Anda di halaman 1dari 21

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KEHUTANAN

JAKARTA JULI, 2012

BAGIAN SATU INFORMASI DASAR 1. Nama Instansi 2. Alamat Lengkap 3. Tim Pengarah Kementerian Kehutanan Republik Indonesia Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabakti, Jalan Gatot Subroto Senayan, Jakarta Pusat, 10270 Ketua Telepon Sekretaris Telepon HP Email Anggota Telepon HP Email Anggota Telepon HP Email Anggota Telepon HP Email Anggota Telepon HP Email Ketua Telepon HP Email : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : Zulkifli Hasan, SE, MM. (Menhut) (021) 5730216, 5700278; ext. 210/216 Dr. Ing.Ir.Hadi Daryanto, DEA (Sekjen) (021) 5733039, 5700232; ext 225 08129323368 hdaryanta@yahoo.com Ir.Irham Jafar Lan Putra, M.H (Irjen) (021) 5733049, 5730366 0811795000 sekitjenkemenhut@gmail.com Ir. Darori, M.M ( Dirjen PHKA) (021) 5730315; ext 315 08121050595 darori555@gmail.com Dr. Ir. Harry Santoso (Dirjen BPDAS PS) (021) 5730129, 5730130; ext 130 08161343244 harryst@cbn.net.id Ir. R. Iman Santoso, M,Sc (Dirjen BUK) (021) 5732721, 5730240; ext 240 0811119931 imsant.soedarso@gmail.com Ir. Bambang Soepijanto, M.M (Dirjen Planologi Kehutanan) (021) 5730290, 5734632; ext 290 08158784956 bsoepijanto@dephut.go.id

Anggota Telepon HP Email Ketua Telepon HP Email 4. Tim Pelaksana Ketua Telepon HP Email Telepon HP Email

: : : : : : : : : : : : : : :

Ir. Indriastuti, M.M (Ka. Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan) (021) 5731815 08129905192 bp2sdmk@dephut.co.id Dr. Ir. Tachrir Fathoni, MSc (Ka.Badan Litbang Kehutanan) (021) 5737945; ext 390 08121056749 tfathonisks@yahoo.com Dr. Ing.Ir.Hadi Daryanto, DEA (Sekjen) (021) 5733039, 5700232 08129323368 hdaryanta@yahoo.com Ir.Irham Jafar Lan Putra, M.H (Irjen) (021) 5733049, 5730366 0811795000 sekitjenkemenhut@gmail.com Dr. Ir. Sunaryo, M.Sc (Staf Khusus Menhut Bid. Pengembangan SDM dan Reformasi Birokrasi) (021) 5733432; ext 218 08129911753 sunaryo25@hotmail.com Krisna Rya, S.H, M.H (Karo Hukum) (021) 5720224 0818931363 Ir. Prie Supriadi, M.M (Sek Itjen) (021) 5730372 081318056174 priesupriadi@gmail.com

Wakil Ketua :

Ketua Harian : Telepon HP Email Sekretaris I Telepon HP Email Sekretaris II Telepon HP Email : : : : : : : : : : :

Narasumber : Telepon HP Email : : :

Ir. Soetrisno, M.M (SAM Kehutanan Bid. Revitalisasi Industri Kehutanan) (021) 5730385, 5730204; ext 385 08159469020 triesno237@gmail.com Dr. Ir. Hadisusanto Pasaribu, M.Sc (SAM Kehutanan Bid. Ekonomi dan Perdagangan Internasional) (021) 5730385, 5730205 081387326570 hadispsb@gmail.com Dr. Ir. Yetti Rusli, M.Sc (SAM Kehutanan Bid. Lingkungan dan Perubahan Iklim) (021) 5730385, 5730207 085718074000 yetti.rusli@gmail.com Ir. I Made Subadia Gelgel, M.Sc (SAM Kehutanan Bid. Hubungan Antar Lembaga) (021) 5730385, 5730202 08128752122 imasbadia@yahoo.com Dr. Ir. Agus Mulyono, M.Kom, P.Si (SAM Kehutanan Bid. Keamanan Hutan) (021) 5730385, 5730203 08128522955 agus_mul54@yahoo.com Ir. Mudjihanto Kepegawaian) 081314262162 karo.peg@dephut.go.id
3

Narasumber :

Telepon HP Email

: : :

Narasumber : Telepon HP Email : : :

Narasumber : Telepon HP Email : : :

Narasumber : Telepon HP Email Anggota Telepon HP Email : : : : : : :

Soemarmo,

M.M

(Karo

(021) 5720201 Ext 243

Anggota Telepon HP Email Anggota Telepon HP Email Anggota Telepon HP Email Anggota Telepon HP Email Anggota

: : : : : : : : : : : : : : : : :

Ir. Hartono, M.Sc (Sek Ditjen PHKA) (021) 5730314 085258952689; ext 316 hprawiratmadja@yahoo.co.id Ir. Djoko Winarno (Sek Ditjen BPDAS PS) (021) 5730125 Ext 109 08155915722 dudy_iskandar73@yahoo.com Ir. Bambang Sukmananto, M.Sc (Sek Ditjen BUK) (021) 5730237 Ext 238 0811119092 Dr. Ir. Dwi Sudharto, M.Si (Sek Ditjen Baplan) (021) 5730325 Ext 325 08129246658 dwis@dephut.go.id Drs. Trisnu Danisworo, MS (Sek Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan) (021) 5731815 Ext 825 0811111287 trinudanisworo@yahoo.com Ir. Wisnu Prastowo, MF (Sek Badan Litbang) (021) 5720192 Ext 420/387 081399291993 prastowowisnu@yahoo.com Krisna Rya, SH. MH (Kepala Biro Hukum dan Organisasi) (021) 5701117 0818931363 -

Telepon HP Email Anggota Telepon HP Email 5. Tim Teknis Ketua Telepon HP Email

: : : : : : : : : : :

Wakil Ketua : Telepon HP Email : : :

Ir. Mujihanto Soemarmo, MM. (Kepala Biro Kepegawaian) (021) 5720201 ext 243 0813-14262162 karo.peg@dephut.go.id

Sekretaris Telepon HP Email

: : : :

Dr. Ir. Suhaeri (Kepala Bagian Kelembagaan) (021) 5701117 08161386920 suhaeri_61@yahoo.com

Anggota HP Email

: : :

Ir. Edi Muchtar Rosjadi (Kepala Bagian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan) 08129322207 -

Anggota HP Email Anggota Telepon HP Email Anggota Telepon HP Email

: : : : : : : : : : :

Ir Abdul Hakim, M.For.St.(Kabag ALHP Itjen) 0815-6405185 abdulhakim050@yahoo.com Ir Samidi, M.Sc (Kepala Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pegawai) (021) 5720201 0812-9217770 gagoksam@yahoo.com Ir. Wijanarko, MM. (Kepala Sub Bagian ORTALA I) (021) 5701117 0816-351876 kemonang@yahoo.co.id
5

Anggota Telepon HP Email Anggota Telepon HP Email Anggota Telepon HP Email

: : : : : : : : : : : :

Dewi Yuniarti, SH, MM. (Kepala Sub Bagian ORTALA II) (021) 5701117 0816-1317273 iwed_2000@yahoo.com Hendra Noviandry, ST, MMSI (021) 5701117 0811-966872 hendranoviandry@gmail.com Ricky Budiman Faried, S.Sos (021) 5701117 0813-21996123 kikicalm@gmail.com`

BAGIAN DUA RENCANA UMUM PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN REFORMASI BIROKRASI Terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) 1. Latar Belakang merupakan tuntutan dalam administrasi publik dewasa ini dan sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat serta semakin efektifnya interaksi internasional sebagai bagian dari aspek globalisasi. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik mensyaratkan kinerja birokrasi harus memiliki daya saing yang tinggi. Sistem birokrasi di Indonesia yang dicirikan dengan struktur, norma, nilai dan regulasi belum berpihak kepada kepentingan publik, rendahnya kualitas dan kuantitas dalam memberikan pelayanan publik, serta budaya pelayan publik yang belum berorientasi kepada kebutuhan pelanggan. Dalam sistem birokrasi yang seperti ini, praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme cenderung terjadi dan seperti hal yang lumrah. Situasi ini mengakibatkan masyarakat harus membayar lebih mahal atas layanan birokrasi (high cost economic), yang berimplikasi kepada penurunan minat investasi sehingga bermuara kepada penurunan pertumbuhan ekonomi nasional. Sistem birokrasi seperti ini juga terjadi di lingkungan Kementerian Kehutanan, sehingga ketidakpastian usaha, ketidakpastian hukum, dan ketidakjelasan pengelolaan hutan
6

telah mengakibatkan degradasi hutan yang lajunya pada periode tahun 2003 - 2006 mencapai 1,17 juta ha/tahun. Hal ini dikarenakan birokrasi Kementerian Kehutanan masih menerapkan sistem birokrasi tradisional yang mana layanan birokrasinya belum mengakomodasikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Penyebab utama rendahnya kinerja birokrasi di lingkungan Kementerian Kehutanan adalah : 1. Organisasi yang belum tepat fungsi dan tepat ukuran. Berdasarkan tipologi organisasi bahwa organisasi Kementerian Kehutanan termasuk tipe organisasi yang terintegrasi (integrated type). Tipologi seperti ini mengamanatkan pembagian tugas dilakukan berdasarkan proses, dari mulai tahapan perencanaan hingga kepada tahapan pemasaran. Dalam perkembangannya duplikasi tugas masih terjadi, selain itu juga tugas yang tidak ditangani oleh unit manapun juga. Tugas yang berkaitan dengan penyelesaian konflik yang berkaitan dengan pemanfaatan hutan (tenurial kehutanan), hingga saat ini belum ada yang menanganinya. Persoalan tenurial telah menimbulkan kerugian secara sosial, ekonomi, dan politik sehingga mendesak untuk segera ditangani. Oleh karenanya pengalokasian tugas fungsi yang berkaitan dengan penyelesaian tenurial kehutanan, merupakan salah satu prioritas dalam penataan organisasi. Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional selama ini berperan sebagai lembaga yang koordinatif, sementara itu yang diperlukan adalah pembangunan kehutanan yang berbasis ekosistem regional. Oleh karenanya Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional akan diposisikan sebagai regional planner dalam bidang kehutanan, berikut fasilitasi untuk mengaplikasikannya. Dalam rangka meningkatkan efektivitas tugas pemasaran hasil hutan adalah, diperlukan penanganan tugas yang berkaitan dengan sertifikasi hasil hutan. Informasi sertifikasi hasil hutan sangat diperlukan oleh negara negara yang pengimpor hasil hutan yang telah menerapkan green market, seperti Jepang, Amerika, dan negara Uni Eropa. Penataan tugas yang berkaitan lincencing information unit merupakan prioritas segera dibenahi.
7

2. Ketatalaksanaan, masih belum mencerminkan sistem ketatalaksanaan yang transparan, akuntabel, dan terstandarisir. Sistem prosedur kerja saat ini telah tersedia pada masing-masing unit kerja akan tetapi belum secara keseluruhan dilakukan secara elektronik (e-government). Saat ini telah diterbitkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.02/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Formulasi, Implementasi, Evaluasi Kinerja dan Revisi Kebijakan Publik di Lingkungan Kementerian Kehutanan, yang baru kepada tahapan penyebarluasan. 3. Peraturan Perundang-undangan yang tidak harmonis, tumpang tindih, in-konsisten, dan multi tafsir. Peraturan yang kurang harmonis dengan peraturan bidang kehutanan adalah yang berkaitan dengan antara UU No. 41 Tahun 1999 dengan UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, juga UU No. 41 Tahun 1999 dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Persoalan lainnya masih belum konsistennya dan multi tafsir dari peraturan yang berkaitan dengan karbon hutan. 4. Sumberdaya Manusia Aparatur Kehutanan saat ini mencapai 17.456 orang yang tersebar pada 9 (sembilan) unit eselon I. Sumberdaya Manusia Kehutanan tersebut teralokasikan pada tingkat Kementerian (3.683 orang), pada UPT (13.773 orang), dan diperbantukan pada BUMN (210 orang). Sekitar 60,40 % Sumberdaya Manusia Kehutanan Kehutanan memiliki kualifikasi tingkat pendidikan menengah ke bawah. Permasalahan umum yang terjadi yang berkaitan dengan Sumberdaya Manusia Kehutanan adalah distribusi pegawai belum sesuai dengan beban tugas, kompetensi pegawai belum sesuai dengan kompetensi jabatan, ketimpangan dalam pengisian jabatan, dan masih banyaknya tenaga honorer dengan kompetensi rendah; 5. Pengawasan masih lemah dikarenakan sistem pengendalian internal masih belum efektif. Akibat dari belum efektifnya sistem pengendalian internal tersebut masih ditemukan kelemahan administrasi, masih adanya hambatan dalam pelaksanaan tugas fungsi, penyimpangan dalam pelaksanaan anggaran, pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan,
8

pelanggaran prosedur kerja, dan masih kejadian-kejadian yang merugikan negara.

adanya

6. Pelayanan Publik yang belum mampu memenuhi harapan publik. Salah satu tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan adalah melaksanakan pelayanan publik. Pelayanan publik yang dilakukan Kementerian Kehutanan berdasarkan jenisnya terdapat sekitar 59 buah, mulai dari pemberian perizinan usaha hingga kepada pencadangan areal kerja. Proses pemberian pelayanan publik masih terkesan lambat dan berbelit-belit, dan belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditetapkan. Untuk penerbitan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu waktu yang diperlukan antara 2 3 tahun, demikian juga untuk penerbitan izin pinjam pakai kawasan hutan bisa mencapai 3 tahun. Situasi ini yang mengakibatkan in efisien. Peningkatkan kualitas pelayanan publik akan diupayakan dengan mengembangkan pelayanan yang berbasis elektronik untuk jenis-jenis pemberian izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (hutan alam dan hutan tanaman), penggunaan kawasan hutan, pelepasan kawasan hutan, dan untuk pengadaan barang/jasa. 7. Akuntabilitas kinerja masih lemah yang ditunjukan masih belum melembaganya sistem kinerja (yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan) sampai kepada unit organisasi terkecil. Akuntabilitas kinerja masih sebatas kepada unit organisasi pada tingkat Kementerian. Perbaikan akuntabilitas diarahkan untuk berjalannya sistem akuntabilitas kinerja organisasi yang efektif sampai kepada unit organisasi terkecil (SATKER). 8. Pola pikir dan budaya kerja yang tidak efisien, tidak efektif, tidak produktif, tidak profesional, dan belum melayani masyarakat. Budaya kerja organisasi masih bersifat paternalistik, sehingga belum mampu mengantisipasi perubahan lingkungan global. Dalam era globalisasi organisasi Kementerian Kehutanan dituntut untuk selalu melakukan inovasi, sehingga organisasi Kementerian Kehutanan harus menjadikan pengetahuan sebagai asset utama, kreativitas design serta kapabilitas kunci, serta perubahan peran manajerial sebagai kebutuhan. Oleh karenanya budaya
9

kerja organisasi harus mengalami perubahan dari paternalistik ke arah organisasi pembelajaran (learning organization). Untuk meningkatkan kinerja birokrasi di lingkungan Kementerian Kehutanan, perlu dilakukan reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Kehutanan merupakan keharusan karena perbaikan kinerja birokrasi memiliki implikasi dan dampak yang luas dalam aspek-aspek sosial, politik, ekonomi, dan ekologi. Reformasi Birokrasi merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja Kementerian Kehutanan. Reformasi Birokrasi Kementerian Kehutanan dititikberatkan kepada debirokratisasi organisasi, perbaikan bisnis proses dalam organisasi, serta peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparatur. Melalui proses reformasi birokrasi seperti ini diharapkan pada tahun 2014 akan terwujud birokrasi Kementerian Kehutanan yang efisien, efektif, profesional, dan akuntabel. 2. Tujuan Reformasi Birokrasi Kementerian Kehutanan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk : 1. Mewujudkan birokrasi Kementerian Kehutanan yang memiliki integritas dan berbudaya kerja yang tinggi. 2. Membuat regulasi di lingkup Kementerian Kehutanan yang lebih tertib dan tidak tumpang tindih serta kondusif. 3. Mewujudkan organisasi lingkup Kementerian Kehutanan dan Unit Pelaksana Teknis yang efisien, efektif, tepat fungsi dan tepat ukuran (Right sizing). 4. Menciptakan sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur serta sesuai dengan prinsipprinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. 5. Menciptakan SDM Aparatur yang jujur, kompeten, profesional, netral, kinerja tinggi dan sejahtera lahir dan bathin. 6. Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, berwibawa dan bebas KKN. 7. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas birokrasi di Kementerian Kehutanan. kinerja
10

8. Mewujudkan sistem pelayanan publik satu pintu di bidang kehutanan yang taat prosedur dan bebas KKN. 3. Sasaran Sasaran Reformasi Birokrasi Kementerian Kehutanan adalah: 1. Terbentuknya Organisasi Kementerian Kehutanan yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing). 2. Terwujudnya mekanisme kerja/prosedur (SOP) yang efektif dan efisien dalam sistem manajemen di lingkungan Kementerian Kehutanan. 3. Terjadinya peningkatan Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap penyelenggaran pelayanan publik. 4. Terwujudnya profesionalisme dan disiplin SDM aparatur yang didukung oleh sistem rekruitmen yang transparan berbasis kompetensi. 5. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan bersih, berwibawa dan bebas KKN. 4. Prioritas dan Agenda/Waktu yang

Reformasi Birokrasi Kementerian Kehutanan periode 2011s/d 2014 merupakan kegiatan yang terus berlanjut, serta akan dilaksanakan melalui 4 (empat) tahap kegiatan, yaitu : 1. Tahap percepatan (quick wins), September 2011 s.d. 2012. 2. Tahap jangka pendek (short term), September 2011 s.d. 2013. 3. Tahap jangka menengah (medium term), September 2011 s.d. 2014. 4. Tahap jangka panjang (long term), September 2011 s.d. 2025. Salah satu prioritas dalam pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Kehutanan adalah program percepatan atau quick wins. Program quick wins ini merupakan program yang mengawali proses reformasi birokrasi, yang diharapkan dalam waktu yang singkat dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat (public trust building) terhadap Kementerian Kehutanan. Untuk itu program quick wins harus memiliki daya ungkit (key leverage) yang potensial untuk meningkatkan kepercayaan
11

masyarakat, berkaitan dengan produk utama dari Kementerian Kehutanan, serta harus bersentuhan langsung dengan kepentingan publik. Sasarannya adalah merubah pola pikir dan budaya kerja serta manajemen Kementerian Kehutanan. Strategi implementasi dari program percepatan adalah: 1. Menggunakan pendekatan pragmatis. 2. Kegiatan dilaksanakan oleh para pejabat pengambil keputusan di tingkat pusat sampai dengan daerah, dan para pelaksana di lapangan. 3. Adanya komitmen seluruh pejabat dan semua pegawai. Program percepatan (Quick Wins) akan menjadi prioritas utama dalam agenda reformasi birokrasi Kementerian Kehutanan. Dalam rangka mengubah pola pikir, dan memastikan berjalannya sistem dan terjadinya perubahan menuju good governance, Kementerian Kehutanan juga mengagendakan program-program yang akan dilaksanakan dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

4. 1. Program Percepatan (Quick wins) Quick wins merupakan program yang mengawali proses reformasi birokrasi, yang diharapkan dalam waktu yang singkat dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat (public trust building) terhadap Kementerian Kehutanan. Quick wins yang dikembangkan diupayakan agar memiliki daya ungkit (key leverage) yang potensial untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Kementerian Kehutanan. Pemilihan produk layanan (public services) yang akan dijadikan quick wins menjadi sangat krusial, karena harus bersentuhan langsung dengan kepentingan publik. Target dari quick wins adalah perubahan pola pikir dan budaya kerja serta manajemen aparatur Kementerian Kehutanan. Berdasarkan hasil perumusan dengan stakeholders, telah ditetapkan program quick wins Kementerian Kehutanan
12

adalah sebagai berikut : 1. Penataan sistem informasi izin pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam 2. Penataan sistem informasi izin pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman 3. Penataan sistem informasi Izin Pinjam Pakai kawasan hutan dengan kompensasi membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan 4. Penataan sistem informasi izin Pelepasan kawasan hutan untuk budidaya perkebunan.

4.2. Rencana Jangka Pendek

Kegiatan reformasi birokrasi Kementerian Kehutanan yang termasuk kedalam rencana jangka pendek adalah sebagai berikut : 1. Percepatan proses sertifikasi mutu sumber benih dan bibit tanaman hutan 2. Percepatan penetapan areal kerja hutan kemasyarakatan 3. Percepatan penetapan areal kerja hutan desa 4. Penyederhanaan izin usaha industri primer hasil hutan kayu (IUIPHHK) 5. Penyempurnaan pencadangan areal hutan tanaman rakyat (HTR) 6. Penataan izin usaha penyediaan jasa dan sarana wisata alam (IUPJSWA) di hutan lindung 7. Penataan izin usaha penyediaan jasa dan sarana wisata alam (IUPJSWA) di kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam 8. Penataan izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam 9. Pengaturan sistem peminjaman jenis satwa liar dilindungi ke luar negeri untuk kepentingan konservasi (conservation loan) 10. Penyederhanaan sistem peragaan tumbuhan dan satwa liar dilindungi 11. Penyempurnaan pengaturan lembaga konservasi
13

12. Penyederhanaan sistem pertukaran jenis tumbuhan atau satwa dilindungi dengan lembaga konservasi di luar negeri

4.3.

Rencana Jangka Menengah

Rencana jangka menengah yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kehutanan, mencakup Aspek Kelembagaan, Aspek Ketatalaksanaan dan Aspek SDM Aparatur adalah sebagai berikut: 1. Penyederhanaan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu hutan kemasyarakatan 2. Penyederhanaan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu hutan desa 3. Penataan izin usaha pemanfaatan jasa dan lingkungan geotermal di kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam 4. Percepatan perizinan pengambilan atau penangkapan serta peredaran tumbuhan dan satwa liar 5. Penyusunan mekanisme tata cara perizinan perolehan tumbuhan dan satwa liar dilindungi dan atau termasuk Appendix I CITES yang bersumber dari lembaga konservasi 6. Penyempurnaan sistem penilaian kinerja pegawai

A.4. Rencana Jangka Panjang Program jangka panjang yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kehutanan, mencakup aspek-aspek Kelembagaan, Ketatalaksanaan dan Kepegawaian yang menunjang kepada perbaikan birokrasi sampai dengan tahun 2025. 5. Tenaga Pelaksana Penanggungjawab pelaksanaan kegiatan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Kehutanan adalah Sekretaris Jenderal, sedangkan dalam pelaksanaannya
14

dilakukan oleh Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Kehutanan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 25/Menhut-II/2011 tanggal 31 Januari 2011. Secara lengkap susunan tim kerja reformasi birokrasi Kementerian Kehutanan adalah sebagai berikut: Tim Pengarah: Ketua : Menteri Kehutanan Sekretaris Anggota : Sekretaris Jenderal : 1. Inspektur Jenderal 2. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan 3. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam 4. Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan 5. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kehutanan 6. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Tugas Tim Pengarah Reformasi Birokrasi Kementerian Kehutanan : 1. Memberikan pengarahan kepada Tim Pelaksana; 2. Merumuskan grand design reformasi peraturan perundang-undangan; birokrasi sesuai

3. Memberikan masukan kepada Menteri Kehutanan yang berkaitan dengan kebijakan, strategi, program, dan kegiatan reformasi birokrasi; 4. Melakukan konsultasi dengan Tim Kerja Reformasi Birokrasi Nasional dalam melaksanakan Reformasi Birokrasi lingkup Kementerian Kehutanan; 5. Melakukan sosialisasi dan internalisasi kepada aparat dan pihak-pihak yang berkepentingan tentang Reformasi Birokrasi lingkup Kementerian Kehutanan; 6. Memastikan keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi yang telah ditetapkan baik dari kualitas hasil, ketepatan waktu dan anggaran, melalui proses monitoring dan evaluasi berkala; 7. Memberikan laporan pelaksanaan program Reformasi Birokrasi secara berkala kepada Menteri Kehutanan.
15

Tim Pelaksana: Ketua : Sekretaris Jenderal Wakil Ketua : Inspektur Jenderal Ketua Harian : Staf Khusus Bidang Pengembangan SDM dan Reformasi Birokrasi. Sekretaris : 1. Kepala Biro Hukum dan Organisasi 2. Sekretaris Inspektorat Jenderal Narasumber : 1. Staf Ahli Menteri Bidang Revitalisasi Industri Kehutanan 2. Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Perdagangan Internasional 3. Staf Ahli Menteri Bidang Lingkungan dan Perubahan Iklim 4. Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga 5. Staf Ahli Menteri Bidang Keamanan Hutan Anggota : 1. Kepala Biro Keuangan 2. Sekretaris Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam 3. Sekretaris Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan 4. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial 5. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan 6. Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan 7. Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Tugas Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Kementerian Kehutanan : 1. Melaksanakan arahan Tim Pengarah dalam pelaksanaan
16

reformasi birokrasi; 2. Melaksanakan konsultasi dengan Tim Teknis Reformasi Birokrasi Nasional dan para pihak terkait; 3. Menyusun Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi pada Kementerian Kehutanan; 4. Menjadi agen perubahan Kementerian Kehutanan; reformasi birokrasi pada

5. Mengkoordinasikan pelaksanaan program dan kegiatan Reformasi Birokrasi sebagaimana dituangkan pada Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi Kementerian Kehutanan 6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi secara internal terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian Kehutanan 7. Melaporkan hasil kerjanya kepada Tim Pengarah Reformasi Birokrasi Kementerian Kehutanan. 6. Anggaran Rencana anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Kehutanan untuk program percepatan quick wins, jangka pendek, dan jangka menengah adalah sekitar Rp26.260.598.000, 00 dengan alokasi sebagai berikut : 1. Program Percepatan Quick Wins sebesar Rp13.329.462.000,00 dengan rincian untuk : a. Kegiatan Penataan Sistem Informasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam sebesar Rp 4.046.238.000,00. b. Kegiatan Penataan Sistem Informasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman sebesar Rp 7.266.024.000,00. c. Kegiatan Penataan Sistem Informasi Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Dengan Kompensasi Pembayaran PNBP Penggunaan Kawasan Hutan sebesar Rp1.008.600.000,00. d. Kegiatan Penataan Sistem Informasi Pelepasan Kawasan Hutan Untuk Budidaya Perkebunan sebesar Rp1.008.600.000,00 2. Program Jangka Pendek sebesar Rp29.767.949.390,00 dengan rincian untuk : a. Percepatan proses sertifikat mutu sumber benih dan
17

b. c. d. e.

f.

g.

h.

i. j. k.

bibit tanaman hutan sebesar Rp15.986.496.000,00. Percepatan penetapan areal kerja hutan desa sebesar Rp6.887.893.390,00. Penyederhanaan izin usaha industri primer hasil hutan Rp150.800.000,00. Penyempurnaan pencadangan areal hutan tanaman rakyat (HTR) Rp500.000.000,00. Penataan izin usaha penyediaan jasa dan sarana wisata alam (IUPJSWA) di hutan lindung sebesar Rp1.100.000.000,00. Penataan izin usaha penyediaan jasa dan sarana wisata alam (IUPJSWA) di KSA dan KPA sebesar Rp1.400.000.000,00. Penataan izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam sebesar Rp1.900.000.000,00 Pengaturan izin peminjaman jenis satwaliar dilindungi ke luar negeri untuk kepentingan konservasi sebesar Rp460.690.000,00. Penyederhanaan system peragaan tumbuhan dan satwa liar dilindungi sebesar Rp460.690.000,00. Penyempurnaan pengaturan Lembaga Konservasi sebesar Rp460.690.000,00. Penyederhanaan system pertukaran jenis tumbuhan atau satwa dilindungi dengan lembaga konservasi di luar negeri sebesar Rp460.690.000,00

3. Program Jangka Menengah sebesar Rp14.447.190.000,00 dengan rincian untuk : a. Kegiatan Penyederhanaan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada HKm sebesar Rp2.500.000.000,00. b. Kegiatan Penyederhanaan Izin Efektivitas Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Desa sebesar Rp2.500.000.000,00. c. Kegiatan Penataan Izin Usaha Pemanfaatan Jasa dan Lingkungan Geothermal di KSA dan KPA sebesar Rp6.900.000.000,00 d. Kegiatan Percepatan Perizinan Menteri Pengambilan atau Penangkapan Serta Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar sebesar Rp895.000.000,00. e. Kegiatan Penyederhanaan Izin Menteri Perolehan Tumbuhan dan Satwa Liar Dilindungi dan atau
18

Termasuk Appendix I CITES Yang Bersumber Dari Lembaga Konservasi sebesar Rp1.040.190.000,00. f. Kegiatan Penyempurnaan Sistem Penilaian Kinerja Pegawai sebesar Rp522.000.000,00 Pelaksanaan Reformasi Birokrasi sampai dengan tahun 2014 membutuhkan dana sebesar Rp. 57.544.601.390,- atau sebesar Rp. 19,81 milyar/tahun. Dengan demikian maka anggararan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Kehutanan hanya sekitar 0,32 % dari nilai anggaran Kementerian Kehutanan setiap tahunnya. Sementara itu kebutuhan tunjangan kinerja yang nilainya disesuaikan dengan Keputusan Kepala BKN No 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penghitungan Tunjangan Kinerja PNS, yaitu adalah sebesar Rp. 924,085 milyar/tahun, sehingga total kebutuhan anggaran reformasi birokrasi Kementerian Kehutanan adalah Rp. 943,895 milyar/tahun atau sekitar 15,46 % dari total anggaran Kementerian Kehutanan. Anggaran Reformasi Birokrasi Kementerian Kehutanan akan diperoleh dengan melakukan dan mengefektifkan anggaran yang ada, melalui melakukan penghematan terhadap kegiatan kegiatan yang tidak sesuai dengan Indikator Kinerja Utama unit organisasi.

19

Anda mungkin juga menyukai