk : 1 Pendek : 7 Krs.S : Anduring 24 Kurang : 3 Normal : 17 Kurus : 3 Baik : 20 Normal : 20 Gemuk : 1 Buruk : 1 Krs.S : Lubuk Lintah 23 Kurang : 2 Pendek : 2 Kurus : 2 Baik : 20 Normal : 21 Normal : 20 Gemuk : 1 Buruk : Pendek : 2 Krs.S : 1 Ampang 12 Kurang : 4 Normal : 10 Kurus : 1 Baik : 8 Normal : 8 Gemuk : 2 Buruk : 2 Pendek : 12 Krs.S : 1 Puskesmas 95 Kurang : 12 Normal : 83 Kurus : 6 Baik : 81 Normal : 82 Gemuk : 6 Berdasarkan tabel diatas ditemukan balita dengan gizi buruk kurus Ps.Ambacang sekali 1. Tapi setelah divalidasi ternyata yang kurus sekali tidak ada. Sedangkan gizi kurang sebanyak 12 anak dan selebihnya gizi baik sebanyak 81 anak.

38

4. Kesehatan Lingkungan Tabel 4.31 Data pemeriksaan kesehatan lingkungan Puskesmas Ambacang 2010 No. Program Sasaran Diperiksa Memenuhi Syarat 1 Tempat Penyimpanan dan penjualan pestisida 2 3 4 5 6 Tempat Penjualan Makanan Tempat-tempat Umum Rumah Industri Sarana air bersih 79 89 2798 1 6728 54 53 693 1 674 34 33 249 1 335 (risiko rendah) 7 8 Sekolah Sampel air yang diperiksa kimiawi 9 Sampel air yang diperiksa bakteriologi 10 Sistem Pembuangan Air 2867 624 371 59,4% 22 6 2 33,3 % 62,9% 62,3% 35,9% 100% 4,9 % 3 2 1 50% %

Limbah (SPAL) 11 12 Jamban Keluarga Tempat Pembuangan 1876 723 575 610 300 361 52,17% 59,1%

Sementara (TPS) 13 Ttempat Pembuangan Akhir (TPA) Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa pencapaian program kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang masih banyak yang belum mencakup seluruh sasaran. Program kesehatan lingkungan juga membentuk klinik sanitasi di Puskesmas Ambacang sebagai upaya pencegahan penyakit menular. Namun, program ini belum terlaksana secara efektif. Dibuktikan dari kasus diare dengan jumlah kasus 778, namun yang berkunjung ke klinik sanitasi hanya 220 orang atau sekitar 28,3%. 211 118 3 25,4%

39

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2P) Pemberian imunisasi lengkap pada bayi, wanita usia subur dan anak sekolah, serta pelaksanaan surveilens merupakan usaha yang telah dilakukan oleh Puskesmas Ambacang untuk melaksanakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit. a. Cakupan imunisasi bayi Tabel 4.40. Target dan hasil pencapaian program imunisasi bayi Puskesmas Ambacang tahun 2010 No. 1 2 3 4 5 6 Antigen Jumlah Sasaran 919 919 % target 90 90 90 90 80 Jumlah Pencapaian 835 864 863 851 759 % Pencapaian 90,9 94,0 93,9 92,6 82,6 % Kesenjangan + 0,9 +4 + 3,9 + 2,6 + 2,6

BCG HB Uni Jek Polio 1 919 DPT / HB 919 1 DPT / HB 919 3 Campak 919 Berdasarkan tabel di mencapai target.

80 745 81,1 +1,1 atas terlihat bahwa program imunisasi bayi telah

b. Cakupan imunisasi ibu hamil Tabel 4.41. Target dan hasil pencapaian program imunisasi ibu hamil di Puskesmas Ambacang tahun 2010 No. 1 Jumlah % Target Jumlah % % Sasaran Pencapaian Pencapaian Kesenjangan TT 2 Plus 1011 80 640 63,3 -16,1 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa program imunisasi ibu hamil Antigen

belum mencapai target, terdapat kesenjangan 16,1% c. Cakupan imunisasi anak sekolah Tabel 4.42. Target dan hasil pencapaain program imunisasi anak sekolah di Puskesmas Ambacang tahun 2010 No 1 2 Antigen BIAS Campak BIAS DT / Jumlah Sasaran 766 2209 % Target 100 100 Jumlah Pencapaian 711 2096 % Pencapaian 92,8 94,8 % Kesenjangan -7,2 -5,2

40

TT Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa program imunisasi anak sekoalah belum mencapai target, terdapat kesenjangan 7,2 % untuk imunisasi campak dan kesenjangan 5,2 % untuk imunisasi TT.

d. Cakupan imunisasi pasca gempa Tabel 4.43. Target dan hasil pencapaian program imunisasi pasca gempa di Puskesmas Ambacang tahun 2010 No 1 Antigen Jumlah Sasaran 3526 % Target 95 Jumlah Pencapaian 2894 % % Pencapaian Kesenjangan 82,07 -12,93

PIN Campak 2 PIN Polio 4359 95 3435 78,8 -16,2 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa program imunisasi pasca gempa belum mencapai target, terdapat kesenjangan

e. Cakupan desa UCI Puskesmas Ambacang tahun 2010 Cakupan desa UCI dari Puskesmas Ambacang pada tahun 2010 meliputi empat kelurahan, yaitu Kelurahan Ampang, Kelurahan Lubuk Lintah, Kelurahan Pasar Ambacang dan Kelurahan Anduring.

6. Pengobatan

41

Puskesmas Ambacang adalah Puskesmas rawat jalan yang melayani pasien untuk berobat. Puskesmas Ambacang memiliki sebuah puskesmas pembantu, yang terletak dikelurahan Lubuk Lintah. Rata-rata pasien yang datang berobat per-bulannya adalah 2200 orang.

45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
jan feb maret april mei juni juli agst sept okt nov des

ispa infeksi kulit peny.pulpa penyakit lain2

rematik peny.kulit alergi peny.rongga mulut diare

hipertensi peny.kulit jamur ginggivitis

gastritis asma dmm yg tidak diketahui

Diagram 4.1. Sepuluh penyakit terbanyak (dalam persen) dari bulan Januari sampai bulan Desember selama tahun 2010.

42

30

25

20

15

10

Diagram 4.2 Sepuluh penyakit terbanyak Puskesmas Ambacang Kuranji Tahun 2010

4.1.2. Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral 1. Kerjasama Lintas Program Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan antar program dalam ruang lingkup puskesmas itu sendiri. Kerjasama lintas program sifatnya saling melengkapi demi tercapainya tujuan program itu sendiri. 2. Kerjasama Lintas Sektoral Kerjasama lintas sektoral merupakan kerjasama yang dilakukan oleh puskesmas dengan pihak lain diluar puskesmas. Kerjasama lintas sektoral

43

biasanya dilakukan ketika ada program yang sifatnya lebih besar dan memerlukan peranan pihak lain.

4.1.3. Sarana dan Prasarana Puskesmas Ambacang terdiri dari satu bagian utama dan satu bagian paviliun. Bagian utama terdiri dari dua lantai, pada lantai dasar terdiri dari beberapa ruangan yang digunakan untuk IGD, BP, KIA/KB, konseling TB dan imunisasi, Apotik, Gigi, dan ruangan rekam medis yang sekaligus menjadi ruangan loket. Sedangkan pada lantai atas, terdapat ruangan gizi yang bergabung dengan promosi kesehatan dan surveilens, ruang pertemuan, dan klinik sanitasi. Kemudian pada paviliun, diguakan sebagai ruangan tata usaha, ruang staf administrasi, ruang kepala puskesmas serta laboratorium.

4.1.4. Ketenagaan dan Struktur Organisasi Puskesmas Ambacang yang diresmikan pada hari Rabu tanggal 5 Juli 2006 memiliki 43 orang staf dengan cakupan wilayah kerja Puskesmas Ambacang yang memiliki jumlah penduduk 43. 114 jiwa, angka ini didapatkan dari empat kelurahan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas ini dari sembilan kelurahan yang berada di Kecamatan Kuranji, dengan rincian sebagai berikut: Kelurahan Pasar Ambacang Kelurahan Anduring Kelurahan Ampang Kelurahan Lubuk Lintah : 15.461 Jiwa : 12.329 Jiwa : 6.373 Jiwa : 8.951 Jiwa

4.2.

Identifikasi masalah7 Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas tidak

memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan penentuan prioritas masalah. Dalam hal ini metode yang kami gunakan adalah teknik scoring. Dari masalah tersebut akan dibuat Plan of Action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan. Dari hasil pengamatan dan

44

wawancara langsung dengan pimpinan dan staf puskesmas, ada beberapa potensi masalah yang didapatkan di Puskesmas Ambacang, yaitu: 1. Belum terlaksananya Pos Pembinaan Terpadu di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Pada wilyah kerja Puskesmas Ambacang, sejak tahun 2009 beberapa PTM masuk dalam 10 penyakit terbanyak berdasarkan jumlah kunjungan. PTM tersebut berupa rematik, hipertensi, gastritis, penyakit kulit alergi. PTM ini dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dalam table berikut Tabel 4.44 PTM tahun 2009 dan 2010 No Penyakit tidak menular Tahun 2009 Jumlah kasus 1. 2. 3. 4. Rematik Gastritis Hipertensi Penyakit kulit alergi 3504 2976 2002 1047 % kasus 12,67 10,76 7,24 3,78 Tahun 2010 Jumlah kasus 3474 2866 2337 1325 % kasus 14,07 11,60 9,46 5,36

Namun, usaha pemberdayaan masyarakat untuk PTM belum ada. Untuk itulah diperlukan pemberdayaan UKBM, yaitu Posbindu sebagai upaya promotif dan preventif dalam menangani masalah PTM. Belum terbentuknya Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ambacang sampai saat ini, karena PTM belum menjadi perhatian pada tahun sebelumnya dan posbindu tidak termasuk dalam 6 program pokok puskesmas. 2. Belum optimalnya kinerja dari Klinik Sanitasi dalam pencegahan penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas Ambacang pada tahun 2010. Berdasarkan laporan surveilans, jumlah penderita penyakit berbasis lingkungan selama tahun 2010 di empat kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang, adalah sebagai berikut:

45

Tabel 4.45. Jumlah penderita penyakit berbasis lingkungan di Ambacang tahun 2010 Kelurahan Ps.Ambacang Lb.Lintah Anduring Ampang Total Diare 286 168 159 165 778 Ispa 747 561 379 721 2408 Malaria 3 3 DBD 14 8 7 7 36 TB paru 10 9 5 7 31 Campak 3 3 3 4 13

Puskesmas

Chikungunya 28 1 3 4 36

Sedangkan berdasarkan laporan pencapaian klinik sanitasi program kesehatan lingkungan, diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.46 jumlah pasien yang berkunjung ke klinik sanitasi Puskesmas

Ambacang tahun 2010 No Bulan Diare 1 2 3 4 5 6 7 Januari s/d Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah 123 8 17 11 27 22 12 220 Penyakit Berbasis Lingkungan ISPA 9 9 3 5 7 9 42 Malaria 2 1 3 DBD 7 2 1 1 11 Tb Paru 30 2 4 4 2 42 Campak 2 1 6 5 14

Dari data di atas terlihat kesenjangan antara jumlah penderita penyakit berbasis lingkungan yang dating ke Puskesmas Ambacang dengan jumlah penderita penyakit berbasis lingkungan yang datang ke
46

Klinik Sanitasi.Contohnya pada kasus diare, dari 778 kasus, hanya 220 pasien yang mendapat pelayanaan di klinik sanitasi. Dari observasi dan wawancara yang penulis lakukan dengan kepala puskesmas dan pemegang program kesehatan lingkungan, diketahui bahwasanya Rendahnya pencapaian klinik sanitasi ini, disebabkan klinik sanitasi yang ada di Puskesmas Ambacang hanya di buka tiap hari senin dan kamis, sehingga pasien yang memiliki penyakit berbasis lingkungan yang datang di luar ke dua hari tersebut tidak terdata. 3. Rendahnya capaian D/S bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2010 Dalam pelaksanaan Posyandu di empat kelurahan selama tahun 2010, didapatkan masih rendahnya pencapaian D/S selama tahun 2010.

Tabel. 4.47 Pencapaian D/S Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2010 Bulan Kelurahan (%) Ps.Ambacang Lb.Lintah Anduring Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 79,12 82,59 52,91 53,78 55,89 63,94 63,75 88,97 64,56 82,59 82,65 71,05 72.27 79,55 33,29 33,83 30,73 32,44 40,58 82,66 27,84 64,24 43,58 43,27 56,33 61,07 33,26 39,16 41,34 47,86 49,57 67,13 49,73 57,58 39,01 39,60 Ampang 71,7 76,82 44,18 46,96 46,89 52,09 55,71 82,00 53,20 69,10 58,39 54,07 69,85 75,00 40,91 43,43 43,71 49,08 52,40 80,19 48,83 68,37 55,90 51,99 Puskesmas

47

Rata-rata

70,15

48,69

48,47

69,54

59,26

Dari data diatas terlihat bahwa pencapaian D/S tahun 2010 yaitu 59,26 %, belum mencapai target yaitu 65%, terdapat kesenjangan 5,74%. 4. Masih rendahnya angka pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Berdasarkan hasil rekapitulasi data PSG kadarzi Tahun 2010, di dapatkan jumlah pemberian asi eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ambacang sebagai berikut : Tabel 4.48 jumlah pemberian Asi eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2010 No Kelurahan Jumlah pemberian Asi Eksklusif Hasil 1 2 3 4 Pasar Ambacang (30 KK) Lubuk Lintah (30KK) Anduring (30KK) Ampang (10KK) 15 21 24 4 % 50 70 80 13

5. Belum terlaksananya Manajermen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai upaya pengelolaan bayi dan balita sakit. Hal ini didasarkan data 10 penyakit terbanyak pada balita dan data jumlah kematian bayi dan balita di wilayah Kerja Ambacang Kuranji:

Tabel. 4.49 Data 10 Penyakit Terbanyak pada Balita per Kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No. Penyakit Ps Ambacang Kelurahan Anduring Lb Lintah Jumlah Ampang

48

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

ISPA Infeksi Kulit Obs Demam Diare Alergi Kulit Pneumoni Penyakit Telinga Penyakit Mata Varicella Kecacingan Jumlah

1025 274 141 103 58 35 36 27 18 10 1727

728 186 96 86 32 23 17 16 17 5 1206

586 166 78 71 28 18 16 17 16 4 1000

480 108 76 40 20 17 16 15 15 3 790

2819 734 391 300 138 93 85 75 66 22 3823

Tabel 4.50 data Jumlah Kematian Bayi dan Balita Per Kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No 1 2 Penyebab Bayi Balita Kl. Ps. Ambacang 10 1 Kl. Anduring 5 1 Kl. Lb. Lintah 5 1 Kl. Ampang 2 1 Jumlah 22 4

6. Pencapaian Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) bayi, anak balita dan anak pra sekolah yang belum memenuhi target

Tabel 4.51 hasil pencapaian DDTK bayi per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2010 No 1 Sasaran Bayi Jumlah 919 Jumlah yang di DDTK 306 33,3

49

2 3

Anak Balita Anak pra sekolah Jumlah

3581 347 919

1114 139 306

31,11 40,06

Dari tabel di atas tergambar bahwa pencapaian DDTK belum memenuhi target sesuai yang ditetapkan 80 %. Dimana pencapaian DDTK bayi masih kurang sebanyak 46,7 %, pencapaian DDTK anak balita masih kurang 48,89 %, dan pencapaian DDTK anak pra sekolah masih kurang sebanyak 39,93 % lagi Penentuan Prioritas Masalah7 Setelah dilakukan observasi dan wawancara dengan pimpinan dan staf Puskesmas Ambacang, maka didapatkan beberapa masalah : 1. Belum adanya POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu) sebagai upaya penanggulangan kasus-kasus PTM (Penyakit Tidak Menular) 2. Belum optimalnya kinerja dari Klinik Sanitasi dalam pencegahan penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas Ambacang pada tahun 2010. 3. Rendahnya capaian D/S bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2010 4. Masih rendahnya angka pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Ambacang. 5. Belum terlaksananya Manajermen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai
upaya pengelolaan bayi dan balita sakit.

4.3.

6. Pencapaian Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) bayi, anak balita dan anak pra sekolah yang belum memenuhi target Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas tidak memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan penentuan prioritas masalah. Dalam hal ini metode yang

50

penulis gunakan adalah teknik scoring. Dari masalah tersebut akan dibuat Plan of Action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan. Kriteria nilai yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Urgensi Merupakan tolak ukur penilaian masalah kepentingan penyelesaian suatu masalah. a. nilai 1 = tidak penting b. nilai 2 = kurang penting c. nilai 3 = cukup penting d. nilai 4 = penting e. nilai 5 = sangat penting 2. Kemungkinan intervensi Merupakan tolak ukur penilaian masalah berdasarkan tingkat kesulitan yang akan dihadapi dalam melakukan penyelesaian masalah. a. nilai 1 = tidak mudah b. nilai 2 = kurang mudah c. nilai 3 = cukup mudah d. nilai 4 = mudah e. nilai 5 = sangat mudah 3. Biaya Merupakan tolak ukur penilaian masalah berdasatkan besarnya biaya yang dibutuhkan dalam penyelesaian masalah. a. nilai 1 = sangat mahal b. nilai 2 = mahal c. nilai 3 = cukup mahal d. nilai 4 = murah e. nilai 5 = sangat murah 4. Mutu Merupakan tolak ukur penilaian masalah berdasarkan kemungkinan peningkatan mutu puskesmas setelah dilaksanakannya upaya-upaya pemecahan masalah. berdasarkan tingkat

51

nilai 1 : sangat rendah nilai 2 : rendah nilai 3 : sedang nilai 4 : tinggi nilai 5 : sangat tinggi

Tabel 4.52. Tabel Penentuan Prioritas Masalah Masalah Belum ada POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu) sebagai upaya penanggulangan kasus-kasus PTM (Penyakit Tidak Menular) Rendahnya capaian D/S bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang 2010 Masih rendahnya angka ASI ekskulsif di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Belum optimalnya kinerja dari klinik sanitasi dalam pencegahan penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas Ambacang pada tahun 2010
Belum terlaksananya Manajermen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai upaya pengelolaan bayi dan balita sakit.

Urgensi Intervensi 3 3

Biaya 4

Mutu 4

Total 14

Rank II

12

11

VI

13

III

15

Pencapaian Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) bayi, anak balita dan anak pra sekolah yang belum memenuhi target

13

IV

Berdasarkan penilaian prioritas masalah dan diskusi lebih lanjut dengan pimpinan dan staf puskesmas, maka yang menjadi prioritas masalah pertama adalah Belum terlaksananya Manajermen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai upaya
pengelolaan bayi dan balita sakit, karena itu penulis mengangkat masalah ini dalam

penulisan Plan Of Action.

52

4.4.

Analisa Sebab Akibat Masalah Berdasarkan penilaian prioritas di atas ditentukan bahwa masalah yang

menjadi prioritas di Puskesmas Ambacang adalah Tingginya Angka Kesakitan dan Kematian Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang . Dalam hal ini, berdasarkan hasil observasi dan wawancara telah yang dilakukan terhadap kepala dan staf puskesmas, sangat dipengaruhi oleh kurang optimalnya pelayanan bayi dan balita Sakit melalui suatu manajemen terpadu. Untuk itu diperlukan implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Ambacang Belum terlaksananya implementasi MTBS dalam penanganan bayi dan balita sakit bila ditinjau dari empat aspek : 1. Lingkungan Tempat Balai Pengobatan KIA yang sempit. Ruang pelayanan untuk KIA anak digabung dengan KIA ibu. 2. Manusia (a) Masyarakat (i) Masyarakat kurang mengetahui cara perawatan anak di rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si anak serta kapan harus membawa anak ke balai pengobatan (b) Petugas Kesehatan (i) Tidak adanya pelatihan MTBS kepada petugas kesehatan di Puskesmas Ambacang (ii) Tidak adanya suatu tim yang terdiri dari bidan/perawat, petugas kesling, petugas gizi, petugas imunisasi dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita sakit. 3. Metode (a) Kurangnya sosialisasi implementasi MTBS dari pihak Dinas Kesehatan Kota (b) Pelayanan bayi dan balita sakit hanya dicatat dalam kartu status,tidak dibuatkan klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan berupa terapi dan konseling

53

4. Material (a) Tidak adanya sarana prasarana MTBS seperti buku bagan MTBS yang harus dimiliki petugas kesehatan, formulir MTBS, bagan dinding MTBS (b) Sarana dan prasarana di balai pengobatan KIA tidak memadai, seperti tensimeter, stetoskop, pneumonia timer,dll

54

Manusia
Masyarakat Masyarakat kurang mengetahui cara perawatan anak di rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si anak serta kapan harus membawa anak ke balai pengobatan Petugas Kesehatan -Tidak adanya pelatihan MTBS kepada petugas kesehatan di Puskesmas Ambacang Kuranji -Tidak adanya suatu tim yang terdiri dari bidan/perawat, petugas kesling, petugas gizi, petugas imunisasi dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita sakit. Material -Tidak adanya sarana prasarana MTBS seperti buku bagan MTBS yang dimiliki petugas kesehatan, formulir MTBS, bagan dinding MTBS -Sarana dan prasarana di balai pengobatan KIA tidak memadai, seperti tensimeter, stetoskop, pneumonia timer,dll

Tingginya angka kesakitan dan kematian bayi dan balita

Lingkungan
Tempat Balai Pengobatan KIA yang sempit Ruang pelayanan KIA ibu digabung dengan KIA anak

Metode1.Kurangnya sosialisasi implementasi MTBS dari


pihak DKK 2. Pelayanan bayi dan balita sakit hanya dicatat dalam kartu status,tidak dibuatkan klasifikasi

Diagram. 4.3. Diagram Ishikawa 55

4.5.

Alternatif Pemecahan Masalah 1. Lingkungan Mengupayakan ruangan pelayanan yang memadai. Ruang pelayanan KIA anak dan KIA ibu dipisahkan Rencana: Mengusahakan membuat ruangan baru,

memanfaatkan teras di depan KIA sementara waktu hingga bangunan selesai Pelaksana: Pihak puskesmas Pelaksanaan :2011 Sasaran : Pimpinan puskesmas, DKK Target: Tersedia ruang pelayanan KIA anak yang memadai 2. Manusia Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan kepada ibu mengenai cara perawatan anak di rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si anak serta kapan harus membawa anak ke balai pengobatan Rencana: Mengoptimalkan konseling setiap kali pelayanan,

Melakukan penyuluhan, Mengadakan Kartu Nasihat Ibu (KNI) Pelaksana : Petugas kesehatan, dokter muda IKM Pelaksanaan: Setiap kali pelayanan, petugas kesehatan

memberikan konseling kepada pengantar atau ibu pasien mengenai penyakit yang diderita cara penanganan anak di rumah, memperhatikan perkembangan penyakit anaknya

sehingga mampu mengenali kapan harus segera membawa anaknya ke petugas kesehatan serta diharapkan memperhatikan tumbuh kembang anak Sasaran : Ibu-ibu Target : Ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai cara merawat anak di rumah, mengenali tanda-tanda yang

membahayakan jiwa si anak, tahu kapan harus dibawa ke balai pengobatan dan memiliki Nartu Nasihat Ibu (KNI)

56

Petugas Kesehatan

Mengadakan sosialisasi dan pelatihan MTBS kepada petugas kesehatan Rencana : Sosialisasi MTBS oleh dokter muda IKM,

Mengupayakan DKK untuk dapat melaksanana pelatihan MTBS selama 6 hari efektif kepada petugas kesehatan Pelaksana : Pimpinan puskesmas, DKK, dokter muda IKM Pelaksanaan: Satu kali. Sasaran Target :Dokter, bidan/ perawat : Puskesmas memiliki petugas kesehatan yang

paham dan terlatih dalam menggunakan MTBS.

Membentuk tim pelayanan MTBS yang dipimpin oleh seorang case manager Rencana: Mengadakan musyawarah dalam membentuk tim dan memilih case manager berdasarkan pertimbangan pernah mengikuti pelatihan dan sanggup untuk mengelola MTBS Pelaksana: Pimpinan dan staf puskesmas Pelaksanaan: Satu kali Sasaran: Bidan, petugas gizi, petugas kesling, petugas imunisasi,dll Target: puskesmas memiliki sebuah tim yang bertugas dalam pelayanan MTBS yang dipimpin oleh seorang case manager yang telah terlatih dan sanggup dalam mengelola MTBS. 3. Metode Dilakukan penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun, menentukan tindakan, pengobatan, konseling bagi Ibu, tindaklanjut serta tatalaksana bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan (Manajemen Terpadu Bayi Muda/ MTBM) . Rencana : Diterapkan formulir MTBS/MTBM Pelaksana:Pihak puskesmas Pelaksanaan: Saat kali mengelola bayi dan balita sakit Sasaran: Petugas kesehatan

57

Target : Petugas mampu dalam melakukan penilaian dan klasifikasi anak sakit, menentukan tindakan, pengobatan dan konseling bagi ibu sesuai MTBS. 4. Material Mngupayakan agar petugas kesehatan memiliki pedoman dalam menjalankan praktik MTBS Rencana: Pengadaan Buku Bagan MTBS, Bagan Dinding MTBS Pelaksana: Dokter muda IKM Pelaksanaan: Satu kali Sasaran : Petugas Kesehatan Target: Setiap petugas kesehatan memiliki Buku Bagan MTBS, Tersedia Bagan Dinding MTBS

58

59

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Dari makalah ini dapat diambil kesimpulan bahwa tingginya Angka Kesakitan dan Kematian Bayi dan Balita dipengaruhi oleh kurang optimalnya pelayanan bayi dan balita sakit melalui suatu manajemen terpadu. Untuk itu diperlukan implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Ambacang Belum terlaksananya implementasi MTBS dalam penanganan bayi dan balita sakit bila ditinjau dari empat aspek : 1. Lingkungan Tempat Balai Pengobatan KIA yang sempit. Ruang pelayanan untuk KIA anak digabung dengan KIA ibu. 2. Manusia (a) Masyarakat (i) Masyarakat kurang mengetahui cara perawatan anak di rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si anak serta kapan harus membawa anak ke balai pengobatan (b) Petugas Kesehatan (i) Tidak adanya pelatihan MTBS kepada petugas kesehatan di Puskesmas Ambacang (ii) Tidak adanya suatu tim yang terdiri dari bidan/perawat, petugas kesling, petugas gizi, petugas imunisasi dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita sakit. 3. Metode (c) Kurangnya sosialisasi implementasi MTBS dari pihak Dinas Kesehatan Kota (d) Pelayanan bayi dan balita sakit hanya dicatat dalam kartu status,tidak dibuatkan klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan berupa terapi dan konseling

60

4. Material (c) Tidak adanya sarana prasarana MTBS seperti buku bagan MTBS yang harus dimiliki petugas kesehatan, formulir MTBS, bagan dinding MTBS (d) Sarana dan prasarana di balai pengobatan KIA tidak memadai, seperti tensimeter, stetoskop, pneumonia timer,dll

5.2. Saran Beberapa saran yang dapat diusulkan dalam pemecahan permasalahan agar Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dapat berjalan dalam rangka menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Bayi dan Balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang yakni: 1. Mengupayakan ruangan pelayanan KIA anak yang memadai 2. Mengoptimalkan konseling setiap kali pelayanan, Melakukan penyuluhan, Mengadakan Kartu Nasihat Ibu (KNI) 3. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan MTBS kepada petugas kesehatan 4. Membentuk tim pelayanan MTBS yang dipimpin oleh seorang case manager 5. Diterapkan formulir MTBS/MTBM Pengadaan Buku Bagan MTBS, Bagan Dinding MTBS 6. Pengadaan Buku Bagan MTBS, Bagan Dinding MTBS 7. Mengupayakan inventarisasi sarana dan prasarana yang memadai untuk pelayanan kesehatan seperti tensimeter, stetoskop, pneumonia timer,dsb

61

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Petunjuk Teknis: Penggunaan dana APBN yang dilaksanakan di Propinsi,

Kabupaten/Kota Program Upaya Kesehatan Masyarakat dan Program Perbaikan Gizi Masyarakat Tahun Anggaran 2007. Jakarta : 2007. 2. Statistic Indonesia. Sensus Penduduk 2007 : Angka Kematian Bayi (AKB) menurut Propinsi, Kabupaten Kota, dan Jenis Kelamin. Diakses dari http://www.Statistic Indonesia.com. pada tanggal 1 Februari 2011. 3. Laporan Tahunan Program KIA Puskesmas Ambacang Tahun 2010. Padang : 2011. 4. World Health Organization. Integrated Management of Childhood Illness : Global status of Implementation. WHO, Juni 1999. Diakses dari http://www.emro.who.int/cah/MDG-about.htm. pada tanggal 1 Februari 2011. 5. Departemen kesehatan RI dan WHO . Modul -1 MTBS: Pengantar . Dinkes Jateng, 2006. 6. Mukti, A.G. Strategi Terkini Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan : Konsep dan Implementasi. Penerbit Pusat Pengembangan Sistem Pembiayaan dan Manajemen Asuransi / Jaminan Kesehatan. 2007. Yogyakarta : PT. Karya Husada Mukti. 7. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Tahun 2010. Padang : 2011. 8. Pan American Health Organization, About Integrated Management of Childhiid Illnes (IMCI). Diakses dari http://www.paho.com pada tanggal 1 Februari 2011. 9. WHO and UNICEF. IMCI Adaptation Guide, Geneva. Diakses dari http://www.who.int. pada tanggal 1 Februari 2011. 10. World Health Organization-UNICEF. Model Chapter for Textbooks : IMCI, Integrated Management of Childhood Illness. Diakses dari

http://www.who.int/childadolescenthealth/publications/IMCI/WHO_FCH_CAH_00.40.htm Februari 2011. pada tanggal 1

62

Lampiran 1

KUESIONER DAN PRETEST PENGETAHUAN MTBS KEPADA PETUGAS KESEHATAN PUSKESMAS AMBACANG

Petunjuk : 1. Pertanyaan merupakan multiple choice question (mcq) 2. Beri tanda silang (x) atau lingkar (o) pada setiap jawaban yang anda anggap benar. Jawaban tidak boleh lebih dari 1 (satu)

Pertanyaan Kuesioner : 1. Pernahkah anda mendengar MTBS? a. Pernah Jika pernah, sebutkan dari mana : ..................... b. Tidak pernah

2. Apakah kepanjangan dari MTBS? a. Metode Terpadu Bayi Sakit b. Manajemen Terpadu Balita Sakit c. Metode Terpadu Bayi Sehat d. Manajemen Terpadu Balita Sehat

3. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan MTBS? a. Pernah Jika pernah, sebutkan kapan dan dimana : ......................... b. Tidak pernah

4. Apakah tujuan dari MTBS? a. Skrining prenatal untuk ibu hamil b. Menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan anak c. Meningkatkan angka kelahiran bayi d. Menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita

63

5. Apakah sudah diterapkan pemeriksaan dengan MTBS di Puskesmas Ambacang ? a. Sudah b. Belum c. Tidak tahu

6. Menurut anda pentingkah peranan MTBS dalam pelayanan kesehatan sebuah Puskesmas? a. Penting, alasan ......... b. Tidak penting, alasan ................

Soal Pretest : 1. MTBS dibuat untuk kelompok umur anak tertentu. Kelompok pertama adalah anak berusia 2 bulan 5 tahun. Kelompok umur lainnya, yaitu : a. Bayi muda - 2 bulan b. 2 bulan c. 1 bulan 1 tahun d. 6 tahun 10 tahun

2. Anak berusia 3 bulan dikatakan bernafas cepat jika frekuensi nafasnya : a. 40x/menit b. > 40x/menit c. 50x/menit d. > 60x/menit

3. Bagaimanakah dosis dan jadwal amoksisilin untuk bayi berusia 5 minggu dengan berat badan 3,5 kilogram dan memiliki infeksi bakteri lokal yang akut : a. 1/2 tablet dewasa, 3 kali sehari - selama 5 hari b. 1/ 2 tablet anak-anak, 3 kali sehari - selama 5 hari c. 1 sendok teh sirup, 3 kali sehari - selama 3 hari

64

d. 1/4 tablet dewasa, 2 kali sehari - selama 5 hari

4. Apa klasifikasi anak jika usianya 10 bulan, telah batuk-batuk selama 2 hari, pernapasannya lebih dari 46x/menit dan sudah terdapat tarikan dinding dada ke dalam? a. ISPA b. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat c. Pneumonia d. Observasi batuk

5. Anak perempuan usia 2 tahun diantar ibunya ke Puskesmas dengan berakberak encer, rewel, gelisah, mata cekung, turgor perut 2-5detik. Waktu diberi minum, anak minum dengan lahap. Apakah klasifikasi anak tersebut? a. Diare tanpa dehidrasi b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang c. Diare dengan dehidrasi berat d. Disentri 6. Seorang ibu mengeluhkan anaknya demam sudah 5 hari. Ujung tangan anak teraba dingin, berak berwarna hitam dan terdapat bintik perdarahan di kulit. Apakah tindakan yang akan anda berikan? a. Beri dosis pertama paracetamol b. Berikan ibuprofen pada anak c. Lakukan pemeriksaan malaria d. Rujuk segera

7. Seorang Ibu membawa bayinya yang berusia 3 hari ke Puskesmas dengan kulit kuning sampai telapak tangan atau kaki. Tindakan yang akan anda lakukan adalah : a. Memberikan antibiotik sistemik b. Melakukan asuhan dasar bayi muda, dan menasehati Ibu agar kembali 2 hari lagi

65

c. Mencegah agar gula darah tidak turun, merujuk segera d. Melakukan asuhan dasar bayi muda 8. Klasifikasi anak-anak dengan mastoiditis, berupa : a. Keluar cairan/nanah dari telinga <14 hari b. Keluar cairan/nanah dari telinga 14 hari c. Pembengkakan yang nyeri di belakang telinga d. Pembengkakan yang nyeri di depan telinga

9. Berikut ini termasuk nasehat kepada ibu agar menjaga bayi tetap hangat saat suhu badan turun adalah, kecuali: a. Keringkan bayi segera setiap bayi basah b. Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat c. Lakukan tindakan mempertahankan suhu tubuh dengan metode kangguru d. Mandikan bayi 2x sehari dengan air hangat

10. Berikut ini yang tidak termasuk tanda-tanda bahaya umum untuk anak sakit usia 2 bulan 5 tahun, adalah : a. Anak tidak bisa minum atau menyusu b. Anak selalu memuntahkan semua yang diminum c. Keluar cairan/nanah dari kedua telinga d. Anak menderita kejang

11. Cara pemberan vitamin A untuk anak usia 6-11 bulan, adalah : a. Kapsul biru untuk bulan Februari dan Agustus b. Kapsul merah untuk bulan Maret dan September c. Kapsul biru untuk bulan Maret dan September d. Kapsul merah untuk bulan Februari dan Agustus

12. Berikut ini nasehat kepada Ibu dalam upaya penanganan diare pada anak di rumah adalah, kecuali :

66

a. Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau b. Berikan tablet Zinc selama 10 hari c. Lanjutkan pemberian makanan anak seperti biasa sesuai usianya d. Hindari pemberian makanan yang bersifat cair pada anak

13. Seorang Ibu mengeluhkan sakit pada payudaranya sehingga tidak mau menyusui bayinya, apa yang anda lakukan sebagai petugas Puskesmas dalam memecahkan masalah ini, kecuali : a. Jelaskan bahwa ibu yang meminum obat dapat tetap menyusui bayinya b. Jelaskan pada ibu bahwa ia dapat memberikan ASI pada saat keadaan luka tidak begitu sakit c. Sampaikan pada ibu, bahwa putting susu dapat diistirahatkan sementara waktu kurang lebih 1x24 jam d. Hentikan pemberian ASI sewaktu ibu minum obat sampai ibu sembuh

14. Berikut ini anjuran pemberian makanan kepada ibu untuk anak usia 6-9 bulan yang benar, adalah : a. Jangan berikan anak makanan dan minumna selain ASI b. Berikan anak makanan biscuit atau kue kaya gizi 2xsehari c. Secara bertahap berikan anak bubur tim lumat d. Berikan anak makanan keluarga 3x11 sendok makan perhari

TERIMA KASIH

(Dokter Muda FK Unand Periode 17 Januari 12 Februari 2011)

67

Lampiran 2 HASIL PENGOLAHAN KUESIONER DAN PRETEST PENGETAHUAN MTBS KEPADA PETUGAS KESEHATAN PUSKESMAS AMBACANG

Total Responden : 21 orang petugas puskesmas

1. Pernahkah anda mendengar MTBS?

29% 71%

Pernah

Tidak pernah

2. Apakah kepanjangan dari MTBS? a. Metode Terpadu Bayi Sakit b. Manajemen Terpadu Balita Sakit c. Metode Terpadu Bayi Sehat d. Manajemen Terpadu Balita Sehat

0%

0% 14%

86%

3. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan MTBS?

68

29% 71%

Pernah

Tidak Pernah

4. Apakah tujuan dari MTBS? a. Skrining prenatal untuk ibu hamil b. Menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan anak c. Meningkatkan angka kelahiran bayi d. Menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita

0% 0%

100%

5. Apakah sudah diterapkan pemeriksaan dengan MTBS di Puskesmas Ambacang ?

43%

14% 43%

Sudah Belum Tidak tahu

6. Menurut anda pentingkah peranan MTBS dalam pelayanan kesehatan sebuah Puskesmas?

69

0%

Penting
100%

Tidak penting

7. MTBS dibuat untuk kelompok umur anak tertentu. Kelompok pertama adalah anak berusia 2 bulan 5 tahun. Kelompok umur lainnya, yaitu : a. Bayi muda - 2 bulan b. 2 bulan c. 1 bulan 1 tahun d. 6 tahun 10 tahun

Anak berusia 3 bulan dikatakan bernafas cepat jika frekuensi nafasnya : e. 40x/menit f. > 40x/menit g. 50x/menit h. > 60x/menit

15. Bagaimanakah dosis dan jadwal amoksisilin untuk bayi berusia 5 minggu dengan berat badan 3,5 kilogram dan memiliki infeksi bakteri lokal yang akut : e. 1/2 tablet dewasa, 3 kali sehari - selama 5 hari f. 1/ 2 tablet anak-anak, 3 kali sehari - selama 5 hari g. 1 sendok teh sirup, 3 kali sehari - selama 3 hari h. 1/4 tablet dewasa, 2 kali sehari - selama 5 hari

16. Apa klasifikasi anak jika usianya 10 bulan, telah batuk-batuk selama 2 hari, pernapasannya lebih dari 46x/menit dan sudah terdapat tarikan dinding dada ke dalam? e. ISPA
70

f. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat g. Pneumonia h. Observasi batuk

17. Anak perempuan usia 2 tahun diantar ibunya ke Puskesmas dengan berakberak encer, rewel, gelisah, mata cekung, turgor perut 2-5detik. Waktu diberi minum, anak minum dengan lahap. Apakah klasifikasi anak tersebut? e. Diare tanpa dehidrasi f. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang g. Diare dengan dehidrasi berat h. Disentri 18. Seorang ibu mengeluhkan anaknya demam sudah 5 hari. Ujung tangan anak teraba dingin, berak berwarna hitam dan terdapat bintik perdarahan di kulit. Apakah tindakan yang akan anda berikan? e. Beri dosis pertama paracetamol f. Berikan ibuprofen pada anak g. Lakukan pemeriksaan malaria h. Rujuk segera

19. Seorang Ibu membawa bayinya yang berusia 3 hari ke Puskesmas dengan kulit kuning sampai telapak tangan atau kaki. Tindakan yang akan anda lakukan adalah : e. Memberikan antibiotik sistemik f. Melakukan asuhan dasar bayi muda, dan menasehati Ibu agar kembali 2 hari lagi g. Mencegah agar gula darah tidak turun, merujuk segera h. Melakukan asuhan dasar bayi muda 20. Klasifikasi anak-anak dengan mastoiditis, berupa : e. Keluar cairan/nanah dari telinga <14 hari f. Keluar cairan/nanah dari telinga 14 hari g. Pembengkakan yang nyeri di belakang telinga

71

h. Pembengkakan yang nyeri di depan telinga

21. Berikut ini termasuk nasehat kepada ibu agar menjaga bayi tetap hangat saat suhu badan turun adalah, kecuali: e. Keringkan bayi segera setiap bayi basah f. Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat g. Lakukan tindakan mempertahankan suhu tubuh dengan metode kangguru h. Mandikan bayi 2x sehari dengan air hangat

22. Berikut ini yang tidak termasuk tanda-tanda bahaya umum untuk anak sakit usia 2 bulan 5 tahun, adalah : e. Anak tidak bisa minum atau menyusu f. Anak selalu memuntahkan semua yang diminum g. Keluar cairan/nanah dari kedua telinga h. Anak menderita kejang

23. Cara pemberan vitamin A untuk anak usia 6-11 bulan, adalah : e. Kapsul biru untuk bulan Februari dan Agustus f. Kapsul merah untuk bulan Maret dan September g. Kapsul biru untuk bulan Maret dan September h. Kapsul merah untuk bulan Februari dan Agustus

24. Berikut ini nasehat kepada Ibu dalam upaya penanganan diare pada anak di rumah adalah, kecuali : e. Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau f. Berikan tablet Zinc selama 10 hari g. Lanjutkan pemberian makanan anak seperti biasa sesuai usianya h. Hindari pemberian makanan yang bersifat cair pada anak

72

25. Seorang Ibu mengeluhkan sakit pada payudaranya sehingga tidak mau menyusui bayinya, apa yang anda lakukan sebagai petugas Puskesmas dalam memecahkan masalah ini, kecuali : e. Jelaskan bahwa ibu yang meminum obat dapat tetap menyusui bayinya f. Jelaskan pada ibu bahwa ia dapat memberikan ASI pada saat keadaan luka tidak begitu sakit g. Sampaikan pada ibu, bahwa putting susu dapat diistirahatkan sementara waktu kurang lebih 1x24 jam h. Hentikan pemberian ASI sewaktu ibu minum obat sampai ibu sembuh

26. Berikut ini anjuran pemberian makanan kepada ibu untuk anak usia 6-9 bulan yang benar, adalah : e. Jangan berikan anak makanan dan minumna selain ASI f. Berikan anak makanan biscuit atau kue kaya gizi 2xsehari g. Secara bertahap berikan anak bubur tim lumat h. Berikan anak makanan keluarga 3x11 sendok makan perhari

Grafik hasil pretest pengetahuan MTBS petugas Puskesmas Ambacang tahun 2011

Jumlah responden

20

15

10 6 6

Responden

3 3

3
73

9 10 11 12 13 14

Anda mungkin juga menyukai