JADWAL SEMENTARA
Tanggal Efektif Pernyataan Pendaftaran : 23 Agustus 2011 Tanggal Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa : 24 Agustus 2011 (RUPSLB) Tanggal Cum - HMETD - Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi : 7 September 2011 - Pasar Tunai : 12 September 2011 Tanggal Ex - HMETD - Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi : 8 September 2011 - Pasar Tunai : 13 September 2011 Tanggal Pencatatan Daftar Pemegang Saham : 12 September 2011 yang Berhak Atas HMETD Tanggal Distribusi HMETD, Prospektus dan Formulir : 13 September 2011 Tanggal Pencatatan HMETD di PT Bursa Efek Indonesia : 14 September 2011 Periode Perdagangan HMETD : 14 - 21 September 2011 Periode Pendaftaran, Pemesanan, Pelaksanaan dan : 14 - 21 September 2011 Pembayaran HMETD Tanggal Distribusi Saham Hasil Pelaksanaan HMETD : 16 - 23 September 2011 Secara Elektronik Tanggal Akhir Pembayaran Pemesanan : 23 September 2011 Saham Tambahan Tanggal Penjatahan Pemesanan Saham Tambahan : 26 September 2011 Tanggal Pengembalian Uang Pesanan : 28 September 2011 Saham Tambahan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (selanjutnya dalam Prospektus ini disebut Perseroan) telah menyampaikan Pernyataan Pendaftaran Emisi Efek sehubungan dengan Penawaran Umum Terbatas V Kepada Para Pemegang Saham dalam rangka penerbitan HMETD (selanjutnya disebut PUT V) kepada Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan (BAPEPAM dan LK) pada tanggal 25 Juli 2011, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 tanggal 10 Nopember 1995 tentang Pasar Modal, Lembaga Negara Republik Indonesia No. 64 Tahun 1995, Tambahan No. 3608 beserta peraturanperaturan pelaksanaannya (selanjutnya disebut UUPM). Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan, Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal, dalam rangka PUT V ini bertanggung jawab sepenuhnya atas kebenaran semua informasi atau fakta material, keterangan atau laporan serta kejujuran pendapat yang disajikan dalam Prospektus ini sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia serta kode etik dan standar profesinya masing-masing. Penawaran Umum Terbatas V ini tidak didaftarkan berdasarkan peraturan perundang-undangan negara lain, selain yang berlaku di Indonesia. Barang siapa yang berada di luar Indonesia menerima Prospektus ini atau Sertifikat Bukti Right, maka dokumen-dokumen tersebut tidak dimaksudkan sebagai dokumen penawaran untuk membeli Saham yang ditawarkan pada Penawaran Umum Terbatas V ini atau melaksanakan HMETD, kecuali apabila penawaran dan pembelian Saham yang ditawarkan pada Penawaran Umum Terbatas V ini atau pelaksanaan HMETD tersebut tidak bertentangan atau bukan merupakan pelanggaran terhadap setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing negara tersebut. Perseroan telah mengungkapkan semua informasi yang wajib diketahui oleh publik dan tidak ada lagi informasi yang belum diungkapkan sehingga tidak menyesatkan publik. Setiap perubahan atau penambahan informasi mengenai HMETD sebagaimana dimaksud dalam Prospektus ini akan diumumkan selambat-lambatnya 2 (dua) Hari Kerja sebelum tanggal RUPSLB. Direksi atas nama Perseroan dengan ini melakukan Penawaran Umum Terbatas V (PUT V) kepada para pemegang saham Perseroan dalam rangka penerbitan HMETD untuk membeli saham Seri B baru sebanyak-banyaknya 1.212.811.915 (satu miliar dua ratus dua belas juta delapan ratus sebelas ribu sembilan ratus lima belas) saham Seri B dengan nilai nominal Rp 500 (lima ratus Rupiah) setiap saham dengan harga penawaran dalam kisaran sebesar Rp 4.100 (empat ribu seratus Rupiah) hingga Rp 4.800 (empat ribu delapan ratus Rupiah) per saham. Setiap pemegang 1.000 (seribu) saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan tanggal 12 September 2011 pada pukul 16.00 WIB berhak atas sebanyak-banyaknya 144 (seratus empat puluh empat) HMETD untuk membeli 1 (satu) saham Seri B baru dengan harga penawaran sebesar Rp 4.100 (empat ribu seratus Rupiah) hingga Rp 4.800 (empat ribu delapan ratus Rupiah) per saham yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan pemesanan pembelian saham. Setiap HMETD dalam bentuk pecahan akan dibulatkan kebawah. Jumlah dana yang akan diperoleh Perseroan sehubungan dengan PUT V sebanyakbanyaknya sebesar Rp 5.000.000.000.000 (lima triliun Rupiah). Jumlah saham yang ditawarkan dalam PUT V ini adalah saham Seri B yang berasal dari portepel Perseroan, dan seluruhnya akan dicatatkan di BEI. HMETD ini diperdagangkan di BEI dan dilaksanakan selama 6 (enam) hari kerja mulai tanggal 14 September 2011 sampai dengan tanggal 21 September 2011. HMETD yang tidak dilaksanakan hingga tanggal akhir periode tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi. Jumlah Saham Baru yang ditawarkan dalam PUT V ini akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. Saham dari PUT V memiliki hak yang sama dan sederajat dalam segala hal termasuk hak atas dividen dengan saham yang telah disetor penuh lainnya. Setiap HMETD dalam bentuk pecahan akan dibulatkan ke bawah (round down). Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd. telah menyatakan kesanggupannya untuk melaksanakan seluruh hak yang dimilikinya sebagaimana disebutkan di dalam Undertaking Agreement In The Context of Limited Public Offering V PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Apabila saham yang ditawarkan dalam PUT V ini tidak seluruhnya diambil bagian oleh pemegang HMETD, maka sisanya akan dialokasikan secara proporsional kepada pemegang HMETD, yang telah melaksanakan haknya dan yang melakukan pemesanan lebih besar dari haknya sebagaimana yang tercantum dalam Sertifikat Bukti HMETD, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Apabila setelah alokasi tersebut masih terdapat sisa saham, maka Citigroup Global Markets Singapore Pte. Ltd. dan Deutsche Bank AG, Hong Kong Branch selaku Pembeli Siaga akan membeli sisa saham yang tidak diambil bagian oleh pemegang saham pada harga penawaran sebesar Rp 4.100 (empat ribu seratus Rupiah) hingga Rp 4.800 (empat ribu delapan ratus Rupiah) setiap saham. Komposisi dan struktur permodalan Perseroan berdasarkan data pemegang saham yang dikeluarkan oleh PT Raya Saham Registra selaku Biro Adminsitrasi Efek pada tanggal 30 Juni 2011 adalah sebagai berikut: Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) % Keterangan Saham Seri A Saham Seri B Saham Seri A Saham Seri B @ Rp 50.000 @ Rp 500 Modal Dasar 22.400.000 17.760.000.000 1.120.000.000.000 8.880.000.000.000 Modal Ditempatkan dan Disetor Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd. - 5.674.493.482 - 2.837.246.741.000 67,37 JPMCB-Franklin Templeton Investment Funds - 484.402.970 - 242.201.485.000 5,75 Masyarakat* 22.400.000 2.241.008.514 1.120.000.000.000 1.120.504.257.000 26,88 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 22.400.000 8.399.904.966 1.120.000.000.000 4.199.952.483.000 100,00 Saham Dalam Portepel - 9.360.095.034 - 4.680.047.517.000 *) kepemilikan dibawah 5% Apabila seluruh HMETD yang ditawarkan dalam PUT V ini seluruhnya dilaksanakan menjadi saham Perseroan, maka struktur permodalan Perseroan per 30 Juni 2011 dan sesudah dilaksanakannya PUT V, adalah sebagai berikut: Per 30 Juni 2011 Setelah PUT V Jumlah Saham Nilai Nominal Jumlah Saham Nilai Nominal Modal Saham Saham Saham Seri A Saham Seri B Saham Saham Saham Seri A Saham Seri B Seri A Seri B (@ Rp 50.000) (@ Rp 500) Seri A Seri B (@ Rp 50.000) (@ Rp 500) Modal Dasar 22.400.000 17.760.000.000 1.120.000.000.000 8.880.000.000.000 22.400.000 17.760.000.000 1.120.000.000.000 8.880.000.000.000 Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh: 22.400.000 8.399.904.966 1.120.000.000.000 4.199.952.483.000 22.400.000 9.612.716.881 1.1200.000.000.000 4.806.358.440.500 Saham dalam Portepel - 9.360.095.034 - 4.680.047.517.000 - 8.147.283.119 - 4.073.641.559.500 Proforma di atas dibuat dengan asumsi belum dilaksanakannya E/MSOP sebesar 4.461.500 (empat juta empat ratus enam puluh satu ribu lima ratus ) saham Pemegang HMETD yang tidak menggunakan haknya untuk membeli saham dalam rangka PUT V ini dapat menjual haknya kepada pihak ketiga dari tanggal 14 September 2011 sampai dengan tanggal 21 September 2011 melalui BEI atau di luar bursa sesuai dengan Peraturan No. IX.D.1. Para pemegang saham yang tidak menggunakan haknya untuk membeli Saham HMETD yang ditawarkan pada PUT V ini dapat mengalami dilusi yang material terhadap persentase kepemilikan sahamnya sampai dengan maksimum 12,6%. Semua saham Perseroan yang telah ditempatkan dan disetor penuh termasuk saham Seri B baru yang akan diterbitkan dalam PUT V ini memiliki hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham yang telah dikeluarkan sebelumnya oleh Perseroan, termasuk hak atas dividen. Perseroan tidak bermaksud untuk mengeluarkan saham baru atau efek lainnya yang dapat dikonversi menjadi saham dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak Tanggal Efektif. Dana hasil Penawaran Umum Terbatas V, setelah dikurangi biaya emisi, akan digunakan untuk pemberian pinjaman yang diberikan (kredit) pada sektor kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta pembiayaan otomotif. Di samping itu, Penawaran Umum Terbatas V ini juga akan memperkuat posisi permodalan Perseroan sehubungan dengan kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan juga sehubungan dengan persiapan Perseroan dalam rangka implementasi Basel II pada tahun 2012 dan Basel III yang rencananya akan dilaksanakan pada tahun 2015-2019. Setelah Penawaran Umum Terbatas V, proforma rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum per tanggal 31 Maret 2011 untuk stand alone akan meningkat dari 12,05% menjadi 16,98% dan untuk konsolidasi Perseroan akan meningkat dari 14,75% menjadi sebesar 19,16%. Tabel informasi yang terdapat dalam pembahasan berikut, pada tanggal dan untuk periode 3 (tiga) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 yang diekstrak dari Laporan Keuangan Konsolidasian Perseroan dan Anak Perusahaan (Laporan Keuangan Konsolidasian). Laporan Keuangan Konsolidasian tanggal 31 Maret 2011 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Siddharta & Widjaja (a member firm of KPMG International), dengan pendapat wajar tanpa pengecualian dan memuat paragraf penjelasan yang menyatakan bahwa Perseroan dan Anak Perusahaan telah menerapkan beberapa PSAK tertentu yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011, baik secara prospektif maupun retrospektif. Perseroan dan Anak Perusahaan mempunyai liabilitas yang keseluruhannya berjumlah Rp 104.483.820 juta, dengan perincian sebagai berikut: (dalam jutaan Rupiah) Keterangan Rupiah Mata Uang Asing Jumlah (ekuivalen Rupiah) Simpanan nasabah 71.837.420 8.847.683 80.685.103 Simpanan dari bank lain 1.821.260 503.677 2.324.937 Efek yang dijual dengan janji dibeli kembali 2.790.276 2.790.276 Pendapatan premi tangguhan 662.431 662.431 Premi yang belum merupakan pendapatan 346.173 346.173 Liabilitas akseptasi 20.697 866.307 887.004 Obligasi yang diterbitkan 6.302.358 6.302.358 Pinjaman yang diterima 2.124.071 2.075.949 4.200.020 Utang pajak 96.689 96.689 Liabilitas derivatif 161.105 94.966 256.071 Liabilitas pajak tangguhan, bersih 348.535 348.535 Beban yang masih harus dibayar dan liabilitas lain-lain 4.748.487 335.736 5.084.223 Pinjaman subordinasi 500.000 500.000 Jumlah Liabilitas 91.759.502 12.724.318 104.483.820 Tidak ada pembatasan-pembatasan (negative covenant) yang dapat merugikan hak-hak pemegang saham publik, sehingga tidak ada pencabutan dari pembatasanpembatasan tersebut. Umum Perseroan merupakan salah satu lembaga jasa keuangan terkemuka di Indonesia. Perseroan adalah bank umum terbesar keenam dan bank swasta nasional terbesar ketiga di Indonesia dalam hal jumlah aset, pinjaman, dan jumlah simpanan. Per tanggal 30 Juni 2011 Perseroan memiliki 79 kantor cabang domestik, 390 kantor cabang pembantu domestik, 920 kantor cabang Danamon Simpan Pinjam (termasuk 19 cabang implant, dengan didukung oleh 200 unit mobile), 246 sales representative office Consumer Mass Market, 11 kantor cabang Syariah, 10 kantor Gadai Emas Syariah yang tersebar di seluruh Indonesia, serta 1 kantor cabang di luar negeri serta 1.084 jaringan ATM milik sendiri dan sejumlah ATM Mitra Kerja lainnya. Jaringan kerja yang dimiliki Perseroan termasuk salah satu yang terbesar diantara bank swasta lainnya di Indonesia yang tersebar di seluruh Indonesia dan mencakup sebagian besar kabupaten. Sejalan dengan perkembangan usahanya dari tahun ke tahun, Perseroan telah berhasil memberikan berbagai jenis jasa perbankan serta jasa keuangan lainnya untuk perusahaan berskala besar (korporasi), perusahaan berskala menengah (komersial), perusahaan berskala kecil dan menengah (UKM), pengusaha kecil (mikro) dan konsumen. Analisis Keuangan Laporan Laba Rugi Konsolidasian a. Pendapatan dan Beban Operasional (dalam jutaan Rupiah) Keterangan 31 Maret 31 Desember 2011 2010 2009 2008 Pendapatan bunga 3.967.638 14.417.745 15.682.777 14.189.334 Beban bunga (1.359.063) (4.509.295) (6.220.816) (5.834.855) Pendapatan bunga bersih 2.608.575 9.908.450 9.461.961 8.354.479 Pendapatan bunga bersih Perseroan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 adalah sebesar Rp 2.608.575 juta. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan rata-rata jumlah pinjaman yang diberikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan cost of fund akibat peningkatan rata-rata saldo dana pihak ketiga yang diiringi dengan peningkatan suku bunga akibat persaingan untuk mendapatkan deposito dalam industri perbankan. Pendapatan bunga bersih mengalami peningkatan sebesar 4,72% atau Rp 446.489 juta menjadi Rp 9.908.450 juta pada tahun 2010 dari Rp 9.461.961 juta pada tahun 2009. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya penurunan yield atas pinjaman yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan penurunan cost of fund (COF) seiring dengan trend penurunan suku bunga di Indonesia. Rata-rata cost of fund turun sebesar 1,90% dari 7,33% di tahun 2009 menjadi 5,43% di tahun 2010 sedangkan rata-rata yield atas pinjaman turun sebesar 1,82% dari 18,42% di tahun 2009 menjadi 16,60% di tahun 2010. Pendapatan bunga bersih mengalami peningkatan sebesar 13,26% atau Rp1.107.482 juta menjadi Rp 9.461.961 juta pada tahun 2009 dari Rp 8.354.479 juta pada tahun 2008. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya peningkatan yield yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan cost of fund (COF) karena Perseroan terus memfokuskan pada pertumbuhan marjin aset seperti pinjaman konsumen. Yield aset produktif rata-rata mengalami peningkatan menjadi 18,34% di tahun 2009 dari 16,80% di tahun 2008, sementara COF hanya naik menjadi 7,33% di tahun 2009 dari 6,96% di tahun 2008.
PROSPEKTUS RINGKAS
PENAWARAN UMUM TERBATAS V INI BELUM MEMPEROLEH PERSETUJUAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM, INFORMASI DALAM DOKUMEN INI MASIH DAPAT DILENGKAPI DAN/ATAU DIUBAH, PERNYATAAN EFEK INI TELAH DISAMPAIKAN KEPADA BAPEPAM DAN LK NAMUN BELUM MEMPEROLEH PERNYATAAN EFEKTIF DARI BAPEPAM DAN LK. EFEK INI TIDAK DAPAT DIJUAL SEBELUM MEMPEROLEH PERSETUJUAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM DAN PERNYATAAN PENDAFTARAN YANG TELAH DISAMPAIKAN KEPADA BAPEPAM-LK. BAPEPAM DAN LK TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI, TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI PROSPEKTUS INI. SETIAP PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN MELANGGAR HUKUM. PT BANK DANAMON INDONESIA TBK (PERSEROAN) BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA ATAS KEBENARAN SEMUA KETERANGAN, DATA, ATAU LAPORAN DAN KEJUJURAN PENDAPAT YANG TERCANTUM DALAM PROSPEKTUS INI.
PENAWARAN UMUM TERBATAS V KEPADA PARA PEMEGANG SAHAM DALAM RANGKA PENERBITAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU (HMETD) Sebanyak-banyaknya 1.212.811.915 (satu miliar dua ratus dua belas juta delapan ratus sebelas ribu sembilan ratus lima belas) saham Seri B atas nama dengan nilai nominal Rp 500 (lima ratus Rupiah) per saham. Setiap pemegang 1.000 (seribu) saham Perseroan yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk pada tanggal 12 September 2011 pukul 16.00 WIB berhak atas sebanyak-banyaknya 144 (seratus empat puluh empat) HMETD dimana 1 (satu) HMETD berhak untuk membeli 1 (satu) saham Seri B dengan kisaran harga penawaran sebesar Rp 4.100 (empat ribu seratus Rupiah) hingga Rp 4.800 (empat ribu delapan ratus Rupiah) per saham. Setiap HMETD dalam bentuk pecahan akan dibulatkan kebawah. Saham yang ditawarkan dalam rangka Penawaran Umum Terbatas V dengan menerbitkan HMETD ini seluruhnya adalah saham Seri B yang akan dikeluarkan dari portepel Perseroan. Saham yang berasal dari pelaksanaan HMETD akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Sertifikat Bukti HMETD akan diperdagangkan di Bursa Efek dan diluar Bursa Efek dalam jangka waktu tidak kurang dari 6 (enam) Hari Kerja mulai tanggal 14 September 2011 sampai dengan tanggal 21 September 2011. Pencatatan Saham Seri B biasa atas nama hasil pelaksanaan HMETD akan dilakukan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 14 September 2011. Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd. selaku pemegang saham utama Perseroan telah menyatakan kesanggupannya untuk melaksanakan seluruh hak yang dimilikinya sebagaimana disebutkan di dalam Undertaking Agreement In The Context of Limited Public Offering V PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Jika saham baru yang ditawarkan dalam Penawaran Umum Terbatas V ini tidak seluruhnya diambil oleh pemegang saham atau pemegang HMETD, maka sisanya akan dialokasikan kepada pemegang saham lainnya yang melakukan pemesanan lebih dari haknya, seperti yang tercantum dalam Sertifikat Bukti HMETD atau Surat Bukti Kepemilikan (SBK) secara proporsional berdasarkan hak yang telah dilaksanakannya, dan jika masih terdapat sisa saham, maka sisa saham tersebut akan dibeli masing-masing oleh Citigroup Global Markets Singapore Pte. Ltd. dan Deutsche Bank AG, Hong Kong Branch sebagai Para Pembeli Siaga. SERTIFIKAT HMETD DAPAT DIPERJUALBELIKAN DI DALAM ATAU DI LUAR BURSA DALAM WAKTU TIDAK LEBIH DARI 6 HARI BURSA, SEJAK TANGGAL 14 SEPTEMBER 2011 SAMPAI DENGAN TANGGAL 21 SEPTEMBER 2011. HARI TERAKHIR PELAKSANAAN HMETD ADALAH 21 SEPTEMBER 2011. PENAWARAN UMUM TERBATAS V MENJADI EFEKTIF SETELAH DISETUJUI OLEH RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA PERSEROAN. DALAM HAL RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM LUAR BIASA TIDAK MENYETUJUI PENAWARAN UMUM TERBATAS V INI, MAKA KEGIATAN-KEGIATAN YANG TELAH DILAKSANAKAN OLEH PERSEROAN DALAM RANGKA PENERBITAN HMETD SESUAI DENGAN JADWAL TERSEBUT DI ATAS DIANGGAP TIDAK PERNAH ADA. RISIKO UTAMA YANG DIHADAPI OLEH PERSEROAN ADALAH STRATEGI PERTUMBUHAN PERSEROAN TIDAK BERHASIL. RISIKO USAHA LAINNYA DAPAT DILIHAT PADA BAB V TENTANG RISIKO USAHA PADA PROSPEKTUS INI. PENTING UNTUK DIPERHATIKAN OLEH PARA PEMEGANG SAHAM PEMEGANG SAHAM PERSEROAN YANG TIDAK MELAKSANAKAN HAKNYA UNTUK MEMBELI SAHAM SERI B BARU YANG DITAWARKAN DALAM PENAWARAN UMUM TERBATAS V INI SESUAI DENGAN HMETD-NYA AKAN MENGALAMI PENURUNAN PERSENTASE KEPEMILIKAN SAHAMNYA (TERDILUSI) DALAM PERSEROAN SAMPAI DENGAN MAKSIMUM 12,6%. PERSEROAN DALAM PENAWARAN UMUM TERBATAS V INI TIDAK AKAN MENERBITKAN SURAT KOLEKTIF SAHAM. SAHAM-SAHAM TERSEBUT AKAN DIDISTRIBUSIKAN SECARA ELEKTRONIK YANG AKAN DIADMINISTRASIKAN DALAM PENITIPAN KOLEKTIF PT KUSTODIAN SENTRAL EFEK INDONESIA (KSEI). Prospektus Ringkas ini diterbitkan di Jakarta pada tanggal 25 Juli 2011 Pendapatan Bunga Pendapatan bunga untuk periode 3 (tiga) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 secara keseluruhan sebesar Rp 3.967.638 juta dengan kontribusi terbesar adalah dari bunga pinjaman yang diberikan yaitu mencapai 72,74% dari pendapatan bunga. Hal ini karena Perseroan terus memfokuskan pada pertumbuhan marjin aset seperti pinjaman konsumen, dimana pada waktu yang bersamaan juga mengurangi yield yang menghasilkan pendapatan rendah seperti obligasi Pemerintah dan efek-efek. Pendapatan bunga secara keseluruhan di tahun 2010 sebesar Rp 14.417.745 juta, atau 8,07% lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu Rp 15.682.777 juta. Kenaikan yang relatif kecil pada pendapatan bunga dari pinjaman yang diberikan, tidak dapat menutupi penurunan yang lebih besar pada pendapatan bunga dari obligasi Pemerintah, bunga dari pembiayaan konsumen dan bunga dari efek-efek dan tagihan lainnya. Bunga dari pinjaman yang diberikan naik sebesar 0,49% atau Rp52.759 juta menjadi Rp 10.835.560 juta pada tahun 2010 dari Rp 10.782.801 juta pada tahun 2009. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya kenaikan rata-rata saldo pinjaman yang diberikan sekitar 15% dari Rp 55.562 juta di tahun 2009 menjadi Rp 63.711 juta di tahun 2010. Hal ini sejalan dengan rencana Perseroan untuk terus berkembang dengan memfokuskan pada pertumbuhan pinjaman yang memberikan marjin yang tinggi. Bunga dari pembiayaan konsumen turun sebesar 19,73% atau Rp 591.502 juta menjadi Rp 2.405.854 juta pada tahun 2010 dari Rp 2.997.356 juta pada tahun 2009. Penurunan ini terutama sehubungan dengan implementasi PSAK No.55 (Revisi 2006) dimana amortisasi beban perolehan nasabah pembiayaan konsumen Anak Perusahaan (biaya transaksi) sebesar Rp 1.301.211 juta dicatat sebagai pengurang dari pendapatan bunga. Sebelum tahun 2010, amortisasi tersebut dicatat sebagai beban provisi dan komisi. Bunga dari obligasi Pemerintah mengalami penurunan sebesar 39,91% atau Rp 448.130 juta, menjadi Rp 674.724 juta pada tahun 2010 dari Rp 1.122.854 juta pada tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh penurunan kepemilikan obligasi Pemerintah akibat penjualan sepanjang tahun 2010. Bunga dari efek-efek mengalami penurunan sebesar 57,95% atau Rp 321.089 juta, menjadi Rp 232.952 juta pada tahun 2010 dari Rp 554.041 juta pada tahun 2009. Penurunan ini terutama dikarenakan oleh penurunan volume kepemilikan SBI selama tahun 2010 dan juga trend penurunan tingkat suku bunga di Indonesia. Bunga dari penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia mengalami kenaikan sebesar 19,02% atau Rp 42.930 juta, menjadi Rp 268.655 juta pada tahun 2010 dari Rp 225.725 juta pada tahun 2009. Peningkatan ini terutama dikarenakan oleh peningkatan rata-rata volume penempatan FASBI selama tahun 2010 dari Rp728 juta di tahun 2009 menjadi Rp 1.532 juta di tahun 2010. Pendapatan bunga secara keseluruhan naik sebesar 10,53% atau Rp 1.493.443 juta, menjadi Rp 15.682.777 juta pada tahun 2009 dari Rp 14.189.334 juta pada tahun 2008. Bunga dari pinjaman yang diberikan naik sebesar 10,56% atau Rp 1.029.993 juta menjadi Rp 10.782.801 juta pada tahun 2009 dari Rp 9.752.808 juta pada tahun 2008. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya perbaikan rata-rata yield yang relatif lebih tinggi di tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2008. Hal ini karena Perseroan memfokuskan pada pertumbuhan pinjaman yang memberikan marjin lebih tinggi. Bunga dari pembiayaan konsumen naik sebesar 19,78% atau Rp 494.880 juta menjadi Rp 2.997.356 juta pada tahun 2009 dari Rp 2.502.476 juta pada tahun 2008. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh adanya peningkatan pembiayaan kepada konsumen terutama sepeda motor dan perluasan dalam hubungan kerjasama dengan dealer. Bunga dari obligasi Pemerintah mengalami penurunan sebesar 9,09% atau Rp 112.228 juta, menjadi Rp 1.122.854 juta pada tahun 2009 dari Rp 1.235.082 juta pada tahun 2008. Hal ini disebabkan oleh penurunan kepemilikan obligasi Pemerintah akibat penjualan sepanjang tahun 2009 terutama obligasi Pemerintah dengan tenor panjang yang rentan terhadap risiko pergerakan suku bunga. Bunga dari efek-efek mengalami peningkatan sebesar 11,06% atau Rp 55.182 juta, menjadi Rp 554.041 juta pada tahun 2009 dari Rp 498.859 juta pada tahun 2008. Peningkatan ini terutama dikarenakan oleh peningkatan volume kepemilikan SBI selama tahun 2009. Beban Bunga Beban bunga secara keseluruhan untuk periode 3 (tiga) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 adalah sebesar Rp 1.359.063 juta dengan porsi terbesar berasal dari beban bunga simpanan nasabah yaitu sebesar Rp 1.020.522 juta atau 75,09% dari jumlah beban bunga. Beban bunga mengalami penurunan sebesar 27,51% atau Rp 1.711.521 juta menjadi Rp 4.509.295 juta pada tahun 2010 dari Rp 6.220.816 juta pada tahun 2009. Hal ini seiring dengan trend penurunan suku bunga di Indonesia sepanjang tahun 2010. Beban bunga simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain mengalami penurunan sebesar 31,16% atau Rp 1.592.238 juta menjadi Rp 3.517.628 juta pada tahun 2010 dari Rp 5.109.866 juta pada tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh penurunan ratarata pendanaan dan menurunnya tingkat suku bunga perbankan sepanjang tahun 2010. Saldo rata-rata simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain mengalami penurunan sebesar 3,81% atau Rp 2.727.549 juta menjadi Rp 68.831.751 juta pada tahun 2010 dari Rp 71.559.300 juta pada tahun 2009. Secara garis besar hal ini sejalan dengan rencana Perseroan untuk mengurangi pendanaan berbiaya mahal dan memusatkan pada pendanaan berbiaya murah seperti tabungan dan giro. Saldo rata-rata deposito berjangka mengalami penurunan sebesar 16,49% atau Rp 8.499.925 juta menjadi Rp 43.058.298 juta pada tahun 2010 dari Rp 51.558.223 juta pada tahun 2009. Sebaliknya, saldo rata-rata giro mengalami kenaikan sebesar 22,91% atau Rp1.556.301 juta menjadi Rp 8.350.800 juta pada tahun 2010 dari Rp 6.794.499 juta pada tahun 2009. Saldo rata-rata tabungan juga naik sebesar 31,92% atau Rp 4.216.074 juta menjadi Rp 17.422.653 juta pada tahun 2010 dari Rp 13.206.579 juta pada tahun 2009. Suku bunga rata-rata simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain mengalami penurunan dari 7,20% pada tahun 2009 menjadi 5,16% pada tahun 2010. Penurunan ini mengikuti trend penurunan tingkat suku bunga di Indonesia sepanjang tahun 2010, terutama untuk deposito berjangka. Suku bunga rata-rata deposito berjangka turun dari rata-rata 9,12% pada tahun 2009 menjadi rata-rata 6,76% pada tahun 2010. Suku bunga giro rata-rata mengalami sedikit kenaikan dari rata-rata 1,63% pada tahun 2009 menjadi 1,81% pada tahun 2010. Beban bunga dari pinjaman yang diterima (termasuk beban bunga pinjaman subordinasi) turun sebesar 17,09% atau Rp 120.003 juta menjadi Rp 582.085 juta pada tahun 2010 dari Rp 702.088 juta pada tahun 2009. Hal ini dikarenakan adanya pelunasan sebagian pinjaman dari IFC dan pelunasan utang repo. Saldo rata-rata pinjaman yang diterima turun sebesar 8,46% atau Rp 673.518 juta menjadi Rp 7.291.907 juta pada tahun 2010 dari Rp 7.965.425 juta pada tahun 2009. Beban bunga mengalami kenaikan sebesar 6,61% atau Rp 385.961 juta menjadi Rp 6.220.816 juta pada tahun 2009 dari Rp 5.834.855 juta pada tahun 2008. Hal ini disebabkan oleh peningkatan rata-rata saldo pendanaan yang dikenai bunga (average interest-bearing liabilities) dan kenaikan biaya pendanaan. Beban bunga simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain mengalami kenaikan sebesar 16,38% atau Rp 719.120 juta menjadi Rp 5.109.866 juta pada tahun 2009 dari Rp 4.390.746 juta pada tahun 2008. Hal ini disebabkan oleh kenaikan rata-rata pendanaan dan biaya pendanaan yang dipicu oleh persaingan yang ketat dengan bank lain dalam memperoleh pendanaan, di mana bank pesaing lain menawarkan bunga yang agresif untuk menarik nasabah. Saldo rata-rata simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain mengalami kenaikan sebesar 8,13% atau Rp 5.380.731 juta menjadi Rp 71.559.300 juta pada tahun 2009 dari Rp 66.178.569 juta pada tahun 2008. Secara garis besar hal ini sejalan dengan usaha Perseroan yang makin berkembang. Saldo rata-rata giro mengalami kenaikan sebesar 2,69% atau Rp 177.997 juta menjadi Rp 6.794.499 juta pada tahun 2009 dari Rp 6.616.502 juta pada tahun 2008. Saldo rata-rata tabungan naik sebesar 11,76% atau Rp1.389.179 juta menjadi Rp 13.206.579 juta pada tahun 2009 dari Rp 11.817.400 juta pada tahun 2008. Saldo rata-rata deposito berjangka Perseroan naik sebesar 7,99% atau Rp 3.813.557 juta menjadi Rp 51.558.223 juta pada tahun 2009 dari Rp 47.744.666 juta pada tahun 2008. Suku bunga rata-rata simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain mengalami kenaikan dari 6,66% pada tahun 2008 menjadi 7,20% pada tahun 2009. Kenaikan ini pada umumnya disebabkan oleh kenaikan suku bunga domestik karena ketatnya likuiditas. Kenaikan suku bunga rata-rata tersebut berdampak langsung terhadap suku bunga rata-rata deposito berjangka jangka pendek Perseroan (deposito dengan jangka waktu sampai dengan tiga bulan). Suku bunga rata-rata deposito berjangka naik dari 8,24% pada tahun 2008 menjadi 9,12% pada tahun 2009. Suku bunga rata-rata giro turun dari 1,65% pada tahun 2008 menjadi 1,63% pada tahun 2009. Suku bunga rata-rata tabungan turun dari 3,06% pada tahun 2008 menjadi 2,49% pada tahun 2009.Beban bunga dari pinjaman yang diterima (termasuk beban bunga pinjaman subordinasi) turun sebesar 31,32% atau Rp 320.161 juta menjadi Rp 702.088 juta pada tahun 2009 dari Rp 1.022.249 juta pada tahun 2008. Hal ini dikarenakan adanya pelunasan subdebt Dolar Amerika Serikat senilai US$ 300 juta dengan tingkat bunga 7,65%.Saldo rata-rata pinjaman yang diterima turun sebesar 25,35% atau Rp 2.704.959 juta menjadi Rp 7.965.425 juta pada tahun 2009 dari Rp 10.670.384 juta pada tahun 2008. b. Pendapatan dan Beban Operasional Lainnya Konsolidasian Pendapatan Operasional Lainnya Pendapatan operasional lainnya untuk periode 3 (tiga) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 adalah sebesar Rp 889.768 juta dengan kontribusi terbesar berasal dari imbalan jasa yaitu sebesar Rp 576.621 juta atau 64,81% dari jumlah pendapatan operasional lainnya. Termasuk dalam imbalan jasa adalah pendapatan administrasi Anak Perusahaan Perseroan yang diperoleh dari nasabah. Pendapatan operasional lainnya pada tahun 2010 meningkat sebesar 24,31% atau Rp 700.876 juta menjadi Rp 3.583.835 juta pada tahun 2010 dari Rp 2.882.959 juta pada tahun 2009. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh keuntungan penjualan efek-efek dan obligasi Pemerintah dan imbalan jasa. Peningkatan keuntungan penjualan obligasi Pemerintah disebabkan karena peningkatan volume penjualan obligasi Pemerintah terutama yang bertenor panjang dan juga kenaikan harga obligasi pemerintah akibat naiknya permintaan. Sementara itu, kenaikan imbalan jasa seiring dengan kenaikan pinjaman baru yang dibukukan di Anak Perusahaan. Pendapatan operasional lainnya pada tahun 2009 meningkat sebesar 12,61% atau Rp 322.739 juta menjadi Rp 2.882.959 pada tahun 2009 dari Rp 2.560.220 juta pada tahun 2008. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh keuntungan penjualan efekefek dan obligasi Pemerintah, keuntungan dari transaksi derivatif yang direalisasi serta keuntungan atas perubahan nilai wajar atas instrumen keuangan. Beban Operasional Lainnya Jumlah beban operasional lainnya untuk periode 3 (tiga) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 adalah sebesar Rp 2.382.274 juta, dimana kontribusi terbesar berasal dari beban tenaga kerja dan tunjangan sebesar Rp 1.015.920 juta atau 42,64%, sejalan dengan penambahan jumlah pegawai. Beban operasional lainnya mengalami penurunan sebesar 5,68% atau Rp 556.430 juta menjadi Rp 9.235.221 juta pada tahun 2010 dari Rp 9.791.651 juta pada tahun 2009. Penurunan ini terutama sehubungan dengan implementasi PSAK No. 55 (Revisi 2006) dimana amortisasi beban perolehan nasabah pembiayaan konsumen Anak Perusahaan (biaya transaksi) sebesar Rp 1.301.211 juta dicatat sebagai pengurang dari pendapatan bunga. Sebelum tahun 2010, amortisasi tersebut dicatat sebagai beban provisi dan komisi. Beban operasional lainnya meningkat sebesar 16,40% atau Rp 1.379.480 juta menjadi Rp 9.791.651 juta pada tahun 2009 dari Rp 8.412.171 juta pada tahun 2008. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset produktif karena memburuknya kualitas kredit akibat krisis keuangan global dan juga meningkatnya komisi yang diberikan kepada dealer. c. Laba Bersih Konsolidasian Laba bersih konsolidasian untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 adalah sebesar Rp 788.827 juta. Laba bersih konsolidasian ini berasal dari pendapatan bunga dan pendapatan underwriting sebesar Rp 2.703.498 juta dan pendapatan operasional lainnya sebesar Rp 889.768 juta, dikurangi dengan beban operasional lainnya sebesar Rp 2.382.274 juta dan beban bukan operasional termasuk beban pajak penghasilan sebesar Rp 422.165 juta. Laba bersih konsolidasian pada tahun 2010 meningkat sebesar 84,90% atau Rp 1.370.039 juta menjadi Rp 2.983.761 juta pada tahun 2010 dari Rp 1.613.722 juta pada tahun 2009. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 4,72% sebagai akibat dari penurunan pendapatan cost of fund yang lebih besar daripada penurunan imbal hasil (yield) pendapatana bunga pada aset produktif di tahun 2010. Selain itu juga disebabkan karena peningkatan pendapatan operasional lainnya sebesar 24,31% yang berasal dari imbalan jasa yang diterima Anak Perusahaan dari nasabah dan diiringi dengan penurunan beban operasional lainnya, beban provisi dan komisi karena penerapan PSAK No. 55 (Revisi 2006). Laba bersih konsolidasian pada tahun 2009 menurun sebesar 10,45% atau Rp 188.282 juta menjadi Rp 1.613.722 juta pada tahun 2009 dari Rp 1.802.004 juta pada tahun 2008. Penurunan ini disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 13,26% dan pendapatan operasional lainnya sebesar 12,60% seiring dengan pertumbuhan pembiayaan konsumen, diikuti dengan peningkatan beban operasional lainnya sebesar 16,24% sehubungan dengan kenaikan pada penyisihan kerugian penurunan nilai. Aset, Liabilitas dan Ekuitas Konsolidasian a. Aset Konsolidasian Jumlah aset konsolidasian pada tanggal 31 Maret 2011 adalah sebesar Rp 122.804.135 juta, mengalami peningkatan sebesar Rp 4.597.562 juta atau 3,89% dari Rp 118.206.573 juta pada tanggal 31 Desember 2010. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan pinjaman yang diberikan - bersih sebesar Rp 3.108.232 juta atau sebesar 4,24% dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2010. Hal ini sejalan dengan rencana Perseroan untuk terus mendorong pertumbuhan kredit di setiap lini usaha dan juga membaiknya kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2011. Jumlah aset konsolidasian pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp 118.206.573 juta, meningkat sebesar Rp 19.608.620 juta atau 19,89% dari Rp 98.597.953 juta pada tanggal 31 Desember 2009. Peningkatan jumlah aset terutama disebabkan oleh peningkatan pinjaman yang diberikan sebesar Rp 14.900.755 juta yang disebabkan karena ekspansi pertumbuhan pinjaman yang diberikan di setiap lini usaha, peningkatan piutang pembiayaan konsumen sebesar Rp 4.008.387 juta seiring meningkatnya pembiayaan atas kendaraan bermotor sepanjang tahun 2010. Peningkatan pada total aset disebabkan juga karena dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi di akhir tahun 2010 ditempatkan sementara pada bank lain dan Bank Indonesia yaitu FASBI. Jumlah aset konsolidasian pada tanggal 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp 98.597.953 juta, mengalami penurunan sebesar Rp 8.670.410 juta atau 8,08% dari Rp 107.268.363 juta pada tanggal 31 Desember 2008. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan pinjaman yang diberikan karena kebijakan pengetatan pemberian kredit sehubungan dengan ketidakpastian krisis global. Aset Likuid Aset likuid dimaksudkan untuk memenuhi komitmen kepada nasabah dan pihak lainnya, baik untuk kebutuhan uang tunai (transaksi melalui ATM), pembayaran kembali dana pihak ketiga, pemberian kredit dan memenuhi kebutuhan likuiditas lainnya. Adapun komposisi aset likuid Perseroan terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia yang jatuh tempo sampai dengan 3 (tiga) bulan sejak tanggal perolehan, efek-efek yang diperdagangkan dan yang tersedia untuk dijual, dan obligasi Pemerintah yang diperdagangkan dan yang tersedia untuk dijual. Jumlah aset likuid Perseroan pada tanggal 31 Maret 2011 adalah sebesar Rp 28.205.557 juta, mengalami penurunan sebesar Rp 89.925 juta atau 0,32% dibanding Rp 28.295.482 juta pada tanggal 31 Desember 2010. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan obligasi Pemerintah karena penjualan selama tahun 2011 diimbangi dengan kenaikan penempatan pada Bank Indonesia khususnya FASBI. Jumlah aset likuid Perseroan mengalami kenaikan sebesar 19,23% atau Rp 4.562.650 juta menjadi sebesar Rp 28.295.482 juta pada tanggal 31 Desember 2010 dari Rp 23.732.832 juta pada tanggal 31 Desember 2009. Kenaikan aset likuid disebabkan karena adanya kenaikan penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia khususnya FASBI sehubungan dengan likuiditas dari hasil penerbitan obligasi di kuartal terakhir tahun 2010. Jumlah aset likuid Perseroan pada tanggal 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp 23.732.832 juta, mengalami penurunan sebesar Rp 3.848.629 juta atau 13,95% dibanding Rp 27.581.461 juta pada tanggal 31 Desember 2008 yang disebabkan oleh penurunan kas dan setara kas. Aset Produktif Aset produktif terdiri dari giro pada bank lain, penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia, efek-efek, efek yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivatif, pinjaman yang diberikan, piutang pembiayaan konsumen, tagihan akseptasi, obligasi Pemerintah, investasi dalam saham dan rekening administratif. Saldo aset produktif konsolidasian mengalami peningkatan sebesar 3,47% atau Rp 3.702.504 juta menjadi Rp 110.465.815 juta pada tanggal 31 Maret 2011 dari Rp 106.763.311 juta pada tanggal 31 Desember 2010. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pinjaman yang diberikan sejalan dengan rencana Perseroan untuk terus mendorong pertumbuhan kredit di setiap lini usaha. Saldo aset produktif konsolidasian mengalami peningkatan sebesar 22,20% atau Rp 19.395.901 juta menjadi Rp 106.763.311 juta pada tanggal 31 Desember 2010 dari Rp 87.367.410 juta pada tanggal 31 Desember 2009. Peningkatan jumlah aset produktif konsolidasian ini terutama disebabkan oleh peningkatan pinjaman yang diberikan yang disebabkan karena ekspansi pertumbuhan pinjaman yang diberikan di setiap lini usaha, peningkatan piutang pembiayaan konsumen seiring meningkatnya pembiayaan atas kendaraan bermotor sepanjang tahun 2010, peningkatan penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia yang berasal dari penempatan FASBI disebabkan adanya likuiditas dari penerbitan obligasi di akhir tahun 2010. Saldo aset produktif konsolidasian mengalami penurunan sebesar 8,02% atau Rp 7.612.912 juta menjadi Rp 87.367.410 juta pada tanggal 31 Desember 2009 dari Rp 94.980.322 juta pada tanggal 31 Desember 2008. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan pinjaman yang diberikan karena kebijakan pengetatan pemberian kredit sehubungan dengan ketidakpastian krisis global. Pada tanggal 31 Desember 2009, pinjaman yang diberikan dan piutang pembiayaan konsumen adalah sebesar 69,85% dari jumlah aset produktif, diikuti dengan obligasi Pemerintah sebesar 12,60% dan efek-efek sebesar 5,07%. Pinjaman yang Diberikan - Bruto Berdasarkan Sektor Ekonomi Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap jumlah pinjaman yang diberikan - bruto adalah rumah tangga (38,16% dan 37,53%), perdagangan besar dan eceran (26,87% dan 30,24%), dan industri pengolahan (12,39% dan 10,55%). Pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap jumlah pinjaman yang diberikan - bruto adalah perdagangan, restoran dan hotel (30,18% dan 27,46%), industri pengolahan (12,10% dan 14,80%), dan jasa-jasa dunia usaha (12,09% dan 13,33%). Jumlah pinjaman yang diberikan - bruto mengalami peningkatan sebesar 3,99% atau Rp 3.026.840 juta menjadi Rp 78.800.362 juta pada tanggal 31 Maret 2011 dari Rp 75.773.522 juta pada tanggal 31 Desember 2010. Peningkatan ini disebabkan oleh naiknya pinjaman pada sektor rumah tangga terutama segmen mass market dan pembiayaan otomotif. Jumlah pinjaman yang diberikan - bruto mengalami kenaikan sebesar 25,08% atau Rp 15.194.247 juta menjadi Rp 75.773.522 juta pada tanggal 31 Desember 2010 dari Rp 60.579.275 juta pada tanggal 31 Desember 2009. Peningkatan jumlah pinjaman yang diberikan seiring dengan perkembangan usaha Perseroan dalam hal ekspansi kredit terutama untuk segmen mass market dan pertambangan. Sektor rumah tangga dan perdagangan merupakan sektor terbesar dalam portofolio pinjaman yang diberikan Perseroan di tahun 2010, yaitu dengan kontribusi masing-masing sebesar 37,53% dan 30,24%. Jumlah pinjaman yang diberikan - bruto mengalami penurunan sebesar 6,78% atau Rp 4.403.847 juta menjadi Rp 60.579.275 juta pada tanggal 31 Desember 2009 dari Rp 64.983.122 juta pada tanggal 31 Desember 2008. Penurunan ini disebabkan oleh adanya kebijakan pengetatan pemberian kredit sehubungan dengan ketidakpastian krisis global terutama untuk segmen wholesale dan komersial. Kolektibilitas Pinjaman yang Diberikan Rasio kredit bermasalah (NPL) - bruto mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,05% dari 3,25% pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi 3,30% pada tanggal 31 Maret 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya risiko atas kualitas kredit untuk sektor mass market dan juga usaha kecil dan menengah. Rasio kredit bermasalah (NPL) net mengalami peningkatan sebesar 0,22% dari 0,00% pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi 0,22% pada tanggal 31 Maret 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya risiko atas kualitas kredit untuk sektor mass market dan juga usaha kecil dan menengah. Rasio kredit bermasalah (NPL) bruto mengalami penurunan sebesar 1,39% dari 4,64% pada tanggal 31 Desember 2009 menjadi 3,25% pada tanggal 31 Desember 2010. Penurunan ini disebabkan karena membaiknya kondisi perekonomian Indonesia secara umum sepanjang tahun 2010. Rasio kredit bermasalah (NPL) net tetap 0,00% pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009. Hal ini menunjukkan bahwa penyisihan penurunan nilai yang dibentuk telah melebihi jumlah dari kredit bermasalah di tahun 2010 dan 2009. Rasio ini telah dihitung sesuai dengan surat edaran BI yang baru. Rasio kredit bermasalah (NPL) - bruto mengalami peningkatan sebesar 2,28% dari 2,36% pada tanggal 31 Desember 2008 menjadi 4,64% pada tanggal 31 Desember 2009. Peningkatan ini disebabkan oleh menurunnya kondisi ekonomi Indonesia selama tahun 2009 akibat krisis keuangan global. Rasio kredit bermasalah (NPL) - net mengalami penurunan sebesar 1,18% dari 1,18% pada tanggal 31 Desember 2008 menjadi 0,00% pada tanggal 31 Desember 2009. Penurunan ini disebabkan oleh penerapan surat edaran BI yang baru untuk perhitungan NPL net. Pinjaman yang Diberikan Berdasarkan Jenis Kredit Berdasarkan komposisi jenis pinjaman, pinjaman untuk Modal Kerja mempunyai porsi yang terbesar dari pinjaman yang diberikan - bruto, adalah masing-masing sebesar 40,74%, 42,40%, 43,56% dan 46,89% dari portofolio pinjaman yang diberikan, diikuti
PENGGUNAAN DANA
PERNYATAAN HUTANG
oleh pinjaman untuk Konsumsi diurutan kedua masing-masing sebesar 40,28%, 39,53%, 35,77%, dan 33,79% dari portofolio pinjaman yang diberikan pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, 2009, dan 2008. b. Liabilitas Konsolidasian Jumlah liabilitas konsolidasian pada tanggal 31 Maret 2011 adalah sebesar Rp 104.483.820 juta, mengalami kenaikan sebesar Rp 4.886.275 juta atau 4,91% dibanding Rp 99.597.545 juta pada tanggal 31 Desember 2010. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan simpanan dari bank lain dan simpanan dari nasabah sebesar Rp 1.429.758 juta, kenaikan pinjaman yang diterima sebesar Rp 1.718.188 juta yang berasal dari bank lain dan bankers acceptance, dan kenaikan beban yang masih harus dibayar serta liabilitas lain-lain sebesar Rp1.532.663 juta terutama berkaitan dengan utang dividen. Simpanan dari bank lain dan simpanan dari nasabah meningkat sebesar 1,75% atau Rp 1.429.758 juta dari Rp 81.580.282 juta pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi Rp 83.010.040 juta pada tanggal 31 Maret 2011 disebabkan terutama dari kenaikan transaksi deposito berjangka, untuk meningkatkan likuiditas Perseroan. Kenaikan pinjaman yang diterima sebesar Rp 1.718.188 juta atau sebesar 69,23% dari Rp 2.481.832 juta pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi Rp 4.200.020 juta pada tanggal 31 Maret 2011. Kenaikan ini terutama berasal dari penarikan pinjaman baru oleh Anak Perusahaan sebesar Rp 1.000.000 juta dan penarikan pinjaman bankers acceptance sebesar Rp 622.813 juta. Jumlah liabilitas konsolidasian pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp 99.597.545 juta, mengalami peningkatan sebesar Rp 16.901.578 juta atau sebesar 20,44% dibanding Rp 82.695.967 juta pada tanggal 31 Desember 2009. Peningkatan ini terutama berasal dari kenaikan simpanan nasabah dan obligasi yang diterbitkan. Simpanan nasabah meningkat 18,49% atau sebesar Rp 12.426.575 juta menjadi Rp 79.642.803 juta pada 31 Desember 2010, dimana sebelumnya pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 67.216.228 juta. Kenaikan ini sejalan dengan strategi Perseroan untuk memperkuat sektor pendanaannya melalui upaya re-branding, promosi dan peningkatan infrastruktur jaringan seperti ATM. Obligasi yang diterbitkan meningkat sebesar Rp 4.249.609 juta atau sebesar 207,21% dari Rp 2.050.855 juta pada tanggal 31 Desember 2009 menjadi Rp 6.300.464 juta pada tanggal 31 Desember 2010. Kenaikan ini berasal dari penerbitan obligasi baik oleh Perseroan maupun Anak Perusahaan. Perseroan menerbitkan obligasi baru dengan nilai nominal sebesar Rp 2.800.000 juta sementara Anak Perusahaan juga menerbitkan obligasi baru dengan nilai nominal sebesar Rp 2.000.000 juta. Jumlah liabilitas konsolidasian pada tanggal 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp 82.695.967 juta, mengalami penurunan sebesar Rp 13.463.131 juta atau 14,00% dibanding Rp 96.159.098 juta pada tanggal 31 Desember 2008. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan simpanan nasabah, penurunan khususnya deposito berjangka seiring dengan kebijakan Perseroan untuk mengurangi jenis pembiayaan yang menanggung bunga yang tinggi, liabilitas derivatif dan penurunan pinjaman subordinasi. Simpanan nasabah menurun 9,13% atau sebesar Rp 6.752.850 juta menjadi Rp 67.216.228 juta pada tahun 2009, dimana sebelumnya pada tahun 2008 adalah sebesar Rp 73.969.078 juta. Penurunan ini disebabkan oleh strategi manajemen untuk melepas pendanaan yang menanggung bunga tinggi. Penurunan liabilitas derivatif sekitar Rp 2.158.702 juta terutama disebabkan oleh menguatnya Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat dan juga pengurangan eksposur derivatif. Penurunan pinjaman subordinasi disebabkan karena pelunasan yang dilakukan pada bulan Maret 2009 sebesar US$300 juta. Giro Pada tanggal 31 Maret 2011, jumlah penghimpunan dana giro sebesar Rp 8.584.220 juta, turun sebesar Rp 1.478.283 juta atau sebesar 14,69% dibandingkan dengan 31 Desember 2010 yang sebesar Rp 10.062.503 juta. Penurunan ini terutama disebabkan oleh beralihnya sebagian dana dari giro ke deposito berjangka yang memiliki tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Pada tanggal 31 Desember 2010, jumlah penghimpunan dana giro sebesar Rp 10.062.503 juta, naik sebesar Rp 3.204.258 juta atau sebesar 46,72% dibandingkan dengan 31 Desember 2009 yang sebesar Rp 6.858.245 juta. Pertumbuhan giro ini sejalan dengan rencana Perseroan untuk fokus pada dana berbiaya rendah seperti giro. Pada tanggal 31 Desember 2009, jumlah penghimpunan dana giro sebesar Rp 6.858.245 juta, turun sebesar Rp 35.777 juta atau sebesar 0,52% dibandingkan dengan 31 Desember 2008 yang sebesar Rp 6.894.022 juta. Penurunan ini terutama disebabkan karena penurunan nilai ekuivalen giro valuta asing yang disebabkan oleh penguatan kurs Rupiah. Tabungan Pada tanggal 31 Maret 2011, jumlah penghimpunan dana tabungan sebesar Rp 20.938.243 juta, turun sebesar Rp 459.276 juta atau sebesar 2,15% dibandingkan dengan 31 Desember 2010 sebesar Rp 21.397.519 juta. Penurunan ini terutama disebabkan oleh beralihnya sebagian dana dari tabungan ke deposito berjangka yang memiliki tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Pada tanggal 31 Desember 2010, jumlah penghimpunan dana tabungan sebesar Rp 21.397.519 juta, naik sebesar Rp 6.033.351 juta atau sebesar 39,27% dibandingkan dengan 31 Desember 2009 sebesar Rp 15.364.168 juta. Peningkatan ini juga disebabkan oleh pertumbuhan yang berkesinambungan di bisnis retail banking dan juga sesuai dengan kebijakan Perseroan untuk meningkatkan simpanan nasabah berbiaya rendah seperti tabungan. Pada tanggal 31 Desember 2009, jumlah penghimpunan dana tabungan sebesar Rp 15.364.168 juta, naik sebesar Rp 2.516.775 juta atau sebesar 19,59% dibandingkan dengan 31 Desember 2008 sebesar Rp 12.847.393 juta. Peningkatan ini karena pertumbuhan yang berkesinambungan di perbankan retail dan juga seiring dengan kebijakan Perseroan untuk meningkatkan simpanan nasabah berbiaya rendah seperti tabungan. Deposito Berjangka Pada tanggal 31 Maret 2011, jumlah penghimpunan dana deposito berjangka sebesar Rp 51.162.640 juta, meningkat sebesar Rp 2.979.859 juta atau sebesar 6,18% dibandingkan dengan 31 Desember 2010 sebesar Rp 48.182.781 juta. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh beralihnya sebagian dana dari giro dan tabungan ke deposito berjangka. Pada tanggal 31 Desember 2010, jumlah penghimpunan dana deposito berjangka sebesar Rp 48.182.781 juta, meningkat sebesar Rp 3.188.966 juta atau sebesar 7,09% dibandingkan dengan 31 Desember 2009 sebesar Rp 44.993.815 juta. Peningkatan ini juga disebabkan oleh pertumbuhan yang berkesinambungan di bisnis retail banking dan juga sesuai dengan rencana Perseroan untuk memperkuat sektor pendanaannya dengan program re-branding, promosi dan memperkuat infrastruktur jaringan. Pada tanggal 31 Desember 2009, jumlah penghimpunan dana deposito berjangka sebesar Rp 44.993.815 juta, menurun sebesar Rp 9.233.848 juta atau sebesar 17,03% dibandingkan dengan 31 Desember 2008 sebesar Rp 54.227.663 juta. Penurunan ini seiring dengan kebijakan Perseroan untuk melepas simpanan nasabah yang memiliki tingkat bunga tinggi dan membaiknya posisi likuiditas akibat penerbitan saham baru melalui Penawaran Umum Terbatas Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PUT HMETD IV) pada tahun 2009. c. Ekuitas Konsolidasian Jumlah ekuitas konsolidasian Perseroan pada tanggal 31 Maret 2011 sebesar Rp 18.320.315 juta. Ekuitas konsolidasian Perseroan menurun sebesar Rp 288.713 juta atau sebesar 1,55% dari Rp 18.609.208 juta pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi Rp 18.320.315 juta pada tanggal 31 Maret 2011 yang disebabkan terutama karena penurunan saldo laba Perseroan sebesar Rp 275.388 juta akibat pembayaran dividen tunai untuk tahun buku 2010 sebesar Rp 1.009.213 juta dan penambahan laba selama kuartal pertama 2011 sebesar Rp 788.827 juta. Ekuitas konsolidasian Perseroan meningkat sebesar Rp 2.707.042 juta atau 17,02% dari Rp 15.901.986 juta pada tanggal 31 Desember 2009 menjadi Rp 18.609.028 juta pada tanggal 31 Desember 2010 yang terutama disebabkan oleh peningkatan saldo laba yang berasal dari laba selama tahun 2010 sebesar Rp 2.883.468 juta, dikurangi dengan dividen untuk tahun buku 2009 sebesar Rp 766.300 juta dan juga peningkatan laba yang belum direalisasi atas efek-efek dan obligasi Pemerintah dalam kelompok tersedia untuk dijual sebesar Rp 400.833 juta. Ekuitas konsolidasian Perseroan meningkat sebesar 43,14% dari Rp 11.109.265 juta pada tanggal 31 Desember 2008 menjadi Rp 15.901.986 juta pada tanggal 31 Desember 2009 yang disebabkan terutama karena penghimpunan dana melalui Penawaran Umum Terbatas Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PUT HMETD IV) sebesar Rp 3.895.130 juta dan juga peningkatan saldo laba Perseroan sebesar Rp 752.221 juta. Prinsip-Prinsip Perbankan Yang Sehat a. Kecukupan Modal KPMM konsolidasian menurun menjadi 14,75% pada tanggal 31 Maret 2011 dari 16,04% pada tanggal 31 Desember 2010 (KPMM Perseroan menurun menjadi 12,05% per tanggal 31 Maret 2011 dari 13,25% per tanggal 31 Desember 2010). Hal ini terutama disebabkan karena adanya peningkatan aset tertimbang menurut risiko (ATMR) sebesar Rp 12.941.463 juta dimana sebesar Rp 3.620.423 juta berasal dari peningkatan ATMR risiko kredit sehubungan dengan peningkatan pinjaman yang diberikan dan sebesar Rp 9.181.118 juta berasal dari peningkatan ATMR risiko operasional pada tahun 2011 sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.11/3/DPNP tanggal 27 Januari 2009. KPMM konsolidasian menurun menjadi 16,04% pada tanggal 31 Desember 2010 dari 20,65% pada tanggal 31 Desember 2009 (KPMM Perseroan menurun menjadi 13,25% pada tanggal 31 Desember 2010 dari 17,55% pada tanggal 31 Desember 2009). Mengingat Perseroan terus meningkatkan portofolio kredit dan mengurangi bagian dari aset berupa Obligasi Pemerintah, dengan bobot risiko nihil, aset tertimbang menurut risiko Perseroan meningkat secara bertahap, dengan pengaruh negatif terhadap KPMM. Selain itu, penurunan KPMM juga dipengaruhi oleh penerapan risiko operasional yang mulai dilakukan pada tahun 2010. KPMM konsolidasian meningkat menjadi 20,65% pada tanggal 31 Desember 2009 dari 15,43% pada tanggal 31 Desember 2008 (KPMM Perseroan meningkat menjadi 17,55% per tanggal 31 Desember 2009 dari 13,37% per tanggal 31 Desember 2008). Hal ini terutama disebabkan karena adanya peningkatan modal disetor hasil Penawaran Umum Terbatas dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PUT HMETD IV) tahun 2009 sebesar Rp 3.895.130 juta. Selama periode 3 (tiga) bulan berakhir 31 Maret 2011 dan tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008, KPMM konsolidasian dan Perseroan masih diatas ketentuan KPMM yang diwajibkan sebesar 8%. b. Kualitas Aset Aset produktif bermasalah Rasio aset produktif bermasalah pada tanggal 31 Maret 2011 mengalami penurunan sebesar 0,66% menjadi 2,60% dari 3,26% pada tanggal 31 Desember 2010. Penurunan ini disebabkan oleh membaiknya kualitas kredit seiring dengan meningkatnya volume pinjaman selama kuartal pertama tahun 2011 ini. Rasio aset produktif bermasalah pada tanggal 31 Desember 2010 mengalami penurunan sebesar 0,65% menjadi 3,26% dari 3,91% pada tanggal 31 Desember 2009. Peningkatan ini disebabkan oleh membaiknya kualitas kredit seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia dan juga peningkatan volume pinjaman di semua sektor selama tahun 2010 ini. Rasio aset produktif bermasalah pada tanggal 31 Desember 2009 mengalami peningkatan sebesar 2,18% menjadi 3,91% dari 1,73% pada tanggal 31 Desember 2008. Peningkatan ini disebabkan oleh menurunnya kualitas kredit terutama pinjaman yang diberikan seiring memburuknya kondisi ekonomi Indonesia selama tahun 2009 akibat krisis finansial global. Penyisihan kerugian penurunan nilai terhadap aset produktif Rasio penyisihan kerugian penurunan nilai terhadap aset produktif pada tanggal 31 Maret 2011 mengalami penurunan sebesar 0,33% menjadi 2,49,% dari 2,82% pada tanggal 31 Desember 2010. Penurunan ini disebabkan oleh membaiknya kualitas kredit. Rasio penyisihan kerugian penurunan nilai terhadap aset produktif pada tanggal 31 Desember 2010 mengalami penurunan sebesar 0,86% menjadi 2,82% dari 3,68% pada tanggal 31 Desember 2009. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya penyisihan kerugian yang dibentuk terutama transaksi derivatif dan juga membaiknya kualitas kredit seiring membaiknya kondisi ekonomi Indonesia selama tahun 2010. Rasio penyisihan kerugian penurunan nilai terhadap aset produktif pada tanggal 31 Desember 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,88% menjadi 3,68% dari 2,80% pada tanggal 31 Desember 2008. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya penyisihan kerugian yang dibentuk seiring menurunnya kualitas kredit terutama pinjaman yang diberikan akibat memburuknya kondisi ekonomi Indonesia selama tahun 2008 akibat krisis global dan juga peningkatan penyisihan kerugian yang dibentuk untuk transaksi derivatif. Kredit bermasalah (NPL) - bruto dan neto Rasio kredit bermasalah (NPL) - bruto mengalami kenaikan sebesar 0,05% dari 3,25% pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi 3,30% pada tanggal 31 Maret 2011. Kenaikan ini disebabkan karena meningkatnya risiko kualitas kredit dari sektor usaha kecil dan menengah. Rasio kredit bermasalah (NPL) - net mengalami peningkatan sebesar 0,22% dari 0,00% pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi 0,22% pada tanggal 31 Maret 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya risiko kualitas kredit dari sektor usaha kecil dan menengah. Rasio kredit bermasalah (NPL) - bruto mengalami penurunan sebesar 1,39% dari 4,64% pada tanggal 31 Desember 2009 menjadi 3,25% pada tanggal 31 Desember 2010. Penurunan ini disebabkan oleh membaiknya kondisi ekonomi Indonesia selama tahun 2010. Rasio kredit bermasalah (NPL) - net tidak mengalami perubahan pada tanggal 31 Desember 2010 dibandingkan dengan pada tanggal 31 Desember 2009. Hal ini sehubungan dengan penerapan surat edaran BI yang baru terhadap perhitungan NPL - net. Rasio kredit bermasalah (NPL) - bruto mengalami peningkatan sebesar 2,28% dari 2,36% pada tanggal 31 Desember 2008 menjadi 4,64% pada tanggal 31 Desember 2009. Peningkatan ini disebabkan oleh menurunnya kondisi ekonomi Indonesia selama tahun 2009 akibat krisis global. Rasio kredit bermasalah (NPL) - net mengalami penurunan sebesar 1,18% dari 1,18% pada tanggal 31 Desember 2008 menjadi 0,00% pada tanggal 31 Desember 2009. Penurunan ini sehubungan dengan penerapan surat edaran BI yang baru terhadap perhitungan NPL - net. Penyisihan kerugian penurunan nilai terhadap jumlah kredit Rasio penyisihan kerugian penurunan nilai terhadap jumlah kredit pada tanggal 31 Maret 2011 mengalami penurunan sebesar 0,23% menjadi 3,08% dari 3,31% pada tanggal 31 Desember 2010. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan volume pinjaman yang diberikan karena terus membaiknya kondisi perekonomian Indonesia selama tahun 2011. Rasio penyisihan kerugian penurunan nilai terhadap jumlah kredit pada tanggal 31 Desember 2010 mengalami penurunan sebesar 0,34% menjadi 3,31% dari 3,65% pada tanggal 31 Desember 2009. Penurunan ini disebabkan oleh membaiknya kualitas kredit seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia selama tahun 2010 dan juga peningkatan volume pinjaman yang diberikan. Rasio penyisihan kerugian penurunan nilai terhadap jumlah kredit pada tanggal 31 Desember 2009 mengalami peningkatan sebesar 1,23% menjadi 3,65% dari 2,42% pada tanggal 31 Desember 2008. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya penyisihan kerugian yang dibentuk seiring menurunnya kualitas kredit terutama pinjaman yang diberikan akibat memburuknya kondisi ekonomi Indonesia selama tahun 2009 akibat krisis global. Pemenuhan penyisihan kerugian penurunan nilai terhadap aset produktif Rasio pemenuhan penyisihan kerugian penurunan nilai terhadap aset produktif pada tanggal 31 Maret 2011 mengalami penurunan sebesar 17,46% menjadi 101,27% dari 118,73% pada tanggal 31 Desember 2010. Penurunan ini terutama disebabkan oleh membaiknya kualitas kredit yang berpengaruh kepada membaiknya loss rate. Rasio pemenuhan penyisihan kerugian penurunan nilai terhadap aset produktif pada tanggal 31 Desember 2010 mengalami penurunan sebesar 17,56% menjadi 118,73% dari 136,29% pada tanggal 31 Desember 2009. Penurunan ini terutama sehubungan dengan penerapan metode penurunan nilai sesuai dengan PSAK No.55 (Revisi 2006), dimana untuk beberapa aset produktif tidak perlu dibentuk penyisihan kerugiannya sementara berdasarkan peraturan yang lama masih wajib dibentuk.
: : : :
Ho Hon Cheong (Henry Ho) Muliadi Rahardja Herry Hykmanto Kanchan Keshav Nijasure
: Ali Rukmijah (Ali Yong) : Vera Eve Lim : Fransiska Oei Lan Siem : : : : Pradip Chhadva Michellina Laksmi Triwardhany Satinder Pal Singh Ahluwalia Khoe Minhari Handikusuma
RISIKO USAHA
Tidak ada kejadian penting yang mempunyai dampak cukup material terhadap keadaan keuangan dan hasil usaha Perseroan yang terjadi setelah tanggal Laporan Auditor Independen tertanggal 28 Juni 2011 atas Laporan Keuangan Konsolidasian yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Siddharta & Widjaja dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dan memuat paragraf penjelasan yang menyatakan bahwa Perseroan dan Anak Perusahaan telah menerapkan beberapa PSAK tertentu yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011, baik secara prospektif maupun retrospektif. 1. Riwayat Singkat Perseroan Perseroan berkedudukan di Jakarta, mula-mula didirikan dengan nama PT Bank Kopra Indonesia berdasarkan Akta Pendirian No. 134 tanggal 16 Juli 1956 yang dibuat dihadapan Meester Raden Soedja S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusannya No. J.A.5/40/8 tanggal 24 April 1957, dan telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta di bawah No. 845 tanggal 7 Mei 1957 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 46 tanggal 7 Juni 1957, Tambahan No. 664. Sejak diterbitkannya Prospektus Penawaran Umum Terbatas IV, Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan dan terakhir kali diubah berdasarkan Akta Perubahan Anggaran Dasar No. 2 tanggal 5 Mei 2011, yang dibuat di hadapan Pahala Sutrisno Amijoyo Tampubolon, SH, MKn., Notaris di Jakarta, yang telah diterima berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan serta dicatat dalam Database Sisminbakum Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-AH.01.1016473 tanggal 30 Mei 2011 dan telah didaftarkan di Daftar Perseroan No. AHU-0043719. AH.0043719.AH.01.09.Tahun 2011 Tanggal 30 Mei 2011 jo. Surat Penerimaan Pemberitahuan No.AHU-AH.01.10-16474 tanggal 30 Mei 2011 dan telah didaftarkan di Daftar Perseroan No. AHU-0043720.AH.01.09.Tahun 2011 Tanggal 30 Mei 2011. Akta tersebut mengatur perubahan tentang peningkatan modal ditempatkan dan modal disetor Perseroan dalam rangka melaksanakan program E/MSOP. 2. Kepemilikan Saham Perseroan Sejak Penawaran Umum Terbatas IV sampai dengan tanggal diterbitkannya Prospektus ini telah terjadi peningkatan modal ditempatkan dan disetor Perseroan termasuk pelaksanaan Program E/MSOP sehingga susunan permodalan Perseroan adalah sebagai berikut: Tahun 2009 Berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa No. 32 tanggal 23 Maret 2009 yang kemudian dinyatakan kembali dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa No. 67, tanggal 22 Mei 2009, keduanya dibuat dihadapan Fathiah Helmi, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta, para pemegang saham Perseroan menyetujui rencana untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas IV dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Penawaran Umum Terbatas IV) untuk saham biasa dengan jumlah saham yang ditawarkan sebesar sebanyak banyaknya 3.328.206.411 lembar saham seri B dan pelaksanaan Program E/MSOP sebesar 0,18%. Dengan demikian struktur permodalan dan komposisi kepemilikan saham Perseroan setelah dilakukannya Penawaran Umum Terbatas IV adalah sebagai berikut: Keterangan Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp) % Saham Seri A Saham Seri B Seri A Seri B @ Rp 50.000 @ Rp 500 Modal Dasar 22.400.000 17.760.000.000 1.120.000.000.000 8.880.000.000.000 Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh : Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd - 5.674.493.482 - 2.837.246.741.000 67,86 Masyarakat* 22.400.000 2.664. 874.334 1.120.000.000.000 1.332.437.167.000 32,14 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 22.400.000 8.339.367.816 1.120.000.000.000 4.169.683.908.000 100,00 Jumlah Saham dalam Portepel - 9.420.632.184 - 4.710.316.092.000 *) kepemilikan di bawah 5%
1. Jaringan Distribusi Per tanggal 30 Juni 2011 Perseroan memiliki 79 kantor cabang domestik, 390 kantor cabang pembantu domestik, 920 kantor cabang Danamon Simpan Pinjam (termasuk 19 cabang implant, dengan didukung oleh 200 unit mobile), 246 sales representative office Consumer Mass Market, 11 kantor cabang Syariah, 10 kantor Gadai Emas Syariah yang tersebar di seluruh Indonesia, serta 1 kantor cabang di luar negeri. 2. Strategi Usaha Elemen-elemen kunci dari strategi Perseroan adalah sebagai berikut: Secara Berkesinambungan Berfokus Pada Inti Bisnis dan Memperluas Jangkauan Produk dan Layanan Kepada Nasabah yang Sudah Ada Meningkatkan Kemampuan Cross Selling Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Karyawan Membangun Lini Usaha Baru Secara Selektif Pengembangan Jaringan Distribusi Untuk Memenuhi Kebutuhan Nasabah Terhadap Pelayanan Yang Nyaman Dan Menurunkan Biaya Pendanaan Penguatan Manajemen Risiko 3. Keunggulan Kompetitif Brand Name dan Reputasi yang Panjang Pemimpin Dalam Pasar Mass Market Bisnis Model yang Menyediakan Cross-Selling Perluasan Jaringan Distribusi Dengan Momentum yang Kuat Dalam Pertumbuhan Simpanan Kualitas Aset yang Stabil Tim Manajemen yang Berpengalaman 4. Kegiatan Usaha Retail Banking Di akhir tahun 2010, unit Retail Banking tetap mempertahankan perannya sebagai kontributor penting pada sektor pendanaan Perseroan. Total dana yang dihimpun mencapai Rp 51.411 miliar, yang meningkat dari tahun sebelumnya yaitu Rp 44.819 miliar, dan membukukan 63% dari total dana pihak ketiga Perseroan. Dana berbiaya murah dari produk tabungan dan giro berhasil tumbuh signifikan sebesar 42%, jauh melampaui tingkat pertumbuhan dari produk deposito. Retail Banking mempertahankan melanjutkan strategi transformasi bisnis dengan momentum positif di sebagian besar kegiatan bisnisnya. Transformasi bisnis yang dilakukan meliputi perbaikan dalam portofolio produk, pemasaran dan promosi, segmentasi nasabah dan kemampuan analisis, model pelayanan dan penjualan di cabang dan efisiensi proses. Di tahun 2010 Perseroan mengimplementasikan konsep cabang yang baru yaitu Winning Branch Model di seluruh 470 cabang konvensional. Model cabang baru ini diluncurkan untuk meningkatkan relasi dengan nasabah melalui transformasi fungsi cabang-cabang Perseroan dari sekedar sebagai tempat layanan menjadi pusat penjualan dan pelayanan dimana produk-produk akan secara aktif dipromosikan dan tingkat layanan disempurnakan. Tujuan akhirnya adalah mengubah setiap kunjungan nasabah menjadi pengalaman perbankan yang berkesan, dimana nasabah dapat lebih memahami produk-produk yang ada, melakukan diskusi dengan staf yang kompeten dan memilih produk sesuai dengan kebutuhan mereka. Bagi nasabah di segmen menengah atas, perseroan menawarkan layanan privilege banking di mana nasabah dapat menikmati layanan personal yang eksklusif. Hingga 30 Juni 2011, Perseroan telah memperluas jaringan ATM yang meliputi 1.084 ATM Danamon. Jika digabungkan dengan mesin ATM dari para mitra Perseroan, jaringan ATM Danamon terdiri atas lebih dari 25.000 mesin ATM di seluruh Indonesia. Begitu pula dengan perkembangan layanan internet banking yang terus meningkat dalam jumlah transaksi, yaitu menjadi lima kali lipat dari tahun sebelumnya. Danamon Cards Perseroan melakukan usaha kartu kredit melalui card center utama di Jakarta yang menyediakan semua aspek pengelolaan kartu kredit termasuk pemasaran, penjualan, akuisisi, pemrosesan aplikasi, operasional, dan layanan penagihan kartu kredit. Card center utama didukung oleh card center wilayah yang berlokasi di Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Batam, Bali, Manado, Makasar, Balikpapan, Palembang dan Pekanbaru. Bisnis kartu kredit pertama kali dibentuk pada tahun 1989, ketika Perseroan telah memperoleh izin sebagai penerbit dan acquirer untuk VISA dan Master Card. Pada tanggal 31 Maret 2011, jumlah saldo piutang sebesar Rp 1.588 miliar dibandingkan dengan Rp 1.680 miliar pada tanggal 31 Maret 2010, mengalami penurunan sebesar 5,5% yang disebabkan oleh perubahan keputusan manajemen untuk memisahkan penjualan kartu kredit dengan kredit tanpa agunan (instalasi). Lebih dari tiga tahun terakhir, Perseroan telah mengalami penurunan signifikan pada tingkat tunggakan dan kerugian. NPL berada pada level 2,5% yang dapat dikategorikan sebagai rendah untuk jenis pinjaman kartu kredit dan jauh lebih baik daripada rata-rata industri. Perbaikan kualitas aset sebagian disebabkan perbaikan manajemen risiko dan penagihan, yang berfokus pada strategi akuisisi kartu baru. Kerugian diakui pada tunggakan lebih dari 180 hari, sebagaimana tercatat dalam kebijakan kredit Perseroan. Untuk menutupi kerugian, Perseroan telah membentuk kebijakan atas kerugian provisi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Saat ini, bisnis kartu kredit Perseroan memiliki pilihan kartu kredit terluas di Indonesia, menawarkan layanan kartu kredit Visa, Master Card dan American Express. Pada tanggal 31 Maret 2011, Perseroan memiliki lebih dari 350.000 kartu kredit termasuk kartu kredit Dirham Syariah. Pada tanggal 31 Maret 2011, Perseroan memiliki jaringan untuk lebih dari 18.000 kartu kredit & American Express merchant, dengan volume penjualan bulanan sekitar Rp 1 miliar. Untuk mendukung akuisisi bisnis merchant, Perseroan memberikan 24 jam hot-line dan otorisasi merchant center. Perbankan Syariah Bisnis perbankan syariah dimulai pada tahun 2002 untuk memenuhi permintaan di Indonesia atas bisnis perbankan yang sesuai dengan prinsip Islam. Pada tanggal 30 Juni 2011, Perseroan memiliki 11 kantor cabang syariah, dan didukung oleh lebih dari 100 kantor layanan office channeling di kota-kota besar Indonesia Danamon Syariah terus mengembangkan usahanya dengan memfokuskan pada segmen koperasi dan UKM di sektor perdagangan dan distribusi. Danamon Syariah memposisikan sebagai salah satu bank syariah terbaik dalam memberikan solusi tepat guna yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan segmen koperasi dan UKM. Sejak 2010, mulai diperkenalkan produk Asset Based Financing (ABF) berbasis syariah dengan langkah awal untuk pembiayaan alat berat. Sasaran strategis Perbankan Syariah adalah mempertahankan kinerja portofolio aset serta meningkatkan likuiditas melalui produk-produk pembiayaan untuk segmen SME serta penghimpunan dana pihak ketiga yang murah. Untuk melayani nasabahnya dengan lebih baik dan melihat potensi pasar, Perseroan juga meluncurkan beberapa produk baru. Salah satu pengembangan produk dan layanan baru, yaitu Gadai Emas, diluncurkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mass market, dimana Unique Value Proposition yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan nasabah, dengan menekankan aspek kemudahan, kecepatan dan kenyamanan serta fitur-fitur inovatif tambahan lainnya yang menarik. Jumlah aset Perbankan Syariah pada tanggal 31 Maret 2011 mencapai Rp 944 miliar. Sementara itu, jumlah pembiayaan Syariah Perseroan sampai dengan tanggal 31 Maret 2011 sebesar Rp 674 miliar dibandingkan dengan Rp 464 miliar pada tanggal 31 Maret 2010, yang disebabkan oleh membaiknya kondisi perekonomian yang memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan bisnis Perseroan. Jumlah pembiayaan syariah Perseroan kurang lebih 1,0% dari total pembiayaan perbankan syariah di Indonesia. Simpanan tumbuh 12% dari Rp 680 miliar pada tanggal 31 Maret 2010 menjadi Rp 758 miliar pada tanggal 31 Maret 2011, dengan komposisi dana murah sekitar 47%.. Bisnis Mass Market Pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan dalam segmen mikro (mass market segment) yang memiliki imbal hasil tinggi, adalah bagian kunci dari strategi Perseroan, meraih pangsa pasar dalam apa yang Perseroan lihat sebagai sumber utama dari pertumbuhan dalam sektor perbankan Indonesia, sebuah segmen yang secara umum dinilai sebagai under-banked. Self Employed Mass Market (SEMM) Bisnis SEMM, juga dikenal sebagai Danareksa Simpan Pinjam (DSP), didirikan pada tahun 2004 untuk melayani dan membantu usaha mikro dan kelas kecil dalam memperoleh akses yang lebih baik untuk layanan perbankan. Melalui bisnis ini, Perseroan menargetkan nasabah dengan kebutuhan pinjaman hingga Rp 500 juta. Pangsa pasar produk ini adalah bisnis mikro dan kecil atau pedagang dengan penjualan tahunan hingga Rp 2 miliar. SEMM saat ini menjalankan dua model bisnis berbeda: Model Pasar Tradisional dan Model Solusi Modal. Prosedur perbankan mengutamakan kecepatan dan kenyamanan dalam melakukan transaksi. Pinjaman dapat disetujui dalam waktu rata-rata 3 hari melalui proses kredit yang sederhana didukung oleh kemampuan teknologi seperti transaksi kas tanpa kertas, thumb-print verification. Selain itu SEMM memberikan fasilitas transaksi pada lokasi nasabah. Dalam enam tahun operasinya sampai dengan 31 Maret 2011, SEMM mempekerjakan lebih dari 18.700 karyawan dan melayani hampir 626.000 nasabah di seluruh Indonesia. Pada tanggal 31 Maret 2011, portofolio pinjaman SEMM sejumlah Rp 15.871 miliar dibandingkan dengan Rp 12.888 miliar pada tanggal 31 Maret 2010, mewakili 23% dari pertumbuhan tahunan. Rasio biaya terhadap pendapatan sebesar 45,8% dibandingkan dengan 47,8% pada tanggal 31 Maret 2010. Pada kuartal pertama 2011, beban kredit (dihitung sebagai provisi untuk kerugian pinjaman, termasuk penghapusbukuan dan penambahan pemulihan, jika ada, terhadap jumlah aset rata-rata) berada pada tingkat 5,0% atau tetap stabil dibandingkan dengan kwartal pertama 2010. Adira Finance Pembiayaan kendaraan bermotor Perseroan dikelola melalui Anak Perusahaan, Adira Finance. Sampai dengan 30 Juni 2011, Adira Finance mengoperasikan 166 kantor cabang, 115 kantor perwakilan, 189 point of collections yang tersebar di seluruh Indonesia dan saat ini merupakan salah satu perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor terbesar di Indonesia. Mempekerjakan lebih dari 25.000 karyawan, Adira Finance juga menawarkan berbagai produk auto financing, yang bertujuan untuk menawarkan kualitas layanannya kepada sekitar 2,9 juta nasabah. Adira Finance menyediakan pembiayaan sepeda motor dan mobil baik baru maupun bekas. Peminjam diminta untuk menyediakan aset sebagai jaminan. Pada kuartal pertama 2011, Adira Finance telah mencatat pembiayaan baru sebesar Rp 7.069 miliar, dibandingkan dengan Rp 4.825 miliar selama kuartal pertama 2010 atau meningkat sebesar 47%. Saldo piutang pembiayaan konsumen bruto (setelah dikurangi pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui) meningkat 36% menjadi Rp 30.978 miliar pada tanggal 31 Maret 2011 dari Rp 22.841 miliar pada tanggal 31 Maret 2010. Pada kuartal pertama 2011, pembiayaan sepeda motor menyumbang 65% dari jumlah pembiayaan baru yang dihasilkan oleh Adira Finance, sedangkan sisanya sebesar 35% merupakan kontribusi pembiayaan mobil. Untuk periode yang sama, suku bunga untuk pembiayaan sepeda motor berkisar antara 21%-30%, sedangkan pembiayaan mobil pada suku bunga antara 14%-16%. Pangsa pasar Adira Finance untuk pembiayaan sepeda motor baru dan mobil baru naik masing-masing menjadi 13,9% dan 5,3% pada kuartal pertama 2011 dari 13,6% dan 4,1% pada kuartal pertama 2010, seiring dengan membaiknya kondisi makro perekonomian Indonesia. Jumlah pendapatan bunga bersih Adira Finance pada kuartal pertama 2011 sebesar Rp 889 miliar atau naik 39,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010. Meningkatnya rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia telah mendorong pertumbuhan pada industri otomotif yang telah memberikan dampak positif pada industri pembiayaan dan meningkatkan kompetisi dalam industri otomotif. Dengan tim yang terdiri dari lebih dari 8.500 kolektor, Adira Finance terus berfokus pada penagihan. Pada tanggal 31 Maret 2011, rasio NPL Adira Finance berada pada level 1,3%. Adira Quantum Multifinance (Adira Quantum) Adira Kredit (PT Adira Quantum Multifinance) merupakan anak perusahaan Perseroan (dengan 99% kepemilikan) yang bergerak di bidang pembiayaan barang-barang konsumen seperti elektronik, komputer, furnitur dan peralatan rumah tangga. Sebagai Anak Perusahaan, Adira Quantum memainkan peranan penting dalam melengkapi jajaran strategi usaha pembiayaan konsumen Perseroan untuk menjadi bank pilihan di segmen mass market. Rencana utama pengembangan usaha dititikberatkan pada perluasan jaringan dengan pembukaan 100 gerai penjualan baru (Point of Sales) terutama di Kalimantan dan Indonesia bagian Timur. Sejalan dengan perluasan jaringan tersebut, perbaikan infrastruktur kontrol dan pengawasan juga dibangun. Kantor wilayah ditambah dari 4 menjadi 6 kantor untuk rentang pengawasan yang lebih baik. Adira Kredit juga terus melanjutkan penyempurnaan proses penagihan, serta analisis persetujuan kredit yang lebih baik dan biaya yang lebih efisien semenjak peluncurannya tahun lalu. Berbagai inisiatif baru akan diluncurkan untuk lebih meningkatkan penjualan kembali terhadap lebih dari 500.000 pelanggan Adira Kredit. Sejalan dengan itu, berbagai upaya akan terus dilakukan guna meningkatkan produktivitas, efektivitas dan kecepatan pelayanan. Hingga 30 Juni 2011, Adira Quantum telah melayani lebih dari 570.000 nasabah di 275 outlet yang terdiri dari 31 kantor cabang, 17 kantor perwakilan dan 227 points of sales (POS) dan lebih dari 10.000 rekanan toko di seluruh Indonesia. Adira Kredit bertekad untuk mengedepankan layanan yang cepat, mudah dan nyaman bagi para nasabahnya. Di kuartal pertama 2011, Adira Quantum berhasil meningkatkan jumlah pembiayaan baru sebesar Rp 489 miliar atau 37% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Saldo piutang pada 31 Maret 2011, sebesar Rp 1.262 miliar atau meningkat 39% dibandingkan dengan Maret 2010. Pengelolaan dan kontrol atas risiko yang baik telah menghasilkan rasio piutang pembiayaan bermasalah yang rendah sebesar 2,2% dari keseluruhan portofolio. Gadai Emas Syariah Walaupun terus mengalami pertumbuhan pesat di lima tahun terakhir, sektor perbankan syariah nasional masih berada pada tahap awal, sehingga menjanjikan peluang pertumbuhan yang lebih besar di masa depan. Perseroan memiliki kapabilitas untuk meningkatkan bisnis syariahnya dan terus memperkokoh kehadirannya di segmen ini salah satunya dengan meluncurkan proyek pilot bisnis syariah yaitu Gadai Emas Syariah. Gadai Emas Syariah akan menjadi salah satu motor pertumbuhan berikutnya pada bisnis Syariah Perseroan. Gadai Emas Syariah mulai diluncurkan dalam skala yang lebih besar di tahun 2011. Pada tanggal 31 Maret 2011, kredit yang disalurkan melalui Gadai Emas Syariah mencapai kurang lebih Rp 7 miliar dengan jumlah nasabah lebih dari 1.200 orang. Pada tanggal 30 Juni 2011, Perseroan memiliki 10 kantor Gadai Emas Syariah di kota-kota besar Indonesia. Small Medium Enterprise (SME), Commercial Banking dan Asset Based Finance SME dan Commercial Banking (SMEC) memiliki saldo pinjaman sebesar Rp 21.088 miliar pada tanggal 31 Maret 2011, atau 25% dari jumlah kredit Perseroan. Pada tanggal 31 Maret 2011, SMEC memberikan kontribusi pendapatan bunga sebesar 17% dari jumlah pendapatan bunga Perseroan pada aset produktif selain bligasi Pemerintah.
2010* 2009* 2007* 2006* Rasio Pertumbuhan2) 1. Pendapatan bunga - bersih N/A 4,72 13,26 17,08 26,41 22,63 2. Pendapatan operasional - bersih N/A 62,50 3,70 (25,11) 43,71 (22,06) 3. Laba bersih N/A 84,90 (10,45) (20,62) 56,45 (33,84) 4. Jumlah aset 3,89 19,89 (8,08) 19,97 8,94 21,04 5. Jumlah liabilitas 4,91 20,44 (14,00) 22,90 8,09 22,60 6. Jumlah ekuitas (1,55) 17,02 43,14 (0,55) 15,32 9,93 Permodalan1) 1. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) dengan perhitungan risiko kredit dan operasional 12,14 13,33 17,72 13,99 20,57 22,37 2. KPMM dengan perhitungan risiko kredit, pasar dan risiko operasional 12,05 13,25 17,55 13,37 19,27 20,39 3. Aset tetap terhadap modal 14,59 15,06 19,30 24,38 16,64 17,70 Aset Produktif1) 1. Aset produktif bermasalah 2,60 3,26 3,91 1,73 1,40 1,81 2. Penyisihan kerugian penurunan nilai terhadap aset produktif 2,49 2,82 3,68 2,80 1,94 2,03 3. NPL bruto5) 3,30 3,25 4,64 2,36 2,26 3,31 4. NPL net5) 0,22 0,00 0,00 1,18 0,68 1,16 5. Penyisihan kerugian penurunan nilai pada total kredit 3,08 3,31 3,65 2,42 2,88 3,45 6. Pemenuhan penyisihan kerugian penurunan nilai terhadap aset produktif 101,27 118,73 136,29 150,08 114,48 107,66 Rentabilitas1) 1. ROA 3,08 3,34 1,78 2,01 3,81 2,40 2. Return on average core capital (ROE) 17,59 18,52 11,23 14,64 22,91 15,63 3. NIM termasuk premi penjaminan 7,94 8,97 7,81 8,15 8,30 7,22 4. Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)6) 76,72 74,93 86,46 85,77 74,19 80,33 Likuiditas1) LDR 94,86 93,82 88,76 86,42 88,05 75,51 Kepatuhan (Compliance)1) 1. GWM Rupiah GWM Utama 8,09 8,26 5,11 5,07 8,29 8,14 GWM Sekunder 9,41** 9,56** 15,59** N/A N/A N/A 2. GWM Valuta asing 5,05 1,14 11,79 1,06 3,04 3,03 3. Posisi Devisa Neto (keseluruhan) 3) 1,09 0,55 4,15 7,83 1,64 1,79 4. Posisi Devisa Neto (laporan posisi keuangan) 4) N/A*** N/A*** 14,64 1,70 5,83 1,52 Catatan: ROA dan ROE dihitung berdasarkan metodologi yang ditentukan Bank Indonesia, dimana ROA dihitung berdasarkan laba bersih dibagi dengan rata-rata aset produktif, ROE dihitung berdasarkan laba bersih dibagi dengan rata-rata modal inti. 1) Rasio Perseroan. 2) Rasio Konsolidasian 3) Penjumlahan dari nilai absolut atas selisih aset dan pasiva di neraca untuk setiap mata uang asing ditambah dengan selisih tagihan dan kewajiban dalam bentuk komitmen dan kontinjensi. 4) Perhitungan posisi devisa neto di laporan posisi keuangan berlaku sejak tahun 2004, sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No 6/20/PBI/2004 tanggal 15 Juli 2004 atas Penyesuaian Peraturan Bank Indonesia no 5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum 5) Rasio NPL, ROA, ROE dan NIM untuk periode tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2011, menggunakan data-data yang disetahunkan sesuai dengan Surat Edaran BI no. 12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010 dan Surat Edaran BI No. 7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005. 6) Rasio BOPO untuk periode tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2011, menggunakan data-data yang tidak disetahunkan sesuai dengan Surat Edaran BI No. 12/11/ DPNP tanggal 31 Maret 2010 dan Surat Edaran BI No. 7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005 sehingga tidak dapat diperbandingkan dengan 31 Desember 2009-2006. *) Setelah dilakukan reklasifikasi untuk menyesuaikan penyajiannya dengan periode / tahun lainnya **) Sesuai PBI No. 10/25/PBI/2008 tanggal 23 Oktober 2008 tentang Perubahan atas Peraturan BI No. 10/19/PBI/2008 tentang Giro Wajib Minimum (GWM) Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing menyatakan bahwa mulai tanggal 24 Oktober 2009, Bank wajib memenuhi GWM Sekunder untuk mata uang Rupiah sebesar 2,5% dari rata-rata jumlah dana pihak ketiga dalam Rupiah berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN) dan/atau Excess Reserve ***) PBI No. 12/10/PBI/2010 tanggal 1 Juli 2010 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Bank Indonesia No. 5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto (PDN) Bank Umum menyatakan bahwa mulai tanggal 1 Juli 2010, Bank hanya diwajibkan untuk memelihara PDN secara keseluruhan paling tinggi 20% dari modal. Dalam kaitannya dengan perjanjian kredit, IFC meminta Perseroan mempertahankan rasio KPMM, BMPK dan PDN, Open Credit Exposure Ratio, Interest Rate Gap Ratio, dan Actuarial Maturity Gap Ratio tidak melanggar ketentuan BI. Perseroan telah memenuhi semua persyaratan rasio tersebut. Tabel informasi yang terdapat dalam pembahasan berikut, terutama mengenai kinerja keuangan dari Perseroan dan Anak Perusahaan, untuk periode 3 (tiga) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011 dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, 2009 dan 2008 yang diekstrak dari Laporan Keuangan Konsolidasian Perseroan dan Anak Perusahaan (Laporan Keuangan Konsolidasian). Laporan Keuangan Konsolidasian tanggal 31 Maret 2011, 31 Desember 2010, 2009 dan 2008 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Siddharta & Widjaja, sebelumnya bernama Kantor Akuntan Publik Siddharta Siddharta & Widjaja (a member firm of KPMG International), dengan pendapat wajar tanpa pengecualian dalam masing-masing laporannya. Laporan auditor independen untuk Laporan Keuangan Konsolidasian tanggal 31 Maret 2011 memuat paragraf penjelasan yang menyatakan bahwa Perseroan dan Anak Perusahaan telah menerapkan beberapa PSAK tertentu yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011, baik secara prospektif maupun retrospektif. Laporan auditor independen untuk Laporan Keuangan Konsolidasian tanggal 31 Desember 2010 memuat paragraf penjelasan yang menyatakan bahwa efektif sejak tanggal 1 Januari 2010 Perseroan dan Anak Perusahaan menerapkan secara prospektif PSAK No. 50 (Revisi 2006), Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan dan PSAK No. 55 (Revisi 2006), Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Laporan auditor independen untuk Laporan Keuangan Konsolidasian tanggal 31 Desember 2008 memuat paragraf penjelasan tentang penerbitan kembali laporan keuangan konsolidasian Perseroan dan Anak Perusahaan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 untuk menyesuaikan penyajiannya dengan peraturan pasar modal, sehubungan dengan rencana Perseroan untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas IV dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu kepada Para Pemegang Saham. STRUKTUR EKUITAS PERSEROAN (dalam jutaan Rupiah) 31 Maret 31 Desember Keterangan 2011 2010 2009 2008 Modal ditempatkan dan disetor penuh 5.317.722 5.317.363 5.303.992 3.631.865 Tambahan modal disetor 3.048.214 3.046.452 2.964.113 675.000 Modal disetor lainnya 189 189 189 189 Komponen ekuitas lainnya 8.209 78.136 (322.697) (820.619) Cadangan umum dan wajib 162.680 133.844 118.520 103.220 Saldo laba 9.598.415 9.873.803 7.741.634 6.989.413 18.135.429 18.449.787 15.805.751 10.579.068 Kepentingan non - pengendali 184.886 159.241 96.235 530.197 Jumlah Ekuitas 18.320.315 18.609.028 15.901.986 11.109.265 Perubahan signifikan struktur permodalan setelah tanggal laporan keuangan terakhir adalah : Penambahan modal ditempatkan dan disetor penuh serta tambahan modal disetor masing-masing sebesar Rp2.230 juta dan Rp10.944 juta dibandingkan dengan posisi 31 Maret 2011 dalam rangka eksekusi Program Kompensasi Karyawan/Manajemen Berbasis Saham (E/MSOP) terakhir tanggal 30 Juni 2011. Perubahan saldo laba disebabkan tambahan laba selama tahun 2011. Seandainya PUT V kepada masyarakat dengan HMETD seperti yang dijelaskan di atas terjadi pada tanggal 31 Maret 2011, maka struktur ekuitas Perseroan secara proforma pada tanggal tersebut adalah sebagai berikut: Proforma Ekuitas pada tanggal 31 Maret 2011 (dalam jutaan Rupiah) Modal Tambahan Modal Komponen Cadangan Saldo Kepentingan Jumlah Ditempatkan Modal Disetor Ekuitas Umum dan Laba Pengendali Ekuitas Uraian dan Disetor Disetor Lainnya Lainnya Wajib Penuh Agio Saham Posisi Ekuitas menurut laporan keuangan pada tanggal 5.317.722 3.048.214 189 8.209 162.680 9.598.415 184.886 18.320.315 31 Maret 2011 dengan nilai nominal Rp 500 setiap saham PUT V sebanyak banyaknya 1.212.811.915 saham dengan nilai nominal sebesar Rp 500 606.406 4.366.123 * 7.414.337 setiap saham dengankisaran harga penawaran Rp 4.100 Rp 4.800 setiap saham Proforma Ekuitas pada tanggal 5.924.128 7.414.337 189 8.209 162.680 9.598.415 184.886 25.734.652 31 Maret 2011 sesudah PUT V *) perhitungan ini berdasarkan asumsi harga saham HMETD sebesar Rp 4.100 per saham. Jika harga saham HMETD adalah Rp 4.800 per saham maka besarnya agio saham adalah Rp 5.215.090 juta sehingga total ekuitas menjadi Rp 5.821.496 juta. Perseroan merencanakan akan membayar dividen tunai sekurang-kurangnya 5% (lima persen) dari laba bersih Perseroan setiap tahunnya; setelah mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), mempertimbangkan kondisi keuangan Perseroan, target pertumbuhan dan kebutuhan permodalan Perseroan di masa mendatang, serta pembatasan-pembatasan pada perjanjian pinjaman antara Perseroan dengan International Finance Corporation. Berikut merupakan keterangan mengenai pembayaran dividen Perseroan untuk tahun buku 2006 sampai dengan 2010, yang masing-masing dibayarkan pada tahun berikutnya: 31 Desember Keterangan 2010 2009 2008 2007 2006 Dividen Tunai 1.009.197 766.300 765.012 1.058.457 662.666 Laba Bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk 2.883.468 1.532.533 1.530.022 2.116.915 1.325.332 Persentase 35% 50% 50% 50% 50% Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal yang berperan dalam Penawaran Umum Terbatas V ini adalah sebagai berikut : Akuntan Publik : Kantor Akuntan Publik Siddharta & Widjaja (a member Firm of KPMG International) Konsultan Hukum : Hadiputranto, Hadinoto & Partners Notaris : Fathiah Helmi, SH. Biro Administrasi Efek : PT Raya Saham Registra Berdasarkan Standby Purchase Agreement yang bertindak sebagai Pembeli Siaga sehubungan dengan PUT V adalah sebagai berikut: Citigroup Global Markets Deutsche Bank AG, Singapore Pte. Ltd. Hong Kong Branch Centennial Tower 3 Temasek Avenue, #12-00 Level 52, International Commerce Center Singapore 039190 1 Austin Road West, Kowloon Fax: +65-6432-1111 Hong Kong, China Phone: +65-6722-4330 Fax: +852-2203-7300 Phone: +852-2203-8888 Berdasarkan Standby Purchase Agreement, para Pembeli Siaga telah bersepakat akan beberapa hal berikut: Jika saham-saham yang ditawarkan dalam PUT V ini tidak seluruhnya diambil atau dibeli oleh pemegang HMETD, maka sisanya akan dialokasikan kepada pemegang HMETD lainnya yang melakukan pemesanan lebih besar dari haknya sebagaimana tercantum dalam HMETD, secara proporsional dengan kepemilikan sahamnya. Apabila setelah alokasi tersebut masih terdapat sisa saham yang ditawarkan, maka sesuai dengan ketentuan dalam Perjanjian Pembelian Sisa Saham, Pembeli Siaga telah menyatakan kesediaan untuk membeli sisa saham baru yang tidak dibeli oleh para pemegang saham atau pemegang HMETD di mana Citi dan Deutsche Bank akan mengambil jumlah yang dibagi rata antara keduanya dari sisa saham yang tersisa. Para Pembeli Siaga menyatakan memiliki ketersediaan dana dan kesanggupan untuk membeli sisa saham yang tidak diambil bagian oleh para pemegang saham atau pemegang HMETD.
EKUITAS
KEBIJAKAN DIVIDEN
Saham yang ditawarkan dalam PUT V ini diterbitkan berdasarkan HMETD yang dapat diperdagangkan baik diluar bursa maupun melalui bursa. PEMEGANG SAHAM YANG BERHAK MENERIMA HMETD Dengan memperhatikan pengecualian tertentu, setiap pemegang saham berhak atas HMETD. Tiap pemegang saham yang memiliki 1.000 (seribu) saham lama berhak untuk 144 HMETD, dimana setiap HMETD berhak untuk memesan 1 lembar saham seri B. PEMEGANG HMETD YANG SAH Pemegang HMETD yang sah adalah: 73.969.078 57.803.865 54.194.256 1. Para pemegang saham yang berhak menerima HMETD yang tidak dijual HMETD-nya, 1.470.781 4.609.144 4.769.254 2. Pembeli HMETD yang namanya tercantum dalam Sertifikat Bukti HMETD, atau 4.914.104 3.402.665 4.000.000 3. Para pemegang HMETD dalam penitipan kolektif KSEI, 386.541 301.622 223.580 sampai dengan tanggal terakhir periode perdagangan HMETD. 227.114 177.312 138.699 PERDAGANGAN HMETD 907.459 684.518 619.276 Pemegang HMETD dapat memperdagangkan atau mengalihkan HMETD yang dimilikinya selama periode 2.234.043 2.666.025 1.193.890 perdagangan, yaitu mulai tanggal 14 September 2011 sampai 21 September 2011. 2.543.620 1.510.124 1.028.329 Perdagangan HMETD harus memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di wilayah 362.840 184.687 167.039 Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk tetapi tidak terbatas pada ketentuan perpajakan dan 2.485.908 335.620 184.361 ketentuan di bidang Pasar Modal termasuk peraturan bursa dimana HMETD tersebut diperdagangkan 213.278 191.233 139.267 di Bursa Efek, dan peraturan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Bila pemegang HMETD mengalami keragu-raguan dalam mengambil keputusan, sebaiknya anda berkonsultasi dengan 2.674.768 3.013.109 2.198.918 penasehat investasi, perantara pedagang efek, manajer investasi, penasehat hukum, akuntan publik, 3.769.564 3.359.420 3.373.940 atau penasehat profesional lainnya. 155.000 HMETD di sistem penitipan kolektif di KSEI diperdagangkan di Bursa Efek, sedangkan Sertifikat Bukti 96.159.098 78.239.344 72.385.809 HMETD di formulir yang ditentukan hanya dapat diperdagangkan di luar bursa Efek. 11.109.265 11.170.483 9.686.878 Penyelesaian perdagangan HMETD yang dilakukan melalui Bursa akan dilaksanakan dengan cara 107.268.363 89.409.827 82.072.687 pemindahbukuan atas rekening efek, atas nama bank kustodian atau perusahaan efek di KSEI. Segala biaya dan pajak yang mungkin timbul akibat perdagangan dan pemindahtanganan HMETD menjadi tanggung jawab dan beban pemegang HMETD atau calon pemegang HMETD. LAIN-LAIN (dalam jutaan Rupiah) Pemegang HMETD atau calon pemegang HMETD harus bertanggung jawab atas biaya-biaya yang timbul 31 Desember dari peralihan HMETD. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai HMETD, investor dapat menghubungi 2008* 2007* 2006* BAE Perseroan untuk PUT V ini. 14.189.334 12.047.645 10.895.958 INFORMASI TAMBAHAN (5.834.855) (4.912.113) (5.251.036) 8.354.479 7.135.532 5.644.922 Untuk informasi lebih lanjut atau pertanyaan sehubungan dengan Prospektus ini, para pemegang saham dipersilahkan menghubungi: 245.080 171.321 141.724 8.599.559 7.306.853 5.786.646 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. 2.560.220 2.381.839 1.467.621 Kantor Pusat (8.412.171) (6.019.952) (4.701.431) Menara Bank Danamon, Lantai 5 Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. E4, No. 6 2.747.608 3.668.740 2.552.836 Mega Kuningan, Jakarta 12950 (69.771) (355.215) (449.595) Telp.: (021) 57991001-3 Fax: (021) 57991048 2.677.837 3.313.525 2.103.241 Internet website: www.danamon.co.id (875.833) (1.043.549) (652.328) 1.802.004 2.269.976 1.450.913 PT Raya Saham Registra Gedung Plaza Sentral Lt. 2 Jl. Jenderal Sudirman Kav 47 - 48 1.530.022 2.116.915 1.325.332 Jakarta 12930, Indonesia 271.982 153.061 125.581 Telp: (6221) 2525666, Fax: (021) 2525028 Kepada: Bagian Corporate Action