Latar Belakang
O Hubungan
antara dokter dan pasien adalah hubungan yang berdasarkan kepercayaan (fiduciary relationship) O Dengan perkembangan zaman, cara berpikir masyarakat berubah. Masyarakat mulai kritis terhadap hak-haknya. Mereka tidak begitu saja menerima pendapat dokter tentang penyakitnya tetapi ingin mengetahui lebih jelas tentang rencana pengobatan,resiko yang mungkin terjadi, alternatif pengobatan lain, prognosis O Pada prinsipnya Informed consent adalah suatu proses, bukan hanya sekedar meminta pasien menandatangani suatu formulir
Ilustrasi Kasus
Ny. TY, 43, pasien penderita tumor otak terbaring tak sadarkan diri di ICU RSSA Pontianak pascaoperasi oleh dr. J, Sp BS. Kondisi pasien semakin parah Penyakit baru menggerogoti paru-parunya dan bahkan lidahnya hampir terputus akibat menjulur ke luar dan terkatup gigi pasien tersebut.
Versi keluarga: keluarga merasa dirugikan karena tidak diberikan informasi mengenai resiko pasca operasi , tersinggung dengan perkataan kasar dokter terhadap pasien.
Pihak RSSA: mengeluarkan kuitansi liar senilai Rp 100 juta untuk operasi pasien penderita tumor otak tanpa sepengetahuan pihak RSSA Pontianak
Versi dr. J, Sp. BS : membantah telah berkata kasar terhadap pasien, Mengenai kondisi pasien itu konsekuensi dari operasi yang dilakukan, uang itu digunakan untuk pengadaan alat,Saya sudah katakan, jika tidak ada alat, saya tidak berani operasi
Tinjauan Pustaka
informed Definisi informed consent consent
telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi) persetujuan atau memberi izin
informed consent dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.
Informed consent baru sah diberikan oleh pasien jika memenuhi minimal 3 syarat sebagai berikut :
Keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh dokter
Kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan Kesukarelaan (tanpa paksaan atau tekanan) dalam memberikan persetujuan.
Persetujuan lisan Persetujuan tindakan medis tertulis yang bersifat nonmengandung resiko invasif dan tidak besar ditegaskan mengandung resiko dalam tinggi
Memberikan perlindungan hukum terhadap pelaksana tindakan medis dari tuntutan-tuntutan pihak pasien yang tidak wajar, serta akibat tindakan medis yang tak terduga dan bersifat negatif
159b/Menkes/SK/Per/II/1998 tentang RS O Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 749a/Menkes/Per/IX/1989 tentang Rekam Medis O Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis O KepMenkes RI No. 466/ Menkes/SK dan Standar Pelayanan Medis di Rumah Sakit
Analisa Masalah
Dari kasus tersebut, dr. J, Sp. BS belum
melakukan informed consent dengan baik, sehingga dapat dinyatakan melanggar kode etik kedokteran. Seharusnya dr. J, Sp. BS memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukannya, mulai dari resiko dan biaya yang akan dikeluarkan pasien. Apabila informed consent dilakukan dng baik, maka tidak akan timbul suatu masalah.
Kesimpulan
1. Pemberian informasi secara jelas dalam proses persetujuan medis (informed consent) bermanfaat untuk menghindarkan konflik hukum dalam hubungan dokter-pasien. 2. Persetujuan tindakan medis merupakan suatu bentuk kesepakatan dokter dengan pasien yang dapat digunakan untuk mencegah timbulnya tuntutan hukum bagi pemberi jasa pelayanan kesehatan, penyampaian yang tidak tepat dapat menimbulkan kesalahpahaman. 3. Dari seorang dokter dituntut penampilan sesuai dengan standar dalam melaksanakan tugas profesinya, serta berusaha dengan sungguh-sungguh dan hati-hati dalam mencegah komplikasi sewaktu menegakkan diagnosis