Anda di halaman 1dari 5

Menghukum tuhan Oleh: Abdurrahman Supardi Usman NIM: 10500111005 Ketuhanan yang Maha Esa, merupakan sila pertama

dalam pancasila selaku pedoman luhur, pandangan hidup dan pegangan wajib bagi manusia yang berbangsa Indonesia. Kata ketuhanan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan lambang bunyi yang mewakili sifat keadaan Tuhan dan atau segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Unsur ketuhanan-pun telah amat melekat dengan bangsa Indonesia dengan coraknya yang beragam. Selain negara yang berketuhanan, Indonesia juga merupakan negara hukum. Negara dimana hukum (seharusnya) dijunjung tinggi, hukum (seharusnya) ditegakkan setegak-tegaknya dan hukum (seharusnya) sebagai roda mobilitas bangsa. Di negara hukum (sebenarnya) tidak ada istilah pandang bulu. Akan tetapi, bagaimana jika tuhan yang melakukan kejahatan atau pelanggaran? Mampukah kita menghukumnya? Beranikah kita menghukum tuhan? Sebelumnya, tahukah kita siapa Tuhan itu? Secara umum Tuhan memang diartikan sebagai zat yang maha kuasa atas segalanya, pencipta alam semesta dan segala isinya, pemilik dari segalanya yang menguasai hari akhir, serta pengambaran-penggambaran agung yang lain tentang-Nya. Dalam kepercayaan tertentu, Tuhan diyakini tinggal di tempat yang paling tinggi, langit di atas langit. Adapula yang menegaskan bahwa Tuhan tidaklah terikat ruang dan waktu, serta

beberapa teori lain. Tapi di luar perdebatan itu, sadarkah kita ternyata ada banyak tuhan di sekitar kita? Dalam konteks kekinian, bermunculan berbagai macam tuhan yang bertempat tinggal di bumi dan seolah semakin mempertegas ketuhanannya. Akan tetapi berbeda dengan Tuhan, tuhan-tuhan kecil ini bukannya memelihara melainkan memperbudak hambanya. Gejala-gejala yang muncul dalam

pengamatan awam penulis mengindikasikan beberapa jenis tuhan yang dapat teridentifikasi. Adapun tuhan-tuhan tersebut adalah sebagi berikut: Tuhan penguasa Merupakan tuhan yang dipilih langsung oleh sekelompok hamba yang kemudian menjadi mayoritas dari seluruh hamba dalam teritorialnya. Tuhan jenis ini biasanya sangat familiar dan sangat mudah dikenali oleh masyarakat dan di mengerti ketuhanannya bahkan oleh masyarakat berpendidikan rendah sekalipun. Dukunglah tuhan yang akan berkuasa untuk kenyamanan hidup anda sebagai hamba, sebab jika memilih berseberangan (secara terang-terangan) dengan tuhan yang pada akhirnya berkuasa maka tentu jalan hidup anda akan disempitkan sebisa yang tuhan tersebut mampu. Jika penentang tuhan ini berasal berasal dari golongan birokrasi misalnya, maka bersiaplah dengan ancaman adzab mutasi. Setelah berkuasa, tuhan jenis ini akan memudahkan sebanyak mungkin penyembahnya agar dapat makmur bersama. Penyembah barupun diperkenankan bergabung dengan berbekal sesaji yang dapat dinegosiasikan agar dapat memuluskan jalan menuju kemakmuran.

Pada akhirnya banyak juga tuhan jenis ini yang kemudian dapat dihukum dan diadili oleh masyarakat. Akan tetapi, biasanya hanya yang belum mumpuni kapasitas ketuhanannya. Itupun mayoritas hanya tuhan-tuhan yang kurang lincah dan bergerak pada kasta kedua dan ketiga. Tuhan super power Tuhan jenis ini erat kaitannya dengan pergaulan internasional. Abad ini peradaban manusia semakin tua dan nampak semakin dewasa. Pedamaian dunia dikampanyekan secara universal. Namun ada yang nampak janggal dari kehidupan interaksi internasional. Seolah muncul satu negara yang mewahyukan ketuhanannya. Negara super power, menjadi tuhan dari negara-negara hamba. Kepentingan luar negerinya diperkirakan mencemari setiap kebijakan di beberapa negara lain. Tuhan yang ini terkesan maha egois dan tercium licik. Melarang negara lain mengembangkan apa yang ia sendiri kembangkan. Tak segan menciptakan teror baik secara langsung maupun berupa propaganda. Kekuatan intelejen dan pengaruhnya yang super mampu menggoyangkan stabilitas politik dari rezim tertentu yang ingin ia tumbangkan kemudian diganti dengan pemerintahan wayang kulit dengan dalih demokrasi. Nampaknya agak sulit menghukum tuhan ini, sebab pengaruhnya sangat kuat dalam memperhamba dunia. Tuhan ini akan Nampak baik ketika menyuarakan HAM dalam konteks kepentingannya. Akan tetapi akan sangat

kontradiktif ketika malah ia ataupun para koleganya yang melanggar. Seribu satu alasan akan menjadi pembenaran tindakannya sebagai tuhan super power. Adapun negara kebanggaan kita indonesia ini sepertinya belum bisa berbuat banyak dalam kancah internasional dalam konteks peredaman agresifitas tuhan super power. Banyak alasan yang dapat menegur bangsa ini ketika memilih tegas berseberangan dengan sang tuhan super power. Hutang adalah mosi yang paling sering diperbincangkan sebagai alasan untuk tetap bimbang. Tuhan kapitalisme Kapitalisme merupakan ideologi bagi para raksasa pemodal. Tuhan jenis ini merupakan tuhan yang paling kuat dan paling berkuasa di era ini. Sifatnya yang abstrak membuat ia dengan mudah memperhamba kita tanpa disadari. Seperti kata Adam Smith, nabi kapitalisme, bahwa terdapat kekuatan tersembunyi (invisible hand) yang mengendalikan pasar. Diakui atau tidak, kekuatan kapitalisme mampu memberikan tekanan yang besar terhadap penegakan hukum. Tekanan ini dapat berupa tekanan langsung maupun tidak langsung. Takanan langsung terhadap hukum dapat berupa serbuan kepentingan terhadap kesehatan hukum. Salah satu kasus yang mengisyaratkan ketuhanan kapitalisme adalah Lumpur Lapindo. Jika kita menelaah secara mendalam kasus lapindo, tentu akan tercium beberapa kejanggalan yang hanya mampu dijawab atas nama tuhan. Selain tekanan langsung, secara tidak langsung kapitalisme juga menekan dan menyerang kesehatan hukum. Antara lain dengan sugesti konsumtif yang

mendorong ketergantungan terhadap materi hingga memperbanyak alasan untuk menyuburkan korupsi, kolusi dan nepotisme. Mampukah kita menghukum tuhan? Equality before the law, salah satu asas yang hidup dan berkembang dalam hukum modern. Hal ini tentunya sejalan dengan konsep demokrasi yang Indonesia asuh. Tentunnya, hukum yang sehat harus mampu merangkul dan menjamah seluruh objeknya, sekalipun harus menghukum tuhan. Bangsa kita adalah bangsa yang memiliki tradisi keberanian dan harga diri tinggi. Para leluhur pasti bangga jika kita berani menghukum para tuhan. Jangan sampai kita tertindas dan diam apalagi sampai ikut menyembah mereka. Seharusnyalah kita melawan seraya menunggu Tuhan sebenar-benarnya Tuhan menegaskan kuasa-Nya.

Anda mungkin juga menyukai