Anda di halaman 1dari 38

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA DIAGNOSIS DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA MAKALAH ILMIAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Yang dibina oleh Bapak

DWI SYUKRIADI

Oleh:

ABDURRAHMAN SUPARDI USMAN NIM: 10500111005

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

ABSTRAK

Hukum merupakan unsur yang sangat penting dalam rangka hidup dan berkehidupannya suatu negara. Sayangnya terjadi kerancuan dalam sistem hukum yang sedang berjalan dan kita anut. Dalam sebuah negara hukum, hal ini tentunya akan menyebabkan kerancuan pula terhadap penerapan hukum itu sendiri. Ketika krisis penerapan dan penegakan hukum menjadi masalah kewibaan bangsa, maka perlu kita tinjau kembali dari hulu sungai permasalahan. Karya tulis ini hadir sebagai bentuk rekomendasi tinjauan terhadap satu unsur fundamental yang cenderung mengarah sebagai salah satu penyebab buruknya kesehatan hukum di Indonesia, yaitu kontroversi dalam sistem hukumnya. Ketika sebuah sistem hukum yang dijalankan dapat menjamin kepastian hukum secara merata bagi seluruh warga dalam suatu negara, tentunya akan mendorong stabilitas dalam sektor-sektor lainnya. Sebagai contoh, jelas dan terjaminnya hukum meningkatkan keaman. Keamanan dalam negeri mampu menjadi salah satu faktor meningkatnya minat investor asing maupun domestik. Oleh karena itu, negara-negara besar semisal Amerika dan Inggris dapat berdiri kokoh pada gelanggang dunia karena konsistensinya dalam menjalankan sistem dan menerapkan hukum secara jelas dan efisien. Jika kita memutuskan untuk berkomitmen dan konsisten dengan penyehatan hukum Indonesia, maka tentunya dibutuhkan revolusi dalam sistem hukum kita. Revolusi dianggap sebagai media terbaik dalam rangka rekonstruksi

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

hukum tanah air. Indonesia harus berani menggunakan satu sistem hukum yang efisien dan relevan dengan konteks kebangsaannya, kemudian konsisten dalam penerapan dan penegakannya.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ilmiah yang berjudul

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA ini dapat

terselesaikan. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada junjungan Nabi Besar Muhammad saw yang telah membawa cahaya terang benderang pada lembah kegelapan dunia. Hukum merupakan satu diantara beberapa produk kebudayaan manusia yang sangat fundamental dalam peradaban manusia itu sendiri. Adapun sistem hukum merupakan perangkat dalam kesatuan kompleks yang digunakan dalam suatu negara untuk mempertahankan berjalannya hukum secara sistematis. Sehingga untuk dapat menerapkan kepribadian hukum secara utuh dan sehat, diperlukan pemahaman terlebih dahulu terhadap sistem hukum. Karya tulis ini hadir sebagai salah satu jendela wawasan dalam rangka upaya pengembangan kepribadian hukum bagi Indonesia. Teringat pada pepatah tak ada gading yang tak retak. Tentunya kesalahan dan kekurangan masih ditemukan dalam makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran sangat kami harapkan.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para akademisi dan praktisi hukum maupun masyarakat pada umumnya. Kiranya Allah swt

menggolongkannya sebagai amal ibadah bagi kita semua.

Makassar, 27 Desember 2011

ABDURRAHMAN SUPARDI USMAN

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

DAFTAR ISI

halaman Abstrak 1 Kata pengantar 2 Daftar isi 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 4 B. Rumusan Masalah 5 C. Tujuan Penelitian 5 D. Manfaat penelitian 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem 6 B. Hukum 6 C. Sistem hukum 6 D. Eropa kontinental 7 E. Anglo saxon 7 F. Hukum adat 7 G. Hukum agama 8 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis tulisan 9
PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

B. Objek penuisan 9 C. Pengumpilan data 9 D. Prosedur penulisan 9 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sistem Hukum di Negara-negara Maju 10 B. Kelemahan Sistem Hukum di Indonesia 15 C. Solusi Kesehatan Hukum di Indonesia 19 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 21 B. Saran 21 Daftar Pustaka 22

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hukum merupakan unsur yang sangat penting dalam rangka hidup dan berkehidupannya suatu negara. Kansil (2010:7) dalam bukunya, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia mengatakan bahwa peranan hukum dalam

pembangunan suatu negara ialah menjamin keteraturan dalam perubahan oleh pembangunan tersebut. Selain itu, Indonesia adalah negara hukum, demikian ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang berlaku hingga dewasa ini. Negara hukum ialah negara yang berdasar atas hukum dan menjunjung tinggi hukum. Sehingga sebuah sistem hukum tentunya turut pula menjadi penting untuk diupayakan dan dijaga kesehatannya. Sayangnya terjadi kerancuan dalam sistem hukum yang sedang berjalan dan kita anut. Dalam sebuah negara hukum, hal ini tentunya akan menyebabkan kerancuan pula terhadap penerapan hukum itu sendiri. Ketika krisis penerapan dan penegakan hukum menjadi masalah kewibaan bangsa, maka perlu kita tinjau kembali dari hulu sungai permasalahan. Makalah ini hadir sebagai bentuk rekomendasi peninjauan terhadap satu unsur

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

fundamental yang cenderung mengarah sebagai salah satu penyebab buruknya kesehatan hukum di Indonesia, yaitu kontroversi dalam sistem hukumnya. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang tersebut, adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Sistem hukum di negara-negara maju? 2. Apa kelemahan sistem hukum di Indonesia? 3. Bagaimana mengatasi buruknya kesehatan hukum di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian Karya tulis ini bertujuan untuk menghadirkan gairah kritis pada insan akademisi dan praktisi hukum terhadap sistem hukum yang dianut di Indonesia untuk kemudian membandingkannya dengan sistem hukum di negara-negara maju. Lebih jauh karya tulis ini dibuat sebagai rekomendasi peninjauan terhadap satu unsur fundamental yang cenderung mengarah sebagai salah satu penyebab buruknya kesehatan hukum di Indonesia, yaitu kontroversi dalam sistem hukumnya.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penulisan karya tulis ini dalah sebagai berikut: 1. Mengetahui sistem hukum di negara-negara maju; 2. Mengetahui kelemahan sistem hukum di Indonesia; 3. Menemukan solusi atas buruknya kesehatan hukum di Indonesia.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Menurut Rosle Pound (1942:3) sistem adalah kesatuan yang utuh terdiri dari beberapa bagian yang saling berkaitan satu sama lain. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sitem adalah unsur
yang secara teratur

saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, sistem merupakan jaringan kompleks yang mengatur suatu hal. Adapun jaringan yang sehat yaitu tidak terdapat over laping di dalamnya.

B. Hukum Ultrech (1953:2) dalam bukunya yang berjudul Pengantar dalam Hukum Indonesia, mengatakan bahwa hukum adalah himpunan-himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang

mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu. Sedangkan Van Volenhoven (1972:18), dalam Het Adatrecht Van Nederlands Indie, menganggap hukum sebagai suatu gejala dalam keadaan bentur dan membentur tanpa henti-hentinya dengan gejala-gejala lainnya.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

10

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum merupakan seperangkat aturan yang berlaku dan mengikat yang oleh sifat mengikatnya itulah sehingga menimbulkan kecenderungan intervensi kedalam segala aspek kehidupan. C. Sistem Hukum Berdasarkan pendapat Ludwig von Bertalanffy, H. Thierry, William A. Shorde Voich Jr., Bachsan Mustofa (2003:5-6) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sistem hukum adalah sistem sebagai jenis satuan yang dibangun dengan komponen-komponen sistemnya yang berhubungan secara mekanik fungsional yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan. Sistem hukum terdiri dari komponen jiwa bangsa, komponen struktural, komponen substansial, dan komponen budaya hukum. Suherman (2004:10-11) tidak sependapat jika pengertian sistem hukum hanya penggabungan istilah sistem dan hukum. Menurutnya pengertian spesifik dalam hukum harus tercermin dari istilah sistem hukum. Suherman mengemukakan pendapat J.H. Merryman sebagai perbandingan. Menurutnya sistem hukum adalah suatu perangkat operasional yang meliputi institusi, prosedur, atau aturan, dalam konteks ini ada suatu negara federal dengan lima puluh sistem hukum di Amerika Serikat, adanya sistem hukum setiap bangsa secara terpisah, serta ada sistem hukum yang berbeda seperti halnya dalam organisasi Masyarakat Ekonomi Eropa.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

11

D. Eropa Kontinental Merupakan sistem hukum yang berkembang di negara-negara eropa daratan. Sistem hukum ini dikenal pula dengan sebutan civil law. Abdoel Djamali (2010:69) menandai ciri civil law dengan kekuatan hukumnya yang mengikat karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematik dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu. E. Anglo Saxon Dikenal juga dengan sebutan Anglo Amerika dan common law. Berkembang di Inggris pada abad XI. Sumber hukumnya berupa yurisprudensi. Ketika tidak ditemukan relevansi dari yurisprudensi terhadap konteks kekinian, maka dibenarkan bagi hakim untuk mengambil putusan berdasarkan nilai-nilai keadilan. Abdoel Djamali (2010:70) mengatakan bahwa sisytem hukum anglo saxon menganut doktrin yang dikenal dengan nama the doctrine of precedent/stare decisis, yang pada hakikatnnya mewajibkan hakim untuk mendasarkan putusannya pada prinsip hukum yang telah ada dalam putusan hakim lain dari perkara sejenis sebelumnya.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

12

F. Hukum Adat Vollenhoven (1928:28) menganggap bahwa hukum Indonesia dan kesusilaan masyarakat merupakan hukum adat. Adat tidak dapat dipisahkan dan hanya mungkin dibedakan dalam akibat-akibat hukumnya. G. Hukum Agama Merupakan hukum yang landasan konstitusinya berupa kitab suci dari masing-masing agama. Adapun hukum agama yang dapat disejajarkan penggunaan sistem hukumnya di seluruh dunia, hanyalah hukum islam. Sumber hukum dalam sistem hukum islam meliputi al-quran (kitab suci umat islam), hadits (sunnah-sunnah nabi Muhammad), ijma (kesepakatan mayoritas ulama) dan qiyas (analogi).[1]

[1] R. Abdoel Djamali, S.H. Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: Rajawali pers, 2010), hal. 75-77.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

13

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Tulisan Tulisan ini bersifat kajian pustaka. Karya tulis ilmiah ini dalam penulisannya menggunakan metode kajian kepustakaan. Metode penulisan kajian kepustakaan adalah metode yang berupa pengkajian terhadap bahan tertulis yang dikumpulkan untuk kemudian menarik suatu kesimpulan darinya. B. Objek Tulisan Objek dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sistem hukum di Indonesia sebagai unsur dari pilar utama negara. Penulis mengkaji pengaruh ketidakjelasan sistem hukum yang digunakan terhadap penerapan dan penegakan hukum di indonesia. C. Pengumpulan Data Data dalam karya tulis ini diperoleh dari berbagai literatur yang relevan dengan masalah yang diangkat. Literatur yang dimaksudkan berupa buku (cetak maupun elektronik) dan artikel yang diperoleh melalui media internet.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

14

D. Prosedur Penulisan Data dan informasi yang telah terkumpul selanjutnya diseleksi dan direduksi relevansinya dengan masalah yang dikaji. Proses penyajian masalah yang akan dibahas yaitu sebagai berikut: 1. Data kualitatif yang telah terkumpul dianalisa secara deskriptif, dengan cara mengkaji keadaan sistem hukum di negara-negara maju; 2. mengkaji sistem hukum yang diterapkan di Indonesia serta kelemahannya; 3. mengidentifikasi dampak yang dapat timbul akibat kerancuan sistem hukum terhadap kehidupan hukum di Indonesia serta menghadirkan rekomendasi solusinya.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sistem Hukum di Negara-negara Maju 1. Sistem Hukum di Amerika Konstitusi Amerika Serikat adalah konstitusi yang membentuk sistem federal pemerintah. Konstitusi memberikan kekuasaan-kekuasaan tertentu kepada pemerintah federal (nasional). Semua kekuasaan lain yang tidak didelegasikan kepada pemerintah federal akan tetap dijalankan oleh negara-negara bagian. Setiap negara-negara bagian memiliki konstitusinya sendiri, struktur pemerintahan sendiri, kitab undang - undang sendiri, dan sistem pengadilan sendiri. Pihak-pihak yang bersengketa mempunyai hak untuk diadili oleh juri dalam semua kasus kriminal dan kasus-kasus sipil umumnya. Juri biasanya terdiri dari sebuah panel berjumlah dua belas orang warga negara yang mendengarkan kesaksian dan mengaplikasikan undang-undang, yang dinyatakan oleh hakim, dalam usaha mencapai keputusan bersama berdasarkan bukti-bukti yang dibeberkan pada saat juri memastikannya dengan melihat pada kesaksian dalam sidang pengadilan. Walaupun demikian, persengketaan hukum di Amerika Serikat pada umumnya dapat diselesaikan sebelum kasus tersebut mencapai juri. Kasus-kasus tersebut diselesaikan lewat mosi hukum atau ikhtiar pembayaran, bukan lewat sidang pengadilan.
PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

16

struktur sistim pengadilan federal adalah Konstitusi Amerika Serikat yang membentuk Mahkamah Agung Amerika Serikat dan memberi Kongres kekuasaan untuk membentuk pengadilan-pengadilan rendah federal. Kongres telah membentuk dua peringkat pengadilan-pengadilan federal yang berada dibawah Mahkamah Agung yaitu: Pengadilanpengadilan Distrik Amerika Serikat dan Rangkaian Pengadilan-pengadilan Banding Amerika Serikat. Pengadilan-pengadilan Distrik Amerika Serikat adalah pengadilan tingkat pertama di dalam sistim federal. Terdapat sejumlah 94 pengadilan-pengadilan distrik di seluruh negara AS. Sedikitnya ada satu pengadilan distrik yang ditempatkan di tiap negara bagian. Para hakim distrik masing-masing duduk untuk mendengarkan berbagai kasus. 2. Sistem Hukum di Jepang Hukum awal Jepang sangat dipengaruhi oleh hukum China . Sedikit yang diketahui tentang hukum Jepang sebelum abad ketujuh, ketika Ritsury dikembangkan dan dikodifikasi. Sebelum karakter Cina ditransplantasikan dan diadopsi oleh Jepang, Jepang tidak punya abjad sendiri yang dapat digunakan untuk mencatat sejarah mereka. Karakter Cina telah diketahui oleh Jepang di abad sebelumnya, namun proses asimilasi karakter ini ke dalam sistem bahasa asli mereka terjadi pada abad ketiga. Hal ini karena keinginan dari Jepang untuk transplantasi budaya peradaban kontinental maju, yang dicapai terutama melalui negara-negara

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

17

yang berdekatan seperti Semenanjung Korea bukan langsung dari daratan China. Dua sistem terbesar filsafat manusia dan agama, Konfusianisme dan Buddhisme, secara resmi ditransplantasikan di 284-5 dan 522 AD masingmasing, dan menjadi sangat terakulturasi ke dalam pikiran Jepang adat dan etika. David dan Zweigert dan Kotz berpendapat bahwa doktrin Cina Konfusius, yang menekankan kelompok sosial dan kerukunan masyarakat daripada kepentingan individu, sudah sangat berpengaruh dalam masyarakat Jepang, dengan konsekuensi bahwa individu cenderung menghindari memenangkan sebagian gugatan kompromi dan konsiliasi. Selain itu, berbagai seni dan teknik dalam setiap bidang produksi, seperti pertanian, tenun, pembuatan gerabah, konstruksi bangunan, obat-obatan dan penyamakan, dibawa ke Jepang oleh para imigran dari semenanjung. Pengaruh penyapuan imigran ini dibuktikan dengan banyak nama asal Korea yang masih ada dalam nama keluarga, nama tempat dan nama kuil Shinto di bagian barat Jepang. Aliran besar imigran dipercepat oleh keadaan internal dan eksternal. Faktor eksternal adalah ketidakstabilan politik dan kekacauan di Korea, serta perjuangan untuk hegemoni pusat antara dinasti Cina dan kerajaan. Gangguan ini menghasilkan sejumlah besar pengungsi yang diasingkan atau terpaksa melarikan diri dari negara mereka sendiri. Imigran ke Jepang termasuk kelas istimewa, seperti para pejabat berpengalaman dan teknisi yang sangat baik. Banyak dari mereka dipekerjakan di pengadilan Jepang,

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

18

dan termasuk dalam sistem peringkat resmi yang telah diperkenalkan oleh imigran sendiri. Ada kemungkinan bahwa banyak lembaga-lembaga hukum lainnya juga diperkenalkan, meskipun sebagian bukan dalam bentuk sistemik, tetapi ini mungkin yang transplantasi pertama hukum asing ke Jepang. Selama periode ini, hukum Jepang belum tertulis dan belum dewasa, dan dengan demikian masih belum bisa dikatakan sistem hukum resmi. Meskipun demikian, masyarakat Jepang tidak bisa berfungsi tanpa adanya semacam hukum, sekalipun tidak resmi. Undang-undang mengatur kehidupan sosial masyarakat dapat ditemukan dalam penjelasan umum kontemporer dalam buku-buku sejarah Cina. Adapun yang paling mencatat ini adalah The Record pada orang-orang Wa, yang ditemukan di Sejarah Wei, menggambarkan negara Jepang bernama Yamatai (atau Yamato) diperintah oleh Ratu Himiko (atau Pimiko) pada abad kedua dan ketiga. Menurut situs ini, hukum adat Jepang didasarkan pada sistem klan, dengan masing-masing klan membentuk unit kolektif masyarakat Jepang. Sebuah klan terdiri keluarga besar dan dikendalikan oleh ketuanya, yang melindungi hak-hak anggota dan ditegakkan tugas mereka dengan hukuman untuk pelanggaran. Hukum pengadilan terorganisir para pemimpin klan menjadi struktur kekuasaan yang efektif, untuk mengontrol seluruh masyarakat melalui sistem marga. Bentuk undang-undang ini tidak diketahui dengan jelas, tetapi mereka dapat dicirikan sebagai adat dan tidak resmi, sebagai kekuatan resmi jarang dapat diidentifikasi.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

19

Pada periode ini, pemerintahan lebih kuat dan sistem hukum yang lebih berkembang daripada hukum klan tidak resmi dari para kepala marga berjuang diminta efektif untuk mengatur masyarakat secara keseluruhan. Yamatai adalah pemerintah pusat pertama yang berhasil mengamankan daya yang diperlukan melalui kepemimpinan Ratu Himiko. Ini mengarah pada pernyataan bahwa Yamatai memiliki sistem hukum primitif sendiri, mungkin pengadilan hukum, yang memungkinkan untuk mempertahankan pemerintah atas hukum marga yang bersaing. Akibatnya, sistem hukum secara keseluruhan membentuk pluralisme hukum primitif dari hukum pengadilan dan hukum marga. Hal ini juga dapat menegaskan bahwa seluruh sistem hukum secara ideologis didirikan pada dalil adat yang berpegang pada keyakinan keagamaan politik shamanistik pada tuhan politeisme dan yang disebut Kami dan kemudian berkembang menjadi shintoisme. Dua kualifikasi dapat ditambahkan ke pernyataan tersebut. Pertama, beberapa hukum Korea harus telah ditransplantasikan, meskipun tanpa sistem. Hal ini dapat dilihat oleh sistem peringkat dalam hukum pengadilan dan adat istiadat setempat antara pendatang menetap. Kedua, hukum resmi tidak jelas dibedakan dari hukum resmi, ini adalah karena kurangnya formalitas tertulis, meskipun hukum pengadilan secara berangsur-angsur muncul menjadi Negara hukum formal sejauh

pemerintah pusat prihatin. Untuk alasan ini, tidak dapat dipungkiri bahwa pluralisme hukum primitif telah dikembangkan berdasarkan hukum

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

20

pengadilan dan marga, sebagian dengan hukum Korea dan sangat dengan hukum adat. Ciri-ciri dari pluralisme hukum, namun primitif, adalah prototipe dari sistem hukum Jepang yang berkembang pada masa kemudian menjadi lebih pluralisme hukum yang terorganisir. 3. Sistem Hukum di Inggris Sistem Hukum Inggris yang dimaksud adalah sistem hukum di Inggris dan Wales. Sekaligus merupakan dasar sistem hukum umum yang dipakai oleh kebanyakan negara Persemakmuran (Commonwealth) dan Amerika Serikat (sebagai lawan dari hukum perdata atau hukum plural di negara lain). Sistem hukum ini mulai dipakai saat Kerajaan Britania Raya dibangun dan dikelola, lalu membentuk sebuah dasar yurisprudensi di negara-negara Persemakmuran tersebut. Hukum Inggris yang dipakai di Amerika Serikat sejak zaman Revolusi juga termasuk bagian dari sistem Hukum Amerika Serikat, kecuali di Louisiana, dan merupakan dasar bagi kebijakan dan tradisi sistem hukum Amerika, walaupun yurisprudensi pada sistem hukum Amerika Serikat tidak berganti. Hukum Inggris diberlakukan secara ketat di Inggris dan Wales. Walaupun Wales telah memiliki sebuah Dewan Penyerahan, setiap legislasi yang diajukan oleh Dewan ini sudah diatur ketentuan pengajuannya dalam Undang-Undang Pemerintahan Wales tahun 2006, legislasi oleh Parlemen Britania Raya, dan oleh perintah sebuah dewan yang diberikan kewenangan oleh Undang-Undang Pemerintah Wales tahun 2006. Lebih jauh lagi bahwa legislasi, juga dengan peraturan yang
PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

21

dibuat oleh badan pemerintah di Inggris dan Wales, ditafsirkan oleh Dewan Hakim Bersama Inggris dan Wales. Esensi hukum umum Inggris adalah bahwa hukum ini dibuat oleh hakim yang duduk di pengadilan dengan menerapkan logika dan pengetahuan mereka tentang sistem hukum terdahulu (stare decisis). Sebuah keputusan di Mahkamah Agung di Inggris dan Wales, House of Lords bersifat terikat pada hierarki pengadilan-pengadilan di bawahnya dan pengadilan-pengadilan harus mengikuti keputusan ini. Sebagai contoh, tidak ada yang membuat statuta (undang-undang) bahwa pembunuhan itu ilegal, karena pembunuhan merupakan kejahatan hukum umum. Jadi, walaupun pada UU Parlemen Inggris tidak tertulis bahwa pembunuhan itu ilegal, pembunuhan tetap ilegal dengan mengacu kepada kebijakan konstitusional Pengadilan dan kasus-kasus terdahulu berkaitan dengan pembunuhan. Hukum umum dapat di rubah dan di cabut oleh Parlemen, contohnya adalah pada peraturan hukuman untuk pembunuh. Zaman dahulu pembunuh di hukum mati, tapi sekarang pembunuh mendapatkan kurungan seumur hidup. Hukum tertua dalam sistem hukum Inggris adalah Statuta Marlborough yang dibuat pada tahun 1267. Magna Carta adalah sebuah perkembangan penting dalam sistem hukum Inggris sebenarnya sudah disahkan pada tahun 1215, hanya saja disahkan kembali pada tahun 1295, karena para pembuat memutuskan untuk mengubah ulang isi Magna Carta. [2]

[2] Hukum Inggris, laman http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Inggris


PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

22

4. Keunggulan Penerapan Sistem Hukum di Negara Maju Negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, dan Inggris bukan hanya berhasil sehat karena pengelolaan yang baik dalam sistem ekonominya, sumber daya manusianya, sistem pemerintahannya maupun sektor-sektor fundamental lainnya. Selain dari semua itu, pengelolaan hukum yang tepat dan efisien menjadi kunci utama dalam berjalan lancarnya peredaran darah suatu negara. Ketika sebuah sistem hukum yang dijalankan dapat menjamin kepastian hukum secara merata bagi seluruh warga dalam suatu negara, tentunya akan mendorong stabilitas dalam sektor-sektor lainnya. Sebagai contoh, jelas dan terjaminnya hukum meningkatkan keaman. Keamanan dalam negeri mampu menjadi salah satu faktor meningkatnya minat investor asing maupun domestik. Jadi secara umum, Negara-negara besar semisal Amerika dan Inggris dapat berdiri kokoh pada gelanggang dunia karena konsistensinya dalam menjalankan sistem dan menerapkan hukum secara jelas dan efisien.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

23

B. Kelemahan Sistem Hukum di Indonesia

Sistem Hukum Indonesia merupakan hal yang telah menjadi wacana berkelanjutan, yang tidak hanya melibatkan ahli dan pemerhati hukum, tetapi juga telah menarik ke dalamnya berbagai kalangan untuk ikut menyampaikan pendapat. Ini merupakan sesuatu yang dapat dimengerti mengingat dalam kenyataannya hampir tidak ada celah kehidupan yang tidak diintervensi norma hukum. Siklus peristiwa hukum berkelanjutan seakan menegaskan bahwa dalam masyarakat yang paling sederhana sekalipun keberadaan norma hukum sebagai suatu pranata sosial secara nyata telah menjadi denyut nadi dan hembusan nafas bagi keberlangsungan masyarakat tersebut sebagai suatu entitas. Namun demikian, apakah itu berarti hukum yang ada di suatu masyarakat telah menjadi sesuatu yang sistemik, dengan kata lain apakah hukum yang ada pada masyarakat tersebut telah terbangun menjadi sistem hukum? Untuk menjadi suatu sistem yang sehat, sistem hukum seharusnya terdiri dari bagian-bagian, bagian-bagian tersebut saling berhubungan, masingmasing bagian dapat dibedakan tetapi saling mendukung, semuanya ditujukan pada tujuan yang sama, dan berada dalam lingkungan yang kompleks

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

24

(pendapat ini dihubungkan dengan pendapat Shrode dan Voich (dalam Amirin, 1987:11)). Untuk komponen sistem hukum, pendapat yang sering dijadikan rujukan adalah apa yang dikemukakan oleh Friedman (selain Mustofa dan Suherman, juga Acmad Ali (2003: 7-dst)), yang menyatakan bahwa sistem hukum meliputi substansi, struktur, dan budaya hukum. Ada pendapat bahwa hukum Indonesia, dengan segala keterbatasannya, telah terbangun menjadi suatu sistem. Norma hukum Indonesia, ada yang telah lebih teruji oleh waktu lebih dari seabad, melewati berbagai dinamika masyarakat dan sampai saat ini masih berlaku. Sejak pendidikan hukum dilakukan secara formal di Indonesia, sistem hukum Indonesia telah menjadi bahan kajian. Hampir tidak ada yang menyerukan agar dilakukan revolusi dalam hukum. revolusi yang banyak diserukan adalah reformasi dalam bidang-bidang hukum tertentu. Dengan demikian krisis hukum yang sering disebut-sebut, boleh jadi bukan krisis dalam sistem hukum secara keseluruhan, tetapi krisis dalam penegakan hukum. Sebagai suatu sistem, bagaimanakah gambaran umum Sistem Hukum Indonesia?

Dalam kajian-kajian teoretik, berdasarkan berbagai karakteristik sistem hukum dunia dibedakan antara: 1. Sistem hukum sipil atau eropa kontinental; 2. Sistem hukum anglo saxon atau dikenal juga dengan common law;

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

25

3. hukum agama; 4. dan hukum adat. Diantara sistem-sistem hukum yang dikenal, sistem hukum eropa kontinental dan sistem hukum anglo saxon banyak dipakai dan cenderung berpengaruh terhadap sistem hukum yang dianut negara-negara di dunia. Sistem hukum Eropa Kontinental dikenal juga dengan sebutan RomanoGermanic Legal System adalah sistem hukum yang semula berkembang di dataran Eropa. Titik tekan pada sistem hukum ini adalah, penggunaan aturanaturan hukum yang sifatnya tertulis, berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir 60% dari populasi dunia tinggal di negara yang menganut sistem hukum ini. Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurisprudensi , yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar bagi putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat (walaupun negara bagian Louisiana mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistem hukum Eropa Kontinental Napoleon). Sistem Hukum Adat dinyatakan dianut oleh beberapa negara di antaranya oleh Monggolia dan Srilangka (ada juga yang mengkategorikan Indonesia sebagai negara penganut sistem hukum adat).

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

26

Sistem hukum agama adalah sistem hukum yang berdasarkan ketentuan agama tertentu, yang umumnya terdapat dalam Kitab Suci. Diantara Negaranegara yang meletakkan dasar keagamaan sebagai sistem hukumnya, adalah Arab Saudi, Iran, Sudan, Suriah, danVatikan. Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain juga menerapkan sistem hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan Nigeria yang menerapkan sebagian besar sistem hukum Anglo-Saxon, namun juga memberlakukan hukum adat dan hukum agama. Secara umum antara Sistem Hukum Eropa Kontinental dengan Sistem Hukum Anglo Saxon dibedakan berdasarkan mana yang dipentingkan dalam pembentukan dan penegakkan hukum, melalui peraturan perundang-undangan atau melalui yurisprudensi, secara lebih mendasar mana yang lebih dipentingkan hukum tertulis atau hukum kebiasaan. Mengingat kekurangan dan kelebihan antara hukum tertulis dengan hukum kebiasaan, maka secara filosofis hal ini berhubungan dengan masalah pengutamaan antara kepastian dan keadilan, yang meskipun samasama merupakan nilai dasar hukum tetapi antara keduanya terdapat spannungsverhaltnis (ketegangan satu sama lain). Apapun sistem hukum yang dianut, pada dasarnya tidak ada negara yang hanya didasarkan pada hukum tertulis atau hukum kebiasaan saja. Tidak ada negara yang sistem hukumnya menafikan pentingnya undang-undang dan pentingnya pengadilan. kerancuhan sistem hukum Indonesia dibentuk oleh perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Pertama kali kebudayaan yang muncul adalah kebudayaan

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

27

Indonesia asli. Sebagai produk kebudayaan asli ini adalah hukum adat. Kebudayaan ini berlangsung sebelum kedatangan kebudayaan India (Hindu). Selanjutnya Indonesia memasuki masa pengaruh kebudayaan Hindu. Pada abad ke-13 sampai ke-14 masuk pengaruh Islam, dan hukum Islam berkembang dan memperkaya sistem hukum yang ada di Indonesia. Baru pada abad ke-17 masuk kebudayaan Eropa-Amerika. Jika hukum adat yang ada di Indonesia, dihubungkan dengan corak dasar kedua sistem hukum yang paling berpengaruh (Eropa Kontionental dan Anglo Saxon), cenderung lebih dekat dengan sistem Ango Saxon. Hukum adat terbangun dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam menghadapi situasi dan kondisi tertentu, yang kemudian oleh masyarakat ditempatkan lebih dari sekadar norma kesopanan atau kesusilaan menjadi norma hukum (opinio juris sive necessitates). Masyarakat tradisional Indonesia yang bercorak patriarkhis, menempatkan tetua-tetua atau pemuka-pemuka adat sebagai tokoh penting yang menentukan hukum jika masyarakat menghadapi suatu persoalan. Meskipun tidak ketat mengikat, apa yang diputuskan akan diikuti jika terjadi lagi hal serupa. Jadi Mirip dengan sistem preseden. Peran tetua/ tokoh/ ketua suku menjadi sangat penting dalam membentuk hukum, sehingga dapat dipahami jika yang dipilih seharusnya yang paling berpengetahuan dan bijak. Pada masa kolonial Belanda, dengan penerapan asas konkordansi, maka hukum yang berlaku di Hindia Belanda sejalan dengan hukum yang berlaku di Belanda. Belanda merupakan salah satu pendukung terkemuka sistem hukum Eropa Kontinental. Dengan demikian, secara mutates mutandis sistem Eropah

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

28

Kontinental dilaksanakan di Indonesia. Walaupun demikian pada dasarnya Belanda menganut politik hukum adat (adatrechtpolitiek) yang membiarkan hukum adat itu berlaku bagi golongan masyarakat Indonesia asli dan hukum Eropa berlaku bagi kalangan golongan Eropa yang bertempat tinggal di Indonesia (Hindia Belanda). Dengan demikian pada masa Hindia Belanda berlaku pluralisme hukum. Dengan adanya lembaga penundukan diri secara sukarela, banyak penduduk Indonesia saat itu menundukan diri untuk terikat pada Hukum Barat, terutama yang berusaha di bidang perdagangan. Dalam perkembangan hukum di Indonesia selanjutnya, tampak kuatnya pengaruh hukum kolonial dan cenderung meninggalkan hukum adat (Daniel S. Lev, 1990:438-473). Setelah kemerdekaan, pengaruh Sistem Eropa Kontinental tampak dalam semangat untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi. Meskipun Hukum Adat tetap diakui, tetapi pandangan yang lebih mengemuka adalah dalam pembangunan hukum maupun optimalisasi fungsi hukum sebagai sarana untuk melakukan rekayasa sosial dilakukan melalui peraturan perundang-undangan. Ajaran yang sangat berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat beberapa waktu sebelumnya, yaitu Mazhab Sejarah yang dipelopori oleh Von Savigny dan teori keputusan yang dikemukakan oleh Ter Haar, dianggap tidak relevan. Mazhab sejarah menyatakan bahwa hukum itu hinkt achter de feiten aan, hukum itu tidak dibuat tetapi tumbuh secara historis atas dasar peristiwaperistiwa yang sudah terjadi. Teori keputusan menyatakan bahwa kebiasaankebiasaan yang diakui oleh penguasalah yang merupakan hukum. Kedua

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

29

mazhab ini menyatakan bahwa hukum hanya menyangkut kejadian yang sudah sering terjadi. Kedua paham ini dianggap tidak sejalan dengan pembangunan yang identik dengan perubahan, dengan kemungkinan terjadinya hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Dari sudut pandang ini inilah kedua mazhab ini dianggap tidak relevan. Dalam perkembangannya kemudian, sebagai dampak pergaulan Indonesia dalam kancah internasional, munculah bidang-bidang hukum baru seperti corporative law, computer law, cyber law, dan sebagainya. Kebijakan dalam bidang-bidang ini dan kebijakan-kebijakan global lainnya, legitimasinya banyak mengacu pada Sistem Common law. Selanjutnya, pemberian wewenang yang lebih luas kepada Pengadilan Agama, tidak hanya sekadar menangani nikah, talak, rujuk, juga membuat pengaruh Hukum Islam bagi warga Negara Indonesia yang beragama Islam semakin luas, setelah sebelumnya memberikan warna bagi Hukum Adat di beberapa tempat di Indonesia. Sistem hukum di Indonesia dewasa ini adalah sistem hukum yang unik, sistem hukum yang dibangun dari proses penemuan, pengembangan, adaptasi, bahkan kompromi dari beberapa sistem yang telah ada. Sistem hukum Indonesia tidak hanya mengedepankan ciri-ciri lokal, tetapi juga

mengakomodasi prinsip-prinsip umum yang dianut oleh masyarakat internasional. Tidak hanya unik, sistem hukum Indonesia adalah sistem yang masih penuh dengan dinamika dan kontroversi, untuk mencari format di mana

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

30

ketertiban dan keteraturan hukum sipil mendapat tempat, dengan tidak mengesampingkan keluwesan hukum Anglo Saxon, serta tidak menghilangkan suasana kebatinan masyarakat Indonesia. Pencermatan terhadap kondisi nyata sistem Hukum Indonesia dan Sistem Hukum yang dicita-citakan seharusnya menjadi bahan pertimbangan dalam pembangunan hukum, termasuk dalam pembangunan pendidikan hukum. Legislator yang handal dan Juris yang berkemampuan sama-sama diperlukan. Tetapi, ahli mana yang jumlahnya lebih banyak dibutuhkan, keahlian apa yang lebih banyak diperlukan tentu berbeda. Komitmen untuk menegakkan supremasi hukum selalu didengungkan, tetapi keberadaan hukum maupun sistem hukum bukanlah merupakan ciri mendasar dari supremasi hukum. Supremasi hukum ditandai dengan penegakan rule of law yang sesuai dengan, dan yang membawa keadilan sosial bagi masyarakat. Melaui perjalanan sejarah dari hukum di Indonesia, dapat mewakili beberapa alasan tentang betapa tidak konsistennya sistem hukum yang kita anut. Keberagaman memang menjadi corak indah dalam dinamika Indonesia. Namun, ketidak menentuan sistem yang terpakai malah menyebabkan ketidak menentuan pula pada output dari sistem itu.

C. Solusi Kesehatan Hukum Indonesia

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

31

Secara

referensial

para

peneliti

hukum

menyimpulkan

bahwa

membicarakan sistem hukum bagaimanapun akan membicarakan tiga hal pokok yaitu mengenai substansi hukum yang selalu dijumpai dalam realitas empirisnya meliputi pembentukan hukum oleh institusi negara termasuk yang berasal dari produk yurisprudensi dan judicial review. Selain itu, turut dibicarakan mengenai struktur hukum yang pada kenyataannya diterjemahkan secara opersional dengan institusi penegak hukum yang dalam hal ini lembaga peradilan. Pembicaraan selanjutnya ialah budaya hukum yang dalam realitas sosial empirisnya muncul atau tercipta melalui proses kulturalisasi dari kebutuhan tegaknya hukum dan terempelementasi dalam kehidupan sosial budaya pada seluruh komponen masyarakat tanpa dihalangi oleh pengaruh perbedaan kepentingan ekonomi dan politik. Dalam hal diinginkan perlunya rekonstruksi sistem hukum dalam konteks hubungan pusat dan daerah, untuk sistem hukum akan bertemu dengan beberapa isu penting.[3] Ketika kita memutuskan untuk berkomitmen dan konsisten dengan penyehatan hukum Indonesia, maka tentunya dibutuhkan revolusi dalam sistem hukum kita. Revolusi dianggap sebagai media terbaik dalam rangka rekonstruksi hukum tanah air. Indonesia harus berani menggunakan satu sistem hukum yang efisien dan relevan dengan kontek kebangsaannya, kemudian konsisten dalam penerapan dan penegakannya.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

32

Dalam konteks rekonstruksi ini, penulis tidak menunjuk pada satu sistem hukum yang ada sebagai rekomendasi pilihan bagi Indonesia. Namun, lebih ingin menyuarakan agar negara ini mampu memilih satu sistem dan konsisten menjalankannya.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

33

[3]Abdul Gani, merekonstruksi sistem hukum dan hubungan pusat dan daerah,(Jakarta: focus group, 2006), hal. 6

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Adapun simpulan dari karya tulis ini adalah 1. Secara umum, negara-negara besar semisal Amerika dan Inggris dapat berdiri kokoh pada gelanggang dunia karena konsistensinya dalam menjalankan sistem dan menerapkan hukum secara jelas dan efisien; 2. Kerancuan sistem hukum yang terpakai menyebabkan kerancuan pula pada output dari sistem hukum di Indonesia; 3. Indonesia harus berani menggunakan satu sistem hukum yang efisien dan relevan dengan konteks kebangsaannya, kemudian konsisten dalam penerapan dan penegakannya. B. Saran 1. Sebagaimana pentingnya hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka sebaiknya tinjauan terhadap sistem hukum yang kontroversial di Indonesia bisa lebih bergairah.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

34

2. Sebaiknya penerapan dan penegakan hukum dalam konteks kebangsaan, mengacu pada satu sistem yang efisien dan relevan dengan corak bangsa dan Negara Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

35

Djamali, Abdoel. 2010. Pengantar Hukum Indonesia .Jakarta: rajawali pers Fuady, Munir. 2007. Perbandingan Ilmu Hukum. Bandung: Refika Aditama. Hartono, Sunarjati. 1982. Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia. Jakarta: Bina Cipta. Wikipedia. 2011. Hukum Inggris. Laman. http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Inggris diakses pada 24 desember 2011.

Wikipedia. 2011. Law of Japan. Laman. http:// en.wikipedia.org/wiki/Law_of_Japan diakses pada 24 desember 2011.

Kansil. 2010. Pengantar Ilmu Hukum Indonesia. Jakarta: rineka cipta. Lev, Daniel S. 1990. Hukum dan Politik di Indonesia, Kesinambungan dan Perubahan, Jakarta: LP3S.

Mustafa, Bachsan. 2003. Sistem Hukum Indonesia terpadu. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Software Kamus Besar Bahasa Indonesia offline V1.2.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

36

Suherman, Ade Maman. 2004. Pengantar Perbandingan Sistem Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

.Ultrech. 1953. Pengantar dalam Hukum Indonesia. Jakarta: ikhtiar Volenhoven ,Van. 1972. Het Adatrecht Van Nederlands Indie. Jakarta: pradya paramita.

PEMBEDAHAN SISTEM HUKUM DALAM RANGKA IDENTIFIKASI DAN PEMBENAHAN KESEHATAN HUKUM DI INDONESIA

37

Anda mungkin juga menyukai