Anda di halaman 1dari 29

...Draft Raperda...

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR..............TAHUN 2012 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG PERKOTAAN WAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MALANG, Menimbang : a. bahwa pembangunan Daerah perlu diarahkan pada pemanfaatan ruang wilayah secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah daerah dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum, keadilan sosial, dan kelestarian lingkungan; b. bahwa pertumbuhan dan perkembangan masyarakat dapat mengakibatkan penurunan kualitas pemanfaatan ruang dan ketidakseimbangan struktur dan fungsi ruang wilayah sehingga perlu ditata dengan baik; c. bahwa berdasarkan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Tata Ruang No.26 Tahun 2007 menunjukkan bahwa setiap RTRW harus ditindaklanjuti dengan penyusunan RDTRK sebagai perangkat operasional RTRW d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, serta memperhatikan Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang Nomor ...........Tentang .........., perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang RDTR Perkotaan Wajak; :

Mengingat

1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan


Pemukiman;

2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi


(Lembaran Negara Tahun 1999, Nomor 129 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881)

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan


Gedung;

4. Undang-undang Nomor 7Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air


(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32Tambahan Lembaran Negara Nomor 3477)

5. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan;

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Hal-1

...Draft Raperda...

4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; 9. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4722);

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

11. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan


(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

12. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan;

13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan


pengelolan lingkungan hidup;

14. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana


Tata Ruang Wilayah Nasional;

17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang


Penyelenggaraan Penataan Ruang;

19. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Dan


Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5160);

20. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern;

21. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990


tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang


Tata Cara peran Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata ruang di Daerah;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang


Pedoman Perencanaan ;

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang


Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah;

25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang

Hal-2

...Draft Raperda...

Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/M/1993


tentang Garis Sempadan dan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai;

27. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007


tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;

28. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007


tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya;

29. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/2008 tentang


Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di ;

30. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun


2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah;

31. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun


2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;

32. Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan


Umum dan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 648-384 Tahun 1992,Nomor: 739/KPTS/1992, Nomor: 09/KPTS tentangPedoman Pembangunan Perumahan dan Permukiman dengan Lingkungan Hunian yang Berimbang;

33. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 65 Tahun1993


tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

Hal-3

...Draft Raperda...

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MALANG dan BUPATI KABUPATEN MALANG MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA RUANG KAWASAN PERKOTAAN WAJAK. DETAIL TATA

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Malang. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Malang. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang. 5. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Wajak yang selanjutnya disingkat RDTRK Kawasan Perkotaan Wajak, adalah penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ke dalam rencana pemanfaatan ruang kawasan dengan menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional yang dimuat dalam peta rencana berskala 1:5.000 atau lebih. 6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. 7. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. 8. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional. 9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. 10. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 11. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. 12. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. 13. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. 14. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang. 15. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. 16. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung dan/atau budidaya. 17. Kawasan Strategis Daerah adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. 18. Ruang Terbuka Hijau atau disingkat RTH adalah bagian dari kota yang tidak didirikan bangunan atau sedikit mungkin unsur bangunan, terdiri dari unsur alam (antara lain vegetasi dan air) dan unsur binaan antara lain taman kota, jalur hijau, pohon-pohon

Hal-4

...Draft Raperda...

pelindung tepi jalan, hutan kota, kebun bibit, pot-pot kota, pemakaman, pertanian kota yang berfungsi meningkatkan kualitas lingkungan. 19. Koefisian Dasar Hijau adalah angka prosentase berdasarkan perbandingan antara luas lahan terbuka untuk penanaman tanaman dan atau peresapan air terhadap luas persil yang dikuasai. 20. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan saluran/sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai 21. Garis Sempadan Bangunan adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah Garis Sempadan Jalan yang ditetapkan dalam rencana ruang kota. 22. Garis Sempadan Jalan adalah garis rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana ruang kota. 23. Koefisien Dasar Bangunan atau disingkat KDB adalah angka perbandingan jumlah luas lantai dasar terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana kota; 24. Koefisien Lantai Bangunan atau disingkat KLB adalah angka perbandingan jumlah luas seluruh lantai terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana kota 25. Tempat Penampungan Sementara atau disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. 26. Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain; 27. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat Daerah. 28. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat Daerah dibawah Kecamatan. 29. Rencana Blok adalah perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi blok dan jalan, dimana blok terdiri atas unit lingkungan dengan konfigurasi tertentu. 30. Rencana Sub Blok adalah perencanaan pembagian blok dalam kawasan menjadi sub blok dan jalan dengan pemanfaatan ruang atau karakter lingkungan yang homogen. 31. Blok Peruntukan adalah bagian dari unit lingkungan yang mempunyai peruntukan pemanfaatan ruang tertentu yang dibatasi oleh jaringan pergerakan dan atau jaringan utilitas. 32. Sub Blok Peruntukan adalah wilayah perencanaan terkecil dengan batasan wilayah administrasi kelurahan. 33. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. 34. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB II TUJUAN, FUNGSI, DAN RUANG LINGKUP Bagian Kesatu Tujuan Pasal 2 Penataan ruang di Perkotaan Wajak bertujuan untuk: a. Arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan fisik kawasan, b. Pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, dan pemberian perijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan

Hal-5

...Draft Raperda...

Bagian Kedua Fungsi Pasal 3 Penataan ruang di Perkotaan Wajak berfungsi sebagai a. Sebagai pedoman arah pembangunan kawasan terutama dalam pelaksanaan program pembangunan, penyusunan rencana teknik ruang kawasan (RTRK) perkotaan atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) b. Melalui RDTR ini akan memberikan kejelasan arah pembangunan kawasan hingga memudahkan aparat melaksanakan perencanaan, pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan fungsional perkotaan Bagian Ketiga Ruang Lingkup

Pasal 4 (1) Ruang lingkup RDTR Kawasan Perkotaan Wajak meliputi : a. Wilayah Perencanaan b. Batas Batas Wilayah Perencanaan c. Materi yang ditentukan dalam Rencana Detail Tata Ruang d. Pengendalian Rencana Detail Tata Ruang e. Kelembagaan f. Peran Serta Masyarakat

(2) Wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dengan wilayah
meliputi Kawasan Perkotaan Wajak.

(3) Muatan Rencana Detail Tata Ruang


dimaksud ayat (1) huruf c meliputi:

Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana

a. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Perencanaan b. Rencana Pola Ruang yang meliputi rencana struktur kawasan perlindungan setempat / konservasi / mitigasi bencana, dan rencana struktur kawasan budidaya c. Rencana Jaringan Prasarana, yang meliputi rencana sistem jaringan pergerakan, rencana jaringan air minum, rencana jaringan drainase, prasarana kelistrikan, rencana jaringan telekomunikasi, dan prasarana persampahan d. Penetapan Bagian dari Wilayah Perencanaan yang Diprioritaskan Penanganannya, yang meliputi penetapan kawasan khusus perumahan, kawasan khusus perdagangan, kawasan khusus perkantoran, kawasan khusus zona campuran, kawasan khusus pengembangan minapolitan. e. Arahan Pemanfaatan Ruang, yang meliputi rencana persebaran penduduk, rencana blok kawasan, rencana skala pelayanan kegiatan, rencana sistem jaringan pergerakan, rencana sistem jaringan utilitas, dan prioritas dan tahapan pembangunan f. Peraturan Zonasi, yang meliputi rencana blok peruntukan, arahan zonasi, dan insentif dan disinsentif.

(4) Pengendalian

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d adalah zonasi, aturan insentif dan disinsentif, perijinan dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang melalui pengawasan;

(5) Kelembagaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e adalah struktur organisasi
kelembagaan dalam pelaksanaan penataan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang serta tata cara peran serta masyarakat dalam pelaksanaan peraturan zonasi

(6) Peran Serta Masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf f adalah hak dan
kewajiban serta peran serta masyarakat dalam pelaksanaan penataan ruang,

Hal-6

...Draft Raperda...

pengendalian pemanfaatan ruang serta tata cara peran serta masyarakat dalam pelaksanaan peraturan zonasi. BAB III RECANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN WAJAK Bagian Kesatu Tujuan Penataan Ruang Wilayah Paragraf I Umum Pasal 5 (1) Tujuan penataan ruang wilayah perencanaan di Kawasan Perkotaan Wajak meliputi rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang; (2) Tujuan penataan ruang wlayah perencanaan merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten/kota dan apabila diperlukan dapat dilengkapi dengan prinsip-prinsip. Paragraf II Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Pasal 6 (1) Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud pada pasal 5 huruf a, meliputi: a. Rencana struktur ruang; b. Rencana distribusi penduduk; c. Rencana struktur pelayanan kegiatan; Pasal 7 (1) Rencana Struktur Ruang sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat 1 huruf a, didasarkan atas maksud: a. Memberi batasan kawasan fungsional desa, berdasarkan kondisi fisik dan sosial yang ada, misalnya jaringan jalan, jaringan listrik, kepadatan penduduk, dan dominasi kegiatan. b. Menciptakan keseimbangan dan keserasian kawasan, serta keseimbangan antar desa. c. Meningkatkan daya guna fasilitas serta pengoptimalan pelayanan. d. Memudahkan dalam membentuk struktur pusat pelayanan yang terarah. e. Memberikan kemudahan bagi aparat terkait dalam mengelola dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil perencanaan pembangunan. (2) Rencana pembagian struktur ruang Kawasan Perkotaan Wajak tahun 2012-2032 yaitu: a. Zona Utama, yang terdiri dari pusat perkotaan wajak, pusat pelayanan perkotaan, pemerintahan kecamatan, perdagangan regional b. Zona Pendukung, yang terdiri dari sub pusat perkotaan wajak, sub pusat pelayanan perkotaan, pemerintahan lokal, perdagangan lokal, pengembangan permukiman, dan pengembangan kawasan minapolitan Pasal 8 (1) Rencana Distribusi Penduduk sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat 1 huruf b, berkaitan dengan kapasitas daya tampung bagian wilayah kota. Perhitungan kapasitas daya tampung ini dimaksudkan untuk memperkirakan kemampuan wilayah kota dalam menampung penduduk baik dalam kegiatan sosial maupun kegiatan ekonomi.

Hal-7

...Draft Raperda...

(2) Distribusi jumlah dan kepadatan penduduk ini bertujuan untuk mendukung rencana struktur ruang dan rencana pola penggunaan tanah di Kawasan perkotaan Wajak. Pasal 9 (1) Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat 1 huruf c meliputi: a. Pusat-pusat Pelayanan Perdagangan b. Pusat-pusat Pelayanan Pendidikan c. Pusat-pusat Pelayanan Kesehatan d. Pusat-pusat Pelayanan Rekreasi dan Olahraga e. Pusat-pusat Pelayanan Pemerintahan Pasal 10 Pusat-pusat Pelayanan Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a meliputi: a. Kegiatan perdagangan skala kota yang memiliki fungsi sekunder berupa pasar dan pertokoan dipusatkan di wilayah Desa Wajak dengan sub pusatnya berada di Desa Blayu. Kegiatan perdagangan di Desa Wajak dan Desa Blayu diarahkan pada jenis pertokoan tunggal dan berderet. b. Kegiatan perdagangan skala desa yang memiliki fungsi tersier berupa warung dan toko diarahkan perkembangannya secara menyebar dengan pusat kegiatan berada di pusat-pusat desa. Pusat-pusat Pelayanan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b meliputi: a. Kegiatan pendidikan skala kota yang memiliki fungsi primer berupa SMA dipusatkan di wilayah Desa Wajak b. Kegiatan pendidikan skala kecamatan yang memiliki fungsi sekunder berupa SMP atau sederajat dipusatkan di wilayah Desa Blayu dan Desa Sukoanyar. c. Kegiatan pendidikan skala desa yang memiliki fungsi tersier berupa TK dan SD atau sederajat diarahkan perkembangannya secara menyebar. Pusat-pusat Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c meliputi: a. Kegiatan kesehatan skala kota yang memiliki fungsi primer berupa rumah sakit umum dipusatkan di wilayah Pusat Perkotaan Wajak. b. Kegiatan kesehatan skala kecamatan yang memiliki fungsi sekunder berupa Puskesmas, Poliklinik, dan apotek dipusatkan di wilayah DesaBlayu, Desa Sukolilo dan Sukoanyar. c. Kegiatan kesehatan skala Desa yang memiliki fungsi tersier berupa praktek dokter, Puskesmas Pembantu, dan Posyandu diarahkan perkembangannya secara menyebar di setiap Desa. Pusat-pusat Pelayanan Rekreasi dan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d meliputi: a. Kegiatan rekreasi dan olahraga skala kota yang memiliki fungsi primer berupa taman kota dipusatkan di wilayah Desa Sukolilo. b. Kegiatan rekreasi dan olahraga skala desa yang memiliki fungsi tersier berupa taman bermain, lapangan olahraga diarahkan perkembangannya secara menyebar dengan pusat kegiatan berada di masing-masing desa Perkotaan Wajak. Pusat-pusat Pelayanan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf e yaitu berupa pemeliharaan dan renovasi bangunan dan taman, serta penambahan fasiitas/perabot pelengkap. Rencana yang akan dilakukan yaitu renovasi terhadap kantor kecamatan, kantor kelurahan dan balai desa.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Hal-8

...Draft Raperda...

Bagian Kedua Rencana Pola Ruang Paragraf I Umum Pasal 11 (1) Rencana Pola Ruang pada Kawasan Perkotaan Wajak berfungsi: a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan pelestarian fungsi lingkungan dalam wilayah perencanaan b. sebagai dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang c. sebagai dasar penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan d. sebagai dasar penyusunan rencana jaringan prasarana RDTR (2) Rencana Pola Ruang pada Kawasan Perkotaan Wajak meliputi: a. Rencana struktur kawasan perlindungan setempat / konservasi / mitigasi bencana, b. Rencana struktur kawasan budidaya Paragraf II Rencana Struktur Kawasan Perlindungan Setempat / Konservasi / Mitigasi Bencana Pasal 12 (1) Rencana Struktur Kawasan Perlindungan Setempat / Konservasi / Mitigasi Bencana pada Kawasan Perkotaan Wajak meliputi: a. Kawasan sempadan sungai b. Kawasan resapan air Pasal 13 (1) Rencana kawasan sempadan sungai pada Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana dimaksud pada pasal 12 ayat 1 huruf a meliputi: a. Membebaskan kawasan sempadan sungai sejauh 15 m dari kanan kiri sungai dari keberadaan seluruh bangunan/aktivitas yang ada pada jarak tersebut; b. Membuat jalan inspeksi, terutama bagi kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan permukiman. Jalan inspeksi ini dapat berupa jalur pejalan kaki atau jogging track di sepanjang sisi sempadan sungai yang memiliki lebar antara 2,5 3 meter. Jalan inspeksi ini dapat digunakan untuk sarana rekreasi penduduk juga mencegah terjadinya pembangunan bangunan permanen yang bukan merupakan bangunan pelindung; c. Membuat bangunan pengaman (plengsengan) pada bagian sungai yang memiliki tebing rawan terhadap longsor dan banjir; d. Memanfaatkan kawasan sebagai jalur hijau yang berfungsi sebagai pengaman tanah dan kesehatan lingkungan, dengan membangun taman yang ditanami dengan pepohonan memperkuat tepi sungai agar tidak mudah longsor. e. Pengadaan program penanaman pohon secara berkala untuk tetap menjaga perlindungan sempadan sungai. f. Apabila sempadan sungai sudah terdapat bangunan permanen maka akan ditetapkan dalam sistem disinsentif. (2) Rencana kawasan resapan air pada Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana dimaksud pada pasal 12 ayat 1 huruf b meliputi: a. Mempertahankan luasan kawasan resapan air. b. Membatasi pembangunan permanen pada kawasan resapan air melalui pemberian papan larangan pembangunan. c. Memberikan sistemin sentif dan disinsentif bagi penduduk terkait perlindungan kawasan resapan air.

Hal-9

...Draft Raperda...

Paragraf III Rencana Struktur Kawasan Budidaya Pasal 14 (1) Rencana Struktur Kawasan Budidaya pada Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 11 ayat 2 huruf b meliputi: a. Kawasan Zona Perumahan b. Kawasan Zona Perdagangan dan Jasa c. Kawasan Zona Sarana Pelayanan Umum d. Kawasan Zona Pelengkap e. Kawasan Zona Kawasan Minapolitan Pasal 15 Rencana Struktur Kawasan Budidaya untuk Zona Perumahan pada Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 14 ayat 1 huruf a yaitu dengan membuat batasan untuk wilayah pembangunan perumahan selanjutnya dengan kepadatan rendah-sedang. Rencana Struktur Kawasan Budidaya untuk Zona Perdagangan dan Jasa pada Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 14 ayat 1 huruf b yaitu Kedepannya masih diperlukan adanya penambahan unit berupa warung makan atau pertokoan dengan skala kecil. Rencana Struktur Kawasan Budidaya untuk Zona Sarana Pelayanan Umum pada Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 14 ayat 1 huruf c meliputi: a. Perkantoran/Pemerintahan b. Pendidikan c. Kesehatan d. Peribadatan Rencana Struktur Kawasan Budidaya untuk Zona Pelengkap pada Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 14 ayat 1 huruf d yaitu kegiatan yang melengkapi fungsi kawasan utama yaitu kawasan pertanian yang mendukung perekonomian Perkotaan Wajak. Rencana Struktur Kawasan Budidaya untuk Zona Kawasan Minapolitan pada Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 14 ayat 1 huruf e yaitu pembagian struktur Kawasan Minapolitan meliputi: a. Desa Orde I, yaitu desa yang berfungsi sebagai pusat penyimpanan dan perdagangan hasil komoditas perikanan ke luar Kawasan Perkotaan Wajak, yaitu Desa Wajak b. Desa Orde II, yaitu desa yang berfungsi sebagai daerah budidaya komoditas perikanan, pusat pengumpul hasil produksi perikanan, pusat pengolahan barang setengah jadi dan barang jadi, pusat pelatihan dan percontohan budidaya perikanan, yaitu Desa Sukoanyar c. Desa Orde II, yaitu desa yang berfungsi sebagai desa pusat penelitian, pembibitan dan percontohan budidaya perikanan, daerah pemenuhan pelayanan kebutuhan masyarakat, serta pusat koperasi dan informasi pasar barang perdagangan Desa Orde III yaitu Desa Sukolilo, Desa Kidangbang dan Desa Blayu. Bagian Ketiga Rencana Jaringan Prasarana Paragraf I Umum Pasal 16 (1) Rencana Jaringan Prasarana pada Kawasan Perkotaan Wajak berfungsi: a. Sebagai pembentuk sistem pelayanan dan pergerakan di dalam wilayah perencanaan;

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Hal-10

...Draft Raperda...

b. Sebagai dasar perletakan jaringan dan rencana pembangunan prasarana, dan utilitas dalam wilayah Kawasan Perkotaan Wajak sesuai dengan fungsi pelayanannya c. Sebagai dasar rencana sistem pergerakan dan aksesibilitas lingkungan dalam RTBL dan rencana teknis lainnya. (2) Rencana Pola Ruang pada Kawasan Perkotaan Wajak meliputi: a. Rencana sistem jaringan pergerakan, b. Rencana jaringan air minum, c. Rencana jaringan drainase, d. Prasarana kelistrikan, e. Rencana jaringan telekomunikasi, f. Prasarana persampahan Paragraf II Rencana Sistem Jaringan Pergerakan Pasal 17 (1) Rencana sistem jaringan pergerakan sebagaimana yang dimaksud pada pasal 16 ayat 2 huruf a meliputi: a. Rencana Hirarki Jalan b. Rencana Dimensi Jalan c. Rencana Penambahan Jalan Baru d. Rencana Fasilitas Jalan Pasal 18 (1) Rencana hirarki jalan sebagaimana yang dimaksud pada pasal 17 ayat 1 huruf a meliputi: a. Untuk jalan kolektor primer, melakukan pelebaran jalan khususnya di jalan yang berada di kawasan Pasar Wajak untuk memberikan lahan parkir dan penataan PKL di sisi jalan. Untuk Jalan kolektor primer ini tidak dilakukan peningkatan hirarki jalan. b. Untuk Jalan lingkungan, melakukan perbaikan, pelebaran dan pengadaan jalan lingkungan baru di dalam rencana permukiman baru maupun pada kawasan minapolitan (2) Rencana Dimensi Jalan sebagaimana yang dimaksud pada pasal 17 ayat 1 huruf b dilakukan untuk menampung prediksi peningkatan pergerakan masyarakat di masa yang akan datang. rencana dimensi jalan meliputi penambahan dimensi rumaja, rumija, dan ruwasja bagi jalan-jalan sepertii: a. Untuk jalan kolektor primer seperti Jalan Cokroaminoto, Jala Kidangbang, Jalan Sukoanyar b. Untuk jalan lingkungan seperti Jalan Sidodadi Blayu, maupun jalan-jalan menuju ke kawasan-kawasan permukiman dan kawasan minapolitan. (3) Rencana Penambahan Jalan Baru yang dimaksud pada pasal 17 ayat 1 huruf c diarahkan ke kawasan permukian baru dan pusat pengembangan dan pusat pendukung kawasan minapolitan, serta keluar Kawasan Perkotaan Wajak, dengan tetap memperhatikan tingkat pelayanan jalan yang sudah ada. (4) Rencana Fasilitas Jalan sebagaimana yang dimaksud pada pasal 17 ayat 1 huruf d meliputi: a. Penambahan halte yang di arahkan pada lokasi yang strategis terutama pada kawasan perkantoran, pendidikan, perdagangan dan jasa b. Pengadaan penerangan jalan pada ruas-ruas jalan yang belum memiliki penerangan guna meningkatkan rasa aman bagi pengguna jalan serta peningkatan estetika perkotaan c. Pengembangan trotoar diprioritaskan pada jalan utama dengan fungsi kegiatan yang cukup penting, seperti di kawasan perkantoran, kawasan perdagangan. d. Rencana parkir on street dan off street pada guna lahan pada jalan kolektor e. Penambahan median jalan khususnya pada jalan-jalan utama

Hal-11

...Draft Raperda...

Paragraf III Rencana Jaringan Air Minum Pasal 19 (1) Rencana Jaringan Air Minum pada Kawasan Perkotaan Wajak meliputi: a. Meningkatkan pelayanan jaringan yang ada dengan pembuatan jaringan baru pada kawasan yang akan dikembangkan khususnya pada permukiman baru dan pada daerah padat penduduk dan pada kawasan yang pada kondisi eksisting belum terlayani serta rehabilitasi jaringan yang telah ada . b. Melakukan konservasi air dengan cara meningkatkan pemanfaatan air permukaan, meningkatkan efisiensi air irigasi dan menjaga kualitas air sesuai dengan peruntukannya c. Mengurangi kehilangan air, yakni dengan cara pemeliharaan jaringan pipa transmisi dan distribusi. d. Meningkatkan pelayanan terutama pada kawasan-kawasan yang diprioritaskan sebagai Kawasan Minapolitan, dengan menjaga kualitas air pada pengelolaan budidaya perikanan e. Terkait pengembangan kebutuhan air bersih terhadap pengembangan Kawasan Minapolitan di Kawasan Perkotaan Wajak, perlu adanya penambahan dan perbaikan pipa-pipa distribusi air bersih dan irigasi dari sungai lesti ke kolam-kolam atau sawah masyarakat sehingga kebutuhan pengairan untuk pertanian dan perikanan dapat terpenuhi Paragraf IV Rencana Jaringan Drainase Pasal 20 (1) Rencana Jaringan Drainase pada Kawasan Perkotaan Wajak meliputi: a. Perencanaan sumur resapan dan kolam resapan b. Pengadaan lubang Resapan/ Biopori c. Perencanaan saluran kolektor d. Saluran drainase kolektor baru di wilayah Perkotaan Wajak perlu untuk direncanakan pada kawasan yang akan berkembang khususnya untuk areal pemukiman. e. Perbaikan saluran f. Memperbesar dimensi saluran, sehingga tidak lagi menimbulkan luapan-luapan ketika terjadi hujan deras. g. Penyediaan lokasi khusus pembuangan dan penanganan limbah industri produksi maupun pasca panen dari kegiatan budidaya perikanan h. Peningkatan kondisi dan kapasitas saluran drainase yang sudah ada, sehingga dapat menampung limpasan air permukaan secara maksimal. i. Pelestarian Hutan Kota dan ruang terbuka hijau j. Pembuatan saluran tertutup untuk jalan utama k. Arahan saluran drainase pada jalan-jalan utama kawasan yaitu berupa saluran tertutup, sehingga pada ruas jalan yang ruang milik jalannya terbatas saluran drainase ini dapat dimanfaatkan bagian atasnya untuk trotoar. Untuk jalan-jalan lokal dan lingkungan diarahkan dengan saluran terbuka. Paragraf V Prasarana Kelistrikan Pasal 21 (1) Rencana prasarana kelistrikan pada Kawasan Perkotaan Wajak meliputi: a. Melakukan penambahan dan peremajaan penenerangan jalan di daerah perdesaan kawasan persawahan.

Hal-12

...Draft Raperda...

b. Peremajaan jaringan dan mengganti jaringan distribusi hantaran udara kawat terbuka menjadi jaringan distribusi kabel udara (atau kabel tanah) disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada. c. Menambah jaringan distribusi baru, baik SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah) maupun SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah). d. Penambahan kapasitas gardu distribusi lama yang melayani beban lama dan juga untuk memenuhi penambahan kebutuhan daya. e. Membangun gardu distribusi baru disesuaikan dengan kemungkinan peningkatan kebutuhan daya listrik dan tumbuhnya pusat-pusat beban baru. Paragraf VI Rencana Jaringan Telekomunikasi Pasal 22 (1) Rencana jaringan telekomunikasi pada Kawasan Perkotaan Wajak meliputi: a. Untuk meningkatkan pelayanan akan telepon maka pelayanan diutamakan pada kawasan-kawasan komersial, industri dan fasilitas pelayanan umum serta kawasan permukiman. Sedangkan untuk telepon umum akan direncanakan pada lokasilokasi yang strategis seperti di pusat perdagangan, perkantoran, pendidikan maupun di pusat pelayanan kesehatan dan pusat kegiatan masyarakat lainnya. b. pada kawasan-kawasan yang lokasinya cukup strategis maka diarahkan pengembangan wartel (untuk telepon intelokal, internasional dan telegram). c. Kawasan yang tidak terjangkau oleh jaringan telepon dikembangkan untuk jaringan telepon selular sehingga komunikasi masyarakat tidak terkendala akibat tidak adanya jaringan telepon dari PT. Telkom d. STO dikembangkan di setiap SPPK di Kawasan Perkotaan Wajak Paragraf VII Rencana Prasarana Persampahan Pasal 23 (1) Rencana prasarana persampahan pada Kawasan Perkotaan Wajak meliputi: a. Penanganan secara terkoordinasi, yaitu dengan adanya pengangkutan sampah dari tiap rumah ke TPS hingga menuju ke TPA. Untuk wilayah perencanaan pengolahan sampah yang diperkirakan sesuai adalah penggunaan cara sanitary landfill (penimbunan saniter) dan incenaration (pembakaran) di TPA dengan pertimbangan efisiensi, keuntungan yang didapat dan minimalisasi kerusakan lingkungan.. b. Penambahan dan pemeliharaanTPS c. Penambahan jumlah bak sampah di pinggir jalan d. Penambahan jumlah petugas kebersihan kota untuk meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan e. Penyediaan lokasi khusus pembuangan sampah produksi maupun pasca panen dari hasil kegiatan budidaya perikanan serta penanganan khusus terkait sampah tersebut f. Pengolahan sampah dengan prinsip 4R + 1 P yaitu: a) Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang dipergunakan. b) Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali. Dan menghindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). c) Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. d) Replace ( Mengganti); meneliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga meneliti agar masyarakat memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan

Hal-13

...Draft Raperda...

e) Participation, yaitu dengan memberdayakan masyarakat untuk mengolah sampah mulai di lingkungan tempat tinggal sampai skala luas. (2) Rencana terkait prasarana persampahan di Kawasan Perkotaan Wajak dipilih dengan mempertimbangkan jumlah sampah yang dihasilkan. Jumlah sampah ini juga bergantung pada jumlah penduduk dan penambahan jumlah fasilitasnya. Bagian Keempat Penetapan Bagian dari Wilayah Perencanaan yang Diprioritaskan Penanganannya Paragraf I Umum Pasal 24 (1) Penetapan Bagian dari Wilayah Perencanaan yang Diprioritaskan pada Kawasan Perkotaan Wajak berfungsi: a. mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan, dan/ atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan bagian dari wilayah perencanaan lainnya; b. sebagai dasar penyusunan rencana yang lebih teknis, seperti RTBL dan rencana teknis pembangunan yang lebih rinci lainnya c. sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RDTR. (2) Penetapan Bagian dari Wilayah Perencanaan yang Diprioritaskan pada Kawasan Perkotaan Wajak meliputi: a. Kawasan Khusus Perumahan b. Kawasan Khusus Perdagangan c. Kawasan Khusus Perkantoran d. Kawasan Khusus Zona Campuran e. Kawasan Khusus Minapolitan Paragraf II Kawasan Khusus Perumahan Pasal 25 (1) Konsep pengembangan untuk kawasan khusus perumahan di Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 24 ayat 2 huruf a meliputi: a. Infiltrasi, yakni pengembangan perumahan dengan cara mengisi kantong-kantong kosong pada kawasan perumahan yang sudah berkembang. b. Penyatuan, yakni konsep pengembangan perumahan pada satu kawasan yang terdiri dari beberapa jenis perumahan penduduk, dengan menyerasikan kawasankawasan perumahan tersebut, sehingga menjadi satu kesatuan kawasan permukiman. c. Pengembangan kawasan perumahan baru, yaitu pengembangan perumahan dengan memanfaatkan lahan kosong pada kawasan-kawasan yang masih belum berkembang atau yang perlu didorong perkembangannya. Paragraf III Kawasan Khusus Perdagangan Pasal 26 (1) Konsep pengembangan untuk kawasan khusus perdagangan di Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 24 ayat 2 huruf b meliputi: a. penetapan GSB (Garis Sempadan Bangunan) sesuai dengan fungsi jalan, fungsi guna lahan dan intensitas bangunan, b. Penataan Intensitas Bangunan (KDB, KLB, Tinggi Bangunan), c. Perbaikan kondisi bangunan sarana perdagangan dan jasa.

Hal-14

...Draft Raperda...

d. Pembangunan bangunan pasar dengan kondisi yang tepat dan baik, agar dapat menampung jumlah pedagang lebih banyak. e. Pengaturan sirkulasi kendaraan yang keluar masuk ke pasar dengan sirkulasi searah agar hambatan samping yang ditimbulkan tidak terlalu besar. f. Penyediaan prasarana utilitas pasar, yakni meliputi: sistem drainase, pembuangan sampah (menyediakan TPS), air bersih dan penerangan. Paragraf IV Kawasan Khusus Perkantoran Pasal 27 (1) Konsep pengembangan untuk kawasan khusus perkantoran di Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 24 ayat 2 huruf c yaitu merencanakan kawasan perkantoran swasta dan niaga yang diletakkan membentuk block office. Paragraf V Kawasan Khusus Zona Campuran Pasal 28 (1) Konsep pengembangan untuk kawasan khusus zona campuran di Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 24 ayat 2 huruf d dilakukan untuk mengantisipasi apabila peruntukan blok yang ada tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan pengklasifikasian zona khusus tersendiri. (2) Kegiatan yang terdapat dalam zona campuran adalah segala jenis kegiatan yang masih diperbolehkan sesuai dengan pedoman penataan pada zoning text. Paragraf VI Kawasan Khusus Pengembangan Minapolitan Pasal 29 (1) Perencanaan zona khusus pengembangan Kawasan Minapolitan di Kawasan Perkotaan Wajak dilakukan untuk meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan peluang terkait pengembangan perekonomian berbasis budidaya perikanan. (2) Penentuan zona khusus ini disesuaikan dengan kesesuaian lahan, ketersediaan lahan dan sumberdaya, dan aksesibilitas. (3) Pada perencanaan struktur ruang untuk kawasan minapolitan, pembagian zona khusus pengembangan kawasan minapolitan dibagi menjadi pusat pengembangan dan pendukung serta Desa Orde I, Orde II dan Orde III sebagaimana yang dimaksud pada pasal 15 ayat 5. Bagian Kelima Arahan Pemanfaatan Ruang Paragraf I Umum Pasal 30 (1) Arahan Pemanfaatan Ruang pada Kawasan Perkotaan Wajak berfungsi: a. Dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan ruang/ pengembangan wilayah perencanaan; b. Arahan untuk sektor dalam penyusunan program; c. Sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan maupun penyusunan program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima) tahun; d. Sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.

Hal-15

...Draft Raperda...

(2) Penetapan Bagian dari Wilayah Perencanaan yang Diprioritaskan pada Kawasan Perkotaan Wajak meliputi: a. Rencana persebaran penduduk b. Rencana blok kawasan c. Rencana skala pelayanan kegiatan d. Rencana sistem jaringan pergerakan e. Rencana sistem jaringan utilitas f. Prioriyas dan tahapan pembangunan Paragraf II Rencana Persebaran Penduduk Pasal 31 (1) Pendistribusian penduduk ke seluruh Desa di Kawasan Perkotaan Wajak diarahkan agar terjadi keseimbangan aktivitas yang dapat memicu pemerataan dan persebaran infrastruktur antar kecamatan (2) Secara umum konsep dalam distribusi penduduk ini adalah membatasi jumlah dan kepadatan penduduk di wilayah pusat Kawasan perkotaan Wajak, serta mendistribusikan penduduk pada kawasan yang kurang berkembang atau kawasan pinggiran. Paragraf III Rencana Blok Kawasan Pasal 32 (1) Rencana Blok Kawasan pada Kawasan Perkotaan Wajak meliputi: a. Rencana Blok untuk Kawasan Perumahan atau Permukiman b. Rencana Blok untuk Kawasan Perdagangan dan Jasa c. Rencana Blok untuk Kawasan Pendidikan d. Rencana Blok untuk Kawasan Perkantoran e. Rencana Blok untuk Kawasan Kesehatan f. Rencana Blok untuk Kawasan RTH Pasal 33 Rencana Blok untuk Kawasan Perumahan atau Permukiman sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 32 ayat 1 huruf a yaitu: a. Perbaikan Perumahan Kumuh dan Tidak Tertata b. Pengembangan Perumahan Pada Lokasi-Lokasi Baru c. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Perumahan Yang Memadai Rencana Blok untuk Kawasan Perdagangan dan Jasa sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 32 ayat 1 huruf b yaitu: a. Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa Pada Jalan-Jalan Utama b. Penataan Pasar Wajak c. Penataan PKL Rencana Blok untuk Kawasan Pendidikan sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 32 ayat 1 huruf b yaitu: a. Pengembangan kawasan pendidikan skala kota (SLTP, SMA) lebih diarahkan pada wilayah yang memiliki potensi murid sekolah berumur SLTP dan SMA b. Pengembangan fasilitas pendidikan skala lingkungan (SD, TK) lebih diarahkan untuk permukiman baru pada pusat-pusat lingkungan c. Arahan peningkatan kualitas pelayanan (daya tampung, tenaga pengajar, dan prasarana penunjang aktivitas pendidikan). Rencana Blok untuk Kawasan Perkantoran sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 32 ayat 1 huruf b yaitu: a. Mempertahankan kondisi eksisting fasilitas perkantoran yang telah ada, b. Perbaikan kondisi kantor yang telah ada

(1)

(2)

(3)

(4)

Hal-16

...Draft Raperda...

(5) Rencana Blok untuk Kawasan Kesehatan sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 32 ayat 1 huruf b berupa peningkatan pelayanan pada fasilitas kesehatan yang sudah ada terutama fasilitas dengan skala pelayanan kawasan/lingkungan (puskesmas/puskesmas pembantu) yaitu dari segi daya tampung, penambahan tenaga medis, dan penambahan saranaprasarana (6) Rencana Blok untuk Kawasan RTH sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 32 ayat 1 huruf b yaitu berupa penambahan fasilitas ruang terbuka. Paragraf IV Rencana Skala Pelayanan Kegiatan Pasal 34 (1) Dasar-dasar perencanaan sistem pusat pelayanan kota adalah: a. Kegiatan yang ada dan hierarki (jangkauan) pelayanan b. Penduduk yang ada dan pergerakan penduduk c. Pergerakan perkembangan fisik d. Hubungan fungsional pusat-pusat pelayanan lingkungan e. Rencana Skala Pelayanan Kegiatan (2) Rencana struktur pelayanan kegiatan di wilayah Kecamatan Wajak diarahkan sesuai dengan jenis kegiatan dan tingkat pelayanan kegiatan. Adapun arahan tingkat pelayanannya adalah sebagai berikut: a. Kegiatan primer yaitu kegiatan dengan lingkup pelayanan kota dengan jenis kegiatan perdagangan skala besar, kegiatan industri dan perdagangan, pemerintahan dan pelayanan masyarakat. b. Kegiatan sekunder yaitu kegiatan dengan lingkup pelayanan Desa dengan jenis kegiatan perdagangan lokal, pemerintahan, perkantoran, pendidikan, peribadatan, kesehatan, dan pelayanan kegiatan masyarakat. c. Kegiatan tersier yaitu kegiatan dengan lingkup pelayanan Desa dengan jenis kegiatan pendidikan, peribadatan, kesehatan, dan pelayanan kegiatan bagi masyarakat di setiap wilayah. Paragraf V Rencana Sistem Jaringan Pergerakan Pasal 35 (1) Rencana sistem jaringan pergerakan di Kawasan Perkotaan Wajak bertujuan untuk mempermudah aksesibilitas dan pergerakan baik yang menuju maupun yang berasal dari wilayah perencanaan. (2) Rencana sistem jaringan pergerakan di Kawasan Perkotaan Wajak meliputi: a. Rencana Hirarki Jalan b. Rencana DImensi Jalan c. Rencana Tingkat Pelayanan Jalan Paragraf VI Rencana Sistem Jaringan Utilitas Pasal 36 (1) Rencana sistem jaringan utilitas di Kawasan Perkotaan Wajak meliputi: a. Jaringan Air Bersih b. Jaringan Drainase c. Jaringan Listrik d. Jaringan Telekomunikasi e. Jaringan Persampahan

Hal-17

...Draft Raperda...

Paragraf VII Prioritas Dan Tahapan Pembangunan Pasal 37 (1) Tahap-tahap pelaksanaan pembangunan ditentukan berdasarkan skala prioritas tertentu. Skala prioritas pelaksanaan pembangunan tersebut dapat dibedakan menjadi prioritas program sektoral (yaitu jenis program sektoral yang akan dilaksanakan) dan prioritas spatial (yaitu dimana pembangunan program sektoral tersebut akan dilaksanakan).

Bagian Keenam Peraturan Zonasi Paragraf I Umum Pasal 38 (1) Peraturan Zonasi pada Kawasan Perkotaan Wajak berfungsi: a. Kelengkapan rencana detail tata ruang; b. Perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang; c. Rujukan teknis dalam pengembangan/ pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi investasi oleh pemerintah, swasta dan masyarakat d. Acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif; e. Acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang; serta f. Acuan dalam pengenaan sanksi. (2) Peraturan Zonasi untuk Kawasan Perkotaan Wajak meliputi: a. Rencana Blok Peruntukan b. Arahan Zonasi c. Insentif dan Disinsentif Paragraf II Rencana Blok Peruntukan Pasal 39 (1) Rencana Blok Peruntukan pada Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 38 ayat 2 harus mempertimbangkan: a. Morfologi wilayah perencanaan; b. Keserasian dan keterpaduan fungsi wilayah perencanaan; c. Jangkauan dan batasan pelayanan untuk keseluruhan wilayah perencanaan kota yang memperhatikan rencana struktur ruang RTRW. Paragraf III Arahan Zonasi Pasal 40 (1) Arahan Zonasi pada Kawasan Perkotaan Wajak sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 38 ayat 2 dapat dilalui melalui penetapan a. Peraturan Zonasi b. Ketentuan Perizinan c. Pemberian Insentif dan Disinsentif d. Pengenaan Sangsi

Hal-18

...Draft Raperda...

Paragraf IV Peraturan Zonasi Pasal 41 Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang, serta berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. Dalam peraturan zonasi sesuai dengan rencana rinci tata ruang dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Ketentuan Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung; dan b. Ketentuan Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Budidaya; Peraturan zonasi pada setiap butir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat tentang : a. Penetapan pemanfaatan ruang; dan b. Intensitas kegiatan pada setiap zona yang ditetapkan. Klasifikasi Zonasi meliputi : a. Zona Kawasan Lindung terdiri dari kawasan sempadan sungai dan atau kawasan perlindungan mata air dengan kode KL-2; b. Zona Kawasan Permukiman terdiri dari rumah tunggal dengan kode R-1, rumah deret (town house) dengan kode R-4; c. Zona Kawasan Perdagangan dan Jasa terdiri dari komersil skala regional dengan kode K-1, komersil skala kota dengan kode K-2, komersil skala kelurahan dengan kode K-4 dan komersil skala lingkungan dengan kode K-5; d. Zona Fasilitas Pelayanan Umum terdiri dari skala regional dengan kode FP-1, skala kota dengan kode FP-2, skala kecamatan dengan kode FP-3, skala kelurahan dengan kode FP-4 dan skala lingkungan dengan kode FP-5; e. Zona Ruang Terbuka Hijau terdiri dari taman kota dengan kode H-1, taman lingkungan dengan kode H-4, taman pemakaman dengan kode H-5, jalur hijau dengan kode H-6 dan lapangan dengan kode H-7; f. Zona Industri dan Pergudangan terdiri dari industri dengan kode I-1; dan g. Zona Kawasan Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan terdiri dari pemerintahan dengan kode PK-1 dan pertahanan dan keamanan dengan kode PK-2.

(1) (2)

(3)

(4)

Pasal 42 (1) Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat 1 huruf a, adalah: a. Dilarang mengembangkan kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi lindung; b. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah : RTH, kegiatan terbangun dengan syarat-syarat tertentu, serta kegiatan yang tidak memanfaatkan ruang secara luas. c. Pemanfaatan kawasan lindung sempadan sungai tidak boleh berubah (2) Ketentuan peraturan zonasi untuk perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat 1 huruf b, adalah : a. Tidak diperkenankan dibangun industri yang menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3); b. Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah perumahan, RTH, dan TPS (dengan syarat tidak mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan keamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan), sarana pelayanan umum lingkungan secara terbatas; c. Pemanfaatan boleh berubah menjadi kawasan perdagangan dan jasa skala kota khusus untuk yang ada di sepanjang koridor arteri sekunder, perdagangan dan jasa skala lingkungan untuk di jalan lingkungan d. Perubahan untuk pemanfaatan fasilitas umum pendidikan dengan radius pencapaian dari area yang dilayani untuk setingkat Taman Kanak-Kanakadalah 500 meter, sedangkan untuk fasilitas pendidikan setingkat Sekolah Dasar adalah 1.000 meter)

Hal-19

...Draft Raperda...

Rumah deret yang ada di bantaran Sungai diijinkan jika memenuhi garis sempadan sejauh 15 meter (horizontal) dari bibir sungai dan bangunan menghadap ke sungai. (3) Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud dalam 41 ayat 4 huruf c, adalah: a. Pada kawasan perdagangan dan jasa skala kota dengan kode K-2 : a) Tidak diperkenankan dibangun industri mengganggu; b) Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, halte, TPS, dan sarana pelayanan umum secara terbatas. c) Pemanfaatan kawasan perdagangan skala kota yang ada d) Boleh berubah menjadi fasilitas pendidikan skala kota (sesuai dengan kebutuhan yang ada di sub blok) dan fasilitas kesehatan skala kota e) Prosentase perubahan maksimum 20% dari luasan perdagangan dan jasa skala kota yang ada. f) Minimal berada pada jalan lokal b. Pada perdagangan dan jasa skala lingkungan dengan kodeK-5 : a) Tidak diperkenankan dibangun industri mengganggu; b) Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH dan fasilitas pelayanan umum secara terbatas, TPS dengan syarat-syarat tertentu. c) Diperbolehkan untuk industri dengan syarat : industri skala rumah tangga (home industry), tidak menimbulkan limbah B3 dan/atau mengganggu lingkungan sekitar, industri manufaktur. d) Diperbolehkan untuk industri dengan syarat : industri skala rumah tangga (home industry), tidak menimbulkan limbah B3 dan/atau mengganggu lingkungan sekitar, industri manufaktur. e) Berada pada jalan lingkungan (4) Ketentuan peraturan zonasi untuk sarana umum sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat 4 huruf d, adalah: a. Pada fasilitas pelayanan umum skala regional dengan kode FP-1 : a) Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan; b) Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, RTH, perdagangan dan jasa, perkantoran, sub terminal, TPS secara terbatas. c) Pemanfaatan fasilitas umum skala regional tidak boleh berubah d) Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi e) Penyediaan parkir sesuai kebutuhan f) Minimal berada pada jalan lokal b. Pada fasilitas pelayanan umum skala kota dengan kode FP-2 : a) Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan; b) Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, RTH. Perdagangandan jasa, serta perkantoran, sub terminal, TPS secara terbatas; c) Pemanfaatan fasilitas umum skala kota tidak boleh berubah. d) Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi e) Penyediaan parkir sesuai kebutuhan f) Minimal berada pada jalan lokal c. Pada fasilitas pelayanan umum skala kecamatan dengan kode FP-3 : a) Tidak diperkenankan dibangun industri dan pertambangan; b) Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, RTH, perdagangan dan jasa, perkantoran, sub terminal, TPS secara terbatas. c) Pemanfaatan fasilitas umum skala kecamatan tidak boleh berubah. d) Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi e) Penyediaan parkir sesuai kebutuhan

e.

Hal-20

...Draft Raperda...

f) Minimal berada pada jalan lokal d. Pada fasilitas pelayanan umum skala kelurahan dengan kode FP-4 : a) Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, dan pertanian; b) Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan (setingkat SD/MI), peribadatan, RTH. Perdagangandan jasa skala lingkungan, TPS secara terbatas; c) Pemanfaatan fasilitas umum skala kelurahan tidak boleh berubah. d) Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air limbah, persampahan, dan listrik e) Penyediaan parkir sesuai kebutuhan f) Minimal berada pada jalan lingkungan e. Pada fasilitas pelayanan umum skala lingkungan dengan kode FP-5 : a) Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, dan pertanian; b) Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan dini (setingkat PG/TK), peribadatan, RTH. Perdagangandan jasa skala lingkungan, TPS secara terbatas; c) Pemanfaatan boleh berubah menjadi kawasan perdagangan dan jasa skala kotakhusus untuk yang ada di sepanjang koridor arteri sekunder d) Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air limbah, persampahan, dan listrik e) Minimal berada pada jalan lingkungan (5) Ketentuan peraturan zonasi untuk RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat 4 huruf e, adalah: a. Pada taman lingkungan dengan kode H-4 : a) Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan, perkantoran, terminal dan TPS; b) Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas olahraga, pariwisata dan infrastruktur pendukung secara terbatas. c) Pemanfaatan RTH taman lingkungan tidak diperbolehkan berubah. d) Diperbolehkan untuk pertanian yang tidak mengganggu fungsi kegiatan dari taman lingkungan. b. Pada kawasan makam dengan kode H-5 : a) Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah bangunan atau sedikit mungkin unsur bangunan untuk sarana prasarana penunjang makam; b) Pemanfatan RTH makam tidak boleh berubah. c. Pada jalur hijau jalan dengan kode H-6 : a) Tidak diperkenankan dibangun kegiatan budidaya apapun; b) Jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak memanfaatkan ruang secara luas seperti ; iklan/reklame, kabel/tiang listrik, dan kegiatan sejenis lainnya namun dengan syarat-syarat tertentu; c) Pemanfaatan RTH jalur hijau jalan tidak boleh berubah d. Pada lapangan olahraga dengan kode H-7 : a) Tidak diperkenankan dibangun industri, pertambangan dan pertanian; b) Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah infrastruktur pendukung. c) Pemanfaatan RTH lapangan tidak boleh berubah (6) Ketentuan peraturan zonasi untuk industri dan pergudangan sebagaimana dimaksud dalam 41 ayat 4 huruf f, adalah: a. Pada zona industri dengan kode I-1 : a) Tidak diperkenankan dibangun permukiman secara luas; b) Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah permukiman secara terbatas, perdagangan dan jasa terbatas dan dengan syarat-syarat tertentu, sarana pelayana umum secara terbatas, IPAL, RTH, kantor swasta pendukung kegiatan industri dengan syarat-syarat tertentu. c) Merupakan industri manufaktur dan bukan merupakan kegiatan industri berat yang menimbulkan limbah B3 dan/atau mengganggu lingkungan sekitar. d) Boleh berubah pemanfaatan menjadi perdagangan dan jasa skala kota

Hal-21

...Draft Raperda...

(7) Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan/militer sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 ayat 4 huruf g, adalah : a. Pada zona pemerintahan dengan kode PK-1 : a) Tidak diperkenankan dibangun permukiman, perdagangan dan jasa, industri kecuali untuk fungsi peruntukan yang menunjang fungsi pemerintahan; b) Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah RTH, sarana pelayanan umum skala lingkungan secara terbatas. c) Pemanfaatan zona pemerintahan tidak boleh berubah. b. Pada zona pertanahanan dan keamanan dengan kode PK-2 : a) Tidak diperkenankan dibangun permukiman, perdagangan dan jasa, industri kecuali untuk fungsi peruntukan yang menunjang fungsi pertahanan dan keamanan; b) Jenis penggunaan ruang yang diperbolehkan adalah fasilitas pendidikan yang mendukung militer, perkantoran yang mendukung kegiatan militer, RTH, sarana pelayanan umum skala lingkungan secara terbatas. c) Pemanfaatan zona pertanahan dan keamanan tidak boleh berubah. Paragraf V Ketentuan Perijinan Pasal 43 (1) Rencana Detail Tata Ruang Kota Kawasan Perkotaan Wajak dijadikan pedoman untuk : a. Penerbitan izin pemanfaatan ruang; b. Pengaturan tata guna tanah (Land Regulation); c. Penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan (2) Izin Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a meliputi: a. Izin prinsip; b. Izin Lokasi; c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah; d. Izin Mendirikan Bangunan; dan e. Izin lain berdasarkan ketentuan perundang undangan. (3) Ketentuan Umum Perizinan Pemanfaatan Ruang di Kota Kawasan Perkotaan Wajak diatur sebagai berikut : a. Prosedur izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. b. Pemberian izin diberikan oleh pejabat yang berwenang dengan mengacu pada rencana detail tata ruang kota dan peraturan zonasi. c. Pemberian izin dilakukan secara terkoordinasi dengan memperhatikan kewenangan dan kepentingan berbagai instansi terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. d. Izin prinsip dan izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a dan huruf b diberikan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Kawasan Perkotaan Wajak. e. Izin penggunaan pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c diberikan berdasarkan izin lokasi. f. Izin mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d diberikan berdasarkan rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi.

Paragraf VI Ketentuan Insentif dan Disinsentif Pasal 44 (1) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan indikasi arahan peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

Hal-22

...Draft Raperda...

(2) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. Pasal 45 (1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang wilayah Daerah dilakukan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat. (2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai dengan kewenangannya. Pasal 46 (1) Insentif kepada masyarakat diberikan, antara lain, dalam bentuk: a. keringanan pajak; b. pemberian kompensasi; c. imbalan; d. sewa ruang; e. urun saham; b. penyediaan infrastruktur; c. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau d. penghargaan. (2) Disinsentif kepada masyarakat dikenakan, antara lain, dalam bentuk: a. pengenaan pajak yang tinggi; b. pembatasan penyediaan infrastruktur; c. pengenaan kompensasi; dan/atau b. penalti. (3) Pemberian disinsentif kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dengan persetujuan DPRD. Pasal 47 (1) Setiap orang yang berperan aktif menata lingkungan perumahan atau pemukiman dengan menyediakan taman, sumur resapan, atau kegiatan lainnya berhak atas insentif berupa penghargaan. (2) Setiap orang yang tanah atau bangunan tempat tinggalnya terkena rencana pembangunan untuk kepentingan umum, berhak atas insentif berupa keringanan pembayaran pajak bumi dan bangunan. Pasal 48 Tata cara pemberian insentif dan disinsentif sepanjang teknis pelaksaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati yang disahkan paling lambat 6 (enam) bulan setelah diundangkannya Peraturan Daerah ini. Pasal 49 Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang lebih lanjut diatur dengan Peraturan Daerah yang ditetapkan selambat-lambatnya satu tahun sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini. Paragraf VII Arahan Sanksi Pasal 50 Arahan sanksi merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap: a. b. c. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perijinan pemanfaatan ruang Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Hal-23

...Draft Raperda...

Pasal 51 (1) Arahan pengenaan sanksi terhadap pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang akan dilakukan dengan pemberian sanksi administratif dan sanksi pidana. (2) Sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 47 Ayat (1), terhadap pelanggaran akan dikenakan sanksi administratif berupa: a. b. c. d. e. f. g. h. i. peringatan tertulis; penghentian sementara kegiatan; penghentian sementara pelayanan umum; penutupan lokasi; pencabutan izin; pembatalan izin; pembongkaran bangunan; pemulihan fungsi ruang; dan/atau denda administratif.

(3) Sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 47 Ayat (1), terhadappelanggaran akan dikenakan sanksi pidana berupa: a. Tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Jika tindak pidana pelanggaran terhadap rencana tata ruang mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). Jika tindak pidana pelanggaran terhadap rencana tata ruang mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Selain sanksi pidana, pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya.

b.

c.

d.

e.

Bagian ketujuh Hak, Kewajiban, Peran Masyarakat Dan Kelembagaan Paragraf I Hak dan Kewajiban Pasal 52 Dalam penataan ruang, setiap orang berhak: a. mengetahui rencana tata ruang; b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang; c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang; d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya; e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan

Hal-24

...Draft Raperda...

f.

mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

Pasal 53 (1) Dalam penataan ruang, setiap orang wajib: a. memelihara kualitas ruang, memelihara ketentuan penggunaan dan ketentuan teknis yang berlaku pada bangunan/lahan yang dikuasainya. b. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan, berlaku tertib dalam keikutseraannya dalam penyusunan, pemanfaatan, dan pengendalian penataan ruang. c. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; d. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; e. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum. (2) Setiap orang dan/atau badan yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan; c. penghentian sementara pelayanan umum; d. penutupan lokasi; b. pencabutan izin; c. pembatalan izin; dan/atau d. pembongkaran bangunan.

Paragraf II Partisipasi Masyarakat Pasal 54 (1) Partisipasi masyarakat dalam penataan ruang dapat dilakukan, antara lain, melalui: a. partisipasi dalam penyusunan rencana detail tata ruang kota; b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan/atau c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang. (2) Pelaksanaan peran serta masyarakat dalam penyusunan rencana detail tata ruang kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat berbentuk : a. pemberian kejelasan hak atas ruang kawasan; b. pemberian informasi saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan rencana pemanfaatan ruang; c. pemberian tanggapan terhadap rancangan rencana rinci tata ruang kawasan; d. kerjasama dalam penelitian dan pengembangan e. bantuan tenaga ahli, dan atau f. bantuan dana. (3) Pelaksanaan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat berbentuk : a. pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan peraturan perundangan-undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku; b. bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan; c. penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana rinci tata ruang kawasan, d. konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lain untuk tercapainya pemanfaatan ruang kawasan yang berkualitas; e. perubahan atau konvensi pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana rinci tata ruang kawasan;

Hal-25

...Draft Raperda...

pemberian usulan dalam penentuan lokasi dan bantuan teknik dalam pemanfaatan ruang, dan atau g. kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan kawasan. (4) Pelaksanaan peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat berbentuk : a. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang kawasan di wilayah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II, termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan, dan atau b. bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban dalam kegiataan pemanfaatan ruang kawasan dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang kawasan. (5) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara partisipasi masyarakat dalam penataan ruang diatur dengan Peraturan Pemerintah yang selambat-lambatnya ditetapkan 6 (enam) bulan setelah diundangkannya Peraturan Daerah ini.

f.

Paragraf III Koordinasi dan Kelembagaan Pasal 55 Ruang lingkup koordinasi penataan ruang daerah meliputi : a. Perencanaan tata ruang; b. Pemanfaatan ruang; dan c. Pengendalian pemanfaatan ruang. Bupati dalam melaksanakan koordinasi penataan ruang membentuk BKPRD Susunan Keanggotaan BKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri atas : a. Penanggung jawab : Bupati dan Wakil Bupati ; b. Ketua : Sekretaris Daerah c. Sekretaris : Kepala Bappeda d. Anggota : SKPD terkait penataan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan daerah BKPRD Kota dalam melaksanakan koordinasi penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas : a. Perencanaan tata ruang meliputi : a) mengoordinasikan dan merumuskan penyusunan rencana tata ruang kabupaten/kota; b) memaduserasikan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah dengan rencana tata ruang kabupaten/kota serta mempertimbangkan pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan melalui instrumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS); c) mengintegrasikan, memaduserasikan, dan mengharmonisasikan rencana tata ruang kabupaten/kota dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang pulau/kepulauan, rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang kawasan strategis provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan; d) mensinergikan penyusunan rencana tata ruang kabupaten/kota dengan provinsi dan antar kabupaten/kota yang berbatasan; e) mengoordinasikan pelaksanaan konsultasi rancangan peraturan daerah tentang rencana tata ruang kabupaten/kota kepada BKPRD Provinsi dan BKPRN; f) mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi rencana tata ruang kabupaten/kota ke provinsi; g) mengoordinasikan proses penetapan rencana tata ruang kabupaten/kota; dan h) mengoptimalkan peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

1.

2. 3.

4.

Hal-26

...Draft Raperda...

b.

5. 6.

7.

8. 9.

Pemanfaatan ruang meliputi : a) mengoordinasikan penanganan dan penyelesaian permasalahan dalam pemanfaatan ruang baik di kabupaten/kota, dan memberikan pengarahan serta saran pemecahannya; b) memberikan rekomendasi guna memecahkan permasalahan dalam pemanfaatan ruang kabupaten/kota; c) memberikan informasi dan akses kepada pengguna ruang terkait rencana tata ruang kabupaten/kota; d) menjaga akuntabilitas publik sebagai bentuk layanan pada jajaran pemerintah, swasta, dan masyarakat; e) melakukan fasilitasi pelaksanaan kerjasama penataan ruang antar kabupaten/kota; dan f) mengoptimalkan peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang. c. Pengendalian pemanfaatan ruang meliputi : a) mengoordinasikan penetapan peraturan zonasi sistem kabupaten/kota; b) memberikan rekomendasi perizinan pemanfaatan ruang kabupaten/kota; c) melakukan identifikasi dalam pelaksanaan insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang kabupaten/kota dengan provinsi dan dengan kabupaten/kota terkait; d) melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penyelenggaraan penataan ruang; e) melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang; dan f) mengoptimalkan peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang. BKPRD Kota menyelenggarakan pertemuan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan untuk menghasilkan rekomendasi alternatif kebijakan penataan ruang. BKPRD Kota dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) menyampaikan laporan pelaksanaan tugas BKPRD Kota dan rekomendasi secara berkala kepada Bupati . BKPRD Kota dalam melaksanakan tugas sebagaiamana dimaksud dalam ayat (4), dapat : a. menggunakan tenaga ahli yang diperlukan; b. membentuk Tim Teknis untuk menangani penyelesaian masalah-masalah yang bersifat khusus; dan c. meminta bahan yang diperlukan dari SKPD. Bupati memerintahkan SKPD terkait untuk menindaklanjuti rekomendasi BKPRD Kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (6). Dalam melaksanakan tugasnya, BKPRD Kota dibantu : a. Sekretariat BKPRD Kota; dan b. Kelompok Kerja Bagian Kedelapan Penyidikan Pasal 56

(1) Selain pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia, pegawai negeri sipil
tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang penataan ruang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk membantu pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. (2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang: a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang; b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;

Hal-27

...Draft Raperda...

c.

(3) (4)

(5)

(6)

meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan peristiwa tindak pidana dalam bidang penataan ruang; d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang; e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti dan dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana dalam bidang penataan ruang; dan f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dalam bidang penataan ruang. Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan kepada pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia. Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memerlukan tindakan penangkapan dan penahanan, penyidik pegawai negeri sipil melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia. Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan tata cara serta proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Bagian Kesembilan Ketentuan Sanksi Pasal 57

(1) Setiap orang atau badan dilarang melakukan pelanggaran berupa :


pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang Kawasan Perkotaan Wajak; b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi; pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RDTR Kawasan Perkotaan Wajak; c. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RDTR Kawasan Perkotaan Wajak; d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RDTR Kawasan Perkotaan Wajak; b. pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau c. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar. (2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan; b. penghentian sementara pelayanan umum; c. penutupan lokasi; d. pencabutan izin; e. pembatalan izin; f. pembongkaran bangunan; g. pemulihan fungsi ruang; dan/atau h. denda administratif. (3) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf c dikenakan sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan; c. penghentian sementara pelayanan umum; a.

Hal-28

...Draft Raperda...

d. penutupan lokasi; e. pembongkaran bangunan; f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau g. denda administratif. (4) Sanksi administratif yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati

BAB IV PENUTUP Pasal 58 (1) RDTR Kawasan Perkotaan Wajak memiliki jangka waktu 20 (dua puluh) tahun semenjak ditetapkan dalam Peraturan Daerah. (2) Rencana detail tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Pasal 59 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati Pasal 60 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kawasan Perkotaan Wajak.

sepanjang

mengenai

Hal-29

Anda mungkin juga menyukai