Anda di halaman 1dari 3

1.

Amdal Proyek - Misalnya kegiatan Industri : pendirian pabrik (tekstil, semen, kertas dll) Pelaksanaan AMDAL sekedar untuk memenuhi persyaratan peraturan saja, membuat tenaga dan biaya yang dikeluarkan menjadi mubazir. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha agar AMDAL benar-benar dapat menjadi alat perencanaan program dan proyek untuk mencapai tujuan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan efektifitas AMDAL ialah: 1 Menumbuhkan pengertian di kalangan para perencana dan pemrakarsa proyek bahwa AMDAL bukanlah alat untuk menghambat pembangunan, melainkan sebaliknya, AMDAL adalah alat untuk menyempurnakan perencanaan pembangunan. Tujuan ini dapat dicapai dengan menginternalkan AMDAL ke dalam telaah kelayakan proyek. Dengan penyempurnaan ini hasil yang dicapai dalam pembangunan akan dapat lebih baik, yaitu pembangunan itu menjadi berwawasan lingkungan dan terlanjutkan. AMDAL dapat juga menghemat biaya dengan menghindari terjadinya biaya menjadi mubazir, karena kemudian ternyata proyek itu tidak layak dari segi lingkungan. Atau biaya proyek naik sangat besar, karena diperlukannya biaya tambahan untuk menanggulangi dampak negatif tertentu. Dalam hal lain ada manfaat proyek yang tidak termanfaatkan. 2 Sebagian besar laporan AMDAL mengandung banyak sekali data, tetapi banyak diantaranya yang tidak relevan dengan masalah yang dipelajari. Tidak atau kurang adanya fokus merupakan kelemahan yang banyak terdapat dalam pelaksanaan AMDAL. Hal ini perlu dikoreksi dengan melakukan pembatasan ruang lingkup dengan pelingkupan (scoping) yang baik. Koreksi akan lebih mempermudah penggunaan laporan AMDAL oleh para perencana dan pemrakarsa pembangunan. 3 Agar para perencana dan pelaksana proyek dapat menggunakan hasil telaah AMDAL dengan mudah, laporan AMDAL haruslah ditulis dengan jelas dan dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh perencana dan pelaksana tersebut. 4 Rekomendasi yang diberikan haruslah spesifik dan jelas sehingga para perencana dapat menggunakannya. Rekomendasi yang bersifat umum tidak banyak gunanya. Misalnya, rekomendasi dalam laporan AMDAL untuk perencanaan sebuah pabrik yang menyatakan perlunya diambil tindakan pengendalian pencemaran tanpa menerangkan bagaimana caranya, tidaklah dapat membantu. Masalah ini akan teratasi dengan sendirinya apabila AMDAL diintegrasikan ke dalam telaah kelayakan karena dengan integrasi itu terjadi interaksi umpan balik. 5 Persyaratan proyek yang tertera dalam laporan AMDAL yang telah disetujui harus menjadi bagian integral izin pelaksanaan proyek dan mempunyai kekuatan yang sama seperti apa yang termuat dalam rancangan rekayasa yang telah disetujui oleh badan yang bersangkutan. 6 Adanya komisi AMDAL yang berkualitas dan berwibawa. Badan pemerintah tersebut haruslah mempunyai wewenang untuk mengatasi bahwa yang direkomendasikan dalam

laporan AMDAL dan telah menjadi salah satu dasar pemberian izin, benar-benar digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek yang bersangkutan. Jika terjadi penyimpangan, badan pemerintah tersebut harus dapat menegur dan apabila perlu memerintahkan untuk membongkar bagian proyek yang tidak sesuai atau bahkan memerintahkan untuk menghentikan proyek tersebut. Dalam kaitan ini pemantauan pelaksanaan proyek merupakan bagian penting dalam tindak lanjut AMDAL. 7 Belum digunakan RPL sebagai umpan balik untuk menyempurnakan implementasi dan operasi proyek sehingga AMDAL bersifat kegiatan yang statis dan bukannya dinamis yang dengan terus menerus berinteraksi dengan implementasi dan operasi proyek. 2. Amdal Terpadu AMDAL yang berlaku bagi suatu rencana kegiatan pembangunan yang bersifat terpadu, yaitu adanya keterkaitan dalam hal perencanaan, pengelolaan dan proses produksi, serta berada dalam satu kesatuan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi. Sebagai contoh adalah satu kesatuan kegiatan pabrik pulp dan kertas yang kegiatannya terkait dengan proyek hutan tanaman industri (HTI) untuk penyediaan bahan bakunya, pembangkit tenaga listrik uap (PLTU) untuk menyediakan energi, dan pelabuhan untuk distribusi produksinya. Di sini terlihat adanya ket erlibatan lebih dari satu instansi, yaitu Departemen Perindustrian, Departemen kehutanan, Departemen Pertambangan dan Departemen Perhubungan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup usaha dan/atau kegiatanterpadu/multisektor adalah hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usahadan/atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup danmelibatkan lebih dari satu instansi yang membidangi kegiatan dimaksud. Kriteriausahadan/atau kegiatan terpadu meliputi : a. berbagai usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai keterkaitan dalam halperencanaan, pengelolaan dan proses produksinya; b. usaha dan/atau kegiatan tersebut berada dalam kesatuan hamparan ekosistem. 3. Amdal Kawasan AMDAL Kawasan adalah hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona pengembangan wilayah/kawasan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan. Kriteria usaha atau kegiatan AMDAL Kawasan meliputi: - berbagai usaha atau kegiatan yang memiliki dan/atau tidak memiliki keterkaitan satu sama lain dalam hal perencanaan, pengelolaan dan proses produksinya - usaha atau kegiatan berada dalam satu ekosistem yang sama - usaha atau kegiatan dapat menjadi kewenangan satu pengelola atau lebih.

Pengertian kawasan harus dibatasi secara jelas di dalam AMDAL Kawasan, dimana yang dimaksud dengan kawasan adalah kawasan yang kegiatannya sudah direncanakan (kawasan usaha) sehingga kawasan konservasi dan sejenisnya tidak termasuk dalam pengertian ini. Setiap kegiatan yang akan dibangun di dalam kawasan yang sudah dibuat AMDAL tidak lagi diwajibkan membuat AMDAL baru, untuk itu apabila investor yang masuk di dalam kawasan tersebut diwajibkan melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup dan perlindungan fungsi lingkungan hidup sesuai RKL-RPL kawasan dan peraturan kawasan. Kegiatan-kegiatan yang dapat berada dalam satu kawasan wajib mengikuti ketentuan dan peruntukan kawasan tersebut. Contoh: kegiatan industri kimia tidak dapat diijinkan beroperasi di dalam kawasan pariwisata. Untuk kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan peruntukan suatu kawasan, dan kawasan tersebut telah memiliki AMDAL, maka untuk kegiatan baru cukup membuat RKL-RPL rinci sesuai dengan RKL-RPL kawasan. Contoh: Apabila akan dibangun sebuah hotel dalam suatu kawasan pariwisata, maka pemrakarsa/pemilik hotel wajib menyusun RKL-RPL rinci sesuai dengan RKL-RPL Kawasan dan merujuk kepada ketentuan atau standar-standar teknis yang dikeluarkan oleh instansi yang membina kegiatan tersebut. 4. Amdal Regional - Misalnya kegiatan transportasi : pembuatan jalan baru, pembuatan pelabuhan dll Menurut Lubis (1997), dalam PP No. 50 Tahun 1993 dijelaskan bahwa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Regional sebagai hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan pembangunan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam suatu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai dengan RUTRD dengan melibatkan kewenangan dari satu instansi. Konsep dan metodologi pembangunan diperlukan untuk menilai kelayakan lingkungan suatu rencana pembangunan skala besar yang umumnya terletak pada daerah rawan, kawasan banjir, pulau kecil, DAS, hutan lindung, dan daerah resapan air. Kajian Amdal Regional dapat memberikan informasi tentang kecenderungan perkembangan suatu wilayah, faktor pendorong, pembatas serta dampaknya baik terhadap lingkungan fisik, maupun sosial ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai