Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN Masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dalam kehidupan reproduksinya.

Fase ini disebut kritis karena masih banyak risiko komplikasi yang mungkin terjadi yang berhubungan dengan tahap perubahan baik fisik maupun psikologis ibu setelah kehamilan dan persalinan. Perubahan peran menjadi seorang ibu yang secara psikologis meupakan perubahan yang dramatis dari sebelumnya memungkinkan ibu mengalami stress dan harus mengadaptasi kondisi dan peran barunya ini. Dalam konteks asuhan kebidanan, seorang bidan dapat memberikan asuhan yang berkelanjutan selama masa nifas. Asuhan yang berkelanjutan ini dapat diwujudkan sejak dari awal kontak pada masa kehamilan sampai masa nifas baik di klinik maupun rumah klien melalui kunjungan rumah. Proses awal ini menentukan keberhasilan membangun kepercayaan klien terhadap bidan, sehingga akan menghasilkan hubungan saling percaya dan asuhan yang berkualitas.

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

BAB 2 PERUBAHAN PSIKOLOGI MASA NIFAS 2.1 Adaptasi Perubahan Psikologi Masa Nifas Adaptasi merupakan suatu proses penyesuaian individu terhadap diri dan lingkungannya. Psikologi sendiri dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan dan mental individu serta gangguan penyimpangan fungsi-fungsi mental. Masa nifas adalah masa setelah melahirkan. Saleha(2009) menyebutkan bahwa masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Jadi adaptasi psikologis ibu pada masa nifas dapat diartikan sebagai suatu proses penyesuaian ibu postpartum meliputi penyesuaian mental dan jiwa terhadap diri dan lingkungannya. Masa ini merupakan sebuah transisi antara setelah melahirkan dan menjadi seorang ibu atau orang tua baru, jadi masa ini merupakan proses pencapaian diri wanita menjadi seorang ibu atau orangtua bagi bayinya. Pada masa ini timbul berbagai respon psikologi yang sangat bervariasi dan dipengeruhi oleh banyak faktor. Respon ini dikaitkan secara langsung dengan penyesuaian ibu terhadap peran barunya sebagai orang tua. Ada tiga fase penyesuaan pada masa ini, antara lain sebagai berikut: 1. Fase dependen Selama satu sampai dua hari pertama setelah melahirkan, ketergantungan ibu menonjol. Pada waktu ini, ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi orang lain, ibu memindahkan energi psikologinya kepada anaknya. Rubin (1961) menempatkan periode ini sebagai fase menerima (taking-in phase) yakni suatu fase dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan. Fase

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

menerima ini berlangsung selama dua sampai tiga hari. Penelitian yang lebih baru ( Ament,1990) menyatakan kesesuaian dengan teori Rubin akan tetapi ada percepatan waktu fase penerimaan. Fase menerima yang kuat hanya terlihat pada 24 jam pertama setelah ibu melahirkan . Fase dependen dan adalah suatu orang waktu tua yang sangat penuh suka perlu kegembiraan sebagian

mengkomunikasikannya.

Mereka

merasa

menyampaikan pengalaman mereka tentang kehamilan dan kelahiran dengan kata-kata. Pemusatan, analisis, dan sikap yang menerima pengalaman ini membantu orangtua untuk berpindah ke fase berikutnya. Beberapa orang tua dapat menganggap petugas pada atau pihak ibu yang lain atau sebagai kerabat. pendengarnya. Orang tua lain lebih suka menceritakan pengalamannya keluarga Kecemasan dan keasyikan terhadap peran baru-barunya sering mempersempit lapang persepsi ibu. 2. Fase dependen-mandiri Apabila ibu telah menerima asuhan yang cukup selama beberapa jam atau beberapa hari pertama maka pada hari kedua atau ketiga keinginan untuk mandiri timbul dengan sendirinya. Dalam fase dependen mandiri bergantian muncul kebutuhan ibu untuk secara mendapatkan

perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ia berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu yang gesit, ia akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. Rubin ((1961) menjelaskan keadaan ini sebagai fase taking-hold, yang berlangsung kira-kira 10 hari. Beberapa wanita sulit menyesuaikan diri terhadap isolasi yang dialaminya, karena ia harus merawat bayi dan tidak suka terhadap penambahan tanggung jawab di rumah. Ibu yang kelihatannya memerlukan dukungan tambahan adalah sebagai berikut :

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

a. Primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak b. Wanita karier c. Wanita yang tidak punya cukup banyak teman atau keluarga untuk dapat berbagi rasa. d. Ibu yang berusia remaja e. Wanita yang tidak bersuami. Pada fase ini tidak jarang terjadi depresi, perasaan mudah jawab tersinggung sebagai akibat berbagai Ia bisa faktor. merasa ibu Secara psikologis, ibu mungkin jenuh dengan banyaknya tanggung orangtua. ia kehilangan menyesal dukungan yang pernah diterima dari anggota keluarga dan teman-teman ketika hamil. Beberapa tentang hilangnya hubungan antara ibu dan anak yang belum lahir. Beberapa yang lain mengalami perasaan kecewa ketika persalinan dan kelahiran telah selesai. Keletihan menimbulkan setelah melahirkan Dikatakan diperburuk pada oleh masa tuntutan bayi yang banyak sehingga dapat dengan mudah depresi. bahwa puerperium ini, kadar glukokortikoid dalam sirkulasi dapat menjadi rendah atau terjadi hipotiroid subklinis. Keadaan fisiologis ini dapat menjelaskan depresi postpartum ringan (baby blues). Reaksi depresi tidak perlu diekspresikan secara verbal. Keadaan depresif biasanya ditandai oleh perilaku yang khas ( menarik diri, kehilangan perhatian terhadap sekelilingnya, dan menangis). Ketika tugas-tugas dan penyesuaian telah dijalankan dan dapat dikendalikan, tercapailah suatu keadaan stabil. Diharapkan pada akhir fase ini, tugas dan penyesuaian rutinitas sehari-hari akan menjadi suatu pola yang tetap. 3. Fase interdependen Pada fase ini perilaku intrerdependen muncul, ibu dan keluarga bergerak maju sebagai suatu sistem dengan para anggota saling berinteraksi. Hubungan antar pasangan, walaupun sudah berubah dengan adanya seorang anak, kembali menunjukkan banyak karakteristik awal. Tuntutan utama ialah menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

anak, tetapi dalam beberapa hal, tidak melibatkan anak. Pasangan dewasa. Fase interdependen (letting-go) merupakan fase yang penuh stress bagi orang tua. Ibu yang bisa beradaptasi dengan peran barunya telah mampu atau menemukan karakternya sebagai seorang ibu. Kesenangan dan kebutuhan sering terbagi dalam masa ini. Ibu dan suaminya harus menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak. Peran bidan Perasaan ketakutan dan khawatir pada ibu yang baru melahirkan dapat diatasi dengan mudah atau sebenarnya bisa dicegah. Oleh karena itu, bidan dapat melakukan pencegahan dengan mendengarkan penjelasan dan segala yang dikeluhkan ibu serta memperhatikan sikap ibu terhadap bayi, suami, anggota keluarga yang lain dan tenaga kesehatan itu sendiri . Sehingga dapat mencegah hal-hal yang dapat menimbulkan stress. Dengan bertemu dan mengenal suami atau anggota keluarga lain yang dekat dengan ibu, bidan akan memiliki pandangan yang lebih mendalam mendasarinya. Ibu mungkin merasa tegang dan tidak nyaman dalam merawat bayinya, dalam hal ini bidan harus membesarkan hatinya ( terutama untuk ibu primipara). Ibu seperti ini biasanya mudah kehilangan kepercayaan dirinya setelah melihat para professional (bidan) yang dengan cekatan menangani bayinya dan berhasil menenangkannya Untuk sementara ia sendiri tidak mampu melakukannya. terhadap setiap permasalahan yang ini harus berbagi kesenangan yang bersifat

mengatasi hal ini bidan dapat memberikan penjelasan pada ibu, bahwa para professional dapat melakukannya karena sudah lama belajar ketrampilan tersebut, ibu juga berangsurangsur akan belajar dan menguasai ketrampilan tersebut.

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

Jika perilaku ibu postpartum tampak tidak lazim maka bidan perlu waspada adanya psikosis nifas. Jika terjadi psikosis atau depresi segera rujuk atau konsultasikan dengan ahi. 2.2 Gangguan Psikologis Postpartum Melahirkan bayi merupakan suatu peristiwa sangat penting yang dinanti-nantikan oleh sebagian besar perempuan. Menjadi seorang ibu membuat seorang perempuan merasa telah berfungsi utuh dalam menjalani kehidupannya, disamping beberapa fungsinya yang lain, seperti sebagai istri, sebagai bagian dari keluarga, sebagai anak dari kedua orang tuanya, serta sebagai anggota dari keluarga besar dan masyarakat. Dengan berperan sebagai seorang ibu baru, seorang perempuan dapat merasakan hidupnya menjadi lebih berarti dan bermakna. Hal itu dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam berperan dalam kehidupannya sehari-hari, baik dalam keluarga (sebagai istri dan sebagai ibu) maupun di tengah masyarakat (di lingkungan Namun, tempat tidak tinggal, demikian di tempat bekerja, maupun di lingkungan sosial). halnya dengan sebagian kecil perempuan yang justru merasa sedih, jengkel, lelah, ingin marah, merasa tidak berarti, serta putus asa, dalam menjalani hari-hari seusai melahirkan putera atau puteri yang semula di nantinantikannya. Perasaan-perasaan tersebut akan diikuti rasa enggan mengurus bayinya, malas menyusui, ada pikiran untuk bunuh diri atau bahkan ingin membunuh bayinya tersebut. Bila hal ini dibiarkan berlangsung lama dan tidak diatasi segera, tentu akan berakibat buruk baik bagi ibu tersebut, bagi bayinya, bagi perkembangan kepribadian sang anak, maupun bagi hubungan antara ibu dan bayinya. Kondisi seorang ibu yang demikian juga akan mempengaruhi hubungan suami istri dalam arti yang luas, antara lain dalam komunikasi, pemberian perhatian, toleransi serta dalam hubungan seksual, yang lama kelamaan dapat pula mempengaruhi keutuhan keluarga.

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

Ada 3 tipe gangguan psikologis pascasalin, diantaranya adalah maternity blues, postpartum depression dan postpartum psychosis (Ling dan Duff, 2001). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Paltiel (Koblinsky dkk, 1997), bahwa ada 3 golongan gangguan psikis pascasalin yaitu postpartum blues atau sering disebut juga sebagai maternity blues yaitu kesedihan pasca persalinan yang bersifat sementara. Postpartum depression yaitu depresi pasca persalinan yang berlangsung sampai berminggu minggu atau bulan dan kadang ada diantara mereka yang tidak menyadari bahwa yang sedang dialaminya merupakan penyakit. Postpartum psychosis, dalam kondisi seperti ini terjadi tekanan jiwa yang sangat berat karena bisa menetap sampai setahun dan bisa juga selalu kambuh gangguan kejiwaannya setiap pasca melahirkan. 2.2.1 Post partum blues 1. PENGERTIAN Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan gejala-gejala seperti : reaksi depresi /sedih/disforia, menangis , mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Gejalagejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa berat. Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya. BABY Blues Syndrome, atau sering juga disebut Postpartum Distress Syndrome adalah perasaan sedih dan gundah yang dialami oleh sekitar 50-80% wanita setelah melahirkan bayinya. Umumnya terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderunglebih buruk sekitar hari ke tiga atau empat setelah persalinan. Jika seorang wanita mengalaminya lebih dari 2 minggu, bisa jadi itu adalah Postpartum Depression, sehingga dibutuhkan proses konsultasi dengan dokter.

II. ETIOLOGI
Banyak faktor diduga berperan pada sindroma ini, antara lain adalah:

1) Faktor

hormonal,

berupa

perubahan

kadar

estrogen,

progesteron, prolaktin dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan, ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase. Yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi baik noradrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi. Selain itu setelah bersalin, kadar hormon kortisol (hormon pemicu stress) pada ibu meningkat/ naik sehingga mendekati kadar hormon orang yang sedang mengalami depresi.

2) Faktor demografik
Yaitu umur dan paritas. Ibu primi yang tidak mempunyai pengalaman dalam mengasuh anak, ibu yang berusia remaja, ibu yang berusia lebih dari 35 tahun merupakan orang yang beresiko terkena postpartum blues.

3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.


Hal ini mencakup lamanya persalinan serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan selama persalinan, maka semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan mengalami depresi

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

pascapersalinan.ibu yang melahirkan secara opersi akan merasa bingung dan sedih terutama jika operasi tersebut dilakukan karena keadaan yang darurat atau tidak direncanakan sebelumnya.

4) Faktor psikososial
Wanita yang bersangkutan, seperti: tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman memberi dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya.

III. GEJALA
Beberapa Gejala Kasus Baby Blues Syndrome:

1) Dipenuhi oleh perasaan kesedihan disertai dengan menangis


tanpa sebab 2) Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran 3) Tidak memiliki tenaga atau sedikit saja 4) Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga 5) Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu memperhatikan dan kuatir terhadap bayinya 6) Tidak percaya diri 7) Sulit beristirahat dengan tenang 8) Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan 9) Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan 10)Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya 11)Sensitif 12)Gelisah 13)Merasa letih, suasana hati tidak stabil antara hari ke-1 sampai 10 pascapartum dan berlangsung selama 2 minggu atau kurang.

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

IV. PENATALAKSANAAN Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momenmomen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Para ahli obstetri para memegang untuk peranan penting untuk mempersiapkan wanita kemungkinan terjadinya

gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para sangat petugas obstetri, yaitu: dokter dengan dan cara yang dalam bidan/perawat kehamilan dan diperlukan, misalnya

memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang proses persalinan, termasuk penyulit-penyulit mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya. Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues . Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis

10

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya. Upaya penanganan yang terkait dengan postpartum blues antara lain:

1) Perlu mengambil waktu untuk diri sendiri, dan memberi


kesenangan untuk diri sendiri.

2) Membaca majalah, berbincang dengan saudara atau teman


dekat.

3) Beristirahat sedapat mungkin. Membiarkan pasangan atau


keluarga membantu mengerjakan kegiatan rumah tangga dan mengurus si kecil sementara,

4) Tidur ketika bayi tidur 5) Membatasi


teman-teman yang akan berkunjung untuk menunggu satu atau dua minggu.

6) Berkonsultasi tentang perasaan dan pikiran dengan orang


terdekat dan dengan dokter, sehingga bila memang ibu memerlukan penanganan lanjut, semuanya akan dilakukan sedini mungkin. 7) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi 8) Berolahraga ringan

9) Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagi ibu 10)


11) Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru

2.2.2 DEPRESI POSTPARTUM I. PENGERTIAN Hadi (2004), menyatakan secara sederhana bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi. Kartono (2002), menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan aktivitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih lanjut Kartono menjelaskan bahwa gangguan depresi disertai kecemasan , kegelisahan dan keresahan, perasaan bersalah, perasaan menurunnya martabat diri atau kecenderungan bunuh

11

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

diri. Trisna (Hadi, 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu yakin tidak melakukan apa pun untuk mengubahnya dan merasa bahwa respon apa pun yang dilakukan tidak akan berpengaruh pada hasil yang muncul. Individu yang mengalami depresi sering merasa dirinya tidak berharga dan merasa bersalah. Mereka tidak mampu memusatkan pikirannya dan tidak dapat membuat keputusan. Individu yang mengalami depresi selalu menyalahkan diri sendiri, merasakan kesedihan yang mendalam dan rasa putus asa tanpa sebab. Mereka mempersepsikan diri sendiri dan seluruh alam dunia dalam suasana yang gelap dan suram. Pandangan suram ini menciptakan perasaan tanpa harapan dan ketidakberdayaan yang berkelanjutan (Albin, 1991). Depresi menurut Kaplan dan Sadock (1998), merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan berdaya, pada serta pola tidur dan nafsu diri. makan, Sebagian psikomotor, perempuan konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak gagasan bunuh menganggap bahwa masamasa setelah melahirkan adalah masa masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara emosional. Gangguangangguan psikologis yang muncul akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak dan ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalam durasi yang sangat singkat atau berupa serangan yang sangat berat selama berbulanbulan atau bertahun tahun lamanya. Secara umum sebagaian besar wanita Clydde mengalami gangguan emosional setelah melahirkan.

(Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional. Istilah depresi adalah istilah yang menyagkut mood, gejala atau sindroma. Mood atau feeling blue adalah perasaan seseorang yang berkaitan dengan perasaan sedih dan frustasi. Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu

12

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Depresi pascapersalinan merupakan suatu depresi yang ditemukan pada perempuan setelah melahirkan, terjadi dalam kurun waktu 4 minggu. Hal ini bisa berlangsung hingga beberapa bulan bahkan beberapa tahun bila tidak diatasi. Depresi pascapersalinan kadang-kadang dapat berkembang perlahan dari baby blues. Antara 8-12%wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orangtua dan menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter. Seorang ibu harus belajar dan menyesuaikan diri sebagai orang tua. Tapi pada faktanya sering tanpa pengetahuan dan pemahaman menjadi orang tua, tanpa dukungan dari keluarga, semakin tinggi tuntutan bayi terhadap pengasuhan ibu, rasa kelelahan dan ketidaknyamanan ibu pascasalin karena proses fisiologis misalnya bendungan ASI, harus menyusui lebih tinggi. bayinya ini menyebabkan kepekaan emosional Kondisi

menyebabkan terjadi perubahan suasana hati, rasa ingin menangis muncul tiba-tiba bahkan menangis tersedu-sedu. Perhatian suami, keluarga maupun petugas kesehatan sangat dibutuhkan pada masa ini. Pada kondisi yang lebih berat bisa terjadi psikosis puerperal. Psikosis merupakan suatu kondisi gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya ketidakmampuan membedakan antara realita (kenyataan) dan khayalan. Gejalanya terjadi gangguan persepsi berupa ilusi, halusinasi, perilaku tidak wajar, marah tanpa sebab, mengamuk, bahkan berusaha mencelakai diri sendiri maupun bayinya. Gangguan ini jarang dijumpai, angka kejadiannya 2 dari 1000 perempuan yang melahirkan. Depresi pascapersalinan dapat dikatakan berada diantara baby blues dan psikosis puerperal. II. ETIOLOGI Penyebab yang pasti hingga kini belum diketahui dan masih dalam penelitian. Namun terdapat beberapa faktor risiko terjadinya depresi pascasalin. Faktor-faktor tersebut antara lain : Dukungan sosial (terutama dari suami dan keluarga).

13

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

Perhatian suami, komunikasi dan hubungan emosional yang intim, merupakan faktor yang paling bermakna menjadi pemicu terjadinya depresi. Dari penelitian diperoleh data bahwa rendahnya atau ketidakpastian dukungan suami dan keluarga akan meningkatkan kejadian depresi pascasalin. Keadaan atau kualitas bayi (termasuk masalah kehamilan dan kelahiran). Masalah yang dialami bayi (jenis kelamin yang tidak sesuai harapan, cacat bawaan) menyebabkan ibu kehilangan minat untuk mengurus bayinya. Kesiapan melahirkan bayi dan menjadi ibu. Pada perempuan yang hamil tidak direncanakan (belum menikah atau ibu yang menikah tapi sudah tidak menginginkan anak lagi) kemungkinan mengalami depresi pasca persalinan lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang siap dan amat menantikan kelahiran bayinya. Stresor psikososial Stresor psikososial adalah suatu peristiwa atau kejadian yang mengakibatkan seseorang harus melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap kondisi yang dialami. ketahanan terhadap stressor ini mengakibatkan perbedaan reaksi yang berbedabeda pada tiap orang, demikian pula yang terjadi pada ibu-ibu yang melahirkan. Mempunyai riwayat depresi sebelumnya atau masalah emosional lainnya Adanya hubungan antara depresi dan problem emosional lain sebelumnya atau depresi selama kehamilan dengan depresi pascapersalinan, selain itu riwayat pernah depresi ketika anakanak atau remaja juga dapat merupakan faktor yang berperan pada seorang perempuan pada saat ia mengalami pasca persalainan. Tidak punya pengalaman menjadi orangtuapada masa anakanak atau remaja, sehingga tidak pernah terlibat membantu orang tua menjaga anak yang lain. Pernah didiagnosa depresi selama hamil hari-hari

14

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

Jauh dari saudara dekat/teman yang dapat membantu merawat bayi. Tidak ada komunikasi dan informasi dari tenaga kesehatan.

Kondisi depresi ini dapat terjadi karena seorang ibu terisolasi secara sosial dan emosional serta baru saja mengalamiperistiwa kehidupan yang menekan. III. TANDA DAN GEJALA Menurut Ling dan Duff (2001), gejala depresi postpartum yang dialami 60% wanita hampir sama dengan gejala depresi pada umumnya. Tetapi dibandingkan dengan gangguan depresi yang umum, depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik antara lain : a. Mimpi buruk. Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi mimpi yang menakutkan, individu itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia. b. Insomnia. Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia. c. Phobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya. Ibu yang melahirkan dengan bedah Caesar atau mengalami persalinan yang traumatis sering merasakan kembali dan mengingat kelahiran yang dijalaninya. Perasaan takut ini membuat ibu trauma, baik terhadap petugas, intervensi yang dilakukan dan peralatan yang digunakan. d. Kecemasan. Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, diketahuinya. e. Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali dari persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar merasa puas tetapi sumbernya sebagian besar tidak

15

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu. Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir, atau waktu dan tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu (Santrock, 2002). f. Perubahan mood. g. Perubahan libido Menurut Sloane dan Bennedict (1997), menyatakan bahwa depresi postpartum muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan, sedih sampai murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benarbenar memusuhi bayinya. Menurut Nevid dkk (1997), depresi postpartum sering disertai gangguan nafsu makan dan gangguan tidur, rendahnya harga diri dan kesulitan untuk mempertahankan konsentrasi atau perhatian. Wanita yang menderita depresi postpartum sering mengalami kecemasan yang sangat hebat dan sering panik. Gejala depresi pascasalin ini memang lebih ringan dibandingkan dengan psikosis pascasalin. Meskipun demikian, kelainankelainan tersebut memiliki potensi untuk menimbulkan kesulitan atau masalah bagi ibu yang mengalaminya (Kruckman dalam Yanita dan Zamralita, 2001). Tanda dan gejala yang telah disebutkan tersebut dapat muncul bersamaan sekaligus atau hanya sebagian saja. Seorang ibu akan mengalami perasaan stres atau tertekan ketika mengalami tanda dan gejala tersebut, sehingga sulit atau tidak dapat menjalankan fungsi dan aktivitasnya sehari-hari. Oleh karena itu ibu yang mengalami kondisi ini harus ditolong agar tidak terjadi kondisi yang membahayakandirinya atau bayinya.

16

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

IV. PENATALAKSANAAN
Depresi pasca persalinan dapat ditolong dan diatasi bila tanda dan gejalanya dikenali, baik oleh ibu yang mengalami maupun oleh keluarga terdekat yaitu suami, orangtua maupun saudara. Sebaliknya bila dibiarkan berlangsung lama, akan berakibat buruk bagi ibu, bayi dan anak serta suami dan keluarga. Program pengobatan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu untuk ibu dan terhadap hubungan ibu-bayi. 1. Pengobatan terhadap ibu, antara lain : a. Latihan relaksasi Ibu bisa diarahkan untuk melakukan relaksasi sederhana yang biasa biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti olahraga (senam, renang, dll). b. Restrukturisasi kognitif Terdiri atas menantang prilaku dan pikiran negatif (dengan cara berdialogdalam hati dengan pikiran sendiri yang bersifat negatif yang timbulpada saat-saat tertentu), menghilangkan pikiran-pikiran yang mempengaruhi

prilakukearah negatif. c. Pemecahan masalah Yaitu pengarahan atau pemberian alternatif pemecahan masalah saat ini. d. Komunikasi Yaitu melatih sang ibu untuk memperbaiki komunikasinya dengan suami dan anggota keluarga yang lain. e. Humor. Dilakukan apabila cocok dan membuat ibu merasa lebih nyaman. f. Obat anti depresi jika gejala berat 2. Memperkuat hubungan ibu-bayi, dengan cara : a. Merawat bayi sesering mungkin misalnya selama 2-3 jam berada di ruang yang sepi hanya berdua dengan bayinya, dengan mengusahakan kontak

17

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

mata, sambil menyusui, lebih baik lagi bila disertai iringan musik yang lembut. b. Menyediakan tempat istirahat yang nyaman bagi bayi dan ibu Ibu juga dianjurkan istirahat ketika bayi beristirahat,sehingga ketika bayinya terbangun, ibu juga merasa segar dan siap bermain dan mengurus bayinya kembali. c. Peluk bayi dan ajak bicara dengan lembut Sentuhan antara kulit bayi dengan kulit ibunya akan menurunkan depresi, baik pada anak maupun ibu. Pemijatan bayi oleh ibunya juga menurunkan kejadian depresi. d. Melibatkan anggota keluarga yang lain dalam merawat bayi Seperti ayah, kakak bayi bila ada, atau keluarga yang lain seperti nenek, bibi, dll. e. Ajak bayi keluar rumah Udara segar akan memperbaiki perasaan ibu terhadap bayi. f. Tinggalkan bayi sejenak bila timbul perasaan negatif (kesepian, lelah, marah, frustasi) dan minta orang lain yang dipercaya untuk menjaga bayi sementara waktu. Dengan demikian pada saat menjumpai bayi, perasaan ibu sudah nyaman sehingga dapat menyambut komunikasi bayinya dengan hangat. V. PENCEGAHAN Depresi pasca persalinan dapat di cegah apabila para calon ibu, suami dan keluarga mengetahui faktor-faktor resiko. Bila pada masa kehamilan tidak diketahui adanya resiko, maka calon ibu, suami dan keluarga sebaiknya mengenali tanda dan gejala dini depresi pascapersalinan agar dapat dilakukan pengobatan lebih dini, baik bagi ibu maupun bagi anak serta terhadap hubungan ibuanak, agar anak dapat tumbuh kembang menjadi seseorang dengan jiwa dan kepribadian yang sehat. Diantara pencegahan yang bisa dilakukan adalah :

18

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

1. Pelajari diri sendiri


Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi postpartum, sehingga ibu menyadari kondisinya. Apabila terjadi depresi, maka harus segera mendapatkan bantuan secepatnya.

2. Tidur dan makan yang cukup


Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.

3. Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi depresi postpartum. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga akan membuat perasaan ibu menjadi lebih baik dan mampu menguasai emosi.

4. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan


Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan depresi postpartum yang diderita.

5. Bersikap terbuka
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang diinginkan dan dibutuhkan demi kenyamanan ibu. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.

6. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan


Dukungan dari keluarga atau dari orang yang dicintai selama melahirkan, sangat diperlukan. Ceritakan masalah pada pasangan atau orangtua, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Meyakinakinkan diri, bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.

7. Persiapkan diri dengan baik


Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan seperti mengikuti kelas senam hamil, menbaca buku atau artikel

19

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

yang dibutuhkan dalam menyambut kelahiran bayi. Kelas senam hamil akan sangat membantu seorang ibu dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya ibu tidak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin.

8. Lakukan pekerjaan rumah tangga


Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu ibu melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi ibu yang belum stabil, bisa ibu curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan lingkungan.

9. Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu ibu dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar.

10.

Dukungan kelompok Depresi Postpartum

Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama dengan ibu yang mengalami depresi. Berbagi pengalaman dan informasi tentang keberhasilan melewati masa depresi akan membantu ibu agar tidak merasa sendirian menghadapi masalahnya. VI. PERAN BIDAN Wanita yang mengalami postpartum blues maupun depresi pascasalin membutuhkan bantuan baik dari suami/pasangan, keluarga maupun tim petugas kesehatan termasuk bidan yang simpatik dan siap membantu, memberi dukungan dan dorongan sejak awal pertemuan. Bidan ibu bisa membantu ibu dengan istirahat melibatkan suami/pasangan dan keluarganya untuk membantu ibu merawat bayinya, sehingga mempunyai waktu melepaskan ketegangannya. Terapi kelompok dengan wanita postpartum lain dapat membantu ibu berbagi pengalaman tentang perawatan bayinya, ini dapat dilakukan pada kelas antenatal dimana seorang ibu setelah melahirkan bisa bertemu kembali dengan kelompoknya di kelas antenatal dan berbagi tentang

20

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

pengalaman persalinan dan perawatan bayinya. Pada kondisi gangguan psikologis ibu pascasalin yang berat dapat dilakukan rujukan untuk mendapatkan penanganan dari psikiatri. Asuhan berkelanjutan yang diberikan oleh seorang bidan selama masa postpartum dapat membuat ibu mampu melakukan self care, ibu dapat menunjukkan kemampuannya dalam mengadaptasi perubahan yang terjadi pada dirinya walaupun tidak dilihat langsung oleh bidan. Dengan itu ibu dapat meningkatkan rasa percaya diri dan menurunkan kecemasan yang mungkin dirasakan ibu selama menjalani masa nifasnya.

DAFTAR PUSTAKA Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta :EGC Liewellyn-jones, Derek.2001. Dasar-Dasar Obstetric Dan Ginekologi, Ed 6. Alih bahasa, Hadyanto. Jakarta : Hipokrates ---------------------. 1997. Setiap Wanita. 1997. Jakarta : Pustaka Delapratasa http://www.halohalo.co.id/berita/berita/35/1/958/Menghindari %20Depresi%20Postpartum%20(Baby%20Blues).htm diakses tanggal 12 Mei 2009 Psikomedia.com. Depresi Postpartum.htm diakses tanggal 12 Mei 2009 Ramali, Ahmad.2003. Kamus Kedokteran Arti Dan Keterangan Istilah. Disempurnakan oleh hendra t. Laksman. Jakarta : Djambatan Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas . Jakarta : salemba medika. Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

21

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

V. Ruth Bennett, Linda K.brown.1993. Myles textbook for midwives, Ed. 1. New York : Churchill Livingstone Williams, Norma, et al. 1990. The New Guide to Womens Health. London : Tiger Books International.

22

Anticipatory Guidance : Perubahan Psikologis Postpartum

Anda mungkin juga menyukai