Anda di halaman 1dari 22

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT : PENGANGKATAN DAN PEMINDAHAN PENDERITA

Mar 28 Posted by endro sambodo

Sebelum Mengangkat & Memindahkan Penderita Pertimbangkan o Kapan waktunya? (rawat dahulu atau segera diangkat & dipindahkan? ) o Nilai kesulitan yg mungkin terjadi akibat dari kondisi : medan, beban penderita & kemampuan (jumlah) penolong. o Pilih teknik pengangkatan & pemindahan yg paling aman sesuai kondisi. Ingat o Jangan lakukan pengang-katan/pemindahan jika tidak mutlak benar. o Lakukan sesuai dengan teknik yang baik & benar. o Kondisi fisik penolong harus baik & terlatih. o Jangan sampai membuat cedera lebih lanjut pada penderita o Hindari cedera pd. penolong Mekanika Tubuh Menggunakan gerakan tubuh penolong yang baik dan benar untuk memudahkan pengangkatan dalam pemindahan penderita dengan tujuan menghindari atau mencegah terjadinya cedera pada penolong Prinsip Mengangkat o Nilai kemampuan diri & tim. Jangan coba paksakan mengangkat / menurunkan jika tidak yakin mampu mengendalikannya. o Gunakan otot tungkai, otot panggul & otot perut untuk mengangkat, bukan otot punggung. o Hindari gerakan membungkuk, upayakan punggung tetap dalam satu garis lurus. o Kaki menjadi tumpuan utama dalam mengangkat, jarak kedua kaki sebahu.

o Jaga keseimbangan dg posisi satu kaki sedikit di depan dari kaki yang lain. o Tangan yg memegang menghadap depan. o Tubuh serapat mungkin dg beban. Itu akan mengurangi beban otot. o Jangan memutar tubuh saat mengangkat. o Prinsip ini digunakan juga untuk menarik / mendorong penderita Prinsip Mengangkat

Macam Pemindahan PEMINDAHAN DARURAT o Berada pada situasi yang membahayakan keselamatan penderita / penolong. o Menghalangi akses penolong ke penderita lain yg mungkin lebih parah. o Lokasinya tidak memungkinkan untuk melakukan BHD-RJP kepada penderita. PEMINDAHAN TIDAK DARURAT o Situasinya tidak membahaya-kan diri penolong & penderita. o Perawatan darurat di lapangan & pemeriksaan tanda vital telah diselesaikan. o Korban dalam keadaan stabil, semua cedera telah ditangani dengan baik. o Kecurigaan fraktur servikal & spinal telah diimobilisasi (dibidai). Darurat disini bukan karena ketiadaan alat tetapi karena situasinya yang darurat. Pemindahan Darurat

Teknik Sampir Pundak

Pemindahan Tidak Darurat Oleh Satu Orang Penolong

Pemindahan Tidak Darurat Oleh Dua Orang Penolong

Teknik Angkat Langsung

PERALATAN PEMINDAHAN Tandu Beroda (wheeled stretcher)

Peralatan Ekstrikasi / Pemindahan

Tandu Improvisasi

Pemindahan Dengan Tandu Kursi

Teknik Log Roll (Flip & Strip) o Manuver mengangkat & memindahkan penderita ke LSB (Long Spinal Board). o Pemindaian dg. sinar x membuktikan bahwa bila teknik ini dilakukan dg baik, kelurusan tulang belakang ketika korban dipindahkan tetap terjaga, walaupun dari posisi tengadah (supinasi), tengkurap (pronasi) atau miring (lateral).

Posisi Penderita Jika penderita syok, letakkan dalam posisi syok (jika tidak ada cedera di tungkai dan tulang belakang) Jika penderita dengan gangguan pernapasan posisikan dengan posisi duduk atau setengah duduk Penderita dengan nyeri perut, posisikan dengan tungkai ditekuk Penderita dengan muntah-muntah posisikan nyaman dan awasi jalan napas

Penderita dengan trauma curiga spine trauma stabilkan dan imobilisasi dengan papan spinal panjang Jika penderita tidak ada respon dan tidak dicurigai ada cedera spinal atau cedera berat lain posisi miring stabil Posisi nyaman, bila cedera tidak mengganggu *Dirangkum dari berbagai sumber Referensi : Diktat PMI Yogyakarta dan Diktat RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Suatu jaringan antara sumber daya yang saling berhubungan guna memberikan pelayanan gawat darurat & transportasi kepada penderita yang me-ngalami musibah akibat kecelakaan atau penyakit mendadak. SPGDT dibagi dalam dua fase : 1. Fase Pra Rumah Sakit 2. Fase Rumah Sakit Fase Pra Rumah Sakit Keberhasilan fase ini sangat tergantung pada keberadaan & kemampuan dari : Akses & komunikasi Pelayanan gawat darurat di tempat kejadian Transportasi ke pelayanan medis Akses & Komunikasi Masyarakat tahu bagaimana cara mengakses SPGDT. Ada nomor darurat yg. bebas & mudah dipanggil. Ada sarana untuk memanggil seperti telepon, radio komunikasi, bedug, kentongan dll. Pelayanan Gawat Darurat di Tempat Kejadian Adanya penolong di tempat kejadian yg idealnya memiliki kemampuan / terlatih memberikan pertolongan pertama. Kategori awam Kategori awam khusus kategori khusus (medis/paramedis) Transportasi Medis Ada sarana transportasi untuk membawa penderita ke fasilitas medis : Kendaraan khusus seperti : ambulans gawat darurat, ambulans transport atau ambulans Jenasah kendaraan non medis yg ada pada saat itu. Penanganan Pra Rumah Sakit Konsep penanganan pra rumah sakit adalah memberikan bantuan hidup dasar dan mempertahankan nyawa penderita dengan melakukan tindakan pertolongan pertama secepatnya di tempat, sesaat setelah kejadian terjadi. Pertolongan Pertama

Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera yg. memerlukan penanganan medis dasar Medis dasar : Tindakan pertolongan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh orang awam atau awam terlatih Pelaku Pertolongan Pertama : Penolong yang pertama berada di lokasi kejadian, memiliki kemampuan dan terlatih dalam tindakan penanganan medis dasar Tujuan Pertolongan Pertama : Menyelamatkan jiwa Mencegah cacat Memberikan rasa nyaman & menunjang upaya penyembuhan Persetujuan Pertolongan : Persetujuan tersirat (implied consent), ada isyarat yg diberikan Persetujuan yg dinyatakan (expressed consent), ada pernyataan lisan/tertulis Kewajiban Pelaku PP: o Menjaga keselamatan diri, tim, penderita & orang sekitarnya. o Dapat menjangkau penderita. o Dapat mengenali/menilai & mengatasi masalah yg. mengancam nyawa. o Meminta bantuan / rujukan. o Menolong dg.cepat & tepat sesuai keadaan penderita. o Membantu & berkomunikasi dg. pelaku PP yg. lain. o Mengatur pengangkatan & pemindahan penderita. o Membuat laporan (catatan) pemberian PP Kualifikasi Pelaku PP : Jujur & bertanggung jawab. Bersikap profesional Matang secara emosi Mampu bersosialisasi Kemampuan nyata terukur sesuai sertifikasi Kondisi fisik baik Percaya diri dan punya rasa bangga Tindakan Pengamanan Diri Pelaku PP : o Memperhitungkan resiko tindakan. o Menggunakan alat pelindung diri. (APD) o Membersihkan diri sebelum & setelah melakukan tindakan pertolongan. o Membersihkan alat pertolongan. Alat Perlindungan Diri (APD): o Sarung tangan lateks + sarung tangan kerja. o Kacamata pelindung. o Baju pelindung. o Masker penolong. o Helm *Dirangkum dari berbagai sumber Referensi : Diktat PMI Yogyakarta dan Diktat RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
MAJGDSUJDJZHXZBBKHXKJXBJKXBJMN

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT : LUKA DAN PATAH TULANG


Mar 29 Posted by endro sambodo

Jenis Perdarahan Luar :

Teknik Mengendalikan Perdarahan Luar

* Tekan langsung tepat diatas luka dengan penutup luka. Umumnya perdarahan akan berhenti 5 s.d.15 menit. Jika perdarahan belum berhenti, tambahkan penutup luka tanpa melepas penutup luka sebelumnya. * Tinggikan daerah cedera lebih tinggi dari jantung. (biasanya hanya pada cedera alat gerak saja). * Tekan pada pembuluh nadi diantara luka dengan jantung. Teknik lain Mengendalikan Perdarahan Luar

* immobilisasi dengan atau tanpa bidai. * Torniket (sebagai alternatif terakhir & hanya pada kasus tertentu saja) * Kompres dingin Cedera Jaringan Lunak (Luka) * Jaringan lunak tubuh meliputi kulit, jaringan lemak, pembuluh darah, jaringan ikat, membran, kelenjar, otot & saraf. * Cedera jaringan lunak (luka) berdasarkan keterlibatan jaringan kulit, dibagi menjadi : * Luka Terbuka : cedera jaringan lunak disertai kerusakan/terputusnya jaringan kulit. * Luka tertutup : cedera jaringan lunak tidak disertai dengan kerusakan jaringan kulit. Jenis Jenis Luka Jenis Luka terbuka : * Luka lecet * Luka sayat / iris * Luka robek * Luka tusuk (termasuk dalam hal ini luka tembak) * Luka sobek (avulsi) * Luka amputir (amputasi) * Luka gigitan & sengatan * Cedera remuk terbuka * Luka bakar Jenis Luka Tertutup : * Memar * Hematoma

* Cedera remuk tertutup Luka Lecet & Luka Sayat / Iris

Luka Sobek/Avulsi & Luka Robek

Luka Tusuk, luka Tembus & Luka Gigitan Binatang

Luka Amputir (Amputasi)

Luka memar & Hematoma

Perawatan Luka Terbuka * Pastikan daerah luka terlihat. * Bersihkan daerah sekitar luka. * Kontrol perdarahan bila ada. * Lakukan penatalaksanaan syok pada luka yang parah. * Cegah kontaminasi lanjut. * Beri penutup luka & balut bila perlu. * Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah. * Tenangkan penderita. * Rujuk ke fasilitas kesehatan. Perawatan Luka Tertutup * Pastikan daerah cedera terlihat. * Perawatan luka tertutup dilakukan seperti halnya perdarahan dalam. * Khusus untuk memar dapat dilakukan : R = rest I = ice pack C = compressed E = elevation * Tenangkan penderita. * Rujuk ke fasilitas kesehatan. Prinsip Penutupan & Pembalutan Luka * Penutupan meliputi seluruh permukaan luka. * Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai perdarahan yang masih mengalir * Pemasangannya harus memenuhi prinsip aseptik * Jangan dipasang pembalut sebelum perdarahan terhenti, kecuali pembalutan penekanan. * Balutan tidak terlalu kencang/longgar & jangan biarkan ujung sisa terurai. * Jangan menutup ujung jari. Bagian itu bisa jadi petunjuk. * Bila luka kecil upayakan untuk memperluas daerah pembalutan * Untuk anggota gerak balut dari distal ke proksimal * Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan Cedera Sistem Otot Rangka : Jenis Patah Tulang * Patah Tulang tertutup. Tidak ada luka , permukaan kulit utuh, Fragmen tulang tidak berhubungan dengan udara luar.

* Patah tulang terbuka. Ada luka terbuka, kulit di atas/dekat bagian yang patah rusak, fragmen tulang mungkin terlihat atau menonjol keluar.

Cedera Sistem Otot Rangka : Tanda & Gejalanya

Cedera Sistem Otot Rangka : Pertolongan Pertamanya 1 . Lakukan prosedur penilaian penderita. 2. Kenali & atasi keadaan yang mengancam nyawa, jangan terpancing dengan cedera yang terlihat berat. 3. Pasang bidai leher (neck collar) dan beri oksigen jika ada sesuai protokol. 4. Ingat pada cedera alat gerak, lakukan pemeriksaan GSS sebelum & sesudah perawatan. 5. Stabilkan bagian cedera secara manual sampai saat tindakan immobilisasi selesai dilakukan, jangan sampai menambah rasa sakit pada penderita. 6. Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera. 7. Atasi perdarahan & rawat luka yang terjadi. 8. Siapkan alat & bahan pembidaian selengkapnya. 9. Lakukan pembidaian sesuai dengan prinsip-prinsip pembidaian. 10.Untuk mengurangi rasa sakit penderita, istirahatkan bagian yang cedera, kompres dingin (pada cedera tertutup) & pemberian analgetik bisa dipertimbangkan. 11. Letakan penderita pada posisi yang nyaman. 12. Bila ditemukan cedera terkilir, istirahatkan & tinggikan daerah yang cedera. Beri kompres dingin (maks. 30 menit) setiap jam jika perlu. Balut tekan & tetap tinggikan. 13. Lakukan pemeriksaan berkala & rujuk ke fasilitas kesehatan.

Pembidaian : Tujuan & Macamnya. Pembidaian : tindakan penggunaan alat bantu guna menstabilkan bagian tubuh yang cedera. Tujuannya : 1. Mencegah pergerakan (immobilisasi) bagian yang cedera. 2. Menghindari terjadinya cedera baru. 3. Mengistirahatkan. 4. Mengurangi rasa nyeri. Macam-macam bidai : * Bidai keras * Bidai yang dapat dibentuk. * Bidai traksi. * Gendongan/belat/bebat. * Bidai improvisasi. Alat bidai harus cukup kuat & ringan agar bisa difungsikan sebagai penopang.

Prinsip-Prinsip Pembidaian 1. Sedapat mungkin informasikan rencana tindakan kepada penderita. 2. Paparkan bagian yang cedera, rawat perdarahan yang terjadi. 3. Buka pakaian & perhiasan penderita yang sekiranya menutupi/mengganggu di daerah yang cedera. 4. Nilai GSS gerakan, sensasi, sirkulasi bagian distal yang cedera sebelum melakukan pembidaian. 5. Siapkan dahulu peralatan selengkapnya. 6. Jangan mencoba merubah posisi bagian yang cedera, usahakan bidai pada posisi saat ditemukan. 7. Jangan mencoba memasukan bagian tulang yang patah. 8. Sebelum dipasang, ukur dahulu bidai pada anggota tubuh penderita yang sehat. 9. Bila cederanya adalah patah tulang, bidai sepanjang dua sendi yang mengapit tulang yang patah tersebut. 10. Bila cederanya adalah sendi, bidai sepanjang tulang yang mengapit tulang yang patah tersebut, bidai pula sendi distalnya. 11. Bila memungkinkan, lapisi dahulu bidai dengan bahan yang lunak/lembut. 12. Isi bagian kosong diantara tubuh dan bidai dengan pelapis yang berbahan lunak/lembut. 13. Ikatan jangan terlalu kuat atau terlalu longgar. 14. Ikatan cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah. 15. Satukan dengan tubuh atau alat gerak yang lain. 16. Nilai GSS setelah selesai pembidaian, bandingkan dengan GSS saat sebelum dibidai. 17. Melakukan pembidaian memerlukan waktu, meski begitu lakukan dengan efektif & efisien. 18. Jangan membidai berlebihan. Penggunaan papan spinal atau bidai tubuh akan sangat membantu menghindari banyaknya pembidaian & lamanya waktu pada satu penderita Pembidaian Untuk Cedera Alat Gerak Atas

Pembidaian Untuk Cedera Alat Gerak Bawah

Patah Tulang Iga * Kemungkinan terjadi lebih besar pada usia tua. * Penyulit yang mungkin terjadi adalah patahan tulang merobek lapisan pleura sehingga paru bocor & terjadi pneumothoraks, hemothoraks atau gabungan keduanya. * Flail chest : terjadi patah tulang iga majemuk dimana satu atau lebih tulang iga patah menjadi tiga bagian atau lebih. Tanda & Gejala * Nyeri dada saat bernapas. * Perubahan bentuk dada & dinding dadanya. * Dinding dada tidak mengembang baik saat bernapas, bahkan terjadi gerakan paradoks (ada bagian dada yang bergerak berlawanan) * Penderita terkesan melindungi bagian yg.cedera (guarding position). * Memar yang jelas & luas di daerah dada. * Pelebaran pembuluh balik leher, mata merah, sianosis, bagian tubuh atas bengkak.

* Batuk darah & muncul tanda syok.

Penanganan Patah Tulang Iga * Lakukan prosedur penilaian, buka jalan napas. * Berikan oksigen jika ada sesuai protokol. Bersiap melakukan BHD & RJP. * Periksa fisik dada korban, temukan apakah ada tanda adanya perdarahan dalam. * Hentikan perdarahan luar jika ada. * Berikan bantalan pada bagian yang patah. * Pada kasus flail chest, upayakan bagian yang patah terganjal sehingga tidak ikut bergerak saat bernapas * Pasang gendongan lengan di sisi dada yang cedera. * Biarkan penderita dalam posisi yang dianggap paling nyaman, yakni bisa memberi ruang gerak dada maksimal sesuai keadaannya. * Pantau tanda vital secara berkala * Tangani syok yang dialami & rujuk ke RS secepatnya. *Dirangkum dari berbagai sumber Referensi : Diktat PMI Yogyakarta dan Diktat RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai