Anda di halaman 1dari 9

PNEUMONIA

Dahulu penyakit ini hanya dibedakan menjadi pneumonia atipikal dan pneumonia tipikal. Namun dikarenakan adanya beberapa bakteri yang menghasilkan sindrom klinik yang berbeda dari yang lain, menyebakan pneumonia dibagi menjadi beberapa kelompok Etiologi Dapat disebakan oleh virus, bakteri, maupun jamur. Penyakit ini merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Patogenesis Dapat terjadi oleh 3 faktor, yaitu : 1. Keadaan imunitas inang 2. Mikroorganisme yang menyerang pasien 3. Lingkungan yang merupakan tempat interaksi satu sama lain Faktor risiko yang meningkatkan kesempatan Anda untuk mendapatkan pneumonia meliputi: Penyakit paru-paru kronis (PPOK, bronkiektasis, fibrosis kistik) Merokok Dementia, stroke, cedera otak, cerebral palsy, atau gangguan otak lainnya Sistem kekebalan masalah (selama pengobatan kanker atau akibat HIV / AIDS atau transplantasi organ) Penyakit jantung, sirosis hati, atau diabetes melitus Recent operasi atau trauma Operasi untuk mengobati kanker mulut, tenggorokan, atau leher

Gejala klinis : Gejala umum pneumonia adalah: Batuk lendir kehijauan atau kuning, atau lendir bahkan berdarah Febris, ringan kadang tinggi Menggigil Dipsneu (hanya dapat terjadi ketika kita naik tangga) Gejala lain termasuk: Kebingungan, terutama pada orang tua Kelebihan berkeringat dan kulit lembab dan dingin Sefalgia Anoreksia Nyeri dada yang makin besar ketika Anda bernapas dalam atau batuk Namun dikarenakan pneumonia ini mempunyai beberapa gejala yang spesifik sesuai pathogenesisnya, maka kami mengklasifikasikannya menjadi beberapa : Pneumonia Komunitas, Pneumonia Nasokomikal dan Pneumonia dengan Ventilator (PBV) Pneumonia Komunitas Adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi diluar RS sedangkan Pneumonia Nasokomikal adalah pneumonia yang terjadi setelah >48 jam dirawat di RS, baik diruang rawat umum maupun ICU tetapi tidak sedang memakai ventilator. Sedangkan PBV yang terdapat di pusat peratawan kesehatan adalah pneumonia yang terjadi setelah berhubungan dengan ventilator jangka waktunya yaitu 48-72 jam atau lebih setelah incubasi tracheal. Ini termasuk pasien yang dirawat oleh perawatan akut di RS selama 2 hari atau lebih dalam waktu 90 hari dari proses infeksi, tinggal dirumah perawatan, mendapat AB intravena, kemoterapi, atau perawtan luka dalam

waktu 30 hari proses infeksi ataupun datang ke klinik RS atau klinik hemodialisis. Epidemiologi 1. Pneumonia Komunitas Berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat, 80% menyebabkan kematian

2. Pneumonia Nasokomikal Pneumonia yang presentasenya dijumpai sebanyak 15-20% pada pusat perawatan 3. Pneumonia dengan ventilator (PBV) Didapati sebanyak 9-27% pada pasien yang di intubasi Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh. Etiologi 1. Pneumonia Komunitas Pada PK rawat jalan jenis pathogen tidak diketahui pada 40% kasus. Dilaporkan adanya Str. pneumonia pada 9-20% kasus, M. pneumonia 13-37% kasus, Clamhydia pneumonia 17%. Pada pasien rawat inap diluar ICU. Pada 20-70% tidak diketahui penyebabnya. Str. Pneumonia dijumpai sebanyak 20-60%, H.influenzae 3-10%, S. aureus, gram negative enteric, M. pneumonia, C. pnemuoniae Legionella dan visrus sebesar sp10%.

Pada PK rawat inap di ICU. 50-60% tidak diketahui penyebabnya, sekitar 33% disebabkan oleh Str. Pnemoniae, Enterobacteriacae 20%, 10-20% diantaranya dijumpai Ps. Aeruginosa terutama pasien dengan bronkiektasksis. Pada panti jompo dijumpai lebih sering dijumpai resisten methisilin, bakteri gram negative, M. tuberculosis, dan virus tertentu. 2. Pneumonia Nasokomikal dan Pneumonia dengan ventilator (PBV) Tergantung pada 3 faktor yaitu : tingkat berat sakit, adanya resiko untuk jenis pathogen tertentu dan masa menjelang timbul onset pneumonia. Staphylococcus aureus, methicilin resisten (koma, cedera kepala, influenza, pemakaian obat IV, DM, gagal ginjal). Ps. Aureginosa (pernah dapat antibiotic, ventilator > 2 hari, lama di ICU,terapi steroid / antibiotic, kelainan struktur paru (bronkiektaksis, kistik fibrosis), malnutrisi). Anaerob acinobachter spp (antibiotic sebelum onset pneumonia dan ventilasi mekanika) Pathogenesis 1. Pneumonia Komunitas Dari adanya pathogenesis umum diatas tercermin kecenderungan terjadinya infeksi oleh kuman tertentuoleh factor penguah (modifying factor). 2. Pneumonia Nasokomikal Proses infeksi pathogen yang masuk ke saluran nafas bagian bawah terseut mengalami kolonisasi setelah dapat melewati hambatan mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik (silia, mukus), hummoral (antibody dan komplemen) dan selular (leukosit, polinuklir, makrofag, limfosit dan sitokin) 3. Pneumonia dengan ventilator (PBV)

Pathogen yang sampai ke trake terutama berasal dari orofaring, kebocoran melalui mulut dan saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber bahan pathogen yang mengalami kolonisasidi pipa enkondral.

Penegakan diagnosis 1. Anamnesis a. Evaluasi factor pasien / predisposisi PPOK (H. influenzae), penyakit kronik (kuman jamak), kejang/ tidak sadar (aspirasi gram negatif), Pneumocystic carinii, CMV, Legionella, jamur, mycobacterium, kecanduan obat bius b. Bedakan lokasi infeksi PK (Str. Pneumoniae, H. influenza, M.Pneumoniae), rumah jompo, PN (Staphylococcus aureus), gram negative c. Usia pasien Bayi (virus), muda (M. Pneumoniae), dewasa (S. Pneumoniae) d. Awitan Cepat, akut dengan rustycolouredsputum (S. Pneumoniae); perlahan, dengan batuk, dahak sedikit (M. Pneumoniae) 2. Pemeriksaan fisis a. Awitan akut biasanya oleh kuman pathogen seperti S. pneumonia, Str. Spp, Staphylococcus. Yang ditandai dengan mialgia, malaise, batuk kering dan non produktif b. Awitan lebih insidious dan ringan pada orang tua/imunitas menurun akibat kuman yang kurang pathogen/oportunistik, misalnya : Klebsiella, Pseudomonas, Enterobacteriaceae, kuman anaerob dan jamur

c. Tanda-tanda fisis pada tipe pneumonia klasik bisa didapat erupa demam, sesak napas, tanda-tanda konsolidasi paru (perkusi paru pekak, ronki nyaring, suara pernapasan bronchial) d. Warna, konsistensi dan jumlah sputum penting untuk diperhatikan

3. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan radiologis Gambaran air bronkhogram (airspace disease), bronkopneumoniae (segmental disease), pneumonia intertisiel (intertisiel disease). Distribusi infiltrate, pada segmen apical lobus bawah atau inferior lobus atau sugestif untuk kuman aspirasi. Bentuk lesi berupa kavitas dengan air-fluid level sugestif untuk abses paru, infeksi anaerob, gram negative atau amiloidosis. Pembentukan kista terdapat pada pneumonia nekrotikans/supurative, abses dan fibrosis akibat terjadinya nekrosis jaringan paru b. Pemeriksaaan laboratorium Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri.

Leukopemia menandai adanya depresi imunitas. c. Pemeriksaan bakteriologis Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotarkeal/transtrakeal, aspirasi jarumtranstorakal, torakosentesis, bronkoskopi atau biopsy. Dilakukan pemeriksaaan apus gram, burrygins, quelling test dan zeihl neilsen d. Pemeriksaan khusus Titer antibody terhadap virus, legionella dan mikoplasma. Pada PN/PK yang rawat inap perlu diperiksakan analis gas darah dan kultur darah

Penatalaksanaan 1. Pneumonia Komunitas a. Factor antibiotic, tergantung kepada kepekaan kuman. Penetrasi ke tempat lesi infeksi, toksisitas, interaksi dengan obat lain dan reaksi pasien, missal : alergi atau intoleransi b. Factor farmakologi Untuk mencapai efektifitas, sifat dose dependent (sefalosporin) 3-4 pemberian/hari, golongan concentration dependent

(aminoglikosida, kuinolon) cukup 1-2 kali/hari namun dengan dosis yang lebih besar. 2. Pneumonia Nasokomikal dan Pneumonia dengan ventilator (PBV) S. Pneumoniae dan H. influenza : seftriakson. Gram negative sensitive antibiotic : levofloksasin, moksifloksasin atau ciciprofloksasin, escherecia coli (k. pneumonia ; ampisislin/sulbaktam, enterobachter spp dan serratia marcescens : ertapenem). Pencegahan 1. Pneumonia Komunitas Pemberian vaksin influenza dan pneumokokus pada orang dengan resiko tinggi, dengan gangguan imunologis, penyakit berat termasuk penyakit paru kronik, hati, ginjal dan jantung. Vaksinasi dip anti jompo atau rumah penampungan penyakit kronik dan usia diatas 65 tahun 2. Pneumonia Nasokomikal dan Pneumonia dengan ventilator (PBV) Pembatasan pemakaian selang nasogastrik atau endotrakeal atau pemakaina obat sitoprotektif sebagai pengganti antagonis H2 dan antacid.

Pneumonia bentuk khusus 1. Pneumonia aspirasi Proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat respirasi ke saluran nafas bawah dan dapat menimbulkan kerusakan parenkim paru 2. Pneumonia pada gangguan imun Terdapat factor predisposisi berupa kekurangan imunitas akibat proses penyakit dasar atau akibat terapi. Misalnya gangguan dari immunoglobulin, defek sel granulosit, defek fungsi sel T

3. Pneumonia pada usia lanjut Terjadi pada 2 kelompok, yaitu usia lanjut yang tinggal dirumah dan tinggal dirumah perawatan 4. Pneumonia kronik Berupa pneumonia karena infeksi dan non infeksi. Non infeksi antara lain pneumonia intertisial kronik yang disebabkan oleh proses degenerative yang menyebabkan terjadinya inflamasi dan proses fibrosis pada alveolar yang diikuti indurasi dan atrofi paru. Infeksi diakibattkan oleh oleh bakteri yang berkembang berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Pneumonia bentuk lain 1. Pneumonia rekurens Disebut juga pneumonia berulang bila dijumpai 2 atau lebih infeksi paru non TB dengan jarak waktu lebih dari 1 bulan, dan disertai dengan adanya febris, gambaran infiltrate paru dan umumnya disertai dengan sputum purulen, leukositosis dan respon terhadap antibiotic yang baik

2. Pneumonia eosinofilik Penyakit paru yyang timbul akibat kelompok gangguan paru yang beragam, yang ditandai oleh adanya infiltrasi eosinofil pada bronkus, alveoli dan intertisium dari paru.

Anda mungkin juga menyukai