Anda di halaman 1dari 39

PERBEDAAN IMUNOPOSITIVITAS PROTEIN EBV ANTARA PENDERITA KARSINOMA NASOFARING DENGAN INDIVIDU SEHAT BERISIKO

IRWAN NURYADIN

BAB PENDAHULUAN BAB TINJAUAN PUSTAKA

BAB KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS BAB METODE PENELITIAN

BAB PENDAHULUAN
Latar Belakang Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian Orisinalitas

Latar Belakang #1
KNF merupakan keganasan yang sulit dideteksi.(1margi)

KNF memiliki angka prevalensi yang unik.(suryandari)


Faktor Risiko : genetik, infeksi EBV, diet, dan pengaruh lingkungan.(suryandari,diet) KNF tipe III WHO 100 % berhubungan dengan EBV(paramita)

90 % populasi dunia terinfeksi EBV (Soeharso)


Di taiwan serologi EBV dan riwayat genetik digunakan bersama-sama sebagai penentu faktor risiko KNF.

Latar Belakang #2
Fachiroh : imunoblot IgG sebagai tes konfirmasi protein EBV (fachiroh) Dengan deteksi dini protein EBV pada individu sehat berisiko KNF untuk selanjutnya pemberian terapi secara dini memberikan angka kesembuhan dan meningkatkan QoF penderita KNF(soewito)

Rumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan imunopositivitas protein EBV antara penderita KNF dengan individu sehat berisiko ?

Tujuan Penelitian #1
Tujuan umum Untuk mengetahui perbedaan imunopositivitas protein EBV antara penderita KNF dengan individu sehat berisiko Tujuan khusus Untuk mengetahui imunopositivitas protein EBV pada penderita KNF. Untuk mengetahui imunopositivitas protein EBV pada individu sehat berisiko. Untuk membandingkan perbedaan imunopositivitas protein EBV antara penderita KNF dengan individu sehat berisiko

Manfaat Penelitian
Bagi ilmu pengetahuan, sebagai sumbangan untuk memperkaya pengetahuan tentang karsinoma nasofaring, khususnya dalam kaitannya dengan faktor risiko. Bagi dunia kedokteran, dapat menjadi salah satu metode deteksi dini karsinoma nasofaring. Bagi masyarakat khususnya keluarga pasien kanker nasofaring, agar dapat memahami dan mewaspadai risiko karsinoma nasofaring.

Keaslian Penelitian #1
Peneliti, Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian -Setting : Makassar -Desain : cross sectional -Subyek : keluarga penderita KNF -Variabel : Kadar IgA (VCAp18+EBNA1) Hasil

Margi Yati Soewito DKK, 2009

Respons antibodi IgA terhadap Epstein-Barr virus (EBV) pada keluarga penderita kanker nasofaring

Kadar antibodi terhadap EBV pada populasi keluarga penderita KNF lebih tinggi daripada populasi kontrol

Keaslian Penelitian #2
Peneliti, Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian -Setting : Sardjito Hospital, Yogyakarta -Desain : cross sectional -Subyek : subyek dengan KNF -Variabel : Kadar IgA (VCAp18+EBNA1) IgA early antigen (EA) ) Hasil

Dewi K. Paramita,dkk 2009

Two-Step EpsteinBarr Virus Immunoglobulin A Enzyme-Linked Immunosorbent Assay System for Serological Screening and Confirmation of Nasopharyngeal Carcinoma

The two-step EBV IgA ELISA approach provides a reliable diagnostic format for NPC diagnosis and is proposed for screening of NPC in populations with high EBV prevalence, such as in Indonesia and other parts of Southeast Asia.

Keaslian Penelitian #3
Peneliti, Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian -Setting : Taiwan -Desain : cohort -Subyek : NPC multiplex family cohort -Variabel : antiEpstein-Barr virus (EBV) seromarkers Hasil

Wan-Lun Hsu, dkk Familial Tendency 2010 and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma in Taiwan: Effects of Covariates on Risk

Both family history of NPC and antiEBV seropositivity are important determinants of subsequent NPC risk and that the effect of family history on NPC risk cannot be fully explained by mediation through EBV serologic responses

Keaslian Penelitian #4
Peneliti, Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian -Setting : Sardjito Hospital, Yogyakarta -Desain : case control -Subyek : NPC -Variabel : Epstein-Barr Virus IgG and IgA Antibody Responses in Nasopharyngeal Carcinoma Hasil

Fachiroh, dkk 2004

Molecular Diversity of Epstein-Barr Virus IgG and IgA Antibody Responses in Nasopharyngeal Carcinoma: A Comparison of Indonesian, Chinese, and European Subjects

The EBV immunoblot diversity pattern has significant value for discriminating between NPC and non-NPC tumors and provides valuable information for the development of molecularly defined EBV serology.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 Faktor Risiko Karsinoma Nasofaring Genetik ( riwayat keluarga) Infeksi EBV Diet Lingkungan

2.2 Gambaran Infeksi Epstein-Barr Virus 2.2.1 Infeksi Laten 2.2.2 Infeksi Litik

2.1

Faktor Risiko Karsinoma Nasofaring #1

2.1.1 Riwayat Keluarga (Genetik) Sifat-sifat genetik berkontribusi untuk pengembangan KNF.6 KNF cenderung teragregasi dalam suatu keluarga pada penelitian di Canton, Provinsi Guangdong, Cina, dengan tidak ada peningkatan pada keganasan lain.7 Keberadaan gen Cina selatan yang spesifik terkait erat dengan daerah HLA sebagai penentu utama risiko Cina untuk penyakit ini.8

2.1

Faktor Risiko Karsinoma Nasofaring #2

2.1.2 Infeksi EBV Karsinoma nasofaring WHO tipe III 100% terkait dengan EBV.4 Reseptor EBV terdapat pada sel epitel di faring dan virus mampu menginfeksi sel epitel nasofaring in vivo.12 KNF konsisten dengan infeksi virus Epstein-Barr (EBV), sehingga eksistensi DNA-EBV di dalam cairan tubuh dapat dipakai sebagai penanda status patologi KNF dan/atau progresivitas tumor.13

2.1

Faktor Risiko Karsinoma Nasofaring #3

2.1.3 Diet Analisis sampel makanan yang menunjukkan adanya nitrosamin dan prekursor nitrosamine dalam ikan asin, menunjukan hubungan antara konsumsi ikan asin dengan KNF. 12 Konsumsi mentega tengik, lemak dan daging domba tengik yang diawetkan (quaddid) dikaitkan dengan peningkatan risiko KNF yang signifikan. 15

2.1

Faktor Risiko Karsinoma Nasofaring #4

2.1.4 Lingkungan Tembakau, ganja dan asap kayu bakar adalah faktor risiko untuk KNF di barat Afrika Utara.16 Semakin lama dan lebih berat kebiasaan merokok, semakin tinggi adalah risiko karsinoma nasofaring.17

2.1

Faktor Risiko Karsinoma Nasofaring #5

2.1.5 Penyakit Kronis

2.2

Gambaran Infeksi EBV

2.2.1 Infeksi Laten EBNA-1 EBNA-2 EBNA-3A,B,C LMP-1 LMP-2A,B 2.2.2 Infeksi Litik Immediate-early Early Late

BAB METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori


Infeksi EBV

Protein Laten : - EBNA-1 - EBNA-2 - EBNA-3A,B,C - LMP-1 - LMP-2A,B


Penyakit Kronis KNF

Protein Litik : - Immediate-early - Early - Late

Individu Sehat Berisiko Lingkungan Genetik Diet

3.2 Kerangka Konsep


Infeksi EBV

Protein Laten : - EBNA-1 - EBNA-2 - EBNA-3A,B,C - LMP-1 - LMP-2A,B


Variabel penyakit kronis ditiadakan karena keterbatasan penelitian KNF

Protein Litik : - Immediate-early - Early - Late

Individu Sehat Berisiko

Faktor genetik, diet, dan lingkungan dilebur menjadi satu variabel yakni variabel individu sehat berisiko

3.3 Hipotesis
Terdapat perbedaan imunopositivitas protein EBV antara penderita karsinoma nasofaring dengan individu sehat berisiko.

BAB METODE PENELITIAN

BAB METODE PENELITIAN


Ruang lingkup penelitian : bidang ilmu kesehatan THT-KL, imunologi, dan onkologi. Ruang lingkup tempat: Bagian PA FK UNDIP dan Laboratorium Biomol FK UGM Ruang lingkup waktu : Maret Mei 2012 Jenis penelitian : observasional analitik secara cross-sectional.

Populasi dan sampel #1


Populasi target : Pasien KNF dan individu sehat berisiko di Semarang dan sekitarnya. Populasi terjangkau : Pasien yang terdiagnosis KNF menurut PA dan individu sehat berisiko yang memenuhi kriteria inklusi eksklusi. Sampel : Cara Pengambilan sampel dilakukan secara nonrandom dengan metode consecutive, yaitu mencari sampel yang memnuhi criteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi.

Populasi dan sampel #2


Kriteria inklusi : Terdiagnosis KNF menurut PA Satu rumah dengan penderita minimal 10 tahun Jenis Kelamin sama Lingkungan dan Diet sama Memiliki hubungan darah generasi pertama/kedua dengan penderita KNF. Contoh, ibu,nenek, saudara perempuan. Bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi : Penderita dan/atau individu sehat berisiko meninggal dunia Penderita dan atau individu sehat berisiko tidak kooperatif

Populasi dan sampel #3


Variabel penelitian
Variabel bebas : individu sehat berisiko Variabel terikat : imunopositivitas protein Variabel perancu : penyakit kronis

Populasi dan sampel #4


Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Individu yang memiliki jenis kelamin yang sama dengan penderita KNF, tinggal serumah dengan penderita KNF sehingga terpapar dengan lingkungan dan diet yang sama. Protein EBV yang terekspresi setelah infeksi EBV yang dapat dideteksi dengan IgG dengan teknik immunoblot, ekspresinya + atau Penyakit kronis yang diderita individu sehat berisiko yang tercantum dalam kuesioner Skala Nominal Variabel individu sehat berisiko

Imunopositivitas Protein EBV

Nominal

Penyakit Kronis

Nominal

Populasi dan sampel #5


Besar Sampel Menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian analitik kategorik tidak berpasangan

n1 n2

2 PQ Z P Q2 1

P1 P2

Populasi dan sampel #3


Keterangan : Z : deviat baku alpha Z : deviat baku beta P2 : proporsi pada kelompok standar, tidak berisiko, tidak terpajan atau kontrol Q2 : 1-P2 P1 : proporsi pada kelompok uji, berisiko, terpajan atau kasus Q1 : 1-P1 P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna P : proporsi total = P1 P2 2 Q : 1-P Nilai Z= 1,96 dengan taraf kepercayaan 95%, dan untuk power tes 80% (Z= 0,84), dengan p2 yang didapatkan dari penelitian di iran 22 sebesar 0, 475 dan penulis mengambil nilai P1-P2 sebesar 20% maka jumlah sampel minimal yang diperoleh adalah 80 orang pada setiap kelompok.

Alat dan Bahan Penelitian #1


Alat - SDS Page dan Western Blot : Plate gel, alat elektrofloresis, penangas air, Shaker (alat penggoyang otomatis), selotip, label, membran nitroselulose (PVDF), trans blotter Semi Dry Transfer Cell (Bio Rad). Isolasi protein EBV : bak penampung susu, gelas ukur, pipet pasteur, micropipet, sentrifuse, tabung sentrifus, stopwatch, sonikator, tabung Erlenmeyer, pengaduk kaca.

Alat dan Bahan Penelitian #2


Bahan Persiapan sampel : Serum penderita KNF dan keluarga, PBST PMSF, etanol absolute 1:1, larutan buffer. Western Blot: membran nitroselulosa, kertas Whatman, BSA 3%, 20 mM Tris-HCl pH 7,5, 150 mM NaCl, Abpo-PAG, PBS tween, BSA 1%, antibodi sekunder (Anti Rabbit Anti Ig G Alkaline Phospatase Conjugated, pengenceran 1:2500), pewarna Western Blue.

Prosedur Penelitian #1
Jenis Data Data sekunder : dari rekam medik pasien KNF di bagian PA FK UNDIP. Data primer : hasil pemeriksaan imunobotting yang diambil dari data di Laboratorium Biomolekuler FK UGM Pengumpulan Data Pendataan pasien yang dibiopsi oleh bagian PA dengan diagnosis KNF untuk kemudian diambil darahnya. Menghubungi keluarga pasien sebagai individu sehat berisiko untuk kemudian diambil darahnya dengan inform concent ter lebih dahulu. Darah pasien dan individu sehat berisiko tersebut lalu dibawa ke Laboratorium Biomolekuler FK UGM untuk kemudian dinilai perbedaan imunopositivitas protein EBV nya dengan teknik immunoblotting dengan IgG.

Prosedur Penelitian #2
Hasil biopsi PA KNF

Pengambilan sampel darah pasien KNF

Mencari individu sehat berisiko berdasarkan kriteria inklusi

Pengambilan sampel darah individu sehat berisiko IgG Immunoblotting untuk mencari perbedaan imunopositivitas protein EBV antara pasien dan individu sehat beresiko KNF

Pengolahan dan Analisis Data


Data dikelompokan berdasarkan variabelnya dalam skala nominal.Data variabel riwayat keluarga (genetic) dan imunopositivitas protein EBV disajikan dalam table 2x2. Uji hipotesis menggunakan uji hipotesis yang sesuai dengan sebaran data (uji chi square) . Data diolah dengan menggunakan program SPSS 17 for windows.

Daftar Pustaka #1
Stevens SJ, Verkuijlen SA, Hariwiyanto B, Harijadi, Paramita DK, Fachiroh J, Adham M, Tan IB, Haryana SM, Middeldorp JM. Noninvasive diagnosis of nasopharyngeal carcinoma: nasopharyngeal brushings reveal high Epstein-Barr virus DNA load and carcinoma-specific viral BARF1 mRNA. International Journal of Cancer 2006 Aug 1;119(3):608-14 Prasetyo A, Wiratno. 2007. Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi diRSUP Dr. Kariadi tahun 2002 2006. Prosiding Konas Perhati-KL. Surabaya. Servi J. C. Stevens, Sandra A. W. M. Verkuijlen, Bambang Hariwiyanto, Harijadi, Jajah Fachiroh, Dewi K. Paramita, I. Bing Tan, Sophia M. Haryana, and Jaap M. Middeldorp. Diagnostic Value of Measuring Epstein-Barr Virus (EBV) DNA Load and Carcinoma-Specific Viral mRNA in Relation to Anti-EBV Immunoglobulin A (IgA) and IgG Antibody Levels in Blood of Nasopharyngeal Carcinoma Patients from Indonesia. Journal of Clinical Microbiology 2005 July; 43(7): 30663073. Dewi K. Paramita1,Jajah Fachiroh1,Sofia M. Haryana1 andJaap M. Middeldorp. Two-Step Epstein-Barr Virus Immunoglobulin A Enzyme-Linked Immunosorbent Assay System for Serological Screening and Confirmation of Nasopharyngeal Carcinoma. Clinical and Vaccine Immunology May 2009 vol. 16 no. 5 706-711. Wan-Lun Hsu,Kelly J. Yu,Yin-Chu Chien,Chun-Ju Chiang,Yu-Juen Cheng,Jen-Yang Chen,Mei-Ying Liu,ShengPing Chou,San-Lin You,Mow-Ming Hsu,Pei-Jen Lou,Cheng-Ping Wang,Ji-Hong Hong,Yi-Shing Leu,Ming-Hsui Tsai,Mao-Chang Su,Sen-Tien Tsai,Wen-Yuan Chao,Luo-Ping Ger,Peir-Rong Chen,Czau-Siung Yang,Allan Hildesheim,Scott R. Diehl andChien-Jen Chen. Familial Tendency and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma in Taiwan: Effects of Covariates on Risk. American Journal of Epidemiology Volume173, Issue3 Pp. 292-299.

Daftar Pustaka #2

Ellen T. Chang, Hans-Olov Adami. The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma. Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention 2006; 15:1765. Wei-Hua Jia, Bing-Jian Feng, Zong-Li Xu, Xiao-Shi Zhang, Ping Huang, Li-Xi Huang, Xing-Juan Yu, Qi-Sheng Feng, Ming-Hong Yao,Yin Yao Shugart,Yi-Xin Zeng. Familial Risk and Clustering of Nasopharyngeal Carcinoma in Guangdong, China. Cancer 2004;101:3639. S P Hu, N E Day, D R Li, R N Luben, K L Cai, T Ou-Yang, B Li,1 X Z Lu, and B A J Ponder. Further evidence for an HLA-related recessive mutation in nasopharyngeal carcinoma among the Chinese. British Journal of Cancer (2005) 92, 967970. Anonymous. Epidemiology and Etiological Factors Associated with Nasopharyngeal Carcinoma. ICMR Bulletin Vol.33, No.9 September, 2003. Xiuchan Guo, Randall C. Johnson, Hong Deng, Jian Liao, Li Guan, George W. Nelson, Mingzhong Tang, Yuming Zheng, Guy de The, Stephen J. OBrien, Cheryl A. Winkler, Yi Zeng . International Journal of Cancer: 124, 29422947 (2009). Amir Moghaddam, Michael Rosenzweig, David Lee-Parritz, Bethany Annis, R. Paul Johnson, Fred Wang. An Animal Model for Acute and Persistent Epstein-Barr Virus Infection. Science 27 June 1997:Vol. 276. no. 5321, pp. 2030 - 2033. Allan Hildesheim, Paul H. Levine. Etiology of Nasopharyngeal Carcinoma: A Review. Epidemiologic Reviews Vol. 15, No. 2 1993 , pages 466-85.

Daftar Pustaka #3
Purnomo Soeharso, Yurnadi, Dwi Anita Suryandari. Eksistensi DNA-EBV di dalam serum dan saliva sebagai penanda untuk memantau terapi KNF. Kongres Nasional PBI XIV dan Seminar Nasional Biologi XX 24-25 Juli 2009 di UIN Malang Zheng YM, Tuppin P, Hubert A, Jeannel D, Pan YJ, Zeng Y, de Th G. Environmental and dietary risk factors for nasopharyngeal carcinoma: a case-control study in Zangwu County, Guangxi, China. British Journal of Cancer. 1994 Mar;69(3):508-14 Bing-Jian Feng, Majida Jalbout, Wided Ben Ayoub, Meriem Khyatti, Sami Dahmoul, Messaoud Ayad, Fatima Maachi,Wided Bedadra, Meriem Abdoun, Sarah Mesli, Mokhtar Hamdi-Cherif, Kada Boualga, Noureddine Bouaouina,Lotfi Chouchane, Abdellatif Benider, Farhat Ben Ayed, David Goldgar, Marilys Corbex. Dietary risk factors for nasopharyngeal carcinoma in Maghrebian countries. Int International Journal of Cancer: 121, 15501555 (2007) B-J Feng, M Khyatti,WBen-Ayoub, S Dahmoul, M Ayad, F Maachi,WBedadra, M Abdoun, S Mesli, H Bakkali, M Jalbout, M Hamdi-Cherif, K Boualga, N Bouaouina, L Chouchane, A Benider, F BenAyed, DE Goldgar, M Corbex. Cannabis, tobacco and domestic fumes intake are associated with nasopharyngeal carcinoma in North Africa. British Journal of Cancer (2009) 101, 12071212 Wan-Lun Hsu, Jen-Yang Chen, Yin-Chu Chien, Mei-Ying Liu, San-Lin You, Mow-Ming Hsu, CzauSiung Yang, and Chien-Jen Chen. Independent Effect of EBV and Cigarette Smoking on Nasopharyngeal Carcinoma: A 20-Year Follow-Up Study on 9,622 Males without Family History in Taiwan. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev 2009;18(4):121826)

Anda mungkin juga menyukai