Sikap mengatur dan menginginkan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah swt.
merupakan hijab yang paling kuat menutupi hati dari Sang Pencipta. Karenanya,
jiwa ini baru menjadi baik ketika keluar dari pilihan diri sendiri menuju pilihan
Tuhan.
Mengatur yang tercela adalah yang mencari dunia untuk dirinya sendiri, bukan
untuk Tuhannya, untuk dunianya, bukan untuk akhiratnya, sedangkan mengatur
yang terpuji yakni yang mendekatkan hamba kepada Allah swt., sekaligus
mengantarkannya menuju ridha-Nya.
Segala puji bagi Allah, satu-satunya pemilik kebenaran, zat yang berhak mengatur,
satu-satunya pembuat hukum dan ketentuan. Tidak ada sesuatupun yang serupa
dengan-Nya. Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
Dia adalah Raja Diraja. Tidak ada sesuatupun, besar maupun kecil, yang berada di
luar kekuasaannya. Tak ada yang menyerupai dalam kesempurnaan sifat-Nya.
Kesempurnaan sifat-Nya tak terbayangkan.
Dia Maha Mengetahui, Tak ada sesuatupun dalam diri ini yang luput dari
pengetahuan-Nya.
Dia Maha Berilmu. Ilmu-Nya meliputi awal dan akhir segala urusan.
Dia Maha Mendengar. Tak ada yang luput dari pendengaran-Nya, baik yang nyaring
maupun yang samar.
Dia Maha Memberi Rejeki, yang terus menerus melimpahi makhluk-Nya dengan
makanan.
Dia Maha Tegak, yang mencukupi seluruh makhluk dalam seluruh keadaan mereka.
Ibn Athaillah
www.imamsutrisno.blogspot.com 1
al Tanwir fi Isqath al Tadbir
Dia Maha Kuasa. Kepada-Nya seluruh manusia kembali setelah kematian mereka.
Dia Maha Menghitung. Dia akan memberikan balasan kepada manusia yang datang
membawa amal kebaikan dan keburukannya. Maha Suci Tuhan yang telah memberi
kebaikan kepada hamba-hambanya sebelum mereka mewujud. Dia mencukupi
rezeki mereka, baik ketika mereka mengakui maupun ketika membangkang. Dia
menggenapi seluruh wujud dengan karunia-Nya. Keberadaan-Nya menjaga
keberadaan semesta melalui bentangan keabadian-Nya, yang tampak lewat
hikmah-Nya di bumi dan lewat kekuasaan-Nya di langit.
Saudaraku, ketahuilah...
Mereka pasrah dan bersandar kepada-Nya dalam selaksa perkara karena tahu
bahwa seorang hamba tidak bisa mencapai ridha-Nya kecuali dengan sikap ridha
dan tidak akan mencapai penghambaan sejati kecuali dengan pasrah pada
ketentuan-Nya. Mereka tidak disibukkanoleh segala sesuatu selain Dia ; merekapun
tak tersentuh kotoran.
Mereka tunduk pada keagungan-Nya dalam setiap ketentuan yang berlaku ; mereka
senantiasa pasrah pada segala hukum-Nya.
Ibn Athaillah
www.imamsutrisno.blogspot.com 2
al Tanwir fi Isqath al Tadbir
Siapapun yang ingin sampai kepada Allah swt. tentu saja harus datang melalui
pintu-Nya dan mencapai-Nya lewat keberadaan sebab-sebab-Nya.
Setelah itu jangan pernah berupaya untuk ikut mengatur atau ikut campur dalam
pengaturan dan ketentuan-Nya.
Ibn Athaillah
www.imamsutrisno.blogspot.com 3