Anda di halaman 1dari 4

Partai Bulan Bintang (PBB) : Diambang krisis

Oleh : Ahmad Rivai Pohan

Awal mula lahirnya PBB

PBB didirikan pada tanggal 23 Rabiul Awal 1419 hijrah dan 17 Juli 1998 masehi
merupakan partai yang memiliki dukungan besar dari kalangan ummat Islam, diprakarsai
oleh Badan koordinasi Umat Islam (BKUI) terdiri dari 22 ormas, menyepakati
membentuk Partai Baru yaitu Partai Bulang Bintang (PBB) Ormas tersebut adalah :
ICMI, DDII, BKSPPI, FSUHTM,FUI,Persis, PSSI, PUI, Perti, Al-Irsyad, Kisdi,
Muhammadiyah, (diwakiliki oleh, Lembaga Hikmah), HMI, PII, KB-PII, GPI, BKPRMI,
PPMI, IKMI, LPPI, Mathul Anwar, dll.

Pada awal berdiri pengurus DPP dan DPW Partai Bulan Bintang (PBB). diisi dari
kalangan intelektual dan tokoh-tokoh masyarakat. Dan komunikasi sangat intensive
terjalin antara DPP, Wilayah dan Cabang. Dan faktor lain adalah sosok Figur Yusril yang
masih muda pada waktu itu, bergelar profesor sangat membantu meningkatkan
popularitas partai sehingga mendapat sambutan dari masyarakat luas.

Mulai Merosot

Dan pada tahun 1999 komunikasi tidak terbagun secara intensive sehingga yang ikut
menandatangani pendirian Partai Bulan Bintang mendirikan partai baru yaitu Masyumi
Baru yang dikomandoi, Ridwan Saidi, Partai Ummat Islam, (PUI) dipimpin oleh Dr.
Daliar Noer, Partai Politik Islam Indonesia (PPII) dan Masyumi dibawah kendali
Abdullah Hemahua.

Pengurus dan simpatisan dari kalangan Kampus (intelektual) hengkang dari partai
Bulang Bintang karena UU melarang dosen berpolitik. Pada saat ini partai ini mulai
kehilangan pemikir-pemikir dan tokoh-tokohnya. Ada juga konflik-konflik di tubuh
Pengurus DPP yang tidak dapat diselesaikan secara konprehensive, dan cara
penyelesaiannya dengan mendiamkan persoalan, akhirnya beberapa tokoh mengundurkan
diri dari partai. Dan Tokoh-tokoh tersebut adalah Hartono Mardjono(mas Ton)
mendirikan Partai Islam Indonesia (PII) Dan KH Abdul Qadir Djaelani mendirikan Partai
Al-Islam Sejahtera Indonesia (PAS) Dan beberapa tokoh eksponen DPP Partai Bulan
Bintang yang tidak kembali ke Partai Bulan Bintang Adalah : KH. Kholil Ridwan, KH.
Anwar Sanusi, Farid Prawiranegara dan Fadli Zon.

Pasca Kongres Surabaya

Setelah Kongres di Surabaya terpilihnya MS. Kaban sebagai ketua Umum dan Sahar L.
Hasan sebagai Sekretaris Umum, dan kemudian yang duduk di ketua dan wakil ketua
Pengurus Pusat adalah orang orang yang dulunya duduk di wakil sekjen dan wakil
bendahara sewaktu kepemimpinan Yusril. Analisa saya mereka duduk karena
pertimbangan lamanya mereka duduk di kepengurusan bukan karena kemampuan yang
memadai apalagi jika dibandingkan kemampuan personal partai-partai lain. Dan setelah
duduk kelihatannnya juga tidak ada yang berusaha menambah pengetahun secara formal,
nyatanya tidak ada pengurus yang bergelar Doktor atau sedang dalam proses pendidikan.
Sehingga para ketua, wakil ketua, wakil-sekretaris dan wakil bendahara hanya dapat
melakukan hal-hal teknis seperti jadi ketua panitia pada kegiatan-kegiatan DPP.

Kualitas pengurus yang rendah ini terjawab pada saat Yusril dan Abdul Rahman di
resuffle dari Kabinet. Semua pengurus dan anggota tersentak dirasafellnya kedua menteri
dari kabinet. Ini Karena pengurus di DPP tidak memiliki kemampuan analisa.

Keteledoran ini merupakan pukulan berat bagi PBB. Apalagi sampai sekarang
diresufelnya Yusril dimata masyarakat masih adanya simpang siur informasi, ada yang
mengatakan Yusril terkait dengan Korupsi dan ada yang mengatakan tekanan politik dari
kelompok tertentu. Pengurus DPP terlena karena PBB, Demokrat, dan PKPI
mencalonkan SBY – JK menjadi Presiden. Dan yakin komitment itu tidak dikhianati.

Dan sekarang hanya tinggal satu orang kader PBB di Kabinet yaitu Kaban, sebagai
Menteri Kehutanan. Posisi Kaban ini juga sangat rawan, tidak kuat di kabinet dan
sikapnya dapat dipastikan akan pro dengan SBY.. Dan situasi ini membuat DPP PBB
lemah. Dan untuk jangka panjang posisi Kaban juga sangat rawan dikabinet. Untuk
mempertahankan posisinya di kabinet, Kaban akan sangat terganggu konsentrasi dalam
mengurus partai, karena gesekan-gesekan di kabinet. Sehinga perannya sebagai Ketua
Umum yang seharusnya mewadahi semua pengurus dan anggota Partai Bulan Bintang
akan terganggu. Apalagi kondisi seperti ini akan muncul tukang bisik untuk tujuan sesaat
agar Kaban melakukan sikap.. Analisa ekstrimnya, Kaban akan berjalan dialur
gelombang ombak liar untuk mempertahankan posisisnya sebagai menteri. Tapi
sebenarnya posisi beliau selalu di ujung tanduk tanpa di duga-duga goyangan selalu ada.

Disisi lain system suara terbanyak yang menjadi duduk di legislative akan mempengaruhi
model pendekatan kepada masyarakat. Kalau model ini tidak dilakukan dengan hati-
hati akan berakibat fatal, karena setiap caleg akan menonjolkan diri dan tidak
menghiraukan komunikasi sesama caleg. Akhirnya ini membuat gerakan tidak terukur
dan sulit dievaluasi.

Apa yang harus dilakukan?

Dari kondisi ini, apa yang harus dilakukan Pengurus Partai Bulan Bintang dan Calegnya
yang akan bertarung di pada pemilu tanggal 10 April 2009 ini?. Ada bebapa hal menurut
saya, perlu menjadi perhatian DPP. DPW, DPC dan para caleg antara lain :.

1. Adanya Team Pemikir, di Tingkat Pusat, Wilayah, dan cabang, yang dapat
memberikan rekomendasi tertulis kepada DPP yang independen dan berkualitas
dan bukan untuk kepentingan sesaat . Anggota team harus pakar dalam bidang
politik, sosiologi, managemen, bergelar professor atau doctor. Tugas team ini
memberikan konstribusi pemikiran apa yang harus dilakukan, dan juga analisa
kondisi real di internal dan ekternal partai.
2. Pengurus dari Tingkat DPP, Wilayah, dan Cabang, harus bisa menargetkan berapa
kursi yang di peroleh dengan perhitungan rill.. Dan juga target bisa tercapai
disebabkan oleh apa? Dan apa usaha ril yang dilakukan untuk mendapatkan target
tersebut?
3. Dapat mendata isu yang akan disampaikan setiap tingkatan kecamatan,
kabupaten, propinsi, dan mendeteksi harapan masyarakat apa yang mereka
inginkan.. Dan dapat meyakinkan bisa merealisasikan keinginan masyarakat
tersebut.
4. Setiap caleg dari DPRI, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten /Kota harus
mengetahui fungsi, tugas, DPR dan besarnya gaji yang akan diterima.
5. Setiap caleg dari DPRI, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten / Kota
mengetahui, peran pemerintah, dan juga berapa total APBN, APBD, dan apa
kendala, dan focus selama ini sehingga belum dirasakan masyarakat manfaatnya.
Sehingga ada kerja kongkrit yang akan dilakukan seandainya terpilih. Untuk
menghindari janji-janji kosong pada saat kampanye.
6. Model pendekatan ke masyarakat setiap daerah akan berbeda dan juga sangat
berbeda dari tahun 2004 dengan 2009.. jadi perlu dianalisa yang mendalam
7. Walaupun model kampanye tidak reaktif tapi proaktif, seharusnya selalu dibuat
kajian perkembangan partai pesaing dari semua segi. Sehingga selalu ada
motivasi membuat kreativitas untuk mendapat dukurangan dari rakyat.

Demikian Tulisan ini

Anda mungkin juga menyukai