Anda di halaman 1dari 3

Maleona Sarah L.C.

/070912042/Rezim-Rezim Internasional Kerjasama Hegemonik pada Pasca Perang Menurut Keohane & Nye, rezim adalah serangkaian keputusan pemerintah termasuk gabungan antara aturan, norma, dan prosedur yang mengatur perilaku dan mengontrol dampak-dampak yang akan terjadi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rezim internasional adalah serangkaian prinsip, aturan, norma dan prosedur yang digunakan untuk mengontrol suatu dampak dan hal ini telah disepakati oleh aktor-aktor internasional sebelumnya. Yang paling penting adalah bahwa rezim merupakan sekumpulan prinsip, aturan dan norma dimana kepentingan bertemu dalam suatu area tertentu. Rezim dapat berbentuk formal, informal secara implisit maupun eksplisit. Pada masa perang dunia kedua, usai banyak negara-negara di dunia mengalami masalah ekonomi, apalagi negara-negara yang termasuk dalam negaranegara yang berperang. Banyak pelaku di dunia politik mencari dan mereduksi konflik seperti halnya dalam bidang perekonomian dimana banyak karakteristik dari suatu ekonomi masyarakat yang memimpin kita untuk mengharapkan produksi akan menurun, yang membuat produksi dari barang-barang, yang akan menghasilkan banyak keuntungan tidak dijalankan. Wawasan ini merupakan dasar utama dari supply-side pendapat tentang rezim-rezim internasional. Merupakan contoh dari teori kestabilan hegemoni, yaitu stabilitas sistem internasional memerlukan negara dominan tunggal untuk mengartikulasikan dan menegakkan aturan interaksi antara anggota yang paling penting dari sistem (http://www.mtholyoke.edu diakses Mei 2011). Menurut dari argumen atau pendapat ini, sistem internasional hegemoni harus menjadi karakter berdasarkan tingkatan produksi barang-barang masyarakat meningkat dibandingkan dalam sistem pembagian, dan, jika rezim-rezim internasional menyediakan perekonomian masyarakat yang lebih kuat dan lebih luas. Meskipun argument ini penting namun mengabaikan apa yang disebut dengan tuntutan atas masalah rezim-rezim internasional (Keohane, 2005: 163). Sistem internasional hegemon inilah yang menjadi awal dari munculnya ekonomi interenasional sehingga muncul dengan sebutan perdagangan bebas atau keterbukaan terhadap masuknya barang-barang impor. Hal ini memiliki dampakdampak baik positif maupun negatif, namun untuk negara-negara yang maju hal ini dapat memudahkan akses negara tersebut dalam melakukan tindakan kooperatif/pendekatan terhadap negara-negara sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya transaksi lagi. Tidak lepas dari perdagangan bebas, salah satu perdagangan komoditas ekspor yang sangat tinggi nilainya yaitu perdagangan minyak. Bagi masyarakat dunia bahan mentah seperti minyak sangat penting, sehingga membuat

Maleona Sarah L.C./070912042/Rezim-Rezim Internasional negara-negara di dunia mengambil banyak cara untuk mendapatkan minyak tersebut. Akibat dari minyak ini pula mengakibatkan nilai mata uang dollar Inggris menurun, yang mengakibatkan Inggris melakukan diskriminasi terhadap perusahaan-perusahaan minyak amerika serikat dalam rangka save on dollar cost. Tindakan negara Inggris tersebut membuat perusahaan-perusahaan amerika serikat geram karena ketidak sesuaian tindakan negara Inggris berdasarkan perjanjian yang telah disepakati pada tahun 1920 hingga 1930 itu mengakibatkan penurunan penjualan minyak perussahaan-perusahaan amerika serikat menurun (Keohane, 2005:159). Karena saling dirugikan kedua belah pihak mencapai kesepakatan dimana pemotongan biaya minyak impor berlaku dimana saja, negara Amerika Serikat dapat menerima impor minyak dalam jumlah besar yang juga dapat mengurangi kelebihan penawaran pasar dunia, Inggris dapat menarik pembatasannya terhadap perusahaan minyak negara amerika serikat, dan kedua belah pihak bekerjasama dalam menyelaraskan biaya, serta melalui fair-sellling area baik negara Inggris dan negara amerika serikat dapat menjual minyak di luar wilayah sterling melalui konversi biaya ke dollar Inggris. Selain itu minyak mengakibatkan banyak negara melakukan intervensi sebagai contoh yang dilakukan negara Amerika serikat di wilayah negara Iran. Pada awalnya minyak di negara Iran hanya dikuasai oleh Anglo Iran Oil Company (AIOC). Tidak lama kemudian dominsai AIOC tersebut menarik minat para perusahaan-perusahaan amerika serikat dalam mengeksplorasi minyak. Ketika AIOC melakukan rundingan dengan pemerintah negara Iran pada tahun 1950an, perusahaanperusahaan minyak amerika serikat berusaha mempengaruhi AIOC dengan menawarkan pembagian keuntungan 50%-50% namun berujung pada penolakan AIOC. Saat terjadi kekacauan di Iran yang diiringi dengan meningkatkan Partai Tudeh, Amerika memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menjadikan Shah sebagai pemimpin baru menggantikan Mossadegh sebagai pihak yang berkuasa. Begitu Shah berkuasa, jalan Amerika Serikat untuk melibatkan diri dalam eksplorasi minyak di negara Iran tersebut berjalan lancar dan terbuka lebar. Karena besarnya kekuatan Amerika, maka negara-negara pengirim minyak di Timur Tengah menciptakan OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) untuk melindungi pasar minyak internasional serta negara-negara penghasil minyak. Dalam http://www.econlib.org/library/Enc/OPEC.html diakses Mei 2011, disebutkan bahwa menurut para ahli, OPEC diciptakan dalam menanggapi pengenaan 1959 dari kuota impor minyak mentah dan produk olahan oleh Amerika Serikat. Pada tahun 1959, pemerintah AS membentuk program Wajib Kuota Minyak Impor (MOIP), yang membatasi jumlah impor minyak mentah dan produk olahan

Maleona Sarah L.C./070912042/Rezim-Rezim Internasional diizinkan masuk ke Amerika Serikat dan memberikan perlakuan istimewa untuk impor minyak dari Kanada, Meksiko, dan, agak belakangan, Venezuela. Ini mengesampingkan sebagian minyak Teluk Persia dari pasar AS mengalami depresi harga minyak Timur Tengah, sebagai akibatnya, harga minyak "dipasang" (yang dibayarkan kepada negara-negara penjual minyak) berkurang pada bulan Februari 1959 dan Agustus 1960. Pada bulan September 1960, empat negara Teluk Persia (Iran, Irak, Kuwait, dan Arab Saudi) dan Venezuela dibentuk OPEC untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi untuk minyak mentah. Pada 1973, delapan negara lain (Aljazair, Ekuador, Gabon, Indonesia, Libya, Nigeria, Qatar, dan Uni Emirat Arab) telah bergabung dengan OPEC, Ekuador mengundurkan diri pada akhir 1992, dan Gabon menarik diri pada tahun 1994. Keserakahan Amerika Serikat inilah yang mengakibatkan negara-negara penghasil minyak menciptakan rezim minyaknya sendiri, baik IMF maupun negara-negara lain tidak dapat berkutik dengan hegemoni OPEC dalam rezim minyak. Hal ini terlihat dari Kesimpulannya, rezim-rezim internasional dapat ditafsirkan menjadi peranan perlengkapan untuk memfasilitasi pembuatan perjanjian atau kesepakatan yang sebenarnya dalam dunia politik, terutama sekali di antara negara-negara. Rezim-rezim memfasilitasi perjanjian-perjanjiandengan menyediakan peraturan-peraturan, normanorma, prinsip-prinsip, dan prosedur-prosedur yang memmbantu pelaku-pelaku yang terlibat dalam mengatasi rintangan untuk identifikasi persetujuan dengan teori ekonomi kegagalan pasar. Rezim membuat hal ini mudah untuk pelaku-pelaku tersebut sadar terhadap minat yang mereka sepakati bersama. Hal ini terlihat dari penolakan OPEC atas desakan AS untuk melakukan pemotongan pasokan (http://els.bappenas.go.id/, diakses Mei 2011). Daftar Pustaka: http://www.mtholyoke.edu/acad/intrel/pol116/hegemony.htm 2011) http://www.econlib.org/library/Enc/OPEC.html (diakses pada Mei 2011) http://els.bappenas.go.id/upload/other/IMF%20Khawatirkan%20Kenaikan%20Harga %20Minyak.htm (diakses pada Mei 2011) O.Keohane, Robert, Hegemonic Cooperation in the Postwar Era dalam O.Keohane, Robert, After Hegemony Cooperation and Discord inthe world Political Economy,New Jersey, 2005 ,hal. 135-181. (diakses pada Mei

Anda mungkin juga menyukai