Anda di halaman 1dari 44

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Depdiknas, 2006: 317). Kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia dijabarkan dalam berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Kelas III terbagi menjadi empat standar kompetensi, yakni standar kompetensi

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Tiap-tiap standar kompetensi terbagi menjadi dua atau lebih kompetensi dasar. Standar kompetensi mendengarkan dijabarkan dalam dua kompetensi dasar, standar kompetensi

2 berbicara dijabarkan ke dalam tiga kompetensi dasar, standar kompetensi membaca dijabarkan ke dalam tiga standar kompetensi dasar, sedangkan standar kompetensi menulis dijabarkan ke dalam dua kompetensi dasar. Penguasaan kompetensi dasar idealnya lebih dari atau sama dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal pembelajaran bahasa Indonesia di kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau adalah 67. Namun, dari hasil evaluasi diketahui bahwa hasil belajar siswa pada standar kompetensi menulis khususnya menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok, belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Rata-rata hasil belajar siswa terhadap materi tersebut masih di bawah KKM. Setelah dilakukan remedial pun, masih terdapat siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal tersebut. Dari kenyataan tersebut, perlu dilakukan identifikasi mengapa hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia standar kompetensi menulis belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rendahnya hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menulis di atas diduga disebabkan metode pembelajaran yang kurang tepat, tidak menggunakan media pembelajaran yang memadai, minat belajar siswa yang rendah, atau situasi pada waktu berlangsungnya pembelajaran kurang kondusif. Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan di atas, perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan agar proses pembelajaran dan hasil pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kompetensi dasar menulis paragraf berdasarkan lebih meningkat. Diharapkan juga, hasil pembelajaran siswa

pikiran pokok

terhadap materi tersebut minimal sama dengan kriteria ketuntasan minimal. Guru

3 selaku peneliti bermaksud menerapkan model pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) sebagai strategi meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok. Cooperative learning (pembelajaran gotong royong) adalah pembelajaran yang didasari pemikiran bahwa manusia adalah makhluk sosial (homo homini socius). Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual (http://muhfida.com/pembelajaran-cooperative-learning/). Karena bersifat kooperatif, anggota kelompok terdiri dari anggota yang heterogen yakni heterogen dalam hal kemampuan (tinggi, sedang, rendah), jenis kelamin, bahkan bila mungkin terdiri dari ras, suku, dan budaya yang berbeda. Dalam pelaksanaannya, guru dapat menerapkan berbagai teknik sesuai dengan tipe-tipe pembelajaran kooperatif. Teknik yang dimaksud seperti teknik mencari pasangan, bertukar pasangan, keliling kelompok, dan sebagainya. Sedangkan tipetipe pembelajaran kooperatif yang dapat dipilih misalnya tipe STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok, maupun tipe Struktural.

4 Dalam pembelajaran sehari-hari di SD Negeri 64 Lubuklinggau, pengelompokan siswa dalam kegiatan pembelajaran kerap kali dilakukan, namun pembagian kelompok tanpa disadari terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan hampir sama, akibatnya ada kelompok dengan anggota siswa pandai (kelompok atas) dan ada kelompok dengan anggota siswa dengan kemampuan yang rendah (kelompok bawah). Meskipun telah diupayakan heterogen dalam hal

kemampuan, siswa yang lebih unggul kerap kali mendominasi sehingga hasil kerja tidak mencerminkan hasil kelompok tetapi hasil kerja individu yang mewakili kelompok. Berlatar belakang permasalahan di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul "Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Berdasarkan Pikiran Pokok Siswa Kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau melalui Model Cooperative Learning". Adapun tipe pembelajaran yang peneliti gunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Hal ini peneliti lakukan dengan asumsi bahwa model STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang sederhana dan dengan pertimbangan subjek penelitian adalah siswa kelas III.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat peningkatan kemampuan menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau melalui

5 pembelajaran dengan Model Cooperative Learning? Sedangkan rumusan masalah khusus penelitian ini adalah: 1. Bagaimana efektifitas penerapan model Cooperative Learning tipe

STAD dalam pembelajaran menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau? 2. Berapa besar peningkatan kemampuan siswa kelas III setelah

diberi perlakuan dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe STAD?

C. Tujuan Penelitian Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini pun meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis paragraf berdasarkan pikiran

pokok siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau melalui pembelajaran dengan Model Cooperative Learning. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk medeskripsikan penerapan model cooperative learning dan

mendeskripsikan besarnya peningkatan kemampuan siswa setelah mereka diberi pembelajaran dengan model pembelajaran tersebut.

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam kajian desain pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model

6 pembelajaran cooperative learning dalam pembelajaran menulis. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru kelas, dan sekolah. 1. Bagi siswa, melalui penerapan model cooperative learning

kemampuan individu dan kemampuan siswa berinteraksi dengan kelompok meningkat. 2. menambah Bagi guru, desain pembelajaran yang dilakukan tidak monoton, wawasan, dan mau mengembangkan ide kreatif dalam

pembelajaran. 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menambah bahan bacaan

dan sebagai bahan kajian bagi pengembangan mutu pendidikan di sekolah pada umumnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik Berikut dikemukakan beberapa teori yang berkaitan dengan kemampuan menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok dan model pembelajaran cooperative learning. 4. Pengertian Menulis Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara

(http://id.wikipedia.org/). Menulis dapat juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung di dalamnya, sedangkan tulisan merupakan symbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya (Suparno, 2008:1.3). Menurut Nurgiantoro (1995:294), aktivitas menulis merupakan suatu bentuk

manivestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara , dan membaca. Dari berbagai ulasan mengenai menulis di atas, peneliti berkesimpulan bahwa menulis merupakan aktivitas menyampaikan pesan/gagasan pada suatu media sebagai suatu keterampilan berbahasa.

8 5. Pengertian Paragraf Menurut Kosasih (2002:53), paragraf merupakan bagian dari karangan (tertulis) atau bagian dari tuturan (kalau lisan). Sebuah paragraf ditandai oleh suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Oleh karena itu, paragraf pada umunya terdiri atas sejumlah kalimat. Kalimatkalimat itu saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan hal umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti (http://id.wikipedia.org). Menurut Arifin (1995:86), paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran ataumempunyai keterkaitan dl membentuk gagasan atau topik tersebut. Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.. Dalam

9 karangan, penulisan paragraf dimulai dengan baris baru dan menjorok ke kanan beberapa spasi.

6. Pikiran Pokok dalam Paragraf Sebagai bagian dari karangan, paragraf ditandai oleh suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Kalimat yang menjadi gagasan utama atau gagasan pokok dinamakan kalimat utama atau kalimat topik (Keraf,1994:70). Kalimat utama sebagai gagasan atau pikiran pokok dalam sebuah paragraf ditempatkan pada tempat yang berbeda-beda. Penempatan pikiran pokok dalam paragraf menurut Keraf (1994:70-74) yakni pada awal paragraf, pada akhir paragraf, pada awal dan akhir paragraf, dan pada keseluruhan paragraf. Tema yang dapat dijadikan wahana pengembangan paragraf misalnya diri sendiri, keluarga, lingkungan sekolah, perstiwa, dan lain sebagainya. Sedangkan pikiran pokok yang dapat dikembangkan sesuai dengan usia siswa kelas III misalnya tentang kejujuran atau tentang persahabatan. Hani yang jujur atau Dina dan Fani sahabat karib adalah beberapa contoh pikiran pokok yang dapat dikembangkan. 7. Macam-macam Paragraf Menurut Keraf (1994:63-66), berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf dibedakan atas: 1) paragraf pembuka, yaitu paragraf yang membuka atau menghantar karangan atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan

10 itu, 2) paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat antara alinea pembuka dan alinea penutup, 3) paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan.

8. Model Pembelajaran Cooperative Learning dengan Tipe STAD a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam

mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan dalan Etin, 2007:4). Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada aspek kerjasama teratur dalam kelompok terdiri dari dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompokkelompok kecil, di mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswasiswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua Siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya.

11 (Sunarto: http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/20/pengertiancooperative-learning/). Dalam literatur lain (www.funderstanding.com) disebutkan bahwa Cooperative learning consists of instructional techniques that require positive interdependence between learners in order for learning to occur . Maksudnya, belajar kooperatif terdiri dari teknik pembelajaran yang memerlukan saling ketergantungan positif antara peserta didik agar terjadi proses belajar pada diri mereka. Dalam model pembelajaran ini, semua anggota kelompok berusaha untuk saling menguntungkan sehingga semua anggota kelompok bisa: a) merasakan keuntungan dari setiap usaha teman lainnya, b) Menyadari bahwa semua anggota kelompok mempunyai nasib yang sama, c) tahu bahwa prestasi seseorang ditentukan oleh orang lain dalam satu kelompok, dan d) Merasa bangga dan merayakan bersama ketika salah satu anggota kelompok mendapatkan keberhasilan. b. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Cooperative Learning Secara umum, langkah-langkah pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) yang dijelaskan oleh Stahl (1994) dan Slavin (1983) dalam Etin (2007:10-12) penulis rangkumkan sebagai berikut: 1) Guru merancang program pembelajaran. 2) Guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk

mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil.

12 3) Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan mahasiswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individu maupun dalam kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung. 4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya sementara guru menjadi moderator. Pada akhir presentasi, guru mengajak siswa melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada atau sikap perilaku menyimpang yang dilakukan selama pembelajaran. 9. Model Pembelajaran Cooperative Learning Model STAD Pada pembelajaran kooperatif dikenal ada 4 tipe, yaitu: 1) tipe STAD, 2) tipe Jigsaw, 3) Investigasi Kelompok, dan 4) tipe Struktural. (Muhfida: http://muhfida.com/pembelajaran-cooperative-learning/). Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) adalah pembelajaran kooperatif kecil di yang mana siswa belajar dengan dan

menggunakan

kelompok

anggotanya

heterogen

menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi pembelajaran, kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pembelajaran melalui tutorial, kuis satu sama lain dan atau melakukan diskusi.

13 Pembelajaran kooperatif model STAD dikembangkan oleh Roberta Slavin dari Universitas John Hopkin USA. Secara umum cara penerapan model STAD di kelas adalah sebagai berikut: a. b. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok siswa terdiri atas 4-5 orang yang

bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya. c. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas

pembelajaran yang harus dikerjakan. d. Tiap kelompok didorong untuk mempelajari bahan

ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi kelompok. e. Selama proses pembelajaran secara kelompok guru

berperan sebagai fasilitator dan motivator. f. Tiap minggu atau dua minggu, guru melaksanakan

evaluasi, baik secara individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa. g. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh

nilai hasil belajar yang sempurna diberi penghargaan.

Menurut Wena (2009:193) kelas belajar model STAD sebagai berikut:

14 Kelompok siswa

Dalam penelitian ini, sehubungan siswa subjek penelitian adalah siswa kelas rendah (siswa kelas III) maka model pembelajaran coopertaive learning yang peneliti terapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievment Division) dengan menekankan pada kegiatan diskusi kelompok.

B. Kerangka Berpikir Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan salah satu strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa siklus. Kerangka penelitian dapat diuraikan dalam bentuk siklus, seperti berikut ini: Refleksi Awal Perencana an

Refleksi

Tindakan

Observasi Gambar 1. Kerangka Berpikir

15

C. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui penerapan model Cooperative Learning kemampuan siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok dapat meningkat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara mandiri oleh penulis sebagai guru kelas di SD Negeri 64 Lubuklinggau Kelurahan Air Temam Kecamatan Lubuklinggau Selatan I Kota Lubuklinggau. Penelitian dilaksanakan selama 4 minggu pada setiap jam pelajaran Bahasa Indonesia yakni setiap hari Selasa dan Kamis. Penelitian dilaksanakan selama dua siklus, yakni siklus I dilaksanakan pada tanggal 25 November 2010 dan siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 30 November 2010. Pada siklus I, peneliti melakukan penelitian dengan didampingi dan diamati oleh tiga orang pengamat yaitu dosen pembimbing (Ibu Yohana Satinem, M.Pd.), kepala sekolah (Ibu Megawati), dan teman sejawat (Ibu Bambang Ekalaya).

B. Subjek Penelitian

16 Subjek penelitian adalah siswa kelas III Tahun Pelajaran 2010/2011 sebanyak 25 orang siswa yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.

C. Sumber Data Sumber data adalah proses pembelajaran dan siswa itu sendiri. Data penelitian diambil dari kegiatan pembelajaran di kelas dan di luar kegiatan pembelajaran yakni melalui data statistik sekolah misalnya tentang jumlah siswa, latar belakang orang tua siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data Teknik untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik tes dan teknik nontes berupa observasi proses pembelajaran. 1. Teknik Tes Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data utama berupa skor atau nilai tentang kemampuan menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok pada siswa kelas Kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau melalui Model Cooperative Learning tipe STAD. Tes yang digunakan berupa tes uraian yakni tentang menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok. Untuk menilai hasil tes, peneliti menggunakan indikator penilaian kemampuan menulis dengan berpedoman

17 pada pendapat Nurgiantoro (1994:304) yakni dengan memberikan

pembobotan sebagai berikut:

Tabel 1. Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Paragraf Berdasarkan Pikiran Pokok No 1. 2. 3. 4. 5. Unsur yang Dinilai Isi gagasan yang dikemukakan Organisasi isi Tata bahasa Gaya: pilihan struktur dan kosa kata Ejaan Jumlah (Nurgiantoro, 1994:305). Skor Maksimum 35 25 20 15 5 100 Skor Siswa -

Peneliti menyadari bahwa subjek penelitian ini adalah siswa kelas III. Oleh karena itu, pembobotan pada materi menulis paragraf peneliti modifikasi namun tetap mengacu kepada pendapat Nurgiantoro tersebut sebagai berikut: a. Isi gagasan Skor 3 jika susunan paragraf tidak benar Skor 5 jika susunan paragraf benar b. Ejaan

18 Skor 1 jika terdapat 4 atau lebih kesalahan ejaan Skor 2 jika terdapat 3 atau lebih kesalahan ejaan Skor 3 jika terdapat 2 atau lebih kesalahan ejaan Skor 4 jika terdapat 1 atau lebih kesalahan ejaan Skor 5 jika tidak terdapat kesalahan ejaan

Nilai Akhir Siswa diperoleh dengan cara: NA = Jumlah skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal

Setelah nilai akhir siswa diperoleh, peneliti menentukan tingkat kemampuan siswa dalam menulis paragraf. Penulis menggunakan interpretasi rentang skor 0 100 sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Interpretasi Rentang Skor Bentuk Kwalitatif (Predikat) Istimewa Baik Sekali Baik Cukup Sedang Kurang (Arikunto, 2001:245). 2. Teknik Nontes Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi. Observasi dilakukan oleh dosen pembimbing, kepala sekolah, dan rekan guru atau teman sejawat dengan menggunakan Bentuk kwantitatif (Persentase) 96 100 86 95 76 86 66 75 56 65 0 55

19 lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti. Indikator yang diamati yaitu berupa minat siswa terhadap pelajaran ikhtisar wacana, tanggapan terhadap kemampuan siswa menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Di samping itu, observasi digunakan juga untuk memperoleh data berupa tanggapan mengenai pelaksanaan tindakan. Hasil pengamatan kemudian dianalisis penulis untuk dijadikan dasar perencanaan tindakan berikutnya.

E. Teknik Analisis Data Data tentang aktivitas siswa dan guru yang diperoleh melalui lembar pengamatan dianalisis. Data ini berguna untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang diterapkan sudah sesuai dengan apa yang direncanakan. Kemudian data yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif. Analisis data ini bertujuan untuk mendiskripsikan data tentang aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dan data tentang ketuntasan belajar Bahasa Indonesia pada materi menulis paragraph berdasarkan pikiran pokok. Analisis data tentang aktivitas siswa dan guru didasarkan dari hasil lembar pengamatan selama proses pembelajaran untuk melihat kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Analisis data tentang ketuntasan belajar Bhasa Indonesia secara individu dan klasikal pada kelas tindakan. Seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila daya serap siswa sudah mencapai KKM yang telah ditetapkan untuk setiap indikatornya. Ketuntasan hasil belajar siswa dapat

20 dilihat dari persentase tingkat penguasaan siswa pada tiap indikator dan seluruh indikator pencapaian secara individu dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: PI = R x 100% SM Keterangan PI R SM : : : Persentase ketuntasan individu Skor yang diperoleh siswa Skor maksimal

Persentase ketuntasan pada setiap indikator pencapaian dan seluruh indikator pencapaian secara klasikal dihitung dengan rumus: PK = ST x 100% N

Keterangan: PK ST N : : : Persentase ketuntasan indikator pencapaian secara klasikal Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa seluruhnya

Keberhasilan penelitian ini dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa untuk setiap siklusnya. Dilihat dari persentase siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan KTSP yaitu sebesar 67 (dalam skala ratusan).

21 Persentase peningkatan rata-rata yang dicapai pada setiap siklus dapat dihitung dengan rumus: P= R2 R1 x 100 % R1

Keterangan: P R1 R2 : : : Persentase peningkatan Nilai rata-rata sebelum tindakan Nilai rata-rata sesudah tindakan

F. Indikator Keberhasilan Keberhasilan penerapan model pembelajaran cooperative learning dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok ditunjukkan dengan meningkatnya keaktifan siswa, rata-rata nilai siswa lebih dari atau sama dengan kriteria ketuntasan minimal yakni 67, secara klasikal keberhasilan tindakan juga ditunjukkan bila siswa yang mendapatkan nilai 67 atau lebih mencapai 85%.

G. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi dua siklus tindakan dan setiap siklus terdiri dari satu materi pokok. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan, dan setiap selesai satu materi pokok akan diadakan tes formatif untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok. Pada setiap siklus dilakukan observasi oleh guru lain. Observasi dilakukan terhadap guru yang sedang mengajar (meneliti) maupun terhadap siswa yang sedang belajar untuk melihat aktivitasnya. Selain itu juga akan dilakukan refleksi oleh observer yang terdiri dari dosen pembimbing, kepala sekolah, dan satu orang

22 guru untuk membicarakan hal-hal yang sudah dilakukan dengan tepat, maupun kekurangan-kekurangan yang masih ada pada siklus tersebut, yang akan menjadi bahan pertimbangan dan perbaikan dalam pelaksanaan siklus berikutnya. Prosedur penelitian meliputi kegiatan-kegiatan: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi.

1. Perencanaan a Pada tahap perencanaan ini, peneliti melakukan kegiatan:

menentukan kelas penelitian dan menetapkan siklus tindakan (yaitu dua siklus). b Menetapkan waktu memulainya penelitian tindakan kelas, yaitu

pada semester I. c Menetapkan mareri pelajaran, yaitu menulis paragraf berdasarkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu

pikiran pokok

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. d Menentukan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran serta

menentukan materi pokok. e Menyiapkan instrumen yang diperlukan berupa tes dan lembar

observasi. f Menyusun alat tes, yaitu memberikan latihan menulis paragraf

berdasarkan pikiran pokok.

23 g Menetapkan cara pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan alat observasi. h i Menyusun alat observasi untuk siswa maupun untuk guru. Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan

respon terhadap tindakan yang dilakukan, baik data kuantitatif maupun data kualitatif. j Menetapkan cara refleksi, yang dilakukan oleh peneliti dan

observer yang terdiri dari seorang guru, dan dilakukan setiap akhir tindakan pada setiap siklusnya.

2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan akan dilakukan untuk dua siklus sesuai dengan yang ditetapkan. Pelaksanaan setiap siklus sebagai berikut: a. 1) Siklus Pertama: Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk

pelaksanaan PTK, antara lain sebagai berikut. a) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui

kompetensi kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa. b) c) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Membuat/menyediakan media pembelajaran dalam rangka

implementasi PTK.

24 d) Menyiapkan alternatif-alternatif solusi yang akan

dicobakan dalam rangka pemecahan masalah. e) PTK. f) 2) Menyusun alat evaluasi pembelajaran. Pelaksanaan tindakan, sesuai dengan langkah-langkah Membuat instrumen observasi yang digunakan dalam siklus

dalam model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD. 3) Pengamatan dan Observasi, yaitu prosedur perekaman

data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan yang dirancang, dengan lembar-lembar pengamatan. 4) Analisis dan Refleksi, berkaitan dengan proses dan

dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan, serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus berikutnya. b. Siklus Kedua

Tahap penelitian pada siklus kedua adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama. 2) Pelaksanaan Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama. 3) Pengamatan

25 Peneliti (guru) melakukan pengamatan terhadap aktivitas

pembelajaran. 4) Refleksi Peneliti bersama supervisor melakukan refleksi terhadap perlaksanaan siklus kedua. Apabila sampai pada Siklus 2 penelitian ini belum berhasil maka dilanjutkan pada siklus berikutnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sesuai rencana, penelitian tindakan kelas (PTK) peneliti lakukan dengan menerapkan Model Cooperative Learning tipe STAD terhadap 25 orang siswa yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau Kelurahan Air Temam Kecamatan Lubuklinggau Selatan I Kota Lubuklinggau. Ada tiga kegiatan yang dilakukan, yakni pengambilan data sebelum perlakuan diterapkan (kondisi awal), pengambilan data tahap pertama (siklus I), dan pengambilan data tahap kedua (siklus II). Pada setiap siklus peneliti memberikan tes akhir untuk mengetahui kompetensi siswa dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok.

26 Data yang terkumpul dari setiap siklus selanjutnya dianalisis. Dari analisis data tersebut diketahui besar kemampuan dan besar peningkatan kemampuan siswa setelah kedua pelakuan diterapkan. A. Deskripsi Kondisi Awal Kemampuan siswa menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok di kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau Kelurahan Air Temam Kecamatan Lubuklinggau Selatan I Kota Lubuklinggau amat rendah dibandingkan KKM yang ditetapkan yaitu 67. Hasil Ulangan siswa pada materi tersebut penulis sajikan pada tabel 3 sebagaimana penulis lampirkan.

Hasil penelitian yang diambil pada tanggal 25 November 2010 menunjukkan bahwa dari 25 orang siswa yang mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan minimal hanya enam orang (24%). Sisanya, 19 orang (76%) siswa belum tuntas. Nilai Rata-rata siswa hanya 60, jauh di bawah KKM yakni 67. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tindakan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa khususnya pada materi menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok. Hasil penelaahan data awal ini, peneliti berketetapan memperbaiki pembelajaran yakni dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Leraning) tipe STAD. Tabel 4. Data Pratindakan No. Nilai Siswa 1. Di bawah 67 Frekuensi 19 Persentase 76% Keterangan Belum Tuntas

27 2. Lebih dari atau sama dengan 67 Jumlah 6 24% Tuntas

25

100%

Data awal penelitian tersebut dapat juga digambarkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 5. Tingkat Kemampuan Siswa Menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok pada Tahap Pratindakan Tingkat Kemampuan Bentuk Kuantitatif 96-100 86-95 76-85 66-75 56-65 0-55 Jumlah Bentuk Kualitatif Istimewa Baik Sekali Baik Cukup Sedang Kurang

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Frekuensi 6 8 6 5 25

Dari kedua tabel tersebut diketahui bahwa ketuntasan belajar individual siswa masih rendah. Secara klasikal, siswa yang mencapai ketuntasan belajar baru enam orang atau 24 persen. Ketuntasan belajar ideal secara klasikal adalah 85%

28 atau 21 orang dari 25 orang peserta tes. Rata-rata nilai siswa pada ulangan bahasa Indonesia yang menjadi data awal penelitian ini adalah 60, masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti berusaha meningkatkan kemampuan siswa tersebut dengan melakukan tindakan berikutnya yakni tindakan siklus I.

B. Kondisi Hasil Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Sebelum melakukan tindakan yakni menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD, peneliti melakukan perencanaan sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa. Hasil telaah kurikulum didapati bahwa kompetensi dasar yang akan diajarkan kepada siswa tercantum dalam silabus sebagai berikut: Kegiatan Kompetensi Materi Pokok Pembelajara Dasar Pembelajaran n Sum Alokas ber Penil i Wak- baha aian tu n/ Alat Ter- 12 jam Buku tulis pelajar baha -an x -sa 35 Indomenit nesia kelas III

Indikator

Menyusun Menyusun Siswa Siswa paragraf pargraf membuat mampu berdasarkan kalimat membuat bahan yang berdasarkan kalimat tersedia pikiran berdasarka dengan pokok yang n pikiran memperhati telah pokok kan ditentukan yang telah penggunaan guru ditentukan ejaan guru b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

29 Rencana pembelajaran dibuat untuk diimplementasikan di kelas. c. Membuat/menyiapkan implementasi PTK. Media yang peneliti siapkan adalah teks bacaan pada sebuah kertas karton. d. siklus PTK. Instrumen obeservasi ini digunakan oleh para pengamat, yakni dosen pembimbing, kepala sekolah, dan rekan guru. e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran. Membuat instrumen observasi yang digunakan dalam media pembelajaran dalam rangka

Alat evaluasi disusun dan digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dan mengetahui ketuntasan siswa terhdap materi pembelajaran. 2. Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan dilaksanakan pada tanggal 25 November 2010. Penelitian tindakan pada siklus I ini didampingi oleh dosen pembimbing, diobservasi oleh dosen pendamping, kepala sekolah, dan rekan guru SD Negeri 64 Lubuklinggau. Langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam pemberian tindakan pada siklus I ini adalah: a. Siklus Pertama Pertemuan Pertama Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus pertama pertemuan pertama terbagi dalam tiga tahap yaitu tahap awal, inti, dan penutup. Dalam pembelajaran peneliti dibantu rekan sejawat selaku pengamat

30 dan setelah selesai pembelajaran peneliti melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran. Pembelajaran pada siklus pertama pertemuan pertama peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal

Guru melakukan appersepsi untuk menghubungkan pengetahuan siswa dengan materi yang akan diajarkan. Guru juga memberikan motivasi agar siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran. Apersepsi yang dilakukan adalah: Apakah anak-anak suka membaca buku? Maukah anak-anak memiliki kemampuan menulis cerita seperti yang anak-anak baca? Anak-anak, para penulis sangat pandai menceritakan sesuatu sehingga menarik dan enak dibaca. Misalnya saja Ibu ambil contoh mereka akan menceritakan tentang sepatu baru. Apa saja yang dapat diceritakan tentang sepatu baru? Nah, pada pertemuan kali ini Ibu akan mengajak anak-anak mengarang seperti yang ibu ceritakan agar anak-anak pun kelak bisa menjadi pengarang yang hebat. 2) a) Kegiatan Inti Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang cara

menulis paragraf. b) Siswa secara berkelompok mendiskusikan tugas masing-

masing.

31 c) d) 3) Perwakilan kelompok melaporkan hasil kerjanya Kelompok yang lain menanggapi hasil kerja temannya. Kegiatan Penutup

Pada akhir pelajaran, guru dan murid melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran. Siswa diberi tugas untuk mengerjakan latihan. b. Siklus Pertama Pertemuan Kedua Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus pertama pertemuan kedua tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama yang juga terbagi dalam tiga tahap yaitu tahap awal, inti, dan penutup. Pengamatan dilakukan oleh rekan sejawat dan setelah selesai pembelajaran peneliti melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran. Pembelajaran pada siklus pertama pertemuan kedua peneliti

melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal

Guru melakukan appersepsi untuk menjajaki kemampuan siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Bagaimana anak-anak? Mengarang itu tidak sulit bukan? Nah, pada pertemuan kali ini Ibu akan mengajak anak-anak lebih banyak berlatih menulis paragraf. 2) Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Beberapa siswa diminta untuk menunjukkan kemampuannya

32 menyusun paragraf. Setelah itu setiap kelompok diminta

mengerjakan lembar tugas, dilanjutkan diskusi kelompok dan pembahasan hasil kerja kelompok. Secara rinci kegiatan inti dalam pembelajaran yaitu: Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang cara

menyusun paragraf. Siswa secara berkelompok mendiskusikan tugas masing-

masing. Perwakilan kelompok melaporkan hasil kerjanya Kelompok yang lain menanggapi hasil kerja temannya. Siswa mengerjakan soal evaluasi

3) Kegiatan Penutup Pada akhir pelajaran, guru dan murid menyimpulkan pelajaran dan melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran. 3. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Siklus pertama diamati oleh dosen pembimbing, kepala sekolah, dan rekan guru. Hasil pengamatan dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Pengamat Pertama (Dosen Pembimbing)

Saran dan tanggapan pengamat petama yakni dosen pembimbing, Ibu Y. Satinem, M.Pd., adalah:

33 1) Ketika guru mengawali pembelajaran posisi

anak tetap duduk seperti biasa, berikutnya baru dibentuk kelompok. 2) seluruh siswa. 3) Perlu dikurangi pemotongan kata dalam Perhatian guru kurang merata kepada

kalimat ketika menjelaskan. 4) Penerapan model pembelajaran kooperatif

tidak sesuai dengan langkah-langkah model tersebut. 5) Siswa belum melakukan diskusi, tetapi

mengerjakan tugas dengan posisi duduk dalam kelompok. b. Pengamat Kedua (Kepala Sekolah)

Saran dan tanggapan pengamat kedua yakni kepala sekolah, Ibu Megawati, sebagai berikut: - Sebaiknya sebelum pelajaran berlangsung ada baiknya kita cek dulu kehadiran siswa terlebih dahulu. c. Pengamat Ketiga (Rekan Guru) Pengamat ketiga yakni rekan guru, Ibu Bambang Ekalaya, tidak memberikan saran dan pendapatnya setelah melakukan pengamatan terhadap unsur-unsur pembelajaran yang peneliti tuangkan pada instrumen obeservasi. Hasil pengamatan ketiga pengamat peneliti memberi skor 1 pada jawaban ya dan skor 0 pada jawaban tidak. Hasil selengkapnya

34 pada tabel 6 sampai dengan tabel 8 dapat dilihat pada lampiran. Bila dirangkum, hasil ketiga pengamat tersaji pada tabel 9. Kegiatan guru dan murid dalam pembelajaran berdasarkan hasil ketiga pengamat, menunjukkan bahwa menurut Ibu Y. Satinem baru 10 dari 17 butir aspek yang muncul atau baru 58,82%. Menurut Ibu Megawati aspek yang muncul sebanyak 16 butir (94,12%) dan menurut Ibu Bambang Ekalaya aspek yang muncul 15 butir (88,24). Sementara itu, hasil tes tentang menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok penulis sajikan pada tabel dengan aspek penilaian sebagaimana saran dosen pembimbing tersaji pada tabel 10 (lihat lampiran). Data pada tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa siswa yang tuntas ada 16 orang (64%) sedangkan yang belum tuntas masih 9 orang (36%). Namun demikian, nilai rata-rata kelas sudah di atas KKM yakni 68,4 sedangkan KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 67.

4. Refleksi Berdasarkan pembahasan hasil penelitian siklus pertama, peneliti menemukan beberapa permasalahan dalam menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD sebagai berikut: a. Peneliti kekurangan waktu dalam melaksanakan tindakan pertemuan pertama karena banyaknya waktu yang terbuang dalam pembentukan kelompok kooperatif. b. Peneliti belum mampu menarik perhatian siswa ketika menyampaikan langkah kerja dalam belajar.

35 c. Siswa tidak aktif mengerjakan soal latihan yang diberikan guru. d. Peneliti belum melakukan penyimpulan pelajaran pada akhir pelajaran. e. Peneliti belum memberikan saran dan motivasi untuk belajar kepada siswa pada akhir pelajaran. f. Peneliti selaku guru belum menutup pelajaran dengan baik.

g. Peneliti belum melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran pada model Cooperative Learning tipe STAD dengan baik. h. Secara klasikal, siswa yang tuntas belajar baru mencapai 64%, sedangkan indikator keberhasilan yang peneliti tetapkan adalah 85%. Berdasarkan temuan permasalahan tersebut, maka peneliti melanjutkan tindakan pada siklus kedua dengan melakukan perbaikan-perbaikan, diantaranya: a. Peneliti harus lebih kontrol dengan waktu yang tersedia. b. Peneliti memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk bertanya agar mereka dapat aktif mengerjakan soal latihan. c. Memberikan dukungan kepada siswa agar semakin giat dan tekun dalam mempelajari bahasa Indonesia. d. e. Memberikan saran dan memotivasi siswa dengan lebih baik. Mempersiapkan skenario pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Cooperative Learning.

C. Kondisi Hasil Siklus II 1. Perencanaan Tindakan

36 Berdasarkan hasil pengamatan berupa saran dan tanggapan dari para pengamat, peneliti merancang pembelajaran siklus kedua sebagai perbaikan atas pembelajaran siklus pertama. Perencanaan tindakan pada siklus kedua sebagai berikut: a. Menyusun skenario pembelajaran siklus kedua sesuai dengan langkahlangkah pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. b. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran. c. Menyiapkan kembali media pembelajaran dan instrumen penilaian. 2. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Siklus kedua diamati oleh, kepala sekolah dan rekan guru. Hasil pengamatan dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Pengamat Pertama (Kepala Sekolah)

Saran dan tanggapan pengamat kedua yakni kepala sekolah, Ibu Megawati, sebagai berikut: - Langkah-langkah pembelajaran dengan model

Cooperative Learning sudah sesuai dengan skenarionya. b. Pengamat Kedua (Rekan Guru) Pengamat kedua yakni rekan guru, Ibu Bambang Ekalaya, memberikan pendapatnya bhawa pembelajaran berlangsung dengan baik dan siswa aktif mendengarkan pelajaran yang diberikan guru. Hasil pengamatan kedua pengamat tertuang dalam lembaran observasi sebagaimana tersaji pada tabel 11 dan 12 (lihat lampiran). Sedangkan hasil tes siswa pada siklus kedua tersaji pada tabel 13.

37 Hasil tes menunjukkan bahwa 22 orang (88%) siswa telah tuntas dan nilai rata-rata kelas sudah di atas KKM yakni 72,8. 3. Refleksi Berdasarkan pengamatan dari para pengamat terlihat bahwa aktifitas guru dan murid pada pembelajaran meningkat. Kedua orang pengamat telah menyatakan bahwa 17 butir aspek yang diamati telah muncul sebagaimana tersaji pada tabel 11 dan 12 di atas. Bila pada siklus I kemunculan aspek yang diamati hanya 80,39% maka pada siklus II telah menjadi 100%, artinya ada peningkatan aktifitas guru dan siswa sebesar 19,61%. Sementara itu, hasil belajar siswa pada siklus II dapat digambarkan pada tabel 14 berikut ini.

Tabel 14. Persentase Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Belajar pada Siklus II No. Nilai Siswa 1. Di bawah 67 2. Lebih dari atau sama dengan 67 Jumlah Frekuensi 3 22 25 Persentase 12% 88% 100% Keterangan Belum Tuntas Tuntas

Tabel 15. Tingkat Kemampuan Siswa Menulis Paragraf Berdasarkan Pikiran Pokok pada Siklus II No. 1. Tingkat Kemampuan Bentuk Kuantitatif 96-100 Bentuk Kualitatif Istimewa Frekuensi -

38

2. 3. 4. 5. 6.

86-95 76-85 66-75 56-65 0-55 Jumlah

Baik Sekali Baik Cukup Sedang Kurang

10 12 3 25

Berdasarkan data hasil pembelajaran siklus II tersebut maka pembelajaran yang peneliti lakukan cukup sampai pada siklus kedua karena ketuntasan belajar secara klasikal sudah tercapai.

D. Pembahasan dan Analisis Setelah kegiatan pembelajaran siklus pertama dan kedua selesai, kemudian diadakan evaluasi guna melihat kemajuan belajar siswa. Evaluasi yang dilaksanakan terdiri dari soal dalam bentuk essay. Skor maksimum untuk setiap soal sama yaitu 5. Kriteria Ketuntasan Minimal pada indikator yang telah dibuat adalah 67. Pada tahap pratindakan, siswa yang tuntas belajar sebanyak 6 orang (24%), yang belum tuntas sebanyak 19 orang (76%). Nilai rata-rata pada tahap pratindakan sebesar 60. sedangkan Perolehan nilai kemampuan menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau pada siklus pertama dan siklus kedua dapat digambarkan pada tabel 16 sebagaimana peneliti lampirkan. Dari tabel 16 di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar yang dicapai siswa pada siklus pertama 16 siswa (64%), dan siklus kedua 22 siswa (88%). Sedangkan yang belum tuntas pada siklus pertama 9 siswa (36%) dan siklus kedua 3 siswa (22%).

39 Sebagaimana telah peneliti sebutkan pada bab sebelumnya, bahwa persentase peningkatan rata-rata yang dicapai pada setiap siklus dapat dihitung dengan rumus: P= Keterangan: P R1 R2 : : : Persentase peningkatan Nilai rata-rata sebelum tindakan Nilai rata-rata sesudah tindakan R2 R1 x 100 % R1

Dengan menggunakan rumus di atas, besarnya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok pada siklus I

dibandingkan dengan asil pada tahap pratindakan adalah

68,4 - 60 x100% = 14%. 60

Persentase peningkatan rata-rata yang dicapai pada siklus II dibandingkan dengan

siklus I adalah

72,8 - 68,4 x100% = 6,43%. 68,4

Dengan demikian, peningkatan kemampuan siswa dari tahap pratindakan hingga siklus II bila dihitung dengan rumus di atas adalah: P= R2 R1 x 100 % R1 70,6 60 x 100 % 60 10,6 x 100 % 60

P=

P=

40 P = 17,67 % Keterangan: P R2 R1 = Persentase peningkatan = Rata-rata nilai Siklus I dan II = 70,6 = Nilai pratindakan = 60 Keberhasilan penelitian ini dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau dapat pula dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Persentase Keberhasilan Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD Berdasarkan Indikator Keberhasilan Hasil pada Setiap Tahap PraSiklus Siklus tindakan Pertama Kedua 80,39% 100% 24,39%

Indikator Standar No. Keberhasilan Keberhasilan 1. 2. Aktivitas guru dan siswa Hasil belajar a. Secara klasikal b. Nilai ratarata Ada peningkatan 85% tuntas 67

24% 60

64% 68,4

88% 72,8 17,67%

41 Dari analisis data utama sebagaimana penulis paparkan di atas dapat dikatakan bahwa hipotesis yang penulis ajukan yakni dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD pada materi menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau dapat ditingkatkan terbukti kebenarannya. Selain data utama berupa hasil tes, data penunjang penelitian berupa data hasil observasi pada penelitian siklus pertama memberikan gambaran bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus pertama belum sesuai dengan skenario pembelajaran yang penulis persiapkan akan tetapi pada siklus kedua berdasarkan pengamatan para pengamat, proses pembelajaran sudah sesuai dengan langkahlangkah pebelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran. Proses pembelajaran siklus kedua relatif lebih baik dari pada pelaksanaan siklus pertama. Hal ini berkorelasi dengan hasil tes yang juga semakin membaik atau menunjukkan adanya peningkatan. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan dapat dituliskan simpulan umum penelitian ini yaitu Terdapat peningkatan kemampuan siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe STAD. Sedangkan simpulan khusus penelitian ini adalah:

42 1. Pembelajaran dengan menerapkan model Cooperative

Learning pada materi menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok adalah dengan membentuk kelompok-kelompok yang heterogen, memberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan, dan diakhiri dengan penilaian dan pemberian penghargaan kepada tim atau kelompok. 2. Terdapat peningkatan nilai/hasil belajar siswa dari tahap

pratindakan ke akhir tindakan siklus II. a. peningkatan kemampuan siswa dalam menulis

paragraf berdasarkan pikiran pokok pada siklus I dibandingkan dengan hasil pada tahap pratindakan adalah 14%. b. Persentase peningkatan rata-rata yang dicapai pada

siklus II dibandingkan dengan siklus I adalah 6,43%. c. Besarnya peningkatan kemampuan siswa dari tahap

pratindakan hingga siklus II adalah 17,67 %. B. Saran Berdasarkan analisis data dan kesimpulan hasil penelitian yang peneliti uraikan di atas, penulis memberikan saran kepada rekan guru dan sekolah sebagai berikut: 1. Pembelajaran menulis paragraf dapat diajarkan dengan

model cooperative learning tipe STAD. 2. Dalam menerapkan model cooperative learning tipe STAD

guru diharapkan memperhatikan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran.

43 3. Sekolah beserta dewan guru hendaknya dapat menjadikan

hasil penelitian ini sebagai bahan kajian pada materi pembelajaran lainnya. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan

model cooperative learning tipe STAD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Zainal dan S. Amran Tasai. 1995. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Etin Solihatin, Hajjah dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/apa-dan-mengapa-student-teamsachievement-division-stad/

44 http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/20/pengertian-cooperative-learning/ http://muhfida.com/pembelajaran-cooperative-learning/ http://id.wikipedia.org/wiki/Menulis Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Ende: Nusa Indah. Kosasih, E. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya. Nurgiantoro, Burhan. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE) Suparno dan Mohamad Yunus. 2008. Materi Pokok Keterampilan Dasar Menulis (Modul 1-6). Jakarta: Uiversitas Terbuka. Warsidi, Edi. 2008. Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 3: untuk kelas III Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai

  • Skripsi Yenita Rica S
    Skripsi Yenita Rica S
    Dokumen59 halaman
    Skripsi Yenita Rica S
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen80 halaman
    Skripsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Rukiah
    Skripsi Rukiah
    Dokumen43 halaman
    Skripsi Rukiah
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Resmi Valid
    Skripsi Resmi Valid
    Dokumen50 halaman
    Skripsi Resmi Valid
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen82 halaman
    Skripsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Bu Nurma SD 56
    Skripsi Bu Nurma SD 56
    Dokumen45 halaman
    Skripsi Bu Nurma SD 56
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Jepin
    Skripsi Jepin
    Dokumen144 halaman
    Skripsi Jepin
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen55 halaman
    Skripsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Yuli C
    Skripsi Yuli C
    Dokumen155 halaman
    Skripsi Yuli C
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsii Hervi
    Skripsii Hervi
    Dokumen47 halaman
    Skripsii Hervi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skrip Si
    Skrip Si
    Dokumen67 halaman
    Skrip Si
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen63 halaman
    Skripsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Pisni
    Skripsi Pisni
    Dokumen113 halaman
    Skripsi Pisni
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi TPS
    Skripsi TPS
    Dokumen57 halaman
    Skripsi TPS
    Yelius Jeye Wardane
    100% (1)
  • Skripsi Rusmala
    Skripsi Rusmala
    Dokumen141 halaman
    Skripsi Rusmala
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Rasmita 4105064
    Skripsi Rasmita 4105064
    Dokumen104 halaman
    Skripsi Rasmita 4105064
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Wahasarna
    Skripsi Wahasarna
    Dokumen57 halaman
    Skripsi Wahasarna
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skrip Eka
    Skrip Eka
    Dokumen42 halaman
    Skrip Eka
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Sri Damayanti
    Sri Damayanti
    Dokumen149 halaman
    Sri Damayanti
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Riska
    Skripsi Riska
    Dokumen49 halaman
    Skripsi Riska
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi New Nipsi
    Skripsi New Nipsi
    Dokumen58 halaman
    Skripsi New Nipsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Rasmini Nim 4105066
    Skripsi Rasmini Nim 4105066
    Dokumen82 halaman
    Skripsi Rasmini Nim 4105066
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Pendidikan Fisika
    Skripsi Pendidikan Fisika
    Dokumen135 halaman
    Skripsi Pendidikan Fisika
    Yelius Jeye Wardane
    100% (2)
  • Skripsi Ermi (Revisi)
    Skripsi Ermi (Revisi)
    Dokumen77 halaman
    Skripsi Ermi (Revisi)
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Dwi Anita Sari
    Skripsi Dwi Anita Sari
    Dokumen139 halaman
    Skripsi Dwi Anita Sari
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Ima
    Skripsi Ima
    Dokumen71 halaman
    Skripsi Ima
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Efrika
    Skripsi Efrika
    Dokumen130 halaman
    Skripsi Efrika
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Pebtaria SP
    Pebtaria SP
    Dokumen56 halaman
    Pebtaria SP
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • KUSMADI
    KUSMADI
    Dokumen142 halaman
    KUSMADI
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat