Anda di halaman 1dari 8

Mendiagnosa Pendidikan Matematika dan IPA serta Resep Perbaikannya

Iwan Pranoto1

Abstrak. Laporan hasil evaluasi pendidikan Trends in International Mathematics and Science Study yang kerap disebut TIMSS baru diumumkan pada bulan Desember 2012. Ini laporan dari hasil evaluasi yang dilakukan pada tahun 2011. Pada umumnya, hasil ini diamati pada posisi Indonesiadiantaranegaranegarapesertalainnya.Memangbenarposisianakanakkitalemah. Namun,bagianmanadaripendidikanmatematikadanIPAkitayanglemah.Catataniniberupaya merumuskan titiktitik kelemahannya yang diharapkan dapat dibenahi melalui strategi pengembangan. Secara ringkas, dari kajian ini, disimpulkan bahwa kurikulum penyiapan guru serta program pengembangan profesiguru bidang matematika dan IPA sangatbutuh dibenahi. Khususnya, beberapa konten matematika dan IPA yang perlu ditingkatkan secara spesifik disampaikan dalam tulisan ini. Kemudian, kecakapan abad 21 harus masuk dalam program penyiapangurudanprogrampengembanganprofesiguru.

Dalam presentasi Kemdikbud perihal Pengembangan Kurikulum 2013, di beningan no 16, berjudul AlasanPengembanganKurikulum,dalamkolomTantanganMasaDepandituliskansalahsatunyaadalah HasilTIMSS2danPISA.Pertama,tentunyaHasilTIMSSdanPISAdianggapsebagaitantangansebenarnya tidak tepat. Hasil TIMSS dan PISA bukan tantangan, tetapi ini sebuah diagnosa, persis seperti hasil pemeriksaan kesehatan tubuh kita dari laboratorium klinis. Namun, terlepas dari ketaktepatan itu, pertanyaanyanglebihpentingadalahapakahmemanghasilTIMSSdanPISAmembenarkanperubahan kurikulum,setidaknyamatematikadanIPA.Jawabnyatidaksesederhanayangdikira. Keikutsertaan Indonesia pada beberapa tes internasional dalam matematika, sains, dan membaca secaraberkalamerupakansesuatuyangsangatbaik.Yangutamadalamkeikutsertaanini,bukanuntuk membandingkan kita dengan negara lain. Bukan untuk menunjukkan kehebatan kita. Namun, justru untuk melakukan diagnosa terhadap kesehatan pendidikan kita. Khususnya, kita sejatinya dapat melakukan diagnosa sistem pendidikan matematika negara kita secara menyeluruh, dengan membaca laporansemacamPISAdanTIMSSini. DuaLaporanitusangatberbedapesannya,tetapisalingmelengkapi.Bagiorangawam,hasilTIMSS2011 yang menunjukkan siswa Indonesia kelas 8 berada di bawah Palestina kemungkinan memang sesuatu yang mengagetkan. Tetapi, pertanyaannya adalah, Lalu apa? Yang paling utama adalah mempertanyakanbagaimanakitadapatmembenahipendidikanmatematikadanIPAnegarakita.Sama seperti hasil pemeriksaan laboratorium klinis, laporan PISA dan TIMSS ini memberikan petunjuk jelas

InovasidanKebijakanPembelajaranMIPA,ITB CatataniniakanmerujuksecarakhususkeLaporanTIMSS2011Assessment.Copyright2012International AssociationfortheEvaluationofEducationalAchievement(IEA).Publisher:TIMSS&PIRLSInternationalStudy Center,LynchSchoolofEducation,BostonCollege,ChestnutHill,MAandInternationalAssociationforthe EvaluationofEducationalAchievement(IEA),IEASecretariat,Amsterdam,theNetherlands. Inidapatdiunduhdihttp://timss.bc.edu/


2

DIAGNOSAKESEHATANPENDIDIKANMIPA

bagian mana dari program pendidikan kita yang perlu dibenahi. Kemudian, kita harus membuat resep untukmembenahinyadandisiplinterhadapreseptersebut. Susunan catatan ini pertama akan dikaji secara mendalam Laporan TIMSS 2011 Matematika dan IPA. Kemudian disusun implikasi atau resep yang perlu diperhatikan untuk dibenahi. Selanjutnya, akan disinggung Laporan PISA 2009 secara sekilas, karena pengkajian PISA 2009 ini sudah dilakukan oleh penulis sebelumnya. Dan, kemudian disajikan implikasi perbaikan yang perlu dilakukan berdasarkan kajianhasilPISAini.

HasilTIMSS2011Kelas8
Yang pertama harus dipahami, TIMSS menguji dua daerah, yakni konten atau materi ajar dan jenjang berpikir.DalamTIMSSMatematika,kelas8,daerahkontenyangdiujiadalahbilangan,aljabar,geometri, dan data dan peluang. Sedangkan daerah kedua yang diuji adalah jenjang berpikir, yakni mengetahui, menerapkan, dan bernalar. Secara umum, hasil TIMSS 2011 menunjukkan bahwa ada keberagaman dalam kekuatan dari negaranegara peserta. Tidak tampak adanya kecenderungan pola yang sama di antaranegaranegaraberkinerjabaik.Adanegarayangkuatdialjabar,tetapiadapulanegarayangkuat digeometri(TIMSS2011,hal140147). Demikianjugapadadaerahjenjangberpikir. Untuk negaranegarayangbernilaisangattinggimemang tampak adanya kesetimbangan antara tiga jenjang berpikir itu. Namun, ada pula negaranegara yang lemahdisatujenjangberpikir,tetapikuatdiduajenjangberpikirlainnya(TIMSS2011,hal147152). Untuk Indonesia sendiri, hasil menunjukkan sebuah paradoks. Jenjang mengetahui, menerapkan, dan bernalar,masingmasingbernilai378,384,dan388.Ternyata,walaupunketigajenjangberpikirrelatif rendahdibandingnegaralain,tetapiuntukIndonesiasendirijenjangberpikiryangpalinglemahjustru adalah mengetahui. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa kita justru relatif lemah dalam mengetahui. Sebaliknya, walau kita tahu bahwa persekolahan kita pada umumnya mengabaikan proses bernalar, siswa kita justru menunjukkan hasil yang relatif lebih baik dibanding jenjang mengingat. Ini menunjukkanbahwasiswakitasangatberpotensidalamjenjangberpikirtingkattinggi.Hasilsepertiini bukandariTIMSS2011saja,namunjugadiTIMSSperiodesebelumnya. DarihasilTIMSSini,datamenunjukkanbahwakontenyangadadalamkurikulumkitabelumsesuai.Ada materiajaryangbelum tercakup dikurikulumkitaatau,sebaliknya,adamateridikurikulumkitayang sudahtakrelevandengandunialuarsana.Dalammatematika,nilaisiswakitadalamaljabarrelatiflebih baikdibandingdalambilangan,geometri,dandatadanpeluang.

DomainKognitifMengetahui
Secara umum, dapat dikatakan bahwa kecakapan berpikir tingkat rendah dan menengah, ternyata belum dicapai. Di TIMSS, jenjang kognitif yang paling rendah adalah Mengetahui. Jenjang kognitif tingkatrendahini,jikadigunakantaksonomiBloom3atauAndersonKrathwohl4,terdiriatasduajenjang,
MisalnyakatakerjayangdikaitkandenganTaksonomiBloomdapatdibacadi http://www.math.toronto.edu/writing/BloomsTaxonomy.pdf 4 TaksonomiBloomdiperbaikiolehAndersondanKrathwohl.Untukkatakerjayangdikaitkandengantaksonomi AndersonKrathwohlinidapatdibacadi
3

DIAGNOSAKESEHATANPENDIDIKANMIPA

yakni Mengingat dan Merangkum. Dari hasil TIMSS Sains, tampak jelas bahwa siswa kita sangat baik dalamkecakapanmengingat.Siswakitasangatbaikdalammenyimpaninformasi,yangtakperludiolah. Misalnya, pada soal yang menanyakan rumus kimia karbon dioksida (TIMSS Science 2011, hal. 121), persentase siswa kita yang menjawab benar mencapai 89%. Ini di urutan ke14 dan kita setingkat denganHongKong.BahkanAmerikaSerikatsajahanyamencapai86%danreratainternasional85%. Namundemikian,padasoalyangtingkatrendahnamunsifatnyamembutuhkanuntukmerangkumatau comprehend, siswa kita tampaknya menemui kesulitan. Misalnya, ini dapat dilihat di soal fisika yang menanyakanapayangterjadipadamolekuldalamcairanjikacairanitumendingin(TIMSSScience2011, hal. 130.) Walaupun jenjang kognitif soal ini di TIMSS disebut sebagai Mengetahui, namun ini sifatnya Merangkum/Comprehend5.Initidaksekedarmengingat,seperti disoalkimiadiatas.Persentasesiswa kita yang berhasil menjawab dengan benar soal ini hanya 35%, ini di urutan ke4 dari bawah. Dapat dilihat bahwa terjadi sesuatu perbedaan yang sangat besar pada satu domain kognitif Mengetahui. Dapat disimpulkan bahwa di domain Mengetahui, siswa kita juga belum menguasai dengan baik. Ini kemungkinan alasan utama mengapa siswa kita ternyata lemah di Mengetahui. Malahan domain MengetahuipalinglemahdibandingMenerapkandanBernalar. Dalam TIMSS Matematika, karena hakikat matematika yang lebih fokus pada ketrampilan, domain MengetahuiituterpisahsebagaiMengikutiProsedurdanMerangkum.Padajenjangmengikutiprosedur siswa sekedar mengikuti algoritma yang standar untuk melakukan perhitungan. Misalnya, pada soal menjumlahkanduabilanganberbentukdesimal(TIMSSMath2011,hal.122)persentasesiswakitayang menjawab benar mencapai 57%. Kesimpulan ini juga didukung dengan data pada soal yang meminta siswauntukmenentukannilaipeubahdalamsuatubentukaljabarjikanilaidaripeubahpeubahlainnya diberikan(TIMSSMath2011,hal.123.)Padasoalinisiswakitayangmenjawabbenarmencapai65%.Ini jauhlebihtinggidibandingMalaysiadanThailand.Bahkan,NewZealandhanya61%,inidibawahsiswa siswakita. Namun demikian, pada jenjang Merangkum yang memang perlu mengolah informasi serta membutuhkanpengambilankeputusan,siswakitamulaikesulitan.Inimisalnyateramatipadasoalyang memintasiswamemaknaisuatubentukaljabar(TIMSSMath2011,hal.126.)Padasoalini,persentase siswa kita yang menjawab benar hanya 48%. Pada soal ini, persentase siswa Thailand yang benar mencapai60%,inilangsungmelompatdiatassiswakita.DisoaldenganjenjangMerangkumini,siswa kitalangsungmasukkekuartilbawahlagi. Padasoalgeometri,yangmemintasiswauntukmenggunakankecakapankeruangannya(spatial),yakni di (TIMSS Math 2011, hal. 127) tampak jelas bahwa siswa kita kesulitan. Walaupun soal ini masuk domain Mengetahui, namun siswa dituntut untuk mengolah informasi dan memutuskan. Persentase siswa kita yang benar di soal ini hanya 27%. Kita di urutan ke4 dari bawah. Sejalan dengan ini dapat
https://www.aacu.org/meetings/ild/documents/SymonetteandFinley.TheABCDsofWritingInstructionalObjectives.p df 5 Dalamtulisanini,katamemahamidihindarikarenasemua6jenjangberpikiritujikadipenuhisemuanyakita definisikansebagaimemahami.Olehkarenanya,untukjenjangkedua,digunakanistilahmerangkum,terjemahan daricomprehend.

DIAGNOSAKESEHATANPENDIDIKANMIPA

dilihat pada soal yang meminta siswa memaknai pecahan (TIMSS Math 2011, hal. 130.) Pada soal ini siswadituntutuntukmengolahinformasi,kemudianmenyajikannyadalampecahan. Dapatdisimpulkan,dalammatematika,siswakitarelatiftinggidijenjangMengikutiProsedurdibanding padajenjangMerangkum,yangmengharuskanpengambilankeputusandanpengolahaninformasi.

DomainKognitifMenerapkandanBernalar
Pada jenjang Menerapkan di matematika, seperti soal (TIMSS Math 2011, hal. 132) siswa kita lemah. Demikian juga di sains, seperti soal biologi tentang genetika umum (TIMSS Science 2011, hal. 120.) Di soal ini, siswa kita di urutan ke4 dari bawah. Walau pun persentase cukup tinggi, yakni 70%, namun reratainternasionaladalah83%.Jadi,70%itutidakcukupbaik.Halyangsamadapatdiamatipadasoal tentangilmubumi(TIMSSScience2011,hal.125.)Daridataini,terlihatsiswakitaberadadiurutanke4 daribawahlagi.InijugamenunjukkanjenjangMenerapkanyanglemahadalahyangmenuntutmemilih danmengambilkeputusan. Yanglebihjelaslagipadasoaltentangpetatopografiyangmembutuhkankecakapankeruangan(spatial) di (TIMSS Science 2011, hal. 131). Pada soal ini, persentase siswa kita yang berhasil menjawab benar hanya9%.HanyaGhanayanglebihburukdarikita,yakni4%.Padasoalfisikatentanggravitasi(TIMSS Science2011,hal.137)terlihatjelassiswakitakesulitan.Siswakitadisoaliniberadadiurutanterbawah di banding negaranegara lain. Pada soal yang menanyakan kapan gravitasi bekerja di saat seseorang hendak terjun payung, siswa dituntut untuk menerapkan pemahamannya tentang gravitasi. Di sini tampaknya siswa kita tak terbiasa menyimpulkan. Siswa tidak saja dituntut menerapkan pemahamannya,tetapisiswadituntutuntukmemutuskan. Pada jenjang Bernalar, pertama diamati pada sains. Di soal kimia dengan jenjang bernalar (TIMSS Science2011,hal.129)siswakitaberadadiurutankeduadaribawah.HanyaMorokoyanglebihburuk darikita.Padasoalini,siswadimintauntukmenyusunsebuahstrategiuntukmengujiapakahsuatuzat merupakanlogam.Soalbertipebernalarinitampaknyasulitbagisiswakita,karenatidaksajadituntut bernalar, siswa dituntut untuk menjelaskannya dengan menuliskan jawabnya secara bebas. Ini bukan jenis soal pilihan ganda. Ini perlu dicatat, bahwa kemungkinan besar memang pegajaran IPA kita saat sekarangterlalubertujuanuntukujianbertipepilihanganda.Akibatnyasiswakitatakmengembangkan kecakapan menyampaikan gagasan dan pernalarannya lewat tulisan. Perlu juga dikaji lebih mendalam dalamkecakapansiswakitamenyampaikangagasanmelaluilisan. Pada jenjang Bernalar di TIMSS Matematika, pada umumnya siswa kita sangat lemah. Misalnya dapat dilihat di soal aljabar tentang pertaksamaan, namun yang disajikan dalam sebuah situasi dengan timbangan(TIMSSMath2011,hal.131.)Disoalini,siswakitadiurutankeduadaribawah.HanyaGhana yang lebih buruk dari kita. Ini berarti bahwa kecakapan siswa kita bernalar lemah. Tidak hanya itu, karena soal ini juga menuntut siswa untuk mematematikakan atau memodelkan situasi yang dilihat menjadi sistem pertaksamaan. Kemungkinan besar, siswa kita sanggup menyelesaikan sistem pertaksamaan, jika disajikan secara langsung. Namun, karena soal ini disajikan dalam suatu situasi, paragraf,yangharusditafsirkan,siswakitakesulitan.

DIAGNOSAKESEHATANPENDIDIKANMIPA

Yanglebihburukkinerjasiswakitapadasoaltentangoperasibilangan(pecahan)dijenjangbernalarini (TIMSS Math 2011, hal. 135.) Di soal ini, siswa tidak dituntut untuk mengalikan dua bilangan, namun bernalartentangapayangterjadijikaduabilanganpecahandiantara0dan1dikalikan.Siswakitayang menjawabbenarhanya10%,inidiurutanpalingrendah. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa secara umum jenjang Menerapkan dan Bernalar pada siswa kita memang lemah. Kecuali itu, dapat dinyatakan pula bahwa siswa kita kesulitan menuliskan argumen. Kecuali itu, khusus dalam matematika, siswa lemah dalam menerjemahkan situasi menjadi masalah matematika.

DomainKonten
Perludiberikancatatankhususpadasoaldalamaljabar,tentangpertaksamaan(TIMSSMath2011,hal. 137.) Dalam soal ini, walaupun sifatnya mengikuti prosedur, siswa kita seharusnya diharapkan akan berhasil mengerjakan soal dengan jenjang kognitif ini. Namun, ternyata hanya 3% yang menjawab benar. Mengapa? Ini terkait erat dengan materi pertaksamaan yang memang kurang dipelajari dibanding persamaan dalam pengajaran aljabar di program pendidikan matematika negara kita. Jadi, dalam kasus ini, kita harus melihatnya pada domain konten atau materi, bukan domain kognitif. Ini menandakan bahwa program pendidikan matematika sekolah kita harus ditingkatkan pengkajian pertaksamaan. Secara umum pula, dari TIMSS Matematika ini, terlihat bahwa kecakapan keruangan siswa kita yang terkait dengan geometri, walau tidak selalu, ternyata lemah. Ini juga ditunjukkan pada soal di TIMSS Science yang menuntut siswa membaca peta topografi. Kecakapan bernalar secara spatial atau ruang tampaknyamasihbelumdiperhatikandalamprogrammatematikasekolahkita. Dalamkontenbilangan,siswakitaturunbanyaksekali,dari393(2007)ke375(2011).Dikontenaljabar, siswakitaturun,dari399(2007)ke392(2011).Sedangdikontengeometri,siswakitajugaturunbanyak sekali, dari 387 (2007) menjadi 377 (2011). Pada konten data dan peluang, siswa kita turun dari 382 (2007) menjadi 376 (2011). Dari sini, dapat disimpulkan bahwa geometri dan bilangan perlu memperolehperhatiankhusus,karenatampaknyasiswakitalemahdiduabidangtersebut. SedangdariTIMSSScience,kitatemukanbahwadalamkontenkimia,siswakitatampaknyapalinglemah dibandingbiologi,fisika,danilmukebumian.DiTIMSS2011ini,siswakitadalamkontenbiologinaik4 angkamenjadi410.Dalamkontenkimia,siswakitaturunsangatdrastis,yakni27angka,menjadi378. Dalam konten fisika, siswa kita turun 9 angka, menjadi 397. Dalam konten ilmu kebumian, siswa kita naik6angka,menjadi412. PadaTIMSSSciencekelas8ini,terlihatbahwakontenyangdievaluasisifatnyaumum.Terlihatkesatuan IPA,bukanFisika,Kimia,Biologiyangdikotakkotak.BahkankesatuanIPAinitampakjelaspadakonten ilmukebumian.InijelastakmungkinterwujuddenganpengotakkotakanFisika,Kimia,Biologisepertidi kitasekarang.

ImplikasidariHasilTIMSS2011
Darikajiandiatas,adabeberapaimplikasiyanglogis.

DIAGNOSAKESEHATANPENDIDIKANMIPA

1. KurikulumatauStandarPendidikankitaperludibenahi. a. MatematikaKonten: i. Bilangan: Pemahaman makna bilangan serta operasi bilangan, bukan sekedar mengikutiprosedurmelakukanoperasibilangan,perludiperkuat. ii. Aljabar: Pemahaman makna operasi aljabar serta menerjemahkan situasi menjadi model matematika perlu diperkuat. Juga perlu diseimbangkan porsi pertaksamaan danpersamaan. iii. Geometri: Pada konten geometri, kecakapan keruangan perlu diperhatikan. Penekananbukanpadasisipengukurandarigeometri. iv. Data dan Peluang: Proses menyajikan data dan menafsirkan data perlu diperkuat, bukan sekedar melakukan perhitungan dengan rumus seperti mean, median, modus. b. MatematikaKognitif: i. Mengetahui:Padajenjangini,yangharusdiperkuatadalahbagianmerangkumatau comprehend. Katakata kerja yang mewakili jenjang mernagkum ini perlu ditulis secara eksplisit dalam kurikulum. Yang perlu dicatat pula, dalam jenjang ini, tidak cukup siswa sekedar menyerap informasi, tetapi siswa juga harus mampu mengolahnya. ii. MenerapkandanBernalar:Padajenjangini,secaraumumsiswakitasangatlemah. Ini harus dilakukan perbaikan secara sistematis. Penekanan berlebihan pada penghafalanprosedurtanpamaknaharusdihentikandandigantidenganpernalaran. Juga katakata kerja yang mewakili jenjang menerapkan dan bernalar ini perlu dituliskansecaraeksplisitdalamkurikulummendatang. c. SainsKonten: i. Biologi:Sudahbaik. ii. Kimia: Sangat perlu diperbaiki khususnya pada pengetahuan kimia yang sifatnya umum. Pengetahuan yang sifatnya informasi teknis perlu dipertahankan, sudah bagus. Namun, yang sifatnya pengetahuan umum tampaknya masih kurang. Misalnya,sepertisifatzatmetal. iii. Fisika: Perlu diperbaiki, sama seperti kimia. Pengetahuan yang sifatnya umum tampaknya perlu lebih ditekankan dalam kurikulum. Kata kerja yang menunjukkan pengetahuanumuminiharusmunculsecaraeksplisit. iv. Ilmu Kebumian: Bagian ini perlu dirumuskan secara lebih jelas dalam kurikulum, disesuaikandenganstandarinternasional. d. SainsKognitif:Bagiankognitifinisamadengandimatematika. e. Daripengamatandiatas,sebenarnyamengindikasikansecaralangsungbahwasumberajar sepertibukuteksperludibenahi.Bagianyangharusdibenahisamadenganyangdicatatdi atas. 2. Kurikulumpenyiapanguruharusdibenahi. a. Penguasaan gagasan sains dan matematika harus diperdalam lagi pada pendidikan keguruan. Pemahaman yang mendalam pada gagasan sains dan matematika mutlak untuk

DIAGNOSAKESEHATANPENDIDIKANMIPA

menjadigurusainsdanmatematikayangprofesional.Kurikulumpendidikangurusainsdan matematikaperlumemberikanpenekananpadapemahamankonsep. b. Perlu rekacipta program penyiapan guru IPA, bukan spesialis fisiska, kimia, biologi. SMP butuh guru IPA yang generalis serta mampu menyatukan cabangcabang keilmuan dalam IPA. c. Dalam program penyiapan guru matematika dan IPA, perlu pembekalan kecakapan yang secara terstruktur mampu mengembangkan kecakapan berpikir mandiri dan kritis siswa, yangtidaksekedarmenyerap.Tentunya,iniberartibahwapendidikangurumatematikadan IPAharusmemungkinkancalongurutersebutmengalamiberpikirmandiridankritismelalui matematikadanIPA. d. Pemahaman pendidikan guru matematika dalam Data dan Peluang serta Geometri perlu diperhatikan. Khusus untuk Data dan Peluang, persentase siswa yang guru merasa cakap untukmengajarkannya,hanya10%.(TIMSSMath2011,hal.306) 3. Programprogram pelatihan guru (inservice) harus meletakkan penguatan pemahaman guru pada konten matematika dan IPA sebagai satu bagian utama. Dari sini, hasrat membelajarkan matematikadanIPAakanberkembang.Dan,kemudianpengembanganmetodologimengajarakan suburpula. 4. Buku ajar harus direkacipta ulang agar mampu mengajak siswa tertarik mempelajari disiplin atau ilmu pengetahuan lebih jauh. Programprogram pendidikan nirdinding dan nirongkos harus didukungPemerintahagarmeluasdandapatdimanfaatkansebanyakbanyaknyasiswa.Khususnya, video pembelajaranpembelajaran matematika, IPA, dan pelajaran lain yang bermutu, perlu disebarkansecaraluaskeparaguru. 5. PerancanganevaluasipendidikanolehBalitbangPuspendikperlumemperhatikandomainkonten dan domain kognitif yang merupakan kelemahan siswa kita, seperti yang ditunjukkan data Hasil TIMSS2011itu.

HasilPISA
Dari Laporan hasil PISA, benar bahwa siswa kita tak menunjukkan hasil yang baik, terutama jika dibandingdengannegaralain.Namun,bagianmanalebihtepatnyayangmerupakankelemahananak anakkita?KitaharusmenyadaribahwaPISAtidakterkaitdengankurikulumyangdipakai.Artinya,PISA tidak menguji penguasaan konten. Jadi, hail PISA yang buruk ini tidak mengimplikasikan bahwa kurikulum matematika dan IPA kita tak mencukupi secara konten. Hasil ini menandakan bahwa anak anakkitalemahdalamtigakecakapanutama: a. Menyelesaikanmasalahtakrutin b. Menerapkanpengetahuandalamkehidupanseharihari c. Berkomunikasikompleks Tiga kecakapan ini memang dikenal sebagai kecakapan abad 21. Pertama, ini artinya, hasil PISA yang rendah menunjukkan bahwa program pendidikan matematika dan IPA kita belum sesuai dengan kebutuhan kehidupan abad 21. Yang paling utama adalah pendidikan kita belum berhasil membelajarkan tiga kecakapan abad 21 itu. Tiga kecakapan itu harus dibangun oleh siswa dengan

DIAGNOSAKESEHATANPENDIDIKANMIPA

strategi yang sistematis dari guru dan direncanakan secara seksama. Ini berarti bahwa guru pegang perananutamapadakeberhasilansiswamengembangkankecakapanabad21itu. Olehkarenanya,LaporanPISAinimenunjukkanbahwapogrampenyiapangurumatematikadanIPAkita harus dikembangkan lebih jauh. Laporan hasil PISA ini membenarkan perlunya perbaikan kurikulum penyiapanguru.Lembagapreservicedaninserviceharusmenyadaribahwaguruyangsekarangbelum mampumengembangkankemampuansiswadalammenyelesaikanmasalah,menerapkanpengetahuan dalam kehidupan, dan pada umumnya berpikir tingkat tinggi. Jadi, sekali lagi, menurut hasil PISA ini, kurikulumuntukprogrampendidikanguruharuslahdibenahi.

ImplikasidariHasilPISA2009
Berikut ini beberapa implikasi utama yang dapat ditarik dari mengkaji Laporan Hasil PISA 2009, sementaramenungguLaporanHasilPISA2012yangbaruakandiumumkanakhirtahun2013nanti. 1. Kurikulum penyiapan guru harus mengutamakan pengembangan kecakapan bernalar. MelaluitopikmatematikadanIPA,paracalonguruharusmengalamiprosesbernalarserta menghargainya. 2. Kurikulumpenyiapanguruharusmengutamakanpengembangankecakapanmenyelesaikan masalah tak rutin. Melalui topik matematika dan IPA, calon guru perlu mengalami penyelesaian masalah tak rutin serta menikmatinya. Tanpa pernah menikmati proses penyelesaian masalah ini, tak mungkin calon guru ini nantinya mengajak siswanya menikmati penyelesaian masalah. Juga hal yang sama untuk kecakapan berkomunikasi kompleksyangsangatrelevandenganmatematika danIPA.Inisekaligusuntukmembantu siswabelajarmenyampaikangagasansecarasistematisdanmeyakinkan. 3. Program penyiapan guru harus memberikan perhatian yang sangat besar pada kecakapan membelajarkan kecakapan bernalar serta menciptakan iklim bernalar di dalam kelas. Kecakapaniniharusdiawalipadapendidikanpralayandanjugadilanjutkanpadaprogram pengembanganprofesiguru(inservice). 4. Program penyiapan guru harus memperhatikan pada kecakapan membelajarkan berkomunikasi kompleks, seperti meyakinkan orang, menyampaikan gagasan yang kompleks,dsb. 5. Bahan ajar seperti buku teks dan lainnya perlu mengutamakan proses bernalar, penyelesaianmasalah,dankomunikasikompleks.Khususuntukkomunikasikompleks,harus diangkatkembalipentingnyaprosespembuktiandalammatematika.

DaftarPustaka
1. InaV.S.Mullis,MichaelO.Martin,PierreFoy,andAlkaArora.TIMSS2011:InternationalResults inMathematics,TIMSS&PIRLS,InternationalStudyCenter,LynchSchoolofEducation,Boston College,2012.(Dapatdiunduhdihttp://timss.bc.edu/) 2. Michael O. Martin, Ina V.S. Mullis, Pierre Foy, and Gabrielle M. Stanco. TIMSS 2011: International Results in Science, TIMSS & PIRLS, International Study Center, Lynch School of Education,BostonCollege,2012.(Dapatdiunduhdihttp://timss.bc.edu/)

DIAGNOSAKESEHATANPENDIDIKANMIPA

Anda mungkin juga menyukai