Anda di halaman 1dari 26

MEDIA PEMBELAJARAN DALAM GERHANA A.

PENDAHULUAN Para ahli pendidikan dan pengajaran berpendapat bahwa media sangat diperlukan pada anak-anak tingkat dasar sampai menengah dan akan banyak berkurang jika mereka sudah sampai pada tingkat pendidikan tinggi. Pada tingkat sekolah dasar dan menengah, pengajar akan banyak membantu anak didik dengan mengembangkan semua indera yang ada, yakni dengan mendengar, melihat, meraba, memanipulasi, atau mendemonstrasikan dengan media yang dapat dipilih.1 Media pembelajaran adalah sarana yang membantu para pengajar. Ia bukan tujuan sehingga kaidah pembelajaran di kelas tetap berlaku. Pengajar juga perlu sadar bahwa tidak semua anak senang dengan peragaan media. Anak-anak yang peka atau auditif mungkin tidak banyak memerlukannya tetapi anak yang bersifat visual akan banyak meminta bantuan media untuk memperjelas pemahaman bahan yang disajikan. Demikian pula waktu penyajian media sangat menentukan berhasil tidaknya penjelasan dengan bantuan media.2 Perkembangan peralatan pendidikan sudah maju, makapengajar dewasa ini dapat dengan mudah memilihnya. Peralatan media yang pada mulanya terbatas dan sangat mahal, dewasa ini dengan mudah dipelajari dan dipergunakan seperti kamera fotografi, kamera video, menjalankan proyektor slide, atau TV-video. Akan tetapi tanpa memperhatikan apakah media yang digunakan bersifat lama atau baru maka yang terpenting adalah terletak pada kemampuan pengajar dalam mempelajari, keterampilan memilih, menggunakan, dan kemampuan mengembangkan perangkat lunak.3 Media yang tersedia di sekolah tentu ada yang cukup lengkap, tetapi tentu ada juga yang sangat minim dan terbatas. Jika minim, atau bahkan tidak tersedia, maka media-media sederhana dapat dibuat sendiri oleh pengajar dengan bantuan beberapa siswa, misalnya kliping, media grafis, peta, atau gambar.

Depdiknas, Ilmu Pengetahuan Sosial (Materi Pelatihan Terintegrasi). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005.
2

Ibid

Hartono Kasmadi, Model-model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP Semarang Press, 1996

2 4

B. PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN

Ada beberapa pengertian tentang media pembelajaran yang telah dikemukanan oleh para ahli, antara lain:
1. S. Gerlach dan P. Ely dalam bukunya Teaching and Media (1971) memberikan dua makna

tentang media pembelajaran, yakni arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas media pembelajaran berarti orang, material, kejadian yang dapat menciptakan kondisi, sehingga memungkinkan pelajar dapat pengetahuan, keterampilan atau sikap yang baru. Sedangkan dalam arti sempit media pembelajaran berarti grafik, potret, gambar, alat-alat mekanik, elektronik yang dipergunakan untuk menangkap, memproses serta menyampaikan informasi visual atau verbal. 4

2. Robert M. Gagne dalam The Conditions of Learning (1970) menyatakan bahwa istilah

media pendidikan digunakan untuk menunjukkan berbagai macam komponen lingkungan belajar yang dapat menimbulkan perangsang untuk si pelajar. Dengan kata lain yang menyebabkan terjadinya komunikasi dengan pelajar. Termasuk dalam pengertian ini adalah guru, serta berbagai macam alat mulai dari buku sampai pada televisi, yang secara umum mempunyai fungsi dalam upaya memberikan input kepada murid. 5

3. Sedangkan I Wayan Ardhana, dalam Media Instruksional (1982) mengartikannya dengan

segala sesuatu yang dapat dipakai untuk memberikan rangsangan sehingga terjadi interaksi belajar mengajar dalam upaya untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. 6

Mahfudh Shalahuddin, Media Pendidikan Agama, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986. Lihat pula: Rohmat, Media Pembelajaran (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Logung, 2010.
5

Ibid Ibid

2 4

4. Sementara Suprapto dkk dalam bukunya Media Pendidikan (1982) mendefinisikan media

pendidikan dengan semua alat pembantu yang secara efektif dapat digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 7

5. Begitu pula Sri Widiastuti, dkk dalam Media Pendidikan (1982) memberikan definisi

dengan semua alat yang dapat dipergunakan melalui indera pendengaran, pengamatan (telinga, mata) dalam proses kegiatan belajar, karena itu alat-alat bantu tersebut sering dinamakan alat pembantu dengar-andang atau audio visual aids (AVA). 8

6. Oemar Hamalik dalam bukunya berjudul Media Pendidikan (1976) memberikan pengertian

dengan alat, metode dan teknik yang dipergunakan dalam upaya untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajarandi sekolah. 9

7. Mahfudh Shalahuddin dalam bukunya berjudul Media Pendidikan Agama (1986)

memberikan kesimpulan tentang pengertian media pendidikan dengan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, kemauansiswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. 10 C. URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp & Dayton (1985:3) meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta pengintegrasiannya ke dalam program-program
7

Ibid Ibid Ibid Ibid

10

2 4

pengajaran berjalan amat lambat. Beberapa dampak positif penggunaan media yang dikemukakan oleh mereka adalah sebagai berikut.11 1. Penyampaian pelajaran lebih baku. Setiap pelajaran yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. 2. Pembelajaran bisa lebih menari. Media dapat mengasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan tetap memperhatikan 3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsipprinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan. 4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa. 5. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifikm dan jelas. 6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan, terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara indvidu 7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajarai dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. 8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif Dale (1969:180) mengemukakakan bahwa bahan-bahan audio visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hubungan guru siswa tetap merupakan elemen paling penting dalam sistem pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja. Beberapa manfaat media yang dikemukan oleh Dale adalah:12 1.
11

meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;

Sholahuddin, Pemanfaatan Media Dan Sumber Belajar, Makalah disampaikan pada Diklat Peningkatan Kualitas Guru PAI Kanwil Kementerian Agama Propinsi Jawa Tengah dan DIY di Semarang, 2010
12

Ibid

2 4

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa; menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat siswa membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa; membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa; mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang memeprluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika

dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;

melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar; seberapa banyak telah mereka pelajari; bermakna dapat dikembangkan; nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat; mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna. Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994:15) merinci manfaat media pendidikan sebagai berikut:13 1.meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme; 2.memperbesar perhatian siswa; 3.meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap; 4.memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa; 5.menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup; 6.membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa; 7.memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

13

Ibid

2 4

Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, yaitu:14 1. dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat meperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar siswa; 2. dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya; 3. dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.

D. KLASSIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN Para ahli (Burton, Edgar Dale, dan Romiszowiski) mengemukakan berbagai jenis media pembelajaran dengan criteria yang berbeda-beda. Burton (dalam Nasution, 1986) membagi media berdasarkan pengalaman langsung dan pengalaman tak langsung. Pengalaman langsung yaitu turut melakukan dan mengalaminya. Sedangkan pengalaman tak langsung dilihat berdasarkan pengamatan langsung (seperti melihat peristiwa yang terjadi dan melihat peristiwa dipentaskan), berdasarkan gambar (melihat film atau foto), berdasarkan lukisan (menggunakan peta, diagram, grafik, dsb), berdasarkan bahasa (membaca uraian dan mendengarkan uraian), dan berdasarkan lambang seperti lambang istilah, rumus dan indeks.15 Sedangkan Romiszowski (1992) (dalam Sapriya, 1999) mengemukakan bahwa media dapat diartikan dalam pengertian sempit dan pengertian luas. Dalam pengertian sempit, media meliputisejumlah alat yang dapat digunakan secara efektif untuk proses pengajaran yang telah direncanakan. Sedangkan dalam pengertian luas, diartikan bukan hanya media komunikasi elektronik yang rumit melainkan juga mencakup sejumlah perangkat yang lebih sederhana seperti slide, photo, diagram, dan chart buatan guru, benda-benda dan kunjungan ke tempat di luar sekolah. Bahkan gurupun dapat menjadi salah satu media presentasi seperti halnya radio dan televise yang menyampaikan informasi.16

14

Ibid

15

Depdiknas, Ilmu Pengetahuan Sosial (Materi Pelatihan Terintegrasi). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005.

2 4

Jika dilihat dari indera (sensory channels), media pembelajaran dapat dikelompokkan atas media yang dapat didengar (audio), dapat dilihat (visual), dapat didengar dan dilihat (audio visual), dan dapat disentuh (touch). Jenis media tersebut dapat digambarkan sbb: JENIS MEDIA Audio (suara/bunyi) Visual (pandang) Audio-Visual (pandang-dengar) Touch (sentuhan) Sumber: Sapriya, Dkk (1999). CONTOH MEDIA Suara guru, Laboratorium bahasa, tapa, siaran radio. Papan tulis, gambar, photo, model/bagan, charts, hand-out, buku teks, film slide, transparansi, dsb. Televisi, video, film/bioskop. Contoh kain (tekstil)

Pengklafikasian media belajar yang paling populer, barangkali adalah yang dikemukakan oleh Edgar Dale. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemuduan dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience) dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu.17 Edgar Dale (1996) mengemukakan jenis media yang terkenal dengan istilah kerucut pengalaman (the cone of experience) yaitu: 1) pengalaman langsung; 2) pengalaman yang diatur; 3) dramatisasi; 4) Demonstrasi; 5) Karyawisata; 6) Pameran; 7) gambar hidup; 8) rekaman, radio, gambar mati; 9) lambang visual; 10) lambang verbal. Berdasarkan 10 pengalaman tersebut, dapat belajar dengan: mengalaminya secara langsung dengan melakukannya atau berbuat (nomor 1 s.d. 5); mengamati orang lain melakukannya (nomor 6 s.d.
16

Sapriya, Dkk., Studi tentang Media Pembelajaran Nilai dalam Mata Pelajaran PKn di SLTP dan SMU Bandung, 1999 (Laporan Penelitian tidak diterbitkan)
17

Yusufhadi Miarso, dkk., Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta: CV Rajawali, 1984.

2 4

8); dan membaca atau menggunakan lambang (nomor 9 dan 10). Kerucut pengalaman tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:18

Dari pengertian-pengertian di atas, usaha pengklasifikasian media mengungkapkan karakteristik atau ciri-ciri khas suatu media berbeda menurut tujuan atau maksud pengelompokannya. Kharakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuan membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun penciuman, atau kesesuaiannya dengan tingkatan hierarki belajar seperti yang digarap oleh Gagne, dan sebagainya. 19

E. MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN Prinsip pengajaran yang baik adalah jika proses belajar mampu mengembangkan konsep generalisasi, dan bahan abstrak dapat menjadi hal yanh jelas dan nyata. Sumber belajar yang digunakan pengajar dan anak adalah buku-buku dan sumber referensi, tetapi akan menjadi lebih jelas dan efektif jika pengajar menyertai dengan berbagai media pengajaran yang dapat membantu

18

Rohmat, Media Pembelajaran (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Logung, 2010.

19

Sholahuddin, Pemanfaatan Media Dan Sumber Belajar, Makalah disampaikan pada Diklat Peningkatan Kualitas Guru PAI Kanwil Kementerian Agama Propinsi Jawa Tengah dan DIY di Semarang, 2010

2 4

menjelaskan bahan lebih realistic.20 Dengan demikian salah satu tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan menentukan media pengajaran. Dalam dimensi social, mencari dan menentukan sumber belajar pelajaran Pendidikan Agama Islam sangatlah penting sebab bahan ajarnya sangat dinamis. Pembagian klasik dari media pengajaran didasarkan pada jenis materi yang dibagi menjadi materi bacaan seperti buku, majalah, ensiklopedia, surat kabar dan materi bukan bacaan. Materi bacaan merupakan materi visual yang bersifat fiksi maupun non fiksi. Materi yang bukan bacaan mempunyai pengertian yang luas mengacu pada penglihatan (visual) dan pendengaran (audio) untuk menjelaskan arti dari penafsiran (interpretasi) atau kata-kata yang tercetak seperti pada buku-buku (materi). Dalam arti terbatas, sebagian besar materi pembelajaran tergantung pada bacaan seperti misalnya bagan dan peta mempunyai judul dan legenda (kata-kata penjelasan pada peta), film strip mempunyai caption (kata-kata tercetak pada foto atau ilustrasi). Materi bukan bacaan membuka kesempatan belajar yang sangat baik terutama bagi siswa yang secara individual lamban dalam keterampilan membacanya. Tetapi tentu saja penggunaan materimateri bukan bacaan ini tidak hanya terbatas untuk siswa yang belum dapat membaca saja. Banyak sekali materi ini memberikan informasi yang sulit diperoleh melalui bacaan. Film tentang kehidupan suku Dani atau Asmat di Irian Jaya atau kehidupan orang laut di Riau kepulauan, misalnya adalah pengalaman-pengalaman yang tidak dapat disalin (duplikat) kembali dengan berbagai cara dalam ruang kelas. Materi bukan bacaan adalah alat bantu yang dimaksudkan untuk memberi arti dan memperkaya pelajaran semua siswa, baik yang mampu membaca maupun yang masih sulit membaca. Peta, bagan, grafik adalah alat-alat yang sanggup memberikan informasi yang sulit untuk dijelaskan dalam materi cetak bacaan. Pengadaan karya wisata misalnya kunjungan di sebuah perusahaan atau sentra kerajinan adalah suatu cara untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa mengenai beberapa aspek masalah yang sedang dipelajari. Penggunaan film, film strip, dan gambar-gambar memberikan kenyataan (realisme) dan kelengkapan kepada siswa akan suatu latar belakang yang sama.

20

Hartono Kasmadi, Model-model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP Semarang Press, 1996

2 4

Penyakit yang paling berkecamuk di sekolah ialah verbalisme, yang terdapat dalam setiap situasi belajar.21 Menurutnya penyakit tersebut biasanyatidak terdapat dalam hal-hal yang dipelajari anak-anak sebelum mereka bersekolah karena perbendaharaan bahasanya diperolehnya dengan pengalaman langsung, dengan melihat, mendengar, mencecap, meraba serta menggunakan alat dria lainnya. Hasil pelajaran tersebut dapat dianggap permanen dan tidak mudah dilupakannya, karena kata-kata yang mereka peroleh benar-benar mereka kenal yang diperolehnya melalui pengalaman yang kongkrit. Pernyataan di atas menggambarkan betapa pentingnya media dalam proses pembelajaran di sekolah. Media pelajaran merupakan alat bantu yang dapat mempermudah proses penerimaan materi pelajaran yang disampaikan pendidik dan sudah barang tentu akan mempermudah pencapaian keberhasilan tujuan pendidikan. Hal ini dikarenakan peserta didik akan lebih termotivasi dalam mempelajari materi bahasan.22

F. FENOMENA GERHANA Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, gerhana ialah bulan (matahari) gelap sebagian atau seluruhnya dilihat dari bumi.23 Matahrai maupun bulan menjadi gelap karena sinarnya menghilang, sebagaimana diungkapkan Subarkah, gerhana adalah hilangnya sinar (cahaya) dari bulan dan matahari, atau sebagian sinar (cahaya) dari keduanya.24 Sinar tersebut menghilang bukanlah karena bulan atau matahari sudah tidak mengeluarkan cahaya lagi, melainkan karena ada penghalang sehingga tidak bisa terlihat dari bumi yang berjarak 149.6 juta kilometer atau 1 AU (ing: astronomical unit).25

21

Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1992
22

Ibid Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Bapai Pustaka, 1995

23

24

Andi Subarkah, (ed.), Minhajul Muslim (Pedoman Hidup Ideal Seorang Muslim), Surakarta: Insan Kamil, 2009
25

Http://WWW.Wikipedia.or.id

2 4

Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi. Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika, maka tidak setiap oposisi bulan dengan matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node, yaitu titik di mana bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan, akan diikuti dengan gerhana matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara matahari dengan bumi.26 Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah.
27

Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat. Gerhana bulan dapat diamati dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama sekali. Ada beberapa jenis gerhana bulan yang mungkin bisa terjadi, yakni: 28

Gerhana bulan total Pada gerhana ini, bulan akan tepat berada pada daerah umbra.

Gerhana bulan sebagian

26

Ibid Ibid Ibid

27

28

2 4

Pada gerhana ini, tidak seluruh bagian bulan terhalangi dari matahari oleh bumi. Sedangkan sebagian permukaan bulan yang lain berada di daerah penumbra. Sehingga masih ada sebagian sinar matahari yang sampai ke permukaan bulan.

Gerhana bulan penumbra Pada gerhana ini, seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra. Sehingga bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram.

G. TUNTUNAN ISLAM MENGHADAPI GERHANA 1. Beberapa Dalil Tentang Gerhana Islam memiliki aturan yang sempurna, sehingga memiliki kerangka yang lebih rasional dalam menghadapi berbagai kejadian, termasuk fenomena alam seperti gerhana. Ada beberapa dalil Al-Quran yang terkait dengan peristiwa alam tersebut, misalnya:29 Allah Swt berfirman, Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[669]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orangorang yang mengetahui. (Yunus:5)
29

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya.

2 4

[669] Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.

Dan Dia juga berfirman ,

dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika ialah yang kamu hendak sembah. (Fushilat:37)

2. Beberapa hal yang diperintahkan untuk dilaksanakan pada hari itu:

a. Shalat dua rakaat. Jika terjadi gerhana matahari ataupun gerhana bulan, maka ummat Islam disunnahkan untuk melakukan shalat kususf atau shalat gerhana. Shalat di waktu gerhana matahari biasa dikenal dengan istilah shalat kusuf sedangkan shalat di waktu gerhana bulan biasa dikenal dengan istilah shalat khusuf .30

Kedudukan Shalat Gerhana


30

A. Hasan, Pengajaran Shalat, Bangil: Pustaka Tamaam, 1991

2 4

Shalat gerhana adalah sunnah muakadah menurut kesepakatan para ulama, dan dalilnya adalah As Sunnah yang tsabit dari Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam.31 Gerhana adalah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah untuk menakut-nakuti para hamba-Nya. Allah berfirman , dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tandatanda (kekuasan kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orangorang dahulu[858]. dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka Menganiaya unta betina itu. dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti. (Al Israa:59)

[858] Maksudnya: Allah menetapkan bahwa orang-orang yang mendustakan tanda-tanda kekuasaan-Nya seperti yang diberikan kepada rasul-rasul-Nya yang dahulu, akan dimusnahkan. orang-orang Quraisy meminta kepada Nabi Muhammad s.a.w. supaya diturunkan pula kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Allah itu, tetapi Allah tidak akan menurunkannya kepada mereka, karena kalau tanda-tanda kekuasaan Allah itu diturunkan juga, pasti mereka akan mendustakannya, dan tentulah mereka akan dibinasakan pula seperti umat-umat yang dahulu, sedangkan Allah tidak hendak membinasakan kaum Quraisy.

31

Ibid

2 4

Ketika terjadi gerhana matahari di jaman Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam, beliau keluar dengan bergegas, menarik bajunya, lalu shalat dengan manusia, dan memberitakan kepada mereka: bahwa gerhana adalah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, dengan gerhana tersebut Allah menakut-nakuti para hamba-Nya; boleh jadi merupakan sebab turunnya adzab untuk manusia, dan memerintahkan untuk mengerjakan amalan yang bisa menghilangkannya. Beliau memerintahkan untuk mengerjakan sholat, berdoa, istighfar, bersedekah, memerdekakan budak, dan amalan-amalan shalih lainnya ketika terjadi gerhana; hingga hilang musibah yang menimpa manusia.32

Dalam gerhana terdapat peringatan bagi manusia dan ancaman bagi mereka agar kembali kepada Allah dan selalu merasa diawasi oleh-Nya. Mereka di zaman jahiliyyah meyakini bahwa gerhana terjadi ketika lahirnya atau matinya seorang pembesar. Maka Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam membantah keyakina tersebut dan menjelaskan tentang hikmah ilahiyyah pada terjadinya gerhana.33

Al Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan dari hadits Abu Masud Al Anshari berkata , Terjadi gerhana matahari pada hari meninggalnya Ibrahim Bin Muhammad Sholallahu Alaihi Wasallam maka manusia mengatakan, Terjadi gerhana matahari karena kematian Ibrahim. Maka Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasallam bersabda, Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak terkena gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang, jika kalian melihat yang demikian itu, maka bersegeralah untuk ingat kepada Allah dang mengerjakan Sholat .34

32

Asy Syaikh Shalih Bin Fauzan Al Fauzan dalam http://ulamasunnah.wordpress.com/2009/01/23/tuntunan-shalat-gerhana/, Ahad,11/14/2010, 8:07 AM
33

Ibid Dikeluarkan oleh AL Bukhari ( Nomer 1041, 1057, 3204) dan Muslim (Nomer 911).

34

2 4

Dalam hadits lain dalam Ash Shahihain, , Maka berdoalah kepada Allah dan kerjakanlah Sholat hingga matahari terang.35

Dari Shahih Al Bukhari dari Abu Musa, (artinya), Tanda-tanda yang Allah kirimkan ini bukanlah karena kematian atau kehidupan seseorang, tetapi Allah sedang manakut-nakuti hamba-hamba-Nya dengannya, maka jika kalian melihat sesuatu yang demikian itu, bersegeralah untuk mengingat Allah, berdoa dan meminta ampun kepada-Nya.36

Allah Subhanahu Wataala memberlakukan pada dua tanda kekuasaan-Nya yang besar ini (matahari dan bulan) kusuf dan khusuf (gerhana); agar para hamba mengambil pelajaran dan tahu bahwa keduanya adalah makhluk yang terkena kekurangan dan perubahan sebagaimana makhluk-makhluk lainnya; untuk menunjukkan kepada hamba-Nya dengan peritiwa itu atas kekuasaan-Nya yang sempurna dan hanya Dialah yang berhak untuk diibadahi sebagaimana firman Allah , dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika ialah yang kamu hendak sembah. (Fushilat:37)

35

Muttafaq Alaih dari hadits Al Mughirah Bin Syubah; Al Bukhari (1060) [2/705] ini adalah lafadznya; dan Muslim (2119) [2/457].
36

Dikeluarkan oleh Al Bukhari (1059) [2/704] Al Kusuf 14; dan Muslim (912).

2 4

Waktu shalat gerhana: dari mulai terjadinya gerhana sampai hilang berdasar sabda beliau Sholallahu Alaihi Wasallam , Apabila kalian melihat (artinya: sesuatu dari peristiwa tersebut), maka shalatlah. (Mutafaqqun Alaih) 37

Dan dalam hadits lainnya , Dan jika kalian melihat yang demikian itu maka sholatlah hingga matahari kelihatan. (Diriwayatkan oleh Muslim) 38

Shalat gerhana tidak diqadha setelah hilangnya gerhana tersebut, karena telah hilang waktunya. Jika gerhana telah hilang sebelum mereka mengetahuinya, maka mereka tidak perlu melakukan shalat gerhana.

Kedudukan shalat gerhana Shalat gerhana hukum pelaksanaanya adalah sunnah muakkadah 39 baik bagi laki-laki maupun perempuan, berdasarkan perintah Rasulullah saw dalam sabdanya: } } Sesungguhnya matahari dan bulan itu adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, yang mana keduanya itu tidak terjadi gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang, apabila kalian melihatnya maka lakukanlah shalat (kusuf). (HR. Al-Bukhari (2/42, 49), (4/131), 40

37

Muttafaq Alaih dari hadits Mughirah: Al Bukhari (1043) [2/679] Al Kusuf 1, ini adalah lafadznya; dan Muslim (2119) [3/457] Al Kusuf 5
38

Dikeluarkan oleh Muslim dari hadits Jabir (2099) [3/447] Al Kusuf 5.

39

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Minhajul Muslim (Terjemah), Surakarta: Insan Kamil, 2009. Juga A. Hasan, Pengajaran Shalat, Bangil: Pustaka Tamaam, 1991
40

Bulughul Maram: 478

2 4

Adapun waktu pelaksanaan shalat kusuf dimulai dari nampaknya gerhana matahari atau bulan sampai terlihat cahaya atau sinar. Jika terjadi pada akhir siang yaitu waktu terlarang melakukan shalat sunnah, maka shalatnya diganti dengan dzikir kepada Allah, beristighfar, merendahkan diri kepada Allah dan berdoa (Al-Jazairi, 2009/ terjemah).

Cara Shalat Gerhana Dalam buku Pengajaran Shalat, A. Hasan menjelaskan41 bahwa shalat gerhana itu ada dua rakaat berjamaah dengan tidak pakai adzan dan qamat. Shalatnya seperti shubuh juga, tetapi di tiap-tiap rakaat ditambah satu ruku yaitu sesudah bangkit dari ruku dengan baca Dan Hendaklah dibaca al-Fatihah dan surat lagi. Sesudah ini barulah ruku lagi, lantas bangkit dari ruku, lalu sujud seperti biasa. Beginilah caranya di rakaat yang ke dua. Jadi dua rakaat itu mempunyai empat ruku dan empat sujud.

b. Berkhutbah Dilakukan setelah shalat gerhana dengan memberi nasihat apa-apa yang perlu di waktu itu, dan menerangkan kekuasaan Tuhan yang Maha Besar dan mengingatkan, bahwa gerhana itu terjadinya bukan lantaran mati atau hidupnya seseorang, melainkan salah satu dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang ditunjukkan kepada kita. c. Memperbanyak dzikir dan takbir, menyebut nama Allah swt dengan mengingat kekuasaannya.

41

A. Hasan, Pengajaran Shalat, Bangil: Pustaka Tamaam, 1991

2 4

d. Berdoa, meminta sesuatu yang hendak diminta dan istighfar, meminta ampunan atas dosa-dosa. e. Bersedekah dan memerdekakan budak, jika masih ada. f. Berbuat kebajikan dan shilaturrahmi.

H. DISAIN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN
1. Prasyarat Membuat Media Pembelajaran

Seorang guru akan mampu membuat media pembelajaran sendiri jika memiliki tiga kemampuan yang diperlukan, yaitu: 42 a. Menguasai bidang studi (pesan yang akan diperlukan). b. Dapat menyususn disain pembuatan media. c. Menguasai teknik pembuatan media yang diperlukan.

2. Langkah-langkah Penyusunan (Disain Pembuatan Media Instruksional Sederhana) Secara sederhana ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam proses penyusunan media pembelajaran, antara lain: 43 a. Ide. b. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa. c. Merumuskan tujuan.
42

Rohmat, Media Pembelajaran (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Logung, 2010 Ibid

43

2 4

d. Menentukan kerangka isi bahan pelajaran. e. Menentukan jenis media. f. Menentukan perlakuan (treatmen) dan partisipasi siswa. g. Membuat sket / story board. h. Menentukan bahan/alat untuk produksi. i. Pelaksanaan produksi. j. Penyuntingan. k. Uji coba (jika mungkin dilakukan) 1) Ditunjukkan pada para ahli. 2) Digunakan sesuai disain pada kelompok kecil audien.

3. Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran Materi Gerhana Berikut ini beberapa contoh penggunaan media dalam tema gerhana: a. Media Audio 1) Radio

Seorang guru setelah menuliskan uraian sistematis tentang gerhana, maka uraian tersebut dikomunikasikan kepada murid sebagai audien melalui pemancar radio dengan menggunakan gaya berbicara yang komunikatif, sementara murid menyimak dan meresume dari hasil mendengarkan melalui pesawat radio. 2) Tape recorder, pita suara, piringan hitam, mp3 player

Uraian yang telah ditulis secara sistematis tersebut dibaca oleh seorang guru sebagai pengisi suara yang direkam dengan alat perekam suara. Setelah disimpan dalam bentuk kaset, atau compact disc, atau file mp3 maka siswa memutar ulang

2 4

dengan alat pemutar suara sehingga bisa menyimak berulang-ulang dan meresumenya. b. Media Visual 1) Media visual diam a) Media gambar datar: foto, buku, ensiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan hasil cetakan (gambar ilustrasi, gambar, kliping). Guru dapat memanfaatkan beberapa jenis dokumentasi untuk menyampaikan pesan yang disampaikan. Beberapa foto terkait, buku-buku pelajaran maupun referensi, ensiklopedia, majalah maupun surat kabar yang memiliki artikel maupun memuat gambar terkait. Dapat juga memanfaatkan klipping yang ditugaskan kepada siswa ataupun yang dihimpun sendiri oleh guru. b) Media proyeksi diam: film bingkai/slides, film rangkai/film strip, transparansi, mikrofis, overhead projector. Bagi yang berkemampuan dan memiliki fasilitas lebih, dapat memanfaatkan beberapa peralatan elektrik tersebut untuk dijadikan sebagai media untuk menyampaikan pesan guru. Hanya saja harus disesuaikan dan didesain sedemikian rupa sehingga tidak banyak waktu yang terbuang hanya untuk persiapan dan pengemasan seusai presentasi pelajaran. c) Media grafis atau carta: grafik, bagan, diagram, sketsa, poster, gambar kartun, peta dan globe. Media ini termasuk sederhana dan mudah dibuat oleh guru yang tidak begitu memiliki kemampuan dan fasilitas yang cukup. Asalkan mampu menyampaikan dengan metode yang tepat, maka sebenarnya media ini cukup efektif dipergunakan oleh guru. 2) Media visual bergerak: film bisu

2 4

Untuk materi gerhana memang tidak terlalu memerlukan suara, karena memang proses kejadiannya tak ada suara yang menyertainya, hanya saja siswa tidak bisa berlama-lama konsentrasi mengikuti dengan media seperti ini, sehingga guru dituntut untuk mampu menghidupkan suasana pembelajaran agar senantiasa penuh motivasi yang akan mendukung mudahnya tersampaikan pesan yang dituju. c. Media Audio Visual 1) Media audio visual diam: televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan

suara, buku dan suara. Meskipun media ini tergolong tanggung, namun guru juga dapat memanfaatkan media ini. Sekenario harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak akan keluar dari konteks masalah yang ditentkan. 2) Media audio visual bergerak: video, CD, film rangkai dan suara, televisi,

gambar dan suara. Media ini termasuk media yang menarik, karena tidak memerlukan kemampuan yang lebih bagi guru dalam menggunakannya maupun siswa dalam mengikutinya. Hanya saja guru harus pandai-pandai dalam memberikan jeda untuk memberikan refleksi atau narasi serta memberikan kesimpulan.

d. Media Serbaneka 1) Papan dan Display: papan tulis, papan pamer/papan pengumuman/papan

bulletin, papan magnetic, media pengganda Media ini paling mudah dan paling banyak tersedia di setiap unit lembaga pembelajaran dan paling mudah pemakaiannya. Hanya saja karena sudah terlalu sering dilihat oleh para pelaku pembelajaran, maka sepertinya media ini kurang memiliki daya tarik seperti media yang lain.
2)

Media Tiga Dimensi: model dan realita, sampel dan artifact

2 4

Guru dapat bekerja sama dengan guru mata pelajaran terkait sehingga model media yang sebenarnya pada mata pelajaran tersebut telah memilikinya guru bersangkutan dapat memanfaatkannya. Akan lebih baik lagi jika dalam situasi pembelajaran dengan media ini menggunakan pola pembelajaran dengan team teaching, atau bisa juga dengan metode diskusi kelompok yang penekanannya adalah pengamatan. 3) Media Teknik Dramatisasi: Bermain peran (role-playing), Simulasi.

Dapat dipergunakan untuk menggambarkan tentang persepsi yang salah terhadap gerhana sebagai fenomena alam bisasa. Secara tidak langsung siswa akan memahami tentang kesalahan persepsi sebagian masyarakat dan mampu menangkap pesan tentang bagaimana seharusnya menyikapi kejadian alam tersebut. Guru dituntut untuk membuat atau minimal mempersiapkan sekenario lebih detail agar tidak terlalu melebar sehingga pesan tak tersampaikan dengan baik. 4) Sumber Belajar pada Masyarakat: Narasumber, Kunjungan studi dan survey

masyarakat, proyek pelayanan terhadap masyarakat Terkait dengan tema, siswa dapat diajak bersama narasumber maupun masyarakat sekitar untuk melakukan shalat gerhana berjamaah. Guru harus berkoordinasi dengan elemen masyarakat yang terkait agar program dapat berjalan secara efektif. Siswa juga harus dikondisikan sedemikian rupa sehingga akan dapat menghindari ekses negative yang mungkin dapat timbul akibat keisengan para siswa. 5) Komputer

Mungkin inilah media paling mutakhir saat ini. Media yang berupa mesin pintar ini dapat diisi program yang berisi tentang pembelajaran apapun tak terkecuali tentang gerhana. Apalagi jika terhubung dengan internet, maka guru akan lebih leluasa mendapatkan contoh program yang dapat dimanfaatkan sebagai acuannya. Hanya saja, media ini termasuk paling riskan karena rentan dengan kerusakan sehingga semua pihak yang terkait harus benar-benar teliti dan hati-hati dalam menggunakannya. Kebanyakan pelaku pembelajar menggunakan aplikasi power

2 4

point, padahal masih banyak aplikasi lain yang sebenarnya lebih atraktif dan menarik siswa. I. KESIMPULAN Dari uraian singkat tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Untuk masa ini media sangat diperlukan dalam menyampaikan pesan secara efektif

dan efisien, tak terkecuali dalam proses pembelajaran. 2. Dalam baik. 3. Media apapun yang digunakan, guru hendaknya harus tetap menguasai didaktik dan metodik disamping penguasaan materi pembelajaran itu sendiri.
4. Semutakhir apapun media yang dapat dipergunakan, karena sifatnya yang tidak

mempersiapkan

media

pembelajaran

harus

memperhatikan

dan

mempertimbangkan banyak hal agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan lebih

kekal dan suatu saat bisa saja terjadi gangguan secara teknis maupun non teknis maka guru harus mampu memanfaatkan dirinya sebagai media. 5. Media pembelajaran berkembang sangat pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga guru harus senantiasa mengupdate dan mengupgrade secara kontinyu.

DAFTAR PUSTAKA Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Minhajul Muslim (Terjemah), Surakarta: Insan Kamil, 2009. Juga A. Hasan, Pengajaran Shalat, Bangil: Pustaka Tamaam, 1991 A. Hasan, Pengajaran Shalat, Bangil: Pustaka Tamaam, 1991 Andi Subarkah, (ed.), Minhajul Muslim (Pedoman Hidup Ideal Seorang Muslim), Surakarta: Insan Kamil, 2009 Arbi M. 1985. Media Pendidikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

2 4

Arief Asy

F.

Sadiman, Syaikh

dkk,

2005,

Media Bin

Pendidikan, Fauzan

Pengertian, Al

Pengembangan Fauzan

dan dalam

Pemanfaatannya, Jakarta : Raja Grafindo Persada Shalih http://ulamasunnah.wordpress.com/2009/01/23/tuntunan-shalat-gerhana/, Ahad,11/14/2010, 8:07 AM Azhar Arsyad, 2002, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Bell, Beverly. 1993. Children Science: Constructivism and Learning in Science. Austrlia: Deakin University Press. Bulughul Maram Depdikbud 1995. Penggunaan Alat Peraga. Jakarta: Direktorat Pendidikan. Depdiknas, Ilmu Pengetahuan Sosial (Materi Pelatihan Terintegrasi). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005 De Porter, Bobby & Hernacki, Mike. 2001. Quantum Learning. Jakarta: Kaifa. Dit. SLTP Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2002), Pemilihan Strategi dan Media Pembelajaran PPKn, Jakarta. Hartono Kasmadi (1996), Model-model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP Semarang Pers. Http://WWW.Wikipedia.or.id Mahfudh Shalahuddin, Media Pendidikan Agama, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986. Nasution (1986), Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars. Nasution (1992), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. Piran W., Sasonohardjo, 2002, Media Pembelajaran, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. Rohmat, Media Pembelajaran (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Logung, 2010. Sapriya, Dkk (1999), Studi tentang Media Pembelajaran Nilai dalam Mata Pelajaran PPKn di SLTP dan SMU Bandung (Laporan Penelitian, tidak diterbitkan) Sholahuddin, Pemanfaatan Media Dan Sumber Belajar, Makalah disampaikan pada Diklat Peningkatan Kualitas Guru PAI Kanwil Kementerian Agama Propinsi Jawa Tengah dan DIY di Semarang, 2010 Tim WRI. 2001. Bunga Rampai Psikologi & Pembelajaran. Semarang: Tim WRI Usman, Uzer. Moh. 2001. Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja Rosda Karya

2 4

Yusufhadi Miarso, dkk., Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta: CV Rajawali, 1984.

2 4

Anda mungkin juga menyukai