Anda di halaman 1dari 2

Rahasia Mengapa Pahala Sedekah Hanya 10, Sementara Mengutangi 18

Kamis, 2012 Oktober 18 13:13

Almarhum Ayatullah Mojtahedi Tehrani dalam pelajaran akhlak mengatakan: Di atas pintu surga tertulis tiga kalimat: 1. Rahmat-Ku Mendahului Murka-Ku Allah Swt berfirman:


Sabaqat Rahmatii Ghadhabii Rahmat-Ku mendahului murka-Ku Dalam riwayat disebutkan ada seorang Arab Badui mendangi Rasulullah Saw. Ia bertanya, "Wahai Rasulullah! Siapa yang akan menghisab perbuatan manusia di Hari Kiamat?" Nabi menjawab, "Allah Swt yang menghisab semua." Mendengar jawab Nabi Saw, Arab Badui itu berkata, "Kalau begitu saya sudah tenang." Setelah mengatakan itu, ia pun berlalu dari Rasulullah.

Nabi Saw kemudian menghadap para sahabatnya dan berkata, "Ia telah mencapai hakikat dan memahaminya." Para sahabat masih belum puas. Mereka memanggilnya dan bertanya kepadanya, "Bagaimana engkau merasa tenang? Bukankah Rasulullah Saw mengatakan kepadamu bahwa Allah yang akan menghisab perbuatan semua manusia? Lalu bagaimana engkau mengatakan dirimu merasakan ketenangan?" Orang Arab Badui itu menjawab, "Al-Kariim Idzaa Qadara Afaa". Seorang yang dermawan bila merasa mampu maka ia akan memaafkan." 2. Bila seorang bersedekah akan mendapat 10 pahala dan bila mengutangi mendapat 18 pahala. Bila ia mengutangi keluarganya maka ia mendapat pahala 30. Para sahabat kemudian bertanya kepada Imam as, "Mengapa bisa begitu? Bukankah sama-sama memberi, tapi ketika sedekah pahalanya hanya 10, sementara mengutangi mendapat pahala 18?" Imam as menjawab, "Ketika seseorang memberi sedekah, terkadang orang yang diberinya itu bukan orang yang berhak. Dengan demikian, perbedaan ini dikarenakan pemberian sedekah terkadang jatuh kepada orang yang tidak berhak, sementara ketika memberi utang kepada orang lain, maka orang yang berutang itu sudah berusaha sebisanya tidak bisa dan jalan keluarnya adalah berutang. Artinya, orang yang berutang itu memang berhak. 3. Siapa yang mengenal Aku, maka ia harus mengetahui Qadha dan Qadar-Ku. Ia harus mengetahui Rububiah-Ku. Jangan menuduh-Ku, mengapa Engkau tidak memberi. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Anda mungkin juga menyukai