Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran dan akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Kegiatan belajar mengajar tidak dapat dibawa sesuka hati, kecuali untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.1 Dalam kegiatan pembelajaran selalu dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar dan penguasaan materi pembelajaran yang telah ditentukan.2 Secara garis besar kesulitan dimaksud dapat berupa kurangnya pengetahuan, kesulitan memahami materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dan menyelesaikan soal-soal ulangan. Secara khusus, kesulitan yang dijumpai
1 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal. 51. 2 Standar Kompetensi adalah kemampuan minimal yang mencakup kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari sesuatu materi yang diajarkan, Kompetensi Dasar merupakan penjabaran standar kompetensi peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan standar kompetensi, sedangkan Materi Pokok adalah hal yang esensi dalam suatu mata pelajaran, yang dapat berupa bidang ajar, gugus, isi, proses, keterampilan, atau konteks keilmuan suatu mata pelajaran. Baca: Tim Pengembang Pedoman Umum Pengembangan Penilaian, Pedoman Umum Pengembangan Penilaian (Kurikulum 2004 SMA), hal. 2.

peserta didik dapat berupa tidak dikuasainya kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Menghadapi siswa dengan berbagai pribadi dan beragam kesulitan belajar, menuntut guru untuk memilih metode yang tepat untuk menyampaikan materi sesuai dengan perbedaan kemampuan otak siswa dan berusaha keras didalam

menjelaskan permasalalan dan menyajikan kata-kata dengan ungkapan yang jelas dan dapat dipahami sesuai dengan tingkatan para siswanya,3 hal ini diterapkan oleh Rasulullah SAW dalam mengajar para sahabat yang terdapat dalam hadis diantaranya yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam shahihnya dari Ali bin Abi Thalib r.a dia berkata:

,
Artinya: Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan yang mereka ketahui; apakah kalian mau Allah dan Rasul-Nya didustakan?4 Hadis kedua diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Masud r.a Rasulullah SAW. bersabda:


Artinya: Tidaklah kamu berbicara kepada sebuah kaum dengan pembicaraan yang tidak mampu dijangkau akal
3 Fuad bin Abdul Aziz Asy-Syalhub, Begini Seharusnya Menjadi Guru, Jakarta: Darul Haq, 2008, hal.114. 4 Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab al-Ilm, nomor hadis 124.

mereka, kecuali akan terjadi fitnah pada sebagian mereka5 Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19 tahun 2005)6 menetapkan 8 standar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Kedelapan standar dimaksud meliputi Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana Dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, Dan Standar Penilaian Pendidikan.7 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan

individual peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta


Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Muqaddimah, nomor 5372 (penomoran alamiah). 6 Lembaga Kajian Pendidikan Keislaman dan Siosial (LeKDiS), Standar Nasional Pendidikan (PP RI NO.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan), (Jakarta: LeKDiS, 2005) BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 (butir ke 4-11), hal.10-11. Lihat juga Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 SISDIKNAS 2006 Pasal 35 ayat 1 hal.18. 7 http://www.scribd.com.doc/3199827/Pengajaran-remedial
5

didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan. Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka untuk memberikan bantuan kepada siswa yang bersangkutan agar mampu mengatasi kesulitan belajarnya dengan kemampuan sendiri sehingga berhasil mencapai hasil yang optimal serta dapat bersikap menyesuaikan diri yang sehat diperlukan bantuan yang salah satunya melalui remedial teaching.8 Remedial teaching adalah memberikan bantuan berupa kursus-kursus (private les) dan cara lain terhadap bidang studi yang lemah, dengan tujuan agar kelemahan tersebut bagi siswa yang bersangkutan dapat dihilangkan9 dengan kata lain merupakan kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam pula menguasai sebagai materi layanan

pembelajaran10
8

atau

dikatakan

Dalam berbagai referensi penulis menemukan perbedaan penggunaan penulisan antara remedial atau remidial. Remidial yang terdapat dalam Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barri, Kamus Ilmiah Popular, Surabaya: Arkola, 1994, hal. 667, yang berarti pengobatan, penawaran, penyembuhan yang berhubungan dengan perbaikan. Sedangkan remedial dalam John m Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: P.T.Gramedia,1992, hal. 476 merupakan kata sifat yang berhubungan dengan perbaikan. Sedangkan dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 2, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, hal. 831 menggunakan kata remedial artinya berhubungan dengan perbaikan atau pengajaran ulang bagi murid yang hasil belajar jelek. Perbedaan penulisan ini tetap memiliki arti yang sama keduanya berkaitan dengan pembelajaran perbaikan. 9 M. Umar- Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV Pustaka setia, 2001, hal. 56. 10 Massofa, Memahami Kegiatan Remedial dan Pengayaan untuk Perbaikan Pembelajaran, dalam http://massofa.wordpress.com/2008/01/20/memahami-kegiatanremedial-dan-pengayaan-u

pendidikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya berupa perlakuan khusus kepada peserta didik yang mengalami hambatan dalam belajar sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan.11 Proses pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia mengacu pada tujuan Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan pengembangan manusia seutuhnya yang demokratis serta bertanggung jawab.12 Dari kutipan di atas, terlihat orientasi pendidikan di Indonesia lebih ditekankan pada peserta didik atau siswa. Maka dari itu, dalam kegiatan belajar mengajar harus

bervariatif. Upaya pembelajaran yang efektif dan efisien dalam untuk meningkatkan pemahaman siswa tehadap konsep yang diajarkan, guru dapat memilih berbagai metode atau strategi
http://www.makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/0915/pembelajaranremedial-dalam-ktsp/ 12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 SISDIKNAS 2006, BAB II Pasal 3, hal. 5.
11

yang

dapat

mempermudah yang

siswanya

dalam Maka

memahami dari itu

berbagai

materi

dianggap

sulit.

pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Selama ini peranan guru sangat

mendominasi sehingga akibatnya siswa lebih pasif, seharusnya guru harus memberikan peluang dan kesempatan kepada siswa untuk berparstisipasi sehingga berfikir lebih aktif dalam kegiatan

pembelajaran, kemampuan

siswa

dapat logis

mengembangkan dan kritis dalam

sistematis,

memecahkan berbagai masalah. Guru adalah orang yang sangat berperan dalam mengatur alur skenario pembelajaran yang akan berlangsung didalam kelas dengan berbagai kepribadian dan kemampuan siswa yang beraneka ragam, E. Mulyasa menjelaskan bahwa: Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu, guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik dengan optimal".13
13 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, hal. 21.

Dalam hal ini seorang guru dituntut untuk memiliki keahlian untuk tidak hanya sekedar memberikan materi saja, akan tetapi juga keahlian untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan. Jabatan guru tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai seorang guru.14 Rasulullah SAW bersabda:


Artinya: Suatu pekerjaan yang diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah suatu kehancuran.15 Dengan kompetensi yang dimiliki seorang guru, selain menguasai materi dan dapat mengolah program belajar mengajar, guru juga dituntut dapat melaksanakan evaluasi dan pengadministrasiannya. Kemampuan guru dalam

melakukan evaluasi merupakan kompetensi guru yang sangat penting. Evaluasi dipandang sebagai masukan yang diperoleh dari proses pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan berbagai komponen yang terdapat dalam suatu proses belajar mengajar.16 Sedemikian pentingnya evaluasi ini sehingga kelas yang baik tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan

pembelajaran, kemampuan guru mengembangkan proses


Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar cet. ke. VII, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, hal.188. 15 Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab al-Ilm, hadis nomor 57. 16 Prasetya Irawan, Evaluasi Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PAU-PAI, Universitas Terbuka, 2001, Cet Ke 1, hal. 1
14

pembelajaran serta penguasaannya terhadap bahan ajar, dan juga tidak cukup dengan kemampuan guru dalam menguasai kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan

evaluasi terhadap perencanaan kompetensi siswa yang sangat menentukan dalam konteks perencanaan berikutnya, atau kebijakan perlakuan terhadap siswa terkait dengan konsep belajar tuntas.17 Atau dengan kata lain tidak ada satupun usaha untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar yang dapat dilakukan dengan baik tanpa disertai langkah evaluasi. Dalam arti luas evaluasi adalah suatu proses

merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi, dan yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.18 Dalam hal memperoleh dan menyediakan

informasi, evaluasi menempati posisi yang sangat strategis dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan seorang guru akan mendapatkan informasi-informasi sejauh mana tujuan pengajaran yang telah dicapai siswa. Guru harus mampu mengukur kompetensi yang telah dicapai oleh siswa dari setiap proses pembelajaran atau setelah beberapa unit pelajaran, atau sehingga guru dapat siswa

menentukan

keputusan

perlakuan

terhadap

tersebut. Apakah perlu diadakannya perbaikan (remedial) atau


17 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 3 18 Subari, Supervisi Pendidikan, Jogjakarta: Bumi Aksara, 1994, Cet ke 2, hal. 174

penguatan

(pengayaan),

serta

menentukan

rencana maupun

pembelajaran berikutnya baik dari segi materi rencana strateginya.

Oleh karena itu, guru setidaknya mampu menyusun instrumen tes maupun non tes, mampu membuat keputusan bagi posisi siswa-siswanya, apakah telah dicapai harapan penguasaannya secara optimal atau belum. Kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yang kemudian menjadi suatu kegiatan rutin yaitu membuat tes, melakukan pengukuran, dan mengevaluasi dari kompetensi siswa-siswanya sehingga

mampu menetapkan kebijakan pembelajaran selanjutnya. Evaluasi pembelajaran merupakan suatu usaha untuk memperbaiki informasi mutu proses belajar dari mengajar. pelaksanaan Informasievaluasi

yang

diperoleh

pembelajaran pada gilirannya digunakan untuk memperbaiki kualitas proses belajar mengajar. Seringkali dalam proses belajar mengajar, aspek evaluasi pembelajaran ini diabaikan. Dimana guru terlalu

memperhatikan saat yang bersangkutan memberi pelajaran saja. Namun, pada saat guru membuat soal ujian atau tes (formatif), soal tes disusun seadanya atau seingatnya saja tanpa harus memenuhi penyusunan soal yang baik dan benar

10

serta

pengolahan

evaluasi

pembelajaran

yaitu

pada

pelaksanaan evaluasi formatif. Di Indonesia masih banyak sekolah yang melaksanakan proses belajar mengajar secara klasikal yaitu dengan

menyamaratakan semua individu siswa di dalam kelas yang disebut asas persamaan.19 Pengajaran klasikal merupakan keharusan dalam menghadapi jumlah murid yang membanjiri sekolah sebagai akibat demokrasi, industrialisasi, pemerataan pendidikan dan kewajiban belajar.20 Pada proses belajar mengajar minatnya, secara klasikal ini, murid-murid dan diasumsikan kecepatan

kepentingannya,

kecakapaan

belajarnya relatif sama. Pada pengajaran model ini guru tidak mungkin dapat memperhatikan kepentingan masing-masing siswa, baik kecepatan belajarnya, kesenangan maupun

kebiasaan belajarnya. Akibatnya sering ditemukan siswa yang sering mengalami kesulitan belajar,21 sehingga mereka tidak dapat mencapai skor minimal yang ditetapkan. Dari kenyataan tersebut kemudian berkembang berbagai konsep belajar mengajar sebagai inovasi dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, salah satunya
Ischak S.W, Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar, Yogyakarta: Liberti, 1987, hal. 3. 20 Nasution, S, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2003, hal. 40. 21 Kesulitan belajar diartikan sebagai keadaan dimana siswa kurang mampu mengahadapi tuntutan-tuntutan yang harus dilakukan dalam proses belajar sehingga proses dan hasilnya kurang memuaskan. Baca: H.M Surya, Kapita Selekta Kependidikan SD; 1-12 PGSD2101, Jakarta: Universitas Terbuka, 2005, hal. 11.18.
19

11

yaitu konsep pembelajaran yang disebut sebagai Mastery Learning atau sistem belajar tuntas. Belajar tuntas atau Mastery Learning dikemukakan oleh para ahli antara lain: Benyamin S. Bloom (1963) berpendapat Belajar Tuntas adalah sebagai kemampuan siswa untuk menyerap inti pelajaran yang telah diajarkan secara

keseluruhan. Fred s. Keller (1968) berpendapat: Belajar Tuntas atau Mastery Learning adalah suatu penampilan atau performance yang sempurna dalam sejumlah keseluruhan unit pelajaran tertentu.22 Sedangkan Martinis Yamin

mendefinisikan belajar tuntas sebagai berikut: Belajar tuntas merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada siswa kelompok besar (pengajaran

klasikal), membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa dan berguna untuk menciptakan

kecepatan belajar (rate of program).23 Ketuntasan Pendidikan/KTSP belajar adalah dalam Kurikulum Tingkat Satuan

tingkat

ketercapaian

kompetensi

setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan


22 Mastery learning merupakan salah satu model pembelajaran behavioristik yang dikembangkan oleh Block dan Anderson yang terdiri dari prinsip-prinsip aktivitas malakukan orientasi ke penguasaan tugas belajar, menyampaikan materi pelajaran, memberikan kusis formatif dan memberikan pembelajaran korektif atau pengayaan bahan, selanjutnya lihat Mustaji, Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik, Surabaya: Unesa University Press, 2005, hal. 30. 23 Dikutip oleh Asep Priyatna dalam Bidang Pengajaran Psikologi SPG/KPG/SGO, Bandung: Epsilon Grup, 1987, hal. 7.

12

kriteria ketuntasan minimal (KKM).24 Maksud utama sistem belajar tuntas ini adalah untuk mengatasi kelemahan-

kelemahan yang sering melekat pada pembelajaran klasikal antara lain hanya siswa yang pandai yang akan mencapai tujuan intruksional secara tuntas.25 Di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dengan sistem belajar tuntas mempunyai berbagai implikasi yang antara lain perlu dilaksanakan program pengayaan dan program kegiatan perbaikan/remedial.26 Kegiatan program perbaikan atau remedial inilah yang diharapkan mampu mengatasi kelemahan dalam pembelajaran secara klasikal, karena pembelajaran remedial adalah suatu bentuk khusus pengajaran membetulkan diharapkan yang atau berfungsi membuat remedial untuk baik ini menyembuhkan, dengan demikian

program

mampu

meningkatkan

ketuntasan belajar siswa.27

Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007, hal.121. 25 Dikutip oleh Sumiati, dalam Metode Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2008, hal.112. Dalam buku yang sama di halaman 113 Sumiati menambahkan Kriteria Ketuntasan Minimal adalah batas minimal pencapaian kompetensi pada setiap aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai siswa. Kriteria minimal ideal adalah 75%, namun demikian sekolah bisa saja menetapkan kriteria ketuntasan minimal lebih rendah atau lebih tinggi dari 75%. Hal ini disesuaikan dengan mempertimbangkan terhadap analisis tiga hal, yaitu tingkat kerumitan (kompleksitas), tingkat kemampuan rata-rata siswa, dan tingkat kemampuan sumber daya dukung sekolah. 26 Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia, 1987, hal. 267. 27 Pembelajaran pengayaan dapat diartikan sebagai suatu pengalaman atau kegiatan peserta didik yang telah melampaui persyaratan minimal (KKM) yang ditentukan oleh Satuan Pendidikan (Amudiono, Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning), dalam http://72.14.235.132/custom? q=cache:PVjOXptULMUJ:amudiono.web.id/download/MATEMATIKAASYK

24

13

Dalam program pembelajaran remedial, ada beberapa metode yang bisa digunakan yaitu metode tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, kerja kelompok, tutor sebaya dan pengajaran individual.28 Pembelajaran klasikal yang tidak berbasis Mastery

Learning (100% dari siswa menguasai 100% bahan ajar) tentu memerlukan semacam remedial teaching dengan catatan tentu akan ada satu atau lebih siswa yang tidak bisa menguasai 100% materi ajar, untuk itu di sekolah masingmasing guru mata pelajaran harus menentukan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang untuk masing-masing kemudian mata

pelajaran/SK/KD

diajarkannya,

dilakukan

analisis kesenjangan antara daya serap siswa dan KKM untuk mencari (a) apakah memang terdapat kesenjangan antara daya serap siswa dan KKM; (b) kalau ada berapa besar kesenjangan tersebut dan tentang materi/SK/KD apa saja; (c) tipe siswa yang bagaimana yang daya serapnya rendah; (d) apa kira-kira penyebab dari rendahnya daya serap tersebut. Frekuensi dan materi remedial teaching tergantung pada sejauh mana terdapat kesenjangan antara KKM dan daya serap siswa, seberapa banyak siswa yang daya serapnya di bawah

28

Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, hal.144.

14

KKM,

seberapa

bervariasi

materi

ajar/SK/KD

yang

tidak

mencapai KKM. Remedial teaching tidak semata-mata diarahkan pada siswa, seolah-olah siswa yang saja yang tidak bisa belajar, tapi juga pada materi dan metoda pembelajaran yang

diimplimentasikan oleh guru; berkemungkinan rendahnya daya serap siswa itu disebabkan oleh cara guru mengajar yang tidak tepat; dengan kata lain pencapaian KKM harus juga dijadikan feedback oleh guru untuk perbaikan cara mengajarnya. Analisis kesenjangan KKM dan daya serap harus diarahkan juga untuk mendapatkan masukan tentang apa yang harus diperbaiki: materi ajar, metoda pembelajaran, partisipasi siswa dalam belajar, besarnya kelas, pengelompokan siswa dalam kelas dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (Al-Quran Hadits, Akidah Akhlak dan Fiqh) kita ketahui bahwa Pendidikan Agama Islam tidak termasuk bidang studi yang di-UN (Ujian Nasional)-kan. Meskipun demikian, kuantitas dan kualitas Pendidikan Agama Islam menentukan kelulusan siswa tersebut Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting bagi keberhasilan anak didik agar dapat melahirkan tunas bangsa yang tangguh, cara berpikir yang rasional dan mempunyai sikap yang dapat menuju ke arah

15

kesejahteraan

jasmani

dan

rohani,

sebab

dengan

pengetahuan, pemahaman, dan bertingkah laku yang baik, anak didik akan semakin sadar bahwa belajar adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan belajar yang rajin, maka cita-cita akan tercapai. Sebagaimana firman Allah SWT. yaitu:


Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. 29 Secara ideal Pendidikan Agama Islam berusaha secara

mengantarkan

manusia

mencapai

keseimbangan

menyeluruh, mengembangkan semua aspek dalam kehidupan manusia meliputi spiritual, intelektual, imajinasi, baik dalam kehidupan individu maupun kelompok serta senantiasa

memberikan dorongan bagi kedinamisan aspek-aspek tersebut


29

Q.S. Al-Mujadalah ayat 11

16

menuju kebaikan dan mencapai kesempurnaan hidup. Akan tetapi dalam realisasinya di lapangan menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, baik dalam proses maupun hasil

pembelajaran siswa. Madrasah Aliyah adalah sekolah menengah umum berciri khas agama Islam yang memakai kurikulum Depdiknas untuk pelajaran umum dan kurikulum Depag untuk pelajaran agama. Ternyata sekolah yang dinaungi Departemen Agama ini masih banyak siswanya yang memperoleh prestasi yang rendah, ini dapat dilihat dari hasil ujian yang mereka peroleh yang tidak mencapai KKM yang sudah ditetapkan oleh guru. Dari hasil pengamatan simultan, yang telah di lakukan di MAN Dumai, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan remedial teaching terkesan masih belum optimal. Beberapa gejala ditemukan: 1. Pelaksanaan sehingga pembelajaran pelaksanaan remedial belum ini

dianggarkan

pembelajaran

hanya tergantung pada guru masing-masing, ada yang melasanakannya dan ada juga yang tidak

melaksanakannya meskipun siswanya memperoleh nilai yang rendah. 2. Madrasah belum mempunyai dokumen

pengelolaan tentang peraturan akademik diantaranya

17

ketentuan mengenai ulangan, remedial, ujian, kenaikan kelas, dan kelulusan. 3. Dalam Mekanisme dan Prosedur Penilaian

dinyatakan bahwa hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedial. 4. Sebagian guru kurang mau memeriksa dengan

seksama apalagi menganalisis hasil evaluasi belajar peserta didik, mengadakan remedial (jika di perlukan) dan memberikan pengayaan bagi mereka yang telah tuntas. 5. Dari kalangan sebagian besar guru atau sekolah

menganggap pelaksanaan pembelajaran remedial, hanya berupa melaksanakan ulangan ujian untuk memperbaiki nilai hingga mencapai KKM. 6. Ada juga sebagian menganggap berupa

pembelajaran ulang klasikal yang dilaksanakan di kelas dalam bentuk tatap muka antara guru dan siswa seperti pembelajaran umum. Berarti anggapan sebagian besar guru -bentuk pembelajaran remedial yang seperti initersebut akan menambah waktu tatap muka dari jumlah jam tatap muka yang telah diprogramkan. Akibatnya tertunda pelaksanaan pembelajaran program berikutnya.

18

7. remedial

Masih banyak siswa yang tidak melaksanakan sekalipun guru sudah menganjurkan bagi

mereka yang tidak mencapai KKM. 8. Prestasi belajar siswa sebelum diadakan

remedial teaching tidak mencapai KKM yang sudah ditetapkan yaitu 70, setelah diadakan remedial teaching siswa yang tidak tuntas dapat menuntaskan KD yang tidak tuntas tersebut. Dari beberapa fenomena yang telah diuraikan diatas, merupakan pembelajaran pencerminaan remedial di dari MAN kurang Dumai dan optimalnya kurangnya

pemahaman yang sebenarnya tentang pelaksanaan remedial teaching. Apabila semua pihak yang ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaan proses belajar mengajar mehahami

hakekat sebenarnya dari pelaksanaan remedial teaching tersebut tidak diragukan lagi siswa yang mengalami kesulitan dalam menuntaskan pelajaran dapat diatasi dengan baik dan dibantu sesuai dengan tingkat kesulitan yang mereka alami. Prestasi siswa dapat ditingkatkan dengan melaksanakan program remedial teaching sesuai dengan petunjuk teknis yang sudah ditetapkan oleh pemerintah sebagai panduan guru dalam melaksanakan remedial teaching ini. Kenyataan ini akan secara langsung mempengaruhi peningkatan kualitas

19

pendidikan.

Apabila

masalah

tersebut

di

biarkan

terus

berlanjut dan tidak segera di tanggulangi, di khawatirkan tujuan pembelajaran/pendidikan tidak akan tercapai

sebagaimana yang di harapkan. Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, peneliti merasa tertarik mengadakan REMEDIAL penelitian yang berjudul DALAM

IMPLEMENTASI

TEACHING

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) DUMAI.

B.

Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka masalah yang berhubungan dengan pembelajaran remedial adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Pembelajaran Remedial

2. Hakikat Pembelajaran Remedial


3. Metode Pembelajaran Remedial

4. Langkah Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Remedial


5. Hasil Pembelajaran Ramedial

C.

Batasan Masalah

20

Karena keterbatasan kemampuan dan waktu penulis, maka permasalahan penelitian ini dibatasi pada bidang langkahlangkah pelaksanaan pembelajaran remedial dan hasil

pembelajaran remedial mata pelajaran (Al-Quran Hadits, Fiqh, dan Akidah Akhlak) kelas XI MAN Dumai tahun 2009 / 2010.

D.

Rumusan Masalah latar belakang, identifikasi masalah dan

Berdasarkan

batasan masalah di atas, selanjutnya dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:


1. Apakah langkah-langkah pembelajaran remedial teaching

pada mata pelajaran (Al-Quran Hadits, Fiqh, dan Akidah Akhlak) kelas XI MAN Dumai telah sesuai dengan panduan yang ditetapkan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas dan Direktorat Pembinaan SMA/MA?
2. Apakah hasil pembelajaran remedial mata pelajaran (Al-

Quran Hadits, Fiqh, dan Akidah Akhlak) kelas XI MAN Dumai telah sesuai dengan panduan yang ditetapkan oleh

Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas dan Direktorat Pembinaan SMA/MA? 3. Apakah program remedial teaching dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang tidak mencapai ketuntasan dalam belajar?

21

E. 1.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka

penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:


a.

Untuk

mengetahui

langkah-langkah

pembelajaran

remedial mata pelajaran (Al-Quran Hadits, Fiqh, dan Akidah Akhlak) kelas XI MAN Dumai tahun 2009 / 2010.
b. Untuk mengetahui hasil pembelajaran remedial mata

pelajaran (Al-Quran Hadits, Fiqh, dan Akidah Akhlak) kelas XI MAN Dumai tahun 2009 / 2010. c. Untuk mengetahui efektifitas remedial teaching dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Kegunaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan agar dapat memberikan beberapa kegunaan, sebagai berikut:

22

a. Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan khasanah keilmuan, dan sebagai salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan program pascasarjana bagi penulis pada program studi Pendidikan Islam konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam UIN Suska Riau, Pekanbaru. b. Bagi Lembaga Pendidikan Sebagai bahan masukan kepada para guru

umumnya, dan guru MAN Dumai khususnya akan pentingnya pembelajaran remedial dalam upaya

membantu meningkatkan ketuntasan belajar bagi siswa yang lamban belajar dan berprestasi belajar rendah. Juga merupakan sumbangan informasi yang berguna sebagai umpan balik bagi lembaga pendidikan, guru, kepala sekolah berkaitan dengan pelaksanaan remedial

teaching agar kualitas dan prestasi belajar siswa di madrasah semakin baik dan meningkat. c. Bagi Instansi Pemerintah Sebagai bahan acuan untuk melakukan berbagai kebijakan terkait dengan proses belajar mengajar di sekolah.

23

d. Bagi Perguruan Tinggi Manfaat yang diperoleh bagi Program Pascasarjana Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam adalah untuk menambah dan memberikan wawasan baru tentang penerapan remedial teaching di lembaga pendidikan, khususunya di lembaga pendidikan Islam.

Anda mungkin juga menyukai