Anda di halaman 1dari 2

4.4.1.

Bronkiolitis
Bronkiolitis adalah infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan virus, yang biasanya lebih berat pada bayi muda, terjadi epidemik setiap tahun dan ditandai dengan obstruksi saluran pernapasan dan wheezing. Penyebab paling sering adalah Respiratory syncytial virus. Infeksi bakteri sekunder bisa terjadi dan biasa terjadi pada keadaan tertentu. Penatalaksanaan bronkiolitis, yang disertai dengan napas cepat atau tanda lain distres pernapasan, sama dengan pneumonia. Episode wheezing bisa terjadi beberapa bulan setelah serangan bronkiolitis, namun akhirnya akan berhenti. Diagnosis

wheezing, yang tidak membaik dengan tiga dosis bronkodilator kerja cepat ekspirasi memanjang/expiratory effort hiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor pada perkusi tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam crackles atau ronki pada auskultasi dada sulit makan, menyusu atau minum.

Tatalaksana Antibiotik

Apabila terdapat napas cepat saja, pasien dapat rawat jalan dan diberikan kotrimoksazol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari, atau amoksisilin (25 mg/ kgBB/kali), 2 kali sehari, selama 3 hari. Apabila terdapat tanda distres pernapasan tanpa sianosis tetapi anak masih bisa minum, rawat anak di rumah sakit dan beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/ kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (25 mg/kgBB/kali, dua kali sehari) untuk 3 hari berikutnya. Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam) sampai keadaan membaik, dilanjutkan per oral 4 kali sehari sampai total 10 hari. Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat (pneumonia berat) segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin. Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB/kali IM atau IV sekali sehari).

Oksigen

Beri oksigen pada semua anak dengan wheezing dan distres pernapasan berat.

Metode yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen adalah dengan nasal prongs atau kateter nasal. Bisa juga menggunakan kateter nasofaringeal. Pemberian oksigen terbaik untuk bayi muda adalah menggunakan nasal prongs. Teruskan terapi oksigen sampai tanda hipoksia menghilang.

Perawat harus memeriksa sedikitnya tiap 3 jam bahwa kateter atau prongs berada dalam posisi yang benar dan tidak tersumbat oleh mukus dan semua sambungan terpasang aman. Perawatan penunjang

Jika anak demam ( 39 C) yang tampak menyebabkan distres, berikan parasetamol. Pastikan anak yang dirawat di rumah sakit mendapatkan cairan rumatan harian secara tepat sesuai umur (lihat Bab 10 bagian 10.2), tetapi hindarkan kelebihan cairan/overhidrasi. Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral. Bujuk anak untuk makan sesegera mungkin setelah anak sudah bisa makan.

Pemantauan Anak yang dirawat di rumah sakit seharusnya diperiksa oleh seorang perawat sedikitnya setiap 3 jam dan oleh seorang dokter minimal 1x/hari. Pemantauan terapi oksigen seperti yang tertulis di atas. Perhatikan khususnya tanda gagal napas, misalnya: hipoksia yang memberat dan distres pernapasan mengarah pada keletihan. Komplikasi Jika anak gagal memberikan respons terhadap terapi oksigen atau keadaan anak memburuk secara tiba-tiba, lakukan pemeriksaan foto dada untuk melihat kemungkinan pneumotoraks. Tension pneumothorax yang diikuti dengan distres pernapasan dan pergeseran jantung, membutuhkan penanganan segera dengan menempatkan jarum di daerah yang terkena agar udara bisa keluar (perlu diikuti dengan insersi kateter dada dengan katup di bawah air untuk menjamin kelangsungan keluarnya udara sampai kebocoran udara menutup secara spontan dan paru mengembang). 4.4 Kondisi yang disertai dengan wheezing 4.4.2. Asma: diagnosis dan tatalaksana

Anda mungkin juga menyukai