Anda di halaman 1dari 5

TIFOID Dalam kasus gizi sesuai dengan baik-orang yang telah diimunisasi dan/atau diperlakukan secara efektif, morbiditas

dan mortalitasnya jarang. (Jongh, Rene de. 2010). Orang dengan demam tifoid biasanya memiliki demam berkelanjutan setinggi 103-104 derajat Fahrenheit (39-40 derajat Celsius). (Balentine J. 2008) Ada beberapa cara pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan untuk pasien penderita demam tifoid, yakni: 1. Pemeriksaan rutin Pada pemeriksaan rutin untuk penderita demam tifoid, biasanya didapatkan kadar SGOT dan SGPT yang meningkat. Tetapi peningkatan ini tidak membutuhkan terapi khusus. Pada demam tifoid, laju endap darah meningkat. Selain itu dapat pula ditemukan leukositosis (meningkatnya jumlah sel-sel darah putih), anemia ringan, trombositopenia (penurunan jumlah trombosit dalam darah perifer) 2. Uji Widal Uji ini dilakukan untuk menentukan aglutinin dalam serum. Aglutinin merupakan reaksi aglutinasi antara antigen kuman Salmonella typhi dan antibodi aglutinin. (Davey & Wilson. 1969). Antigen yang digunakan pada uji ini adalah suspensi Salmonella yang sudah mati dan di olah di laboratorium. Ada 3 aglutinin dalam serum: a) Aglutinin O (dari tubuh kuman) b) Aglutinin H (flagella kuman) c) Aglutinin Vi (simpai kuman) Dalam mendiagnosis demam tifoid, hanya aglutinin O dan H saja yang digunakan. Semakin tinggi titernya, semakin besar kemungkinan terinfeksi. (Widodo, D. 2009). Titer O (tubuh): 0 (negatif) 1 / 80 ringan --> (diduga) 1 / 80 - 1 / 160 --> + (sedang) 1 / 160 - 1 / 320 --> + + (berat) Titer H (flagel): tidak spesifik jika H> 1 / 320 --> dicurigai CATATAN bahwa paparan sebelumnya dan vaksinasi dapat menghasilkan titer tinggi tanpa infeksi akut/ aktif, antibodi tidak muncul segera, jika tes dilakukan 24 jam setelah jatuh sakit tidak ada waktu untuk antibodi terhadap infeksi ini untuk mengembangkan, sehingga setiap tingkat antibodi harus mencerminkan infeksi masa lalu. (Jongh, Rene de. 2010) Pembentukan aglutinin terjadi pada akhir minggu pertama demam, lalu meningkat ceoat dan mencapai puncak pada minggu ke-empat, dan statis (tetap tinggi) selama beberapa minggu. Pada keadaan akut aglutinin O dan H ditemukan. Pada orang yang telah sembuh aglutinin O masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan aglutinin H menetap lebih lama antara 9-12 bulan. Oleh karena itu uji widal bukan untuk menentukan kesembuhan penyakit. (Widodo, D. 2009). 3. Uji TUBEX Uji ini merupakan uji semi-kuantitatif kolometrik yang cepat dan mudah dikerjakan. Uji ini mendeteksi antibody anti-S.typhi O9 pada serum dengan cara menghambat ikatan antara IgM anti O9 yang terkonjugasi pada partikel latex yang berwarna dengan lipopolisakarida S.typhi yang terkonjugasi pada partikel latex.

Hasil positif uji TUBEX ini menunjukan terdapat infeksi Salmonellae serogroup D walaupun tidak secara spesifik menunjuk pada S.typhi. Secara imunologi, antigen O9 bersifat imunodominan sehingga dapat merangsang respons imun secara independen terhadap timus dan merangsang mitosis sel B tanpa bantuan dari sel T. Karena sifat-sifat tersebut, respon terhadap anti-gen O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti-gen O9 dapat dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder. Uji TUBEX hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat mendeteksi IgG sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk mendeteksi infeksi lampau. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan 3 macam komponen, a) Tabung berbentuk V yang juga berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas b) Reagen A, yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan antigen S.typhi O9 c) Reagen B, yang mengandung pertikel lateks berwarna biru yang diselubungi dengan antibody monoclonal spesifik untuk antigen O9. (Widodo, D. 2009) 4. Uji Typhidot Uji ini dapat mendeteksi antibody IgM dan IgG yang terdapat pada protein membrane luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibody IgM dan IgG terhadap antigen S.typhi seberat 50 kD, yang terdapat pada strip interselulosa. 5. Uji IgM Dipstick Uji ini secara khusus mendeteksi antibody IgM spesifik terhadap S.typhi pada specimen serum atau whole blood. 6. Kultur darah Jika hasil biakan darah dari kultur darah ini positif, maka dipastikan terkena demam tifoid. Ada kemungkinan sebagai berikut: a) Telah mengkonsumsi antibiotik sehingga pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat. b) Volume darah yang sedikit dapat menghasilkan hasil yang negatif. Darah yang diambil sebaiknya secara bedside langsung dimasukkan ke dalam media cair empedu (oxgall) untuk pertumbuhan kuman. c) Riwayat vaksinasi. Vaksinasi dimasa lampau menimbulkan antibodi (aglutinin) yang menekan bakteremia hingga biakan darah negatif. Saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat aglutinin semakin meningkat.

Laboratorium DHF Pemeriksaan darah yang rutin adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosit relatif disertai gambaran limfosit plasma biru. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit , saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM maupun IgG-lebih banyak.

Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain: Leukosit : Mulai hari ke-3 ditemui limfositosit relatif ( > 45% dari total leukosit ) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat. Trombosit : Terdapat trombosit pada hari ke 3-8. Hematokrit : Untuk kebocoran plasma terjadi peningkatan hematokrit 20% dari awal hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam. Hemostasis : Pemeriksanan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi pendarahan atau kelainan pembekuan darah. Protein / albumin terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. SGOT/SGPT dapat meningkat. ureum,kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal. Elektrolit : parameter pemantauan pemberian cairan. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi) : Bila akan diberikan transfusi darah atau komponen darah. Immunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadp dengue. IgM : terdeteksi mulai hari ke 3-5 ,meningkat sampai minggu ke-3,menghilang setelah 60-90 hari. IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14,pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2. Uji HI : Pengambilan bahan hari pertama serta saat pulang dari perawatan,uji ini digunakan untuk surveilans. NS 1 : Antigen NS1 dideteksi pada awal demam hari 1-8. Hasil negatif antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue. (Suhendro, dkk. 2009) Pemeriksaan Radiologis Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan ( pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan ). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG. (Suhendro, dkk. 2009) DEMAM DENGUE (DD) ++ +++ + ++ ++ GEJALA KLINIS Nyeri kepala Muntah Mual Nyeri Otot Ruam kulit DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) + ++ + + +

++ + + ++ + 0 0 + ++++ 0 ++ + ++ 0

Diare Batuk Pilek Limfadenopati Kejang Kesadaran menurun Obstipasi Uji torniquet positif Petekie Perdarahan saluran cerna Hepatomegali Nyeri perut Trombositopenia Syok

+ + + + + ++ + ++ +++ + +++ +++ ++++ +++

Keterangan : (+): 25%, (++): 50%, (+++): 100% Tabel 6. Gejala klinis demam dengue dan demam berdarah dengue Sumber: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis

Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari ( rentang 3-14 hari ), timbul gejala prodormal yang tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah. Demam Dengue (DD). Ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut : Nyeri kepala Nyeri retro-orbital Mialgia /artralgia Ruam kulit Manifestasi perdarahan ( petekie atau uji bendung positif ) Leukopenia Demam Berdarah Dengue (DBD). Diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi : Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari , biasanya bifasik Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut : Uji bendung positif Petekie, ekimosis, atau purpura Perdarahan mukosa Hematemesis atau melena Trombositopenia ( jumlah trombosit < 100.000/ l) Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut : Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin.

Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya. Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia. Perbedaan utama antara DD dan DBD adalah ditemukan kebocoran plasma pada DBD.

Anda mungkin juga menyukai

  • HVLT
    HVLT
    Dokumen10 halaman
    HVLT
    Ricky Chupruut Arisandy
    Belum ada peringkat
  • Case Forensik Fita Hidup
    Case Forensik Fita Hidup
    Dokumen16 halaman
    Case Forensik Fita Hidup
    Ricky Chupruut Arisandy
    Belum ada peringkat
  • Puisi Lingkungan Alam
    Puisi Lingkungan Alam
    Dokumen1 halaman
    Puisi Lingkungan Alam
    Ricky Chupruut Arisandy
    Belum ada peringkat
  • PBL Medikolegal 2
    PBL Medikolegal 2
    Dokumen31 halaman
    PBL Medikolegal 2
    Ricky Chupruut Arisandy
    Belum ada peringkat
  • YBBC
    YBBC
    Dokumen10 halaman
    YBBC
    Ricky Chupruut Arisandy
    Belum ada peringkat
  • Fisiologii
    Fisiologii
    Dokumen11 halaman
    Fisiologii
    Ricky Chupruut Arisandy
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok B1
    Tugas Kelompok B1
    Dokumen8 halaman
    Tugas Kelompok B1
    Rizky Triyadi
    Belum ada peringkat