Anda di halaman 1dari 55

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN Dalam makalah ini dibahas lebih dalam untuk mengungkap potensi dan permasalahan yang ada di Jalan Pemuda, Semarang, untuk membangun ideide dalam membuat desain jalan yang dapat memberikan layanan optima, dengan infrastruktur 1.1 Latar Belakang yang aman, efisien dan memberikan rasa aman kepada pengguna jalan.

Ruang publik sebagai bagian dari kota memiliki peranan yang penting, salah satunya sebagai ruang untuk interaksi sosial bagi masyarakat, dimana interaksi tersebut memiliki banyak arti dan banyak kegiatan yang di dalamnya mendukung kegiatan dan kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial. Menurut Stephen Carr (1992), ruang publik dibagi menjadi beberapa tipe dan karakter yaitu taman umum (public parks), lapangan dan plasa (squares and plazas), peringatan (memorial), jalan (streets), tempat bermain (playground), ruang komunitas (community open space), jalan hijau dan jalan taman (greenways and parkways), atrium / pasar di dalam ruang (atrium / indoor market place), ruang di lingkungan rumah (found / neighborhood spaces), waterfront. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006). Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat (Clarkson H.Oglesby,1999). Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya juga memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan.

1.3

Tujuan dan Sasaran

1.3.1

Tujuan 1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang terdapat di Jalan Pemuda, Semarang. 2. Merumuskan permasalahan tentang penataan elemen-elemen Jalan Pemuda tersebut agar dapat memberikan kenyamanan yang maksimal terhadap kegiatan pelaku yang menggunakannya.

1.3.2

Sasaran 1. Untuk memenuhi tugas Perancangan Kota 2, Semester 5 2. Memberi masukan mengenai ide ide dan gagasan yang baru dan inovatif mengenai penataan elemen-elemen pada Jalan Pemuda, Semarang yang diharapkan mampu memiliki desain yang lebih baik dan akomodatif, serta menambah wawasan tentang prinsip-prinsip penataan.

1.4

Lingkup Pembahasan

Kajian mengenai perencanaan dan perancangan kota yang diaplikasikan dalam penataan elemen Jalan Pemuda, Semarang yang dikaitkan dengan disiplin ilmu arsitektur. Berbagai macam data mengenai elemen pada Jalan Pemuda, Semarang akan dijadikan sumber dalam penulisan makalah ini.

1.2

Perumusan Masalah

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

1.5

Manfaat 1. Sebagai bahan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perancangan Kota 2 pada Semester 5. 2. Mampu memberi masukan yang baik terhadap tatanan Jalan Pemuda, Semarang serta dapat memberikan beberapa masukan alternatif desain terhadap penataan Jalan Pemuda sehingga fungsinya dapat lebih optimal. Serta di harapkan dapat bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan tentang arsitektur dan dapat menambah wawasan tentang prinsip penataan bagi mahasiswa serta masyarakat.

Mendesain Jalan Pemuda, Semarang.

1.6

Metode Pembahasan Metoda pembahasan yang digunakan adalah metoda deskriptif, kualitatif, dan analitis. Metoda diskriptis adalah metode yang di lakukan dengan mengumpulkan dan mengidentifikasi data dan informasi mengenai perancangan kota pada Jalan Pemuda, Semarang serta menguraikan data-data yang didapatkan dari hasil survey lapangan.

1.7

Sistematika Pembahasan Bab 1 Pendahuluan Berisi tentang latar belakang pengamatan, maksud, tujuan, sasaran, manfaat, ruang lingkup permasalahan, metode pembahasan, lingkup materi serta sistematika pembahasan. Bab 2 Tinjauan Pustaka Meliputi teori-teori dan studi literatur mengenai perkotaan beserta aspekaspek dan permasalahannya. Bab 3 Data Menguraikan data - data fisik dan non fisik pada Jalan Pemuda, Semarang yang didapat dari survey lapangan. Bab 4 Analisa Menguraikan permasalahan yang ada dalam aspek-aspek sistem perkotaan di Jalan Pemuda, Semarang. Bab 5 Rekomendasi Design

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

pengertian di atas maka urban design memiliki tekanan pada penataan lingkungan fisik kota.

2.1.2 Elemen-Elemen Perancangan Kota (Urban design) 2.1 Tinjauan Perancangan Kota Urban design merupakan jembatan antara 2.1.1 Pengertian Umum Perancangan Kota perencanaan kota dan

arsitektur yang perhatian utamanya adalah bentuk fisik kota. Urban design merupakan bagian dari proses perencanaan dalam bentuk rancangan yang

Perancangan kota (urban design) telah berkembang terlebih dahulu di negara-negara Eropa Barat dan Amerika. Perkembangan tersebut ditandai dengan beragamnya definisi dan substansi mengenai urban design yang berkembang hingga saat ini. Urban design dalam prosesnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu sadar diri dan tidak sadar diri. Urban design yang sadar diri adalah yang diciptakan oleh orang-orang yang menganggap diri mereka sebagai desainer dan menggunakan keahlian desain mereka untuk menciptakan suatu lingkungan yang nyaman. Sedangkan urban design yang tidak sadar diri adalah yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak menganggap dirinya sebagai seorang desainer, tetapi mereka mempunyai peranan dalam

berkaitan dengan kualitas fisik dan spasial dari suatu kawasan kota atau lingkungan. Perancangan kota merupakan proses transformasi kota yang berhubungan dengan filosofi sosial yang banyak dibentuk ke dalam kaidah kaidah arsitektur. Dalam setiap perancangan kota harus memperhatikan elemen-elemen perancangan yang ada sehingga nantinya kota tersebut akan mempunyai karakteristik yang jelas. Menurut Hamid Shirvani elemen perancangan kota ada 8, yaitu sebagai berikut :

2.1.2.1

Penggunaan Lahan (Land Use) Pada prinsipnya, pengertian land use (tata guna lahan) adalah pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerahdaerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi.

mempengaruhi bentuk lingkungan perkotaan (Catanese, 1986:42). Pengertian urban design dapat ditinjau dari segi profesi maupun dari segi disiplin keilmuan. Dari segi profesi, Beckley menjelaskan bahwa urban design merupakan suatu jembatan antara profesi perencana kota dengan arsitektur dengan perhatian utama pada bentuk fisik kota (Catanese, 1986:45). Berdasarkan disiplin keilmuan, urban design merupakan bagian dari proses perencanaan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan fisik kota (Shirvani, 1985:6). Panduan Rancang Kota adalah suatu set perangkat panduan dan peraturan yang digunakan untuk mengatur dan membatasi penggunaan dan pengembangan ruang kota dan arsitektur kota (Yusuf, 2001:50). Lebih jauh lagi, Shirvani mengatakan bahwa urban design (perancangan kota) merupakan kelanjutan dari urban planning (perencanaan kota) sebab bagaimanapun hasil perencanaan kota belum selesai atau belum dapat dilaksanakan tanpa ada rancang desain dari rencana yang telah disusun. Dari 2.1.2.2

Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing) Building form and massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-massa bangunan yang ada dapat

membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar massa yang ada. Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan antara massa seperti ketinggian bangunan, pengaturan massa bangunan dan lain-lain harus diperhatikan sehingga ruang yang terbentuk teratur, mempunyai garis langit yang dinamis serta menghindari adanya lost space (ruang tidak terpakai).

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan bangunan, yaitu : 1. Ketinggian bangunan Ketinggian bangunan berkaitan dengan jarak pandang pemerhati, baik yang berada dalam bangunan maupun yang berada pada jalur pejalan kaki. Ketinggian bangunan pada suatu kawasan membentuk skyline. Skyline dalam skala kota mempunyai makna : Sebagai simbol kota Sebagai indeks social Sebagai alat orientasi Sebagai perangkat estetis Sebagai perangkat ritual

Garis Sempadan Bangunan merupakan jarak bangunan terhadap as jalan. Garis ini sangat penting dalam mengatur keteraturan bangunan di tepi jalan kota.

6. Langgam Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik bangunan dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di dalam satu periode atau wilayah tertentu. Peran dari langgam ini dalam skala urban jika direncanakan dengan baik dapat menjadi guideline yang mempunyai kekuatan untuk menyatukan fragmen-fragmen kota. 7. Skala Rasa akan skala dan perubahan-perubahan dalam

2. Kepejalan Bangunan Pengertian dari kepejalan adalah penampilan gedung dalam konteks kota. Kepejalan suatu gedung ditentukan oleh tinggi, luas-lebar-panjang, penggunaan material. 3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Koefisien Lantai Bangunan adalah jumlah luas lantai bangunan dibagi dengan luas tapak. Koefisien Lantai Bangunan dipengaruhi oleh daya dukung tanah, daya dukung lingkungan, nilai harga tanah dan faktor-faktor khusus tertentu sesuai dengan peraturan atau kepercayaan daerah setempat. 4. Koefisien Dasar Bangunan ( Building Coverage ) Adalah luas tapak yang tertutup dibandingkan dengan luas tapak keseluruhan. Koefisien Dasar Bangunan dimaksudkan untuk menyediakan area terbuka yang cukup di kawasan perkotaan agar tidak keseluruhan tapak diisi dengan bangunan sehingga daur lingkungan menjadi terhambat. 5. Garis Sempadan Bangunan (GSB) olahan massanya dan variasi

ketinggian ruang atau bangunan dapat memainkan peranan dalam menciptakan kontras visual yang dapat

membangkitkan daya hidup dan kedinamisan. 8. Material Peran material berkenaan dengan komposisi visual dalam perancangan. Komposisi yang dimaksud diwujudkan oleh hubungan antar elemen visual. 9. Tekstur Dalam sebuah komposisi yang lebih besar (skala urban) sesuatu yang dilihat dari jarak tertentu maka elemen yang lebih besar dapat menimbulkan efek-efek tekstur. 10. Warna Dengan adanya warna (kepadatan warna, kejernihan warna), dapat memperluas kemungkinan ragam komposisi yang dihasilkan.

Prinsip dasar perancangan kota menurut Spreegen (1965) mensintesa berbagai hal penting berkaitan bentuk dan massa bangunan, meliputi hal sebagai berikut :

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Skala, dalam hubungannya dengan sudut pandang manusia, sirkulasi, bangunan disekitarnya, dan ukuran kawasan.

Dalam

proses

perancangan beberapa

sebuah

pola

sirkulasi perlu sirkulasi

diperhatikan

anggapan

mengenai

(Motloch,1991), yaitu : 1. Sirkulasi sebagai sebuah pergerakan 2. Sirkulasi sebagi sebuah penekanan material 3. Sirkulasi sebagai pertimbangan desain 4. Sirkulasi sebagai sebuah mata rantai dan sistem visual 5. Sirkulasi sebagai perbedaan keruangan 6. Sirkulasi sebagai perbedaan waktu Dalam suatu sirkulasi tentulah tidak terlepas dari perencanan
Gb.2.1 Bentuk dan massa bangunan menurut Spreegen Sumber: Spreiregen,1965

sebuah jalan yang menghubungkan satu tempat dengan tempat yang lain, jenis-jenis jalan antara lain (George Nez,1989) :

Jalan Arteri Primer 1. Ruang kota, yang merupakan elemen dasar dalam 2.1.2.3 Sirkulasi dan Parkir (Sirculation and Parking) Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu Kecepatan rencana minimal 60 km/jam, Lebar badan jalan minimal 8 meter, Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas ratarata, Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal, Jalan masuk dibatasi secara efisien, Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan, Tidak terputus walaupun melalui kota, Persyaratan teknik jalan masuk ditetapkan oleh Menteri. Jalan Arteri Sekunder Kecepatan rencana minimal 20 km/jam, Lebar badan jalan minimal 8 meter, Kapasitas sama atau lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata, perencanaan kota yang harus memperhatikan bentuk (urban form), skala, sense of enclosure, dan tipe urban space. 2. Massa kota (urban mass), yang didalamnya meliputi bangunan, permukaan tanah, objek-objek yang membentuk ruang kota dan pola aktivitas.

kegiatan). Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat yang paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas, dan lain sebagainya.

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat, Persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan.

Elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas lingkungan : Kelangsungan aktivitas komersial. Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan susunan kota

Jalan Kolektor Primer Kecepatan rencana minimal 40 km/jam, Lebar jalan minimal 7 meter, Kapasitas sama dengan atau lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata, Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan, Tidak terputus walaupun melalui kota.

Gb.2.2 Sistem Parkir Sumber : Hamid Shirvani, 1985

Jalan Kolektor sekunder Kecepatan rencana minimal 20 km/jam, Lebar badan jalan minimal 7 meter. Jalan Lokal Primer Kecepatan rencana minimal 20 km/jam, Lebar badan jalan minimal 6 meter, Tidak terputus walaupun melalui desa.

Dalam merencanakan tempat parkir yang benar, hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : Keberadaan strukturnya tidak mengganggu aktivitas di sekitar kawasan Pendekatan program penggunaan berganda Tempat parkir khusus Tempat parkir di pinggiran kota

Jalan Lokal Sekunder Kecepatan rencana minimal 10 km/jam, Lebar badan jalan minimal 5 meter, Persyaratan teknik diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga atau lebih, Lebar badan jalan tidak diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga atau lebih, minimal 5 meter. Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi efek visual yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam perancangan kota.

Dalam perencanaan jaringan sirkulasi dan parkir harus selalu memperhatikan : Jaringan jalan harus merupakan ruang terbuka yang mendukung kawasan. Jaringan jalan harus memberi orientasi pada citra kawasan dan aktivitas pada

penggunan dan membuat lingkungan yang legible. Kerjasama dari sektor kepemilikan dan privat dan publik dalam mewujudkan tujuan dari kawasan. Sedangkan dalam masalah parkir harus diperhatikan antara parkir individu dan parkir umum. Dalam penelitian akan penyediaan parkir perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Karakter pengguna

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA 2.1.2.4

Kegiatan dan kebiasaan dari operasi usaha Biaya Peraturan pemerintah

Berbentuk Cluster, yaitu ruang terbuka yang memilki batas-batas disekelilingnya. Misalnya plaza, square, lapangan , bundaran dan lain-lain. Ruang terbuka bentuk ini membentuk kantong-kantong yang

Ruang Terbuka (Open Space)

berfungsi sebagai ruang-ruang akumulasi aktivitas kegiatan. Berdasarkan letak dan macam kegiatannya, terdapat dua macam ruang terbuka : Publik Domain Ruang terbuka yang berada diluar lingkup bangunan sehingga dapat dimanfaatkan secara umum untuk generasi sosial.
Gb. 2.3 Ruang Terbuka Sumber: Spreiregen. 1965

Privat Domain Ruang terbuka yang berada dalam suatu lingkup bangunan yang sekaligus menjadi bagian dari

bangunan tersebut yang dibatasi oleh kepemilikan. Ruang luar menurut Kuncoro Jakti (1971) adalah suatu sebutan yang diberikan orang atas ruang yang terjadi karena Suatu ruang tebuka atau sangat tingkat berkaitan dengan derajat

keterlingkupan

enclosure

yang

berpengaruh

pembatasan alat hanya pada dua unsur atau bidang, yaitu alas dan dinding tanpa bidang atap (terbuka). Rustam Hakim, 1987 membagi ruang terbuka berdasarkan kegiatan yang terjadi, sebagai berikut : Ruang terbuka aktif, yaitu ruang terbuka yang mengundang unsur-unsur kegiatan di dalamnya, misalnya plaza, tempat bermain. Ruang terbuka pasif, yaitu ruang terbuka yang di dalamnya tidak mengundang kegiatan manusia. Menurut Rob Krier dalam bukunya Urban Space (1979) ada dua bentuk ruang terbuka yaitu: Berbentuk Memanjang, yaitu ruang terbuka yang hanya memiliki batas-batas disisi-sisinya misalnya jalan, sungai, pedestrian, dan lain-lain.

terhadap makna suatu tempat. Berkaitan dengan ruang terbuka, Spreiregen dalam bukunya Urban design, The Architecture of Town and Cities (1965), mengemukakan; ....ada empat macam kualitas enclosure yang berpengaruh terhadap makna suatu tempat. Adapun kualitas enclosure ditentukan oleh

perbandingan H:D (dengan H=tinggi dan D=lebar) yang meliputi : H=D, membentuk sudut 45 Rasa keterlingkupan tinggi (full enclosure)

H=D, membentuk sudut 30 Masih terasa terlingkupi (treshold enclosure)

Elemen ruang terbuka kota meliputi lansekap, jalan, pedestrian, taman, dan ruang-ruang rekreasi. Langkah-langkah dalam perencanaan ruang terbuka :

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Survey

pada

daerah

yang

direncanakan tersebut

untuk untuk

Punya

nilai

estetika

dan

daya

tarik,

dengan

menentukan berkembang.

kemampuan

daerah

penyediaan sarana dan prasarana jalan seperi: taman, bangku, tempat sampah, dan lainnya.

Rencana jangka panjang untuk mengoptimalkan potensi alami (natural) kawasan sebagai ruang publik. Pemanfaatan potensi alam kawasan dengan 2.1.2.6 Aktivitas Pendukung (Activity Support) Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatankegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas. Meliputi segala fungsi dan aktivitas yang memperkuat ruang terbuka publik, karena aktivitas dan ruang fisik saling

menyediakan sarana yang sesuai. Studi mengenai ruang terbuka untuk sirkulasi (open space circulation) mengarah pada kebutuhan akan penataan yang manusiawi.

2.1.2.5

Pedestrian (Pedestrian Ways) Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-poal aktivitas sertas sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa mendatang. Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat mengimbangi dan meningkatkan arus pejalan kaki dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut : Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial seperti toko, restoran, caf. Street furniture berupa pohon-pohon, rambu-rambu, lampu, tempat duduk, dan sebagainya. Jalur pedestrian harus mempunyai syarat : Aman, leluasa dari kendaraan bermotor. Menyenangkan, dengan rute yang mudah dan jelas yang disesuaikan dengan hambatan kepadatan 2.1.2.7

melengkapi satu sama lain. Pendukung aktivitas tidak hanya berupa sarana pendukung jalur pejalan kaki atau plaza tapi juga pertimbangankan guna dan fungsi elemen kota yang dapat membangkitkan aktivitas seperti pusat perbelanjaan, taman rekreasi, alun-alun, dan sebagainya.

Papan Iklan (Signage) Dalam kehidupan kota saat ini, iklan atau advertensi mengisi ruang visual kota melalui papan iklan, spanduk, baliho dan sebagainya. Hal ini sangat mempengaruhi visualisasi kota baik secara makro maupun mikro. Dalam pemasangan papan iklan harus memperhatikan pedoman teknis sebagai berikut : Penggunaan papan iklan harus merefleksikan karakter kawasan Jarak dan ukuran harus memadahi dan diatur sedemikian rupa agar menjamin jarak penglihatan dan menghindari kepadatan.

pejalan kaki. Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan yang disebabkan gangguan naik-turun, ruang yang sempit, dan penyerobotan fungsi lain.

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Penggunaan

harus

harmonis

dengan

bangunan

ketentraman dan transcendence) serta empat konteks pengalaman (fisik, psikospiritual,sosial dan lingkungan).

arsitektur di sekitar lokasi Pembatasan penggunaan pertunjukkan. Pembatasan papan iklan yang berukuran besar yang mendominir di lokasi pemandangan kota. Penandaan atau petunjuk yang mempunyai pengaruh penting pada desain tata kota sehingga pengaturan pemunculan dan lokasi pemasangan papan-papan petunjuk sebaiknya tidak menimbulkan pengaruh visual negatif dan tidak mengganggu rambu-rambu lalu lintas. penggunaan khusus untuk lampu theatre hias dan kecuali tempat

Tipe-tipe kenyamaman didefiniskan sebagai berikut (Kolcaba, 2001 dalam Tomey dan Alligood, 2006:728) : 1. Dorongan (relief ) : kondisi resipien yang membutuhkan penangananyang spesifik dan segera. 2. Ketenteraman (ease) : kondisi yang tenteram atau kepuasan hati. 3. Transcendence : kondisi dimana individu mampu mengatasi masalahnya (nyeri). Empat konteks kenyamanan adalah (Kolcaba, 2003 dalam Tomey dan Alligood, 2006:728; Kolcaba 1991 dalam Peterson dan Bredow, 2004:258): 1. Fisik : berkaitan dengan sensasi jasmani.

2.1.2.8

Konservasi (Conservation) Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat tinggal (permukiman) yang ada dan urban places (alun - alun, plasa, area perbelanjaan) yang ada dan mempunyai ciri khas, seperti halnya perlindungan terhadap bangunan bersejarah. Manfaat dari adanya preservasi antara lain: Peningkatan nilai lahan Peningkatan nilai lingkungan Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek komersial Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi

2. Psikospiritual

berkaitan

dengan diri,

kesadaran seksual

diri, dan

internal makna

diri, hidup;

termasuk penghargaan,

konsep

berhubungandengan perintah yang terbesar atau kepercayaan. 3. Lingkungan : berkaitan dengan keadaan sekitarnya, kondisi-kondisi, dan pengaruhnya. 4. Sosial : berkaitan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak diwakili oleh satu angka tunggal. Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang masuk ke dalam dirinya melalui keenam indera melalui syaraf dan dicerna otak untuk dinilai. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain rangsangan ditangkap sekaligus, lalu diolah oleh orak. Kemudian otak akan memberikan

2.2

Teori dan Konsep Kenyamanan, Aksesbilitas dan Perilaku Manusia

penilaian relatif apakah kondisi itu nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan di satu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain (Satwiko, 2009:21-22).

2.2.1 Teori dan Konsep Kenyamanan 2.2.2 Teori dan Konsep Aksesibilitas Didefinisikan sebagai kondisi yang dialami oleh resipien

berdasarkan pengukuran kenyamanan. Ada tiga tipe kenyamanan (dorongan,

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Menurut Black (1981) Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi. Menurut Magribi bahwa aksesibilitas adalah ukuran kemudahan yang meliputi waktu, biaya, dan usaha dalam melakukan perpindahan antara tempattempat atau kawasan dari sebuah sistem (Magribi, 1999). Salah satu variabel yang dapat dinyatakan apakah tingkat aksesibilitas itu tinggi atau rendah dapat dilihat dari banyaknya sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut. Semakin banyak sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut maka semakin mudah aksesibilitas yang didapat begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat aksesibilitas yang didapat maka semakin sulit daerah itu dijangkau dari daerah lainnya (Bintarto, 1989). Tingkat aksesibilitas wilayah juga bisa diukur berdasarkan pada beberapa variabel yaitu ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat transportasi, panjang, lebar jalan, dan kualitas jalan. Selain itu yang menentukan tinggi rendahnya tingkat akses adalah pola pengaturan tata guna lahan. Keberagaman pola pengaturan fasilitas umum antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Seperti keberagaman pola pengaturan fasilitas umum terjadi akibat berpencarnya lokasi fasilitas umum secara geografis dan berbeda jenis dan intensitas kegiatannya. Kondisi ini membuat penyebaran lahan dalam suatu wilayah menjadi tidak merata (heterogen) dan faktor jarak bukan satusatunya elemen yang menentukan tinggi rendahnya tingkat aksesibilitas (Miro, 2004). Adanya aksesibilitas ini diharapkan dapat mengatasi beberapa hambatan mobilitas, baik berhubungan dengan mobilitas fisik, misalnya mengakses jalan raya, pertokoan, gedung perkantoran, sekolah, pusat kebudayaan, lokasi industri dan rekreasi baik aktivitas non fisik seperti kesempatan untuk bekerja, memperoleh pendidikan, mengakses informasi, mendapat perlindungan dan jaminan hukum (Kartono, 2001).

Manusia mempunyai keunikan tersendiri, keunikan yang dimiliki setiap individu akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga mempengaruhi perilakunya. Karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi manusia untuk ber aktivitas, tetapi juga menjadi bagian integral dari pola perilaku manusia (Dubois, 1968). a. Proses Perilaku Individual Perilaku Manusia dan Lingkungan Perilaku manusia akan mempengaruhi dan membentuk setting fisik lingkungannya Rapoport, A, 1986, pengaruh

lingkungan terhadap tingkah laku dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu : Environmemntal Determinism, menyatakan bahwa

lingkungan menentukan tingkah laku masyarakat di tempat tersebut. Enviromental Posibilism, menyatakan bahwa lingkungan fisik dapat memberikan kesempatan atau hambatan

terhadap tingkah laku masyarakat. Enviromental probabilism, menyatakan bahwa lingkungan memberikan pilihan-pilihan yang berbeda bagi tingkah laku masyarakat. Pendekatan Perilaku, menekankan pada keterkaitan yang ekletik antara ruang dengan manusia dan masyarakat yang memanfaatkan ruang atau menghuni ruang tersebut. Dengan kata lain pendekatan ini melihat aspek norma, kultur, masyarakat yang berbeda akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda (Rapoport. A, 1969 ), adanya interaksi antara manusia dan ruang, maka pendekatannya cenderung menggunakan setting dari pada ruang. Istilah seting lebih memberikan penekanan pada

2.2.3 Teori dan konsep tentang perilaku manusia

unsur-unsur kegiatan manusia yang mengandung empat hal yaitu : Pelaku, Macam kegiatan, tempat dan waktu berlangsungnya

1. Konsep Perilaku

kegiatan. Menurut Rapoport pula, kegiatan dapat terdiri dari sub-

10

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

sub kegiatan yang saling berhubungan sehingga terbentuk sistem kegiatan. Fakta bahwa perilaku yang tampak di jalan raya saat ini bertentangan dengan identitas bangsa merupakan indikasi adanya perubahan budaya perkotaan. Perubahan terjadi akibat pengaruh urbanisasi, industrialisasi, modernisasi, dan globalisasi. Menurut Riesman (1961), perilaku manusia mengikuti massa serta mengoper norma perilaku dari sesamanya. pendapat tersebut, maka perilaku pada Mengacu pada jalan raya yang

tersebut tanpa sadar telah membuat jalur pedestriansendiri meski telah disediakan pedestrian.

a. Setting Perilaku ( Behaviour Setting )

Behaviour

setting

merupakan

interaksi

antara

suatu

kegiatan dengan tempat yang lebih spesifik. Behaviour setting mengandung unsur-unsur sekelompok orang yang melakukan kegiatan, tempat dimana kegiatan tersebut dilakukan dan waktu spesifik saat kegiatan dilakukan.Setting perilaku terdiri dari 2 macam yaitu :

menyimpang bisa diubah bila sistem yang mengatur aktivitas publik mampu mengakomodasi kemauan dan kemampuan

masyarakat. Keberhasilan menata perilaku pengguna jalan raya tidak bisa lepas dari empat pilar. Yakni manusianya sendiri, sarana dan prasarana, tata ruang, dan sistem transportasi yang dijalankan. Hal itu sangat bergantung pada bagaimana sistem System of setting ( sistem tempat atau ruang), sebagai rangkaian unsur-unsur fisik atau spasial yang mempunyai hubungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai untuk suatu kegiatan tertentu. System of activity ( sistem kegiatan), sebagai suatu rangkaian perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa orang. Dari pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa unsur ruang atau beberapa kegiatan, terdapat suatu struktur atau rangkaian yang menjadikan suatu kegiatan dan pelakunya mempunyai makna. Pada berbagai pendapat dikatakan bahwa desain Behavior Setting yang baik dan tepat adalah yang sesuai dengan struktur perilaku penggunanya. Dalam desain arsitektur hal tersebut disebut sebagai sebuah proses argumentatif yang dilontarkan dalam membuat desain yang dapat diadaptasikan, Fleksibel atau terbuka terhadap pengguna berdasarkan pola perilakunya. Desain behavior setting tidak selalu perlu dibentuk ruangruang tetap, baik yang ber pembatas maupun semi tetap terlebih lagi dalam desain ruang publik yang di dalamnya terdapat banyak pola perilaku yang beraneka ragam.

dijalankan serta bagaimana infrastruktur dibangun. Karenanya, perlu regulasi di bidang transportasi yang berpihak pada kepentingan publik. Kebijakan yang bersifat sektoral yang mengutamakan kelompok tertentu akan berimbas negatif yang membebani publik. Polisi lalu lintas tidak akan bisa bekerja maksimal jika empat pilar tersebut tidak ditangani secara komprehensif dengan mempertimbangkan kebutuhan serta

kesiapan masyarakatnya. Infrastruktur sangat bergantung pada kebijakan tata ruang dan alokasi pembiayaan pembangunan. Sementara pembentukan sikap masyarakat yang nanti akan diwujudkan dalam perilaku di jalan raya sangat tergantung bagaimana menciptakan masyarakat madani. Pada kondisi ini, hukum akan bisa berjalan dengan baik. Dalam masyarakat madani akan terbangun kesadaran berpartipasi bagi kepentingan yang lebih luas. Contohya : pada saat orang cenderung memilih jalan pintas yang dianggapnya terdekat daripada melewati pedestrian yang memutar, sehingga orang

11

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Konsep sistem aktivitas dan behaviour setting memberi dasar yang luas dalam mempertimbangkan lingkungan daripada semata-mata tata guna lahan, tipe bangunan, dan tipe ruangan secara fisik. Hal tersebut dapat membebaskan desain ruang publik dari bentuk-bentuk klise, bentuk-bentuk prototip atau memaksakan citra yang tidak sesuai dengan pola perilaku masyarakat penggunanya. Pengamatan behaviour setting dapat digunakan dalam desain ruang publik karena dapat mengerti preferensi pengguna yang diekspresikan dalam pola perilaku pengguna. Dari

Konsep teritori dalam studi arsitektur lingkungan dan perilaku yaitu adanya tuntutan manusia atas suatu area untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosional dan kultural. Berkaitan dengan kebutuhan emosional ini maka konsep teritori berkaitan dengan ruang privat dan ruang publik. Ruang privat (personal space) dapat menimbulkan crowding (kesesakan) apabila

seseorang atau kelompok sudah tidak mampu mempertahankan personal spacenya.

2. Perilaku Sebagai Pengaruh Kondisi Lingkungan Menurut Hadinugroho (2002), Perilaku manusia dalam hubungannya terhadap suatu setting fisik berlangsung dan konsisten sesuai waktu dan situasi. Karenanya pola perilaku yang khas untuk setting fisik tersebut dapat diidentifikasikan. Tentu saja apa yang dibahas tidak lantas menjadi demikian

pembahasan ini jelas bahwa organisasi ruang pada ruang publik dan perilaku pengguna mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu behavior setting

b. Proses Sosial Manusia mempunyai kepribadian individual, tetapi manusia juga merupakan makhluk sosial hidup dalam masyarakat dalam suatu kolektivitas. Dalam memenuhi kebutuhan sosialnya manusia berperilaku sosial dalam lingkungannya dapat diamati pada , Fenomena perilaku-lingkungan, kelompok pemakai, dan tempat berlangsungnya kegiatan. Pada proses sosial, perilaku interpersonal manusia meliputi hal-hal sebagai berikut : Ruang Personal ( Personal Space ) berupa domain kecil sejauh jangkauan manusia. Teritorialitas yaitu kecenderungan untuk menguasai daerah yang lebih luas bagi seseorang. Kesesakan dan Kepadatan yaitu keadaan apabila ruang fisik yang tersedia terbatas. Privasi sebagai usaha optimal pemenuhan kebutuhan sosial manusia. Dalam proses sosial, perilaku interpersonal yang sangat berpengaruh pada perubahan ruang publik adalah teritorialitas.

sederhana bahwa manusia semuanya berperilaku ajeg dalam suatu tempat dan waktu tertentu. Umumnya frekuensi kegiatan yang terjadi pada suatu setting baik tunggal ataupun berkelompok dengan setting lain menunjukkan suatu yang konstan/tetap sepanjang waktu. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya karakter dan pola tetap perilaku yang dapat dideteksi dalam hubungannya dengan suatu setting tapi juga kemungkinan yang muncul seperti pola tanggapan perilaku yang kadang dapat berubah menjadi sebaliknya. Apa yang ditunjukkan oleh peta perilaku tidak hanya tentang bagaimana kegiatan makan, tidur, berinteraksi, ngobrol dan lainnya dalam situasi, tempat dan waktu yang beragam tapi juga menunjukkan bahwa pola penggunaan ruang tidak diperdulikan oleh pasien yang terlibat dengan kata lain bahwa bila kondisi lainnya sama, maka pola penggunaan (fungsi) setting fisik tertentu tidak diperdulikan oleh pemakai yang terlibat. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa data yang menjadi acuan untuk pembentukan pendapat ini dinyatakan hanya sebagai kebenaran yang terjadi dengan sendirinya dan itu bukan berupa asumsi kestabilan perilaku manusia pada umumnya tapi itu untuk menunjukkan kesamaan dalam hubungan dengan sebagian lingkungan fisik sebagai

12

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

aspek nyata eksistensi manusia. Aspek lain yang sebanding/setara adalah pendapat bahwa kesamaan dan keteraturan pikiran dan perilaku manusia dalam hubungannya dengan ruang fisik yang terjadi dengan sendirinya adalah merupakan implikasi bahwa sifat alamiah dari kesamaan juga terjadi dengan sendirinya. Dari data yang didapat pada riset perilaku tidak dimaksudkan bahwa asumsi itu hanya sebagian benar, tapi yang lebih penting adalah keyakinan bahwa hal tersebut menyederhanakan pengertian hubungan antara perilaku manusia dan setting fisiknya.

13

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

BAB III DATA OBJEK STUDI

3.1

Tinjauan Umum Kota Semarang 3.1.1 Kondisi Geografis

I
Gambar 3.1.2 Pembagian BWK Kota Semarang Sumber : Penyusun RDTRK Semarang

LEGENDA Budaya Campuran Perdagangan Perkantoran Permukiman Puskesmas Retarding Basin Rumah Sakit SD SMA SMP Stasiun Kereta Api Taman Tempat Pemakaman Umum

dan Pemukiman Depo Pertamina


Gambar 3.1.1 Pembagian Kecamatan di Kota Semarang Sumber : Tim Penyusun Tengah ruang lingkup Jawa RDTRK Semarang

Gereja merupakan kota berada Konservasi Masjid Olah Raga dan Rekreasi Pasar Perdagangan dan Jasa Perdagangan Perguruan Tinggi 3.1.2 Tata Guna Lahan

Kota Semarang dalam

dalam hirarki yang tertinggi dalam fungsi administratif, sosial, ekonomi, dan politik. Letak geografisnya berada antara 110 23 57 79 BT dan 110 27 70 BT; lintang 6 55 6 LS dan 6 58 18 LS. Kotamadya Semarang memiliki luas area 37.360,947 dan dibatasi oleh : Barat Timur Selatan Utara : Kab. Kendal : Kab. Demak : Kab. Semarang : Laut Jawa

Penduduk Kota Semarang tersebar di 16 kecamatan, yaitu Kecamatan Semarang Tengah,Semarang Timur, Semarang Selatan, Gajahmungkur, Caridisari, Semarang Barat, Semarang Utara, Genuk, Gayamsan, Pedurungan, Tembalang, Banyumanik, Gunungpati, Mijen, Ngaliyan, dan Kecamatan Tugu. Selain terbagi dalam 16 kecamatan, Kota Semarang terbagi menjadi lima Wilayah Pengembangan dan sepuluh BWK (Bagian Wilayah Kota).

Keadaan topografi Kota Semarang dapat dibedakan menjadi dua wilayah yaitu : Wilayah utara merupakan dataran rendah dengan pantai menghadap Laut Jawa. Wilayah selatan merupakan perbukitan dengan ketinggian 9 27 meter di atas permukaan laut.

14

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA PROSENTASE LUAS WILAYAH 42.31% 35.80% 16.27% 3.05% 2.57% 100%

3.1.3 Kondisi Topografi Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, antara 0.75 348 m diatas permukaan laut. Kemiringan lahan berkisar 0% - 45%. NO KEMIRINGAN LAHAN (%) 0%-2% 2%-15% 15%-25% 25%-40% >40% Jumlah LUAS WILAYAH( Ha ) 15.810,76 13.379,76 6.080,18 1.138,80 960,50 37,37

Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat

: Jalan Pierre Tendean : Jalan Pandaranan : Jalan MH Thamrin : Tugu Muda Dan Jalan Imam Bonjol

Secara Administrasi BWK I merupakan bagian wilayah administrasi Kota Semarang dengan batas wilayah adminstrasi sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Selatan Candisari : Kecamatan Semarang Utara : Kecamatan Gajah Mungkur dan Kecamatan

1 2 3 4 5

Sebelah Timur Sebelah Barat

: Kecamatan Gayamsari : Kecamatan Semarang Barat

Tabel 3.1.3 Kemiringan dan Prosentase Luas Lahan Kota Semarang Gambar 3.2.1 Kondisi Eksisting Sumber : Google Earth

3.1.4 Klimatologi Semarang memiliki iklim tropis 2 (dua) jenis yaitu, musim kemarau dan musim penghujan yang memiliki siklus pergantian 6 bulan. Hujan sepanjang tahun, dengan curah hujan tahunan yang bervariasi dari tahun ke tahun rata-rata 2215 mm sampai dengan 2183 mm dengan maksimum bulanan terjadi pada bulan Desember sampai bulan Januari. Temperatur udara berkisar antara 25.80 C sampai dengan 29.30 C, kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 62% sampai dengan 84%. Arah angin sebagian besar bergerak dari arah Tenggara menuju Barat Laut dengan kecepatan rata-rata berkisar antara 5.7 km/jam.

Berkaitan dengan letak dan kedudukannya, maka potensi-potensi yang dimiliki BWK I adalah sebagai berikut: 1. Secara fisik geografis, BWK I terletak di pusat kota sehingga memiliki lokasi yang cukup strategis didalam menghubungkan daerah-daerah lain di Kota Semarang. 2. Berdasarkan kebijaksanaan yang telah di tetapkan, BWK I memiliki beberapa fungsi utama yaitu fungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran skala kota

3.2

Tinjauan Umum Jalan Pemuda Jalan pemuda yang merupakan jalan arteri sekunder termasuk Wilayah perencanaan BWK I yang terletak di Pusat Kota Semarang. Batas-batas jalan Pemuda :

dan regional, dan fungsi spesifik/budaya. 3. Berdasarkan fasilitas-fasilitas yang dimilikinya, BWK I memiliki beberapa fasilitas yang mempunyai skala pelayanan regional yaitu sebagai pusat perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa.

15

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

4. Sebagai pusat Kota Semarang maka Bagian Wilayah Kota I (BWK I) memiliki peranan sebagai pusat kegiatan masyarakat Kota. Sebagai daerah pusat kota maka peranan BWK I adalah sebagai daerah tujuan utama bagi kegiatan pusat kota serta wilayah lain yang berada di belakangnya. Permukaan topografi pada Jalan Pemuda relatif datar. Tidak ada perbedaan level yang berarti. Hal tersebut menjadikan kawasan di sekitar Jalan Pemuda berkembang dengan baik.

Gambar 3.2.3 Masa Bangunan Pada Koridor Jalan Pemuda Sumber : Google Earth

Gambar 3.2.2. Koridor Jalan Pemuda Sumber : Google Earth Gambar 3.2.4 Infrastruktur Jalan Pemuda Sumber : Google Earth

16

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Kawasan Perkantoran Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan Pendidikan Kawasan Permukiman

Gambar 3.2.5 Mapping Land Use Sumber : analisa pribadi

17

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

3.3

Tinjauan Data Elemen Fisik Perancangan Kota pada Jalan Pemuda 2. Fasilitas pendidikan 3.3.1 Penggunaan Lahan (Land Use) 1. Fasilitas kesehatan Gambar Nomor Keterangan Gambar Nomor Keterangan

SD MARSUDIRINI

APOTEK KIMIA FARMA

SMA NEGERI 3 SEMARANG

SMA NEGERI 5 SEMARANG

1
Gambar 3.3.1.1 Peta Lokasi Fasilitas Kesehatan Sumber : Analisa Pribadi

18

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

3 2 1 2 BALAIKOTA SEMARANG

SMA NEGERI 3 SEMARANG

Gambar 3.3.1.2 Peta Lokasi Fasilitas Pendidikan Sumber : Analisa Pribadi

YARDIP

3. Konservasi Gambar Nomor Keterangan

LAWANG SEWU

19

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

2 4 3

PERMUKIMAN

PERMUKIMAN

Gambar 3.3.1.3 Peta Lokasi Konservasi Sumber : Analisa Pribadi

U 2

4. Pemukiman Warga Gambar Nomor Keterangan

3 1 PERMUKIMAN U
Gambar 3.3.1.4 Peta Lokasi Permukiman Sumber : Analisa Pribadi

20

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

5. Perdagangan dan Jasa Gambar Nomor Keterangan 5 HOTEL NOVOTEL

DP MALL

GRAHA BIMASAKTI NOKIA STORE

GRAMEDIA AMARIS 5 6

HOTEL MERBABU

3
Gambar 3.3.1.5 Peta Lokasi Perdagangan dan Jasa Sumber : Analisa Pribadi

PARAGON CITY MALL

21

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

6. Perkantoran 7 Gambar Nomor Keterangan INSPEKTORAT

BII 8 BAPPEDA

BALAIKOTA SEMARANG 9 POLISI MILITER

GRAHA BINA ARTHA 10 TOURIST INFORMATION CENTRE

DISBUDPAR 11 KODIM 0733 BS SMG

DINAS PENDIDIKAN 12 GEDUNG JUANG 45

KANTOR JAMSOSTEK 13 PT. PP

22

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

ASIH BUMI JAYA 9 14 7 10 15 GRAHA SUCOFINDO 11 8

12 16 DANAMON 13 14

15 6

16

3 2

Gambar 3.3.1.6 Peta Lokasi Perkantoran Sumber : Analisa Pribadi

23

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA 3.3.2 Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing) Building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan bangunan, yaitu : 1. Ketinggian dan Penataan Bangunan Pada kawasan Jalan pemuda, ketinggian bangunan yang ada sifatnya bervariasi sehingga membuat tampilan bangunan di Jalan ini menjadi tidak monoton. Pola penataan masa bangunan berbentuk linier mengikuti pola jalur jalan.
Gambar 3.3.2.2.2 Potongan A-A Sumber : Analisa Pribadi

2. Skyline (potongan memanjang sisi barat dan timur)

Gambar 3.3.2.2.3 Potongan B-B Sumber : Analisa Pribadi

Gambar 3.3.2.2.1 Potongan memanjang Sumber : analisa Pribadi

24

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA ]

16 14 15 17

18 21 20 19

22 23 24

13 12 1 0 9 8 7 6 5 4 14 3 2 11 1 9 8 7 6 U
Gambar 3.3.2.2.4 Peta Lokasi Masa Bangunan Sumber : Analisa Pribadi

11

13 12

10

4 3

2 1

25

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA JALAN PEMUDA BAGIAN UTARA No Gambar Keterangan LAWANG SEWU 1 6 GRAMEDIA-AMARIS HOTEL 11 GEDUNG JAMSOSTEK

7 2 GEDUNG BII

DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI JATENG

12

HOTEL MERBABU

8 3 DP MALL

RUKO

13

TEMPAT PARKIR PARAGON MALL

9 4 BALAIKOTA SEMARANG

RUMAH WARGA

14

PARAGON MALL

10 5 GRAHA BINA ARTHA (BANK JATENG)

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JATENG

26

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

JALAN PEMUDA BAGIAN SELATAN No 1 Gambar Keterangan GEDUNG PANDANARAN

KANTOR PT PP

RUMAH WARGA

GEDUNG DANAMON

BANK 8 GEDUNG JUANG 45

GRAHA SUCOFINDO 9 SD MARSUDIRINI

BUMI ASIH JAYA 10 KODIM 0733 BS/SMG

RUMAH WARGA 11 SMAN 3 SEMARANG

27

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

12

TOURIST INFORMATION CENTER

18

KANTOR BPPD JATENG

13

YAYASAN DIPONEGORO

RUMPUN

19

INSPEKTORAT

14

SMAN 5 SEMARANG

20

NOVOTEL

15

GRAHA NOKIA

BIMA

SAKTI

21

GOOD MIE

HEALTH JOWO

DAN DOEL

NOEMANI

16

POLISI MILITER

22

RM

PADANG DAN

RESTU TOKO

BUNDO CROWN

17

APOTEK KIMIA FARMA

23

TOKO BINTANG TIGA

28

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

24

KURNIA AUTO

3.3.3 Sirkulasi dan Parkir (Sirculation and Parking)

1. Sirkulasi Jalan Pemuda merupakan jenis jalan arteri sekunder yang menghubungkan kawasan Tugu Muda dengan kawasan Kota Lama Semarang. Sirkulasi dua arah dan dibagi

kendaraan bermotor pada Jalan Pemuda terdiri dari

menjadi empat jalur. Dua jalur untuk jalur lambat dan dua jalur lagi untuk jalur cepat. Jenis kendaraan yang melewati jalan ini antara lain mobil, sepeda motor, bus, truk. 2. Parkir Lokasi tempat parkir di penggal Jalan Pemuda dapat dikatakan terbagi menjadi dua, yaitu terletak di badan jalan dan terletak di dalam halaman bangunan. Untuk tempat parkir yang berada di tepi badan jalan (berada di jalur lambat) cenderung hanya bersifat sementara. Sedangkan untuk tempat parkir yang berada di halaman suatu bangunan hanya digunakan khusus oleh pengunjung atau pengguna dari bangunan tersebut. Pada penggal Jalan
Gambar 3.3.3.2 Lokasi yang biasa digunakan sebagai lahan parkir Sumber : Dokumen Pribadi

Pemuda, semua bangunan sudah memeiliki tempat parkir khusus yang terletak di halaman bangunan tersebut, kondisi ini mengakibatkan arus lalu lintas di Jalan Pemuda ini menjadi lancar dan terkesan leluasa. 3.3.4 Ruang Terbuka (Open Space)

Pada koridor jalan Pemuda terdapat ruang terbuka yang terletak di sebelah utara gedung UNAKI. Ruang terbuka ini berupa taman pasif iyang difungsikan sebagai ruang terbuka hijau yang memiliki street furniture berupa lampu. Ruang terbuka pada penggal jalan ini,jika digolongkan ke dalam fungsinya merupakan ruang terbuka aktif karena baik halaman depan dari bangunan dan pedestrian dapat digunakan untuk aktifitas manusia. Untuk halaman depan dari tiap bangunan digunakan sebagai tempat parkir. Sedangkan untuk jalur

29

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

pedestrian sering digunakan oleh pedagang, pelajar, dan pejalan kaki lainnya untuk beristirahat sejenak.

3.3.5 Pedestrian (Pedestrian Ways) Pada penggal jalan Pemuda Semarang ini memiliki jalan pedestrian selebar 5 meter dengan material keramik dan batu alam dengan akses bagi pejalan kaki tunanetra.

Gambar 3.3.5 Pedestrian di jalan Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi

Terdapat beberapa street furniture pada penggal jalan pemuda ini meliputi : tanaman hias, lampu hias, tempat sampah, dll.

Gambar 3.3.7.3 Gambar Signage yang menunjukkan rambu lalu lintas Sumber : Dokumen Pribadi

Lokasi Gambar

3.3.6 Aktivitas Pendukung (Activity Support) Terdapat beberapa Activity Support yang berada pada penggal jalan ini meliputi : kantin, pedagang kaki lima, koran umum dan toko kecil yang non permanen.

30

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

3.3.7 Papan Iklan (Signage) Pada penggal jalan pemuda terdapat beberapa simbol dan tanda, antara lain : 1. Identitas Adanya tanda yang menunjukkan nama penggal jalan tersebut.

Lokasi Gambar

Gambar 3.3.7.1 Gambar signage yang menunjukkan nama penggal jalan Sumber : Dokumen Pribadi

4. Komersial Tanda jenis ini adalah reklame dan iklan. Banyak terdapat di sekitar penggal jalan pemuda ini.

2. Nama Bangunan Dipakai sebagai nama bangunan yang biasanya dilengkapi dengan petunjuk jenis kegiatan yang ada di dalamnya.

Gambar 3.3.7.4 Komersial di Jalan Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 3.3.7.2 Gambar Signage yang menunjukkan nama bangunan Sumber : Dokumen Pribadi

Lokasi Gambar 3. Petunjuk Sirkulasi Biasanya disebut sebagai rambu rambu lalu lintas yang berfungsi untuk mengatur dan mengarahkan pengendara kendaraan atau pejalan kaki dalam sirkulasi. Di Jalan Pemuda terdapat beberapa petunjuk sirkulasi dan larangan.

31

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

5. Petunjuk ke lokasi lain Tanda jenis ini merupakan petunjuk arah, lokasi kegiatan tertentu yang mempunyai keterangan jarak.

Gambar 3.3.7.5 Penunjuk arah Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 3.3.3.2 Lokasi yang biasa digunakan sebagai lahan parkir Sumber : Dokumen Pribadi

32

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Rambu-rambu yang terdapat di Jalan Pemuda, antara lain : Ket Gambar

A.3

A.6

Rambu-rambu lalu lintas Ket Gambar

A.1

A.4

A.7

A.2 A.5

Ket Gambar

Papan petunjuk Ket Gambar

B.1

B.3

33

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

B.2

B.4

A1
B2

A1 A7 A3 A3
B3

A3 A1 A1 A4 A5 A1 A4 A3 A4 A5 A3 A3 A1 A66
B1
Gambar 3.3.7.6 Peta posisi signages Sumber : Dokumen Pribadi

A2

34

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

3.3.8 Konservasi (Conservation) Terdapat beberapa bangunan konservasi pada penggal jalan ini yakni SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 Semarang, Gedung YARDIP dan Balaikota Semarang. Keterangan Gambar Lampu 1 (L.1)

Lampu 2 (L.2)

Gambar 3.3.8 Konservasi di Jalan Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi

3.3.9 Utilitas pada Jalan Pemuda Jaringan utilitas yang ada di kawasan Jalan Pemuda adalah jaringan listrik dan drainase. Jaringan listrik berfugsi untuk memberikan penerangan sehingga meningkatkan kenyamanan pengguna. Sedangkan jaringan drainase berfungsi mengalirkan air hujan maupun limbah PKL dari Jalan Pemuda ke saluran lingkungan. 1. Lampu pada Jalan Pemuda Ket Gambar Ket Gambar U L.1 L.2

Gambar 3.3.9 Peta Posisi Lampu Sumber : Analisa Pribadi

35

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

gambaran keseluruhan bagaimana daerahdaerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi. Adapun di sepanjang koridor jalan pemuda memiliki tata guna lahan

4.1

Analisa Jalan Pemuda sebagai Koridor Jalan Kota Semarang

yang digunakan sebagai fasilitas perkantoran,fasilitas perdagangan, fasilitas pendidikan, dan fasilitas permukiman.

4.1.1 Tinjauan Jalan Pemuda terhadap Kota Semarang

Tata guna lahan ini didominasi oleh fasilitas perkantoran. Fasilitas perkantoran tersebut adalah Gedung Balai Kota,Gedung Jamsostek,Kantor

Jalan Pemuda merupakan salah satu jalan terpenting di kota Semarang. Selain berpusat pada Tugu Muda yang notabene merupakan ikon Kota Semarang, Jalan Pemuda merupakan akses utama menuju Balai Kota dan beberapa pusat perbelanjaan terkemuka. Di sepanjang Jalan Pemuda terdapat beberapa fasilitas, seperti fasilitas pendidikan yaitu sekolah-sekolah dengan kualitas yang baik serta terdapat berbagai macam gedung perkantoran. Peran yang begitu beragam mengakibatkan intensitas pemakaian Jalan Pemuda oleh masyarakat menjadi sangat tinggi. Tak jarang seringkali timbul kemacetan yang panjang. Meski begitu, Jalan Pemuda mampu menyediakan ruang bagi masyarakat untuk menikmati area terbuka, meski biasanya hanya dilakukan satu kali dalam seminggu, yakni pada saat Car Free Day. Jalan Pemuda memanglah tidak seramai jalan Pahlawan, akan tetapi Jalan Pemuda tetapa memilki daya pikat tersendiri dalam menarik minat masyarakat.

pertamina,Gedung Bapedda,Gedung Dinas Pendidikan Jawa Tengah (untuk lebih jelasnya lihat gambar peta jaringan jalan). Pada Jalan Pemuda penggunanya sangat beragam mulai dari fungsi pendidikan, perdagangan dan jasa, perkantoran sekaligus pemukiman. Fungsi lahan yang kompleks tersebut mengakibatkan Jalan Pemuda menjadi sangat padat oleh lalu lintas dan aktifitas. Dari sekian fungsi lahan tersebut, tentunya harus dibarengi dengan pemenuhan kebetuhan masyarakat akan ruang terbuka (open space) bahkan area hijau. Area hijau pada Jalan Pemuda masih sangat minim karena hanya terdapat pada jalur pedestrian.

2. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing) Building form and massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-massa bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar massa yang ada. Pada penataan suatu kota,

4.1.2

Analisa Jalan Pemuda Berdasarkan Elemen Perancangan Kota

bentuk dan hubungan antara massa seperti ketinggian bangunan, pengaturan massa bangunan dan lain-lain harus diperhatikan sehingga ruang yang

Dalam setiap perancangan kota harus memperhatikan elemen-elemen perancangan yang ada sehingga nantinya kota tersebut akan mempunyai karakteristik yang jelas. Elemenelemen perancanagn kota tersebut dapat dilihat pada Jalan Pemuda seperti berikut :

terbentuk teratur, mempunyai garis langit yang dinamis serta menghindari adanya lost space (ruang tidak terpakai). Massa bangunan pada penggal jalan pemuda sangat seimbang dengan perbedaan tinggi dan kepejalan yang tidak begitu signifikan. Beberapa bangunan yang ketinggiannya cukup signifikan diimbangi dengan bangunan lain yang memiliki kepejalan yang lebih tinggi dengan ketingian yang rendah.

1. Penggunaan Lahan (Land Use) Pada prinsipnya, pengertian land use (tata guna lahan) adalah pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara umum dapat memberikan

36

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Tiap blok blok bangunan terdapat open space yang digunakan sebagai lapangan maupun tempat parkir.

Sirkulasi pada Jalan Pemuda terjadi dua hanya dua arah yang masing masing arah bertemu pada persimpanagn dengan jalan lain. Sehingga sering terjadi kemacetan yang bermula pada ujung ujung jalan pemuda. Kondisi sirkulasi tersebut diperparah dengan sirkulasi keluar masuknya kendaraan dari dan menuju bangunan. Sirkulasi kendaraan dilalui oleh arus kendararaan 2 arah dengan lebar jalan 12 meter. sedangkan parkir mobil berada pada bahu jalan sepanjang koridor jalan Pada peta jaringan infrastruktur terdapat daerah yang sering macet dan yang daerah dimana kendaraan sering ngetime di pinggir jalan. Daerah tersebut diantaranya berada di sekitar bangunan Pendidikan. Kemacetan akibat penumpukan kendaraan tersebut terjadi karena bnyaknya kendaraan yang keluar dari sekolah yang kemudian menghambat laju kendaraan lainnya. Lokasi Gambar 1

Bentuk bangunan pada penggal jalan pemuda hampir seragam karena sebagian besar bangunan merupakan peninggalan masa kolonial. Bangunanbangunan baru pun dihadirkan tidak jauh berbeda penampakannya dengan bangunan lama. Namun Paragon City Mall hadir dengan bentuk yang jauh berbeda, pada akhirnya menjadi sorotan paling utama/point of interest dari Jalan Pemuda dibandingkan dengan bangunan lain yang padahal memuat kearifan sejarah dan budaya Indonesia.

3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking) Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan mengontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempattempat transit yang saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu kegiatan). Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat yang paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas, dan lain sebagainya.
Gambar 1 Kemacetan di sekitar bangunan Pendidikan Sumber : Dokumen Pribadi

37

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Lokasi Gambar 3 Lokasi Gambar 2

Gambar 2 Kemacetan di penggal Jalan Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 3 Pedestrian yang digunakan sebagai lahan parkir Sumber : Dokumen Pribadi

4. Ruang Terbuka (Open Space) Pada Jalan Pemuda keberadaan ruang tebuka sangat sedikit. Hanya sebatas pada tiap masingmasing bangunan yang notabene hanya untuk memenuhi kaidah yang berlaku terkait GSB dan KDB bangunan. 5. Pedestrian (Pedestrian Ways) Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemenelemen dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-poal aktivitas sertas sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa mendatang. Lebar pedestrian pada koridor jalan pemuda adalah 3 meter ( standard Neufert 2,25 meter,dapat digunakan 4 orang) dan pedestrian ini juga

Selain di area pendidikan, Kemacetan juga terjadi di lampu merah tugu muda dari arah jalan pemuda. Penumpukan kendaraan terjadi karena

banyaknya volume kendaraan karena jam pulang kantor. Dari berbagai arah berkumpul di pusat jalan Tugu muda sehingga antrian kendaraan pun terasa sampai jalan pemuda. (untuk lebih jelasnya lihat gambar peta jaringan jalan) Kemacetan sering terjadi pada jam-jam berikut : 07.0008.00, 13.00 14.00, 17.00-18.30 Sementara beberapa lokasi, terutama pada bangunan yang tidak mampu mengelola sistem parkirnya dengan baik, mengakibatkan masyarakat memarkirkan kendaraannya di bahu jalan bahkan jalur pedestrian.

memfasilitasi kebutuhan kaum divable dalam penggunaan jalan melalui

38

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

penyediaan divable patch straight (guide strips) sepanjang jalan. Namun sayangnya, penggunaan divable patch straight ini masih kurang optimal. Lokasi Gambar 4

Meskipun luasnya sangat mencukupi tetapi pada beberapa titik jalur pedestrian digunakan sebgai area parkir yang bahkan dikelola oleh pemilik bangunan yang dalam hal ini berfungsi sebagai perdagangan dan jasa.

6. Aktivitas Pendukung (Activity Support) Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemenelemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas. Semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota yang terdapat pada koridor jalan pemuda adalah: pusat perbelanjaan (Paragon), pusat perkantoran (Bank Jateng, BAPPEDA) , perpustakaan dan sebagainya.

7. Papan Iklan (Signage) Tanda tanda sangat penting keberadaannya dalam sebuah kawasan terutama penggal jalan utama seperti ajaln pemuda. Ini dibutuhkan seharusnya untuk memberikan petunjak bagi pengguna jalan bagaimana ia harus bertindak

Gambar 4 Pedestrian ways di penggal Jalan Pemuda Sumber : Dokumen Pribadi

Namun pada kenyataannya sering tandatanda terutama ramburambu lalu lintas hanya berfungsi sebagai penghias jalan semata. 8. Konservasi (Conservation)

39

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Terdapat beberapa bangunan Konservasi yang merupakan aset atau nilai keberadaaan suatu kota. Yang dapat menceritakan sejarah suatu kota. Konsep tentang konservasi kota memperhatikan beberapa aspek,antara lain: bangunan-bangunan tunggal, struktur dan gaya arsitektur, hal yang berkaitan dengan kegunaan, umur bangunan atau kelayakan bangunan. Beberapa kategori konservasi antara lain preservasi (preservation), konservasi (conservation), rehabilitasi (rehabilitation), revitalisasi

Perilaku manusia akan mempengaruhi dan membentuk setting fisik lingkungannya Rapoport, A, 1986, Pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu : a) Environmemntal Determinism, menyatakan bahwa lingkungan menentukan tingkah laku masyarakat di tempat tersebut. Environmental deteriminism pada penggal jalan Pemuda

menunjukkan, bahwa kondisi dari penggal jalan Pemuda yang ada sekarang ini, mampu mengakomodasi beragam aktifitas akan tetapi masih terjadi penyimpangan pada pola perilaku yang terbentuk. b) Enviromental Posibilism, menyatakan bahwa lingkungan fisik dapat memberikan kesempatan atau hambatan terhadap tingkah laku masyarakat. Perilaku masyarakat yang terbentuk di penggal jalan Pemuda

(revitalitation) dan peningkatan (improvement). Pada penggal jalan pemuda terdapat beberapa banguna konservasi seperti Balai Kota, SMA 3 Semarang, SMA 5 Semarang dan beberapa bangunan lain. Kondisi dan fungsi bangunan bangunan tersebut sangat baik dan berjalan semestinya sehingga terjaga unsur historic dari tiap bangunan tersebut.

4.2

Analisa Pola Perilaku Masyarakat pada Penggal Jalan Pemuda 4.2.1 Konsep Perilaku pada Ruang Publik Manusia mempunyai keunikan tersendiri, keunikan yang dimiliki setiap individu akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga mempengaruhi perilakunya. Karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi manusia untuk ber aktivitas, tetapi juga menjadi bagian integral dari pola perilaku manusia (Dubois, 1968).

merupakan akibat dari bentuk penggal jalan Pemuda yang kurang optimal dalam mengahdirkan fasilitas untuk

menghadirkan perfoma yang baik dalam mengakomodasi tiap kegiatn yang terbentuk. c) Enviromental probabilism, menyatakan bahwa lingkungan

memberikan pilihan-pilihan yang berbeda bagi tingkah laku masyarakat. Pada kenyataan yang ada kondisi fisik lingkungan penggal jalan Pemuda dapat memberikan pilihan pilihan bagi

Proses dan pola perilaku manusia di kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

masyarakat untuk berkegiatan di dalamnya. Sehingga penggal jalan Pemuda menjadi berfungsi secara optimal.

1. Proses Individual Dalam menganaisa pola perilaku masyarakat terhadap Penggal jalan

Menurut teori yang dikemukakan Rapport (1969), bahwa aspek norma, kultur, dari masyarakat yang berbeda, akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda, maka apabila ditinjau pada Jalan Pemuda yang memiliki kultur serta norma yang ada, pada masyarakat lingkungan sekitar Jalan Pemuda merupakan kawasan pendidikan dan pemerintahan, di mana banyak terdapat sarana pendidikan serta kantor-kantor pemerintahan. Namun, fungsi pendidikan dan

Pemuda terkait proses individuanya dapat dilakukan melalui aspek Persepsi Lingkungan. Persepsi masyarakat terhadap lingkungan penggal jalan Pemuda adalah, sebuah jalan utama Kota Semarang yang mampu mengakomodasi setiap kebutuhan masayarakat dalam berbagai aspek karena kawasan ini memiliki guna lahan yang kompleks. Proses Perilaku Individual : Perilaku Manusia dan Lingkungan

pemerintahan ini pelan-pelan mulai tergantikan dengan fungsi ekonomi dan hiburan setelah dibangunnya Paragon Mall serta Duta Pertiwi Mall. Pada akhirnya konsep serta wujud ruang yang ada pada Jalan Pemuda

40

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

yang seharusnya mencerminkan fungsi pendidikan dan pemerintahan, saat ini menjadi memudar dan yang terlihat dominan adalah fungsi ekonomi dan hiburan.

komunitas tertentu. Pengguna parkir pada weekend kuotanya lebih banyak bila dibandingkan saat weekdays.

Setting Perilaku (Behaviour Setting) Behaviour setting merupakan interaksi antara suatu kegiatan dengan tempat yang lebih spesifik. Behaviour setting mengandung unsur-unsur sekelompok orang yang melakukan kegiatan, tempat dimana kegiatan tersebut dilakukan dan waktu spesifik saat kegiatan dilakukan.Setting perilaku terdiri dari 2 macam yaitu : a) System of setting (sistem tempat atau ruang) Dalam kajian system of setting, unsurunsur pada Jalan Pemuda sudah saling terkait antar elemenelemennya, Lokasi Gambar 5

sehingga Jalan Pemuda sudah cukup ideal apabila dijadikan tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang umum

dilakukan di suatu penggal jalan. b) System of activity ( sistem kegiatan), Pada Weekday, yaitu pada hari-hari biasa, Jalan Pemuda biasa diakses oleh pelajar dan pekerja kantor. Kepadatan di Jalan Pemuda sering terjadi pada pagi dan siang hari saat masuk dan pulang sekolah. Banyak kendaraan bermotor yang mengakses jalan tersebut, sering terjadi kemacetan pada jam-jam tertentu. Saat lalu lintas semakin padat, sering kali terjadi
Gambar 5 Penggunaan pedestrian dan jalan saat Car Free Day Sumber : Dokumen Pribadi

penyalahgunaan pedestrian way, banyak sepeda motor yang menggunakan pedestrian way tersebut untuk melintasi Jalan Pemuda.

Pada Weekend, yaitu hari-hari libur, Jalan Pemuda digunakan sebagai kegiatan olahraga dan hiburan saat car free day (CFD), seperti senam pagi, kegiatan komunitas (skateboard, sketsa), dsb. Car free day ini dilaksanakan pada hari minggu pada pukul 05.00-09.00 dan akses mobil pada Jalan Pemuda ditutup untuk sementara. Pada malam harinya, pedestrian way sering digunakan sebagai tempat berkumpul, gathering dari komunitasGambar 5 Penggunaan pedestrian dan jalan saat Car Free Day Sumber : Dokumen Pribadi

41

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Idealnya sebuah penggal jalan, menurut analisis behavior setting, bahwa suatu desain seharusnya sesuai dengan pola perilaku yang ingin di bentuk pada suatu ruang tidak terdapat pada penggal Jalan Pemuda. Jalan Pemuda yang pada hakikatnya ingin ditujukan sebagai tempat berkumpul masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan ruang terbuka publik kurang mampu mengakomodasi kebutuhan para penggunanya. Ruang berkumpul pada umumnya menyediakan area tersendiri yang mampu menjadi pemisah dengan area lain sehingga privasi pengguna dapat dioptimalkan. Ketidaklengkapan fasilitas tersebut menjadikan perilaku masyarakat berjalan tidak semestinya dengan memanfaatkan kondisi yang ada. Pada Penggal Jalan Pemuda area tersebut berbaur pada jalur pedestrian sehingga terjadi kekacauan sirkulasi pada jalur pedestrian. Hal tersebut terlihat jelas pada saac CFD dimana orang orang berkumpul pada pingir jalur pedestrian dan atau pada bingkai tanaman sehingga menjadi hal yang risih satu sama lain. Tidak tersedianya area parkir bagi kendaraan yang sekedar menunggu tidk masuk ke area bangunan pun menimbulkan efek perilaku yan menyimpang pula. Kegiatan ini terutama terjadi di kawasan pendidikan oleh keluarga yang ingn menjemput anggota keluarganya di sekolah. Mereka memarkir kendaraan di bahu jalan tentu dapat mengganggu alur lalu lintas di jalan Pmuda bahkan dapat menimbulkan kemacetan. Dapat dikatakan penggal jalan pemuda dengan segala macam fasilitasnya kurang mampu menyesuaikan dengan pola perilaku yang ingin dibentuk.

pada malam hari karena mereka memanfaatkan momen ketika masyarakat berkumpul di kawasan tersebut. Hal-hal seperti inilah yang sering kita temui di kawasan penggal jalan Pemuda ini. Pedestrian yang seharusnya digunakan untuk pejalan kaki disalahgunakan sebagai ruang personal PKL.

Lokasi Gambar 6

2. Proses Sosial Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Dubois (1968), proses sosial pada penggal jalan Pemuda adalah perilaku interpersonal manusia yang meliputi: Ruang Personal Pada kawasan penggal jalan Pemuda, sebagian masyarakat disini biasanya berinteraksi dalam suatu ruang yang kecil. Mereka
Gambar 6 Penggunaan pedestrian dan jalan saat Car Free Day Sumber : Dokumen Pribadi

menggunakan jalur pedestrian untuk menggelar lapak PKL terutama

42

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Jika dilihat dari teori tersebut, penggal jalan Pemuda memang memiliki ruang personal yang terbentuk dari perilaku sosial dan kebutuhan penggunanya, dalam hal ini pengguna adalah PKL. Teritorialitas Teritorialitas merupakan perbuatan untuk menguasai ruang yang lebih luas guna untuk memenuhi kebutuhannya. Pada kawasan penggal jalan Pemuda ini teritorialitas sering terjadi pada PKL yang menggelar lapaknya di pinggir jalan. Mereka mencari area yang cukup untuk menggelar lapaknya agar tercipta ruang yang mampu menampung segala aktifitas yang terjadi di lapak ini. Area yang digunakan lagi-lagi adalah jalur pedestrian yang ada di kawasan penggal jalan Pemuda. Hal ini mengakibatkan sirkulasi yang ada menjadi terganggu. Pelebaran area lapak PKL ini sangat berpengaruh dalam proses sosial karena merupakan aspek yang menghubungkan antara kebutuhan dengan ruang yang dibutuhkan pengguna. Selain PKL beberapa oknum juga memanfaatkan jalur pedestrian sebgai pelebaran area parkir mereka sehingga hak pejalan kaki kembali direnggut. Jika dilihat dari keadaan penggal jalan Pemuda sekarang, teori tentang teritorialitas memang ada dalam kawasan ini. Kesesakan/Kepadatan Kesesakan atau kepadatan adalah suatu kondisi dimana keadaan ruang yang tersedia tidak dapat menampung segala aktifitas yang berlangsung didalamnya. Pada kawasan penggal jalan Pemuda ini, kesesakan / kepadatan sering terjadi pada ruang personal seperti ruang yang ada di PKL dan parkir ilegal. Akibat dari kesesakan ini PKL dan parkir ilegal melebarkan area lapaknya akan berdampak pada pengguna jalan. Kesesakan ini sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat sekitarnya. Dilihat dari keadaan penggal jalan Pemuda sekarang, kesesakan 4.2.2

Dalam suatu ruang, privasi merupakan usaha yang dilakukan guna memaksimalkan pemenuhan kebutuhan sosial individu didalamnya yang nantinya akan berpengaruh dengan perilaku individu lainnya. Masyarakat di sekitar kawasan penggal jalan Pemuda membatasi area yang mereka anggap mampu mengoptimalkan aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan didalamnya. Dalam hal ini PKL dan oknum perparkiran merupakan salah satu pelaku di kawasan penggal jalan Pemuda. Lapak PKL memiliki batasan areanya sendiri sehingga tidak mengganggu sirkulasi masyarakat lainnya yang ingin melewati area sekitar lapak ini. Dari analisis proses sosial ini, dapat disimpulkan bahwa keadaan yang ada di kawasan Penggal jalan Pemuda sekarang memiliki keterkaitan dengan teori yang dikemukakan oleh Dubois (1968) sehingga tidak muncul suatu kesenjangan yang nantinya akan menimbulkan suatu permasalahan. Meskipun kesenjangan tersebut hanya terasa oleh satu pihak yaknipejalan kaki yang mereka tidak mempunyai upaya untuk mengendalikan kondidi sesuai dengan yang semestinya. Perilaku Manusia sebagai Pengaruh Kondisi Lingkungan Menurut teori perilaku manusia dapat mempengaruhi kondisi lingkungan. Jika dilihat dari teori tersebut lalu kita melihat pada keadaan sebenarnya,yaitu di penggal jalan Pemuda,dapat terlihat bahwa teori itu benar adanya. Setelah diamati pada keadaan di penggal jalan Pemuda,bisa dilihat keadaan penggal jalan Pemuda sebenarnya sangat baik dengan beberapa fasilitas yang memang dibutuhkan. Akan tetapi regulasi yang berlaku tidak mampu mengatur pola perilaku yang ingin dibentuk. Penyebab dari masalah ini,adalah berasal dari perencanaan yang baik tapi kurang matang. Sehingga banyak terjadi penyimpangan penyimpangan perilaku. Terlepas dari permasalahan tersebut Jalan Pemuda mampu membawakan dirinya sebagai suatu kawasan yang mampu mencitrakan identitas sebuah kota yakni Kota Semarang dengan menghadirkan beragam aktivitas berbasis masyarakat yang menarik.

memang terjadi sehingga teorinya benar ada. Privasi

43

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

BAB V KESIMPULAN

dari pemerintah karena jalan ini mencerminkan citra kota secara lugas dalam aspek pemerintahan . Aktifitas masyarakat pun dilakukan dengan baik sesuai dengan perwujudan fungsinya, akan tetapi masing masing aktifitas berjalan dengan

Keberadaan sebuah jalan bagi sebuah kawasan, dalam hal ini adalah kota merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal ini tidak hanya berdasar pada kebutuhan dan aksesbilitas kota akan tetapi juga merupakan upaya dalam menampilkan citra kota. Pada dasarnya sebuah jalan mampu memberikan beragam manfaat bagi penggunanya, selain manfaat akses juga mampu membei manfaat lain seperti manfaat ekonomi karena keberadaan sebuah jalan pasti akan menciptakan berbagai jenis kegiatan. Jalan sebagai salah satu pilar utama suatu kawasan dapat dihadirkan dalam ruang kota untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, dengan kehadiran jalan maka dapat memicu munculnya kegiatan masyarakat pada jalan tersebut. Hal ini tentu menjadi dampak yang positif karena akan tercipta interaksi masyarakat yang harmonis. Penggal jalan Pemuda merupakan salah satu jalan terpenting Kota Semarang yang berlokasi dekat dengan kawasan Tugu Muda serta pusat perdagangan modern, Paragon City dan DP Mall serta pemerintahan Semarang. Jalan ini mempertemukan dua kawasan penting Kota Semarang yakni Tugu Muda dan Johar. Hal ini memberi peran pada fungsi Penggal jalan Pemuda sebagi pathways kota. Oleh karena itu fungsinya yang menjadi pathways kota sekaligus kawasan perdagangan, pendidikan, perkantoran dan pemerintahan kota menjadikan kawasan Penggal jalan Pemuda menjadi kawasan yang ramai dan padat. Keberagaman aktifitas yang terjadi di kawasan ini juga timbul sebagai akibat dari ulasan yang dijelaskan di atas. Hal tersebut telah ditunjang dengan fasilitas atau ruang yang memadai akan tetapi tidak memiliki pola atau keteraturan yang berorientasi pada perilaku yang ingin dibentuk sehingga perilaku masyarakat yang hanya mementingkan diri sendiri melakukan bermacam macam aktifitas yang mereka inginkan dengan semena mena tanpa adanya kepedulian terhadap

sebegitu mandirinya sehingga mengabaikan kebutuhan bagi aktifitas yang lain. Kondisi Penggal jalan Pemuda dilihat dari tampilannya berdasarkan elemen elemen pembentuknya terlihat seperti telah melalui proses perencanan dan perancangan yang kurang matang sehingga menyebabkan ketidak jelasan peran tiap fasilitas pada jalan ini. Keberadaan akses seperti jalur pedestrian yang luas menjadi implikasi adanya tujuan untuk membentuk beragam aktifitas pada kawasan tersebut. Namun tidak adanya fasilitas untuk menunjang beberapa kegiatan serta tidak adanya pengaturan yang jelas pada setiap fasilitas berujung pada penyimpangan pola perilaku masyarakat. Berdasarkan pembahasan di atas dapat dieimpulkan potensi serta

permasalahan yang ada pad penggal jalan Pemuda seperti berikut : POTENSI : 1. Berada di pusat kota 2. Merupakan jalan protokol 3. Aksesbilitas mudah dan terdapat transportasi umum 4. Terdapat pusat pemerintahan, perkantoran, perbelanjaan, dan pendidikan 5. Banyak bangunan heritage 6. Citra kota bekas kolonial 7. Mampu membentuk beragam kegiatan berbasis masyarakat PERMASALAHAN : 1. Kurangnya infrastuktur dan street furniture untuk pejalan kaki, seperti perdagangan dan jasa,

peneduh, vegetasi, bangku taman 2. Kurangnya signage (penanda) untuk pejalan kaki seperti lampu untuk pejalan kaki, tombol untuk pengguna kursi roda, dan kaum difabel 3. Tidak adanya jalur untuk sepeda 4. Papan reklame yang menganggu kualitas visual kota 5. Parkir di badan jalan 6. Penyalahgunaan jalur pedestrian sebagai lahan untuk PKL, parkir dan digunakan untuk melintas bagi kendaraan roda dua ketika macet.

kebutuhan orang lain dan terutama lingkungan. Hal ini berdampak pada ketidakjelasan masing masing fungsi dari tiap fasilitas. Penggal jalan Pemuda semestinya menerima perlakuan yang layak sehingga ia dapat menjalankan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau secara optimal. Kondisi yang terlihat pada jalan Pemuda sekarang ini menggambarkan perlakuan yang baik

44

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

Hal ini menjadi gambaran perilaku masyarakat yang mengabaikan keberadaan sebuah ruang publik yang tersedia yang semestinya mereka pergunakan secara optimal. Padahal apabila dilihat posisi Penggal jalan Pemuda yakni berada pada pusat kota seharusnya mampu menjadikan Penggal jalan Pemuda sebagai salah satu daya tarik Kota Semarang yang apabila dikembangkan secara optimal dapat menjadi asset wisata kota yang pada akhirnya berujung pada perkembangan ekonomi kota. Oleh karena itu diperlukan kepedulian masyarakat yang didukung pemerintah terhadap fasilitas apapun yang tersedia terutama ruang terbuka hijau karena hal ini adalah respon terhadap kepedulian lingkungan. Kepedulian ini dapat diwujudkan melalui perlakuan yang baik berupa revitalisasi serta perawatan rutin sehingga akan memberikan tampilan yang menarik pada Penggal jalan Pemuda. Dengan Tampilan yang menarik tentu akan mengundang respon masyarakat untuk peduli dan melakukan kegiatan aktif di ruang publik yang dalam hal ini adalah Penggal jalan Pemuda.

45

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

BAB VI REKOMENDASI DESAIN

usia secara nyaman dan aman. Complete Streets are Public Spaces Complete Street sebagai ruang terbuka yang digunakan untuk tempat berinteraksi sosial dan beraktivitas fisik.

6.1.

Konsep Jalan Pemuda sebagai salah satu icon Kota Semarang tentu harus memiliki performa yang optimal sehingga mampu member citra yang berkesan terhadap Kota Semarang. Guna lahan yang beragam menyebabkan kawasan jalan Pemuda memeiliki banyak kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, koridor jalan pemuda haruslah mampu mengakomodasi berbagai macam aktifitas tersebut secara baik tanpa adanya disfungsi seperti kondisi sekarang. Se;ain itu, jalan Pemuda akan menjadi lebih membanggakan apabila mampu mengembangkan potensi warisan budaya lokal dan bersejarah. Jalan sebaiknya didesain untuk menghormati dan meningkatkan identitas, karakter, konteks budaya dan sejarah sebuah kota. Complete Street sebagai sutu konsep perancangan ruang public menghadirkan pengaturan jalan sedemikian rupa sehingga apa yang telah tersebut di atas mampu diwujudkan. Complete Streets disebut juga livable streets merupakan jalan yang dirancang dan dioperasikan untuk menghadirkan rasa aman dan nyaman bagi semua pengguna jalan, termasuk di dalamnya pejalan kaki, pengendara sepeda, kendaraan bermotor, dan transportasi publik untuk semua umur dan bermacam kemampuan. Singkatnya complete street merupakan jalan yang mengakomodasi kepentingan semua pengguna jalan. Menurut the National Complete Streets Coalition, complete streets Gambar : Kegiatan Car Free Day di Jalan Pemuda Complete Streets and Land Use Jalan yang didesain secara inheren memberikan keamanan bagi semua pengguna, mendorong penggunaan transportasi non-bermotor, dan menciptakan streetscape yang bervariasi. Complete Streets as Multi-Modal Transportation Network : Pejalan kaki dari segala usia dan kemampuan transit pengguna dan kendaraan Prinsip Complete Streets : 1. Kecepatan kendaraan yang aman dan lambat 2. 3. Konektivitas Kesehatan manusia

adalah jalan yang dirancang dan dioperasikan bagi semua pengguna, tidak hanya pengemudi, tetapi juga pesepada serta pejalan kaki dari segala tingkat kemampuan dan

4. Keamanan

46

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

5. 6. 7. 8. 9.

Kenyamanan Kontekstual Persamaan Estetika Perkembangan ekonomi

Jalur Pedestrian juga diwujudkan dengan konsep Universal Design dimana merupakan konsep perancangan yang ditujukan bagi setiap kalangan manusia dengan berbagai kemampuan fisik. Konsep ini dihadirkan dengan lebih manusiawi dibandingkan dengan kondisi eksisiting diantaranya ; a. Jalur khusus bagi Difable 1. Jalur khusus bagi tunanetra di desain lurus tanpa menabrak furniture

10. Lingkungan

EKSISTING

pelengkap lainya sehingga akan memudahkan kaum tunanetra untuk melintasinya.

KONSEP

2. Kehadiran ramp pada jalur pedestrian juga akan membantu bagi pengguna kursi roda agar dapat mengakses jalur dengan mudah dan nyaman.

a1

6.2.

Rekomendasi Desain Berdasarkan Analisa yang telah dilakukan kemudian diterapkan pada konsep maka diperoleh desain yang memiliki elemen elemen seperti berikut : 1. Jalur Pedestrian Jalur Pedestrian yang di usulkan berupa hasil revitalisasi jalur pedestrian yang sebelumnya dengan penataan ruang bagi tiap aktifitas yang tercipta di jalur pedestrian dengan lebih baik.

a2

47

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

b. Reiling bagi Manula Pada jalur pedestrian yang diusulkan juga dilengkapi reling pada tepi jalur yang berfungsi sebagai pegangan bagi manula ketika berjalan. Reling ini pun dapat sekaligus berfungsi sebai pembatas ruang antara pejalan kaki dengan pengguna sepeda. 2. Jalur Sepeda Pada jalan Pemuda awalnya tidak terdapat jalur khusus sepeda kemudian baru diadakan setahun silam, tetapi penggunaanya tidak ptimalkan karena atribut bagi penggunanya tidak diwujudkan secara optimal. Selain itu juga dilanggar oleh pengguna jalan lainnya sebagai tempat parkir.

Pengguna sepeda memiliki ruangnya sendiri sehingga tidak trenggagu dengan aktifitas lain terutama kemungkinan kecelakaan. oleh arus lalu lintas. Ini bisa menghindarkan dari

Tidak mengganggu pengguna jalan lainnya. Diwujudkan dengan menghadirkan reling dan pula jalan di sisi tepinya sebagai pembatas ruang.

Memperoleh penaungan yang optimal karena berada area jalur pedestrian yang diapit dua pohon di kedua sisi sehingga udara lebih segar dan kegiatan bersepeda menjadi lebih menyenangkan.

3. Activity Support a. Halte Desan halte yang diusulkan berbeda dengan desain awal yang minimalis modern sehingga kurang berkesesuaian dengan citra visual yang telah ada di koridor jalan pemuda. Desain lebih berwawasan local dengan pengunaan batu lam dan kolom serta balok yang dilapis HPL bermotif kayu. Dengan demikina Halte akan terasa lebih homy dan nyaman. Halte ini tidak hanya digunkan oleh pengguna Trans Semarang tetapi pengguna angkutan umum yang lain. Hal tersebut dibedakan dengan ketinggian peil yang lebih tinggi pada pengguna Trans Semarang. Konsep Universal Design pun kembali diusung untuk member perhatian yang khusus bagi kaum difable dan manula dengan pengaplikasian ramp dan reiling.

3b 2

b. Sitting Group Selain bertujuan untuk tempat istirahat bagi pejalan kaki juga sebagai area berkumpul bagi warga di kawasan jalan pemuda terutama saat CFD.

Jalur khusus sepeda pada usulan desain dialihkan berada di area jalur pedestrian. Hal ini bertujuan agar :

48

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

4. Utilitas a. Lampu Layaknya sebuah koridor jalan tentu akan dihadirkan lampu sebagai penerangan ketika malam. Lampu dihadirkan tiap 15 meter.Desin tiang lampu pun dapat mendukung citra visual koridor jalan pemuda dengan desain yang bernuansa colonial jawa. b. Hydrant Dihadirkan tiap 500 meter. Hydrant sangat penting dalam penanganan bahaya kebakaran pada koridor Jalan Pemuda. c. Tempat Sampah Tempat smapah harus selalu dihadirkan pada setiap ruang aktifitas manusia. Tempat sampah terklasifikasi menjadi dua ykani organic(hijau) dan anorganik (merah). Tempat sampah dihadirkan setiap 100 meter sehingga sesuaia denngan kapasitas daya tampaung dan kegiatan yang berlangsung. 5. Open Space Kehadiran jalur pedestrian yang komprehensif dengan mengakomodasi segalai kebutuhan manusia dalam berkegiatan pada sebuah penggal jalan aka mampu menghadirkan open space yang secara otomatis tercipta melalui aktifitas manusia. Dengan kata lain penggal jaan pemuda dalam lingkup pembahasan ini beserta segala macam penunjangnya adalah open space itu sendiri.

3a

6. Vegetasi Vegetasi pada jalur pedestrian dihadirkan seoptimal mungkin untuk memberi rasa nyaman bagi penggunanya. Kehadiran pohon pohon besar pada kedua sisi jalur pedestrian semata mata untuk menghadirkan efek peneduh yang indah dan nyaman sehingga kegiatan pejalan kaki emnjadi lebih menyenangkan. Kehadiran vegetasi ini pun berfungsi untuk menyediakan area resapan yang lebih banyak pada jalan pemuda. Efek lain yang dapat terbentuk adalah mampu menghalangi para pengguna angkutan umum untuk menggu angkutan umum tersebut di embarang tempat karena bahu jalan

49

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

telah diaihkan sebagai area vegetasi. Sehingga pada akhirnya penguna angkutan umum akan lebih terdorong untuk menunggu di halte yang telah disediakan. Keteraturan lalu lintas pun dapat tercipta.

50

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

51

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

52

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

POTONGAN JALAN

AREA DUDUK

JALUR PEDESTRIAN

JALUR SEPEDA VEGETASI

JALAN RAYA

JALUR SEPEDA VEGETASI

JALUR AREA PEDESTRIAN DUDUK

53

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Edy. 2005. Analisa Ruang Publik Arsitektur Kota. Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Darmawan, Edi. 2009. Ruang Publik Dalam Arsitektur Kota. Universitas Diponegoro. Semarang. http://arsip.gatra.com//2006-09-09/versi_cetak.php?id=97522 diakses pada tanggal 10 Oktober 2012, pukul 19.37 Lindarto Hadinugroho, Hadi, 2002, Pengaruh Lingkungan Fisik Pada Perilaku : Suatu Tinjauan Arsitektural, USU Digital Library Lynch, Kevin. 1969. The Image Of TheCcity. MIT Press. Cambridge. Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. Van Nostrand Reinhold Company. New York. Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space. Theories of Urban Design. Van Nostrand Reinhold Company. New York. Zahnd, Markus. 2006. Perancangan Kota Secara Terpadu.Kanisius.Yogyakarta.

54

PERANCANGAN KOTA 2 | PENGGAL JALAN PEMUDA

PERANCANGAN KOTA 2

REDESAIN KORIDOR JALAN PEMUDA SEMARANG


Disusun Oleh : Muhammad Mukhlishin 21020110130105 Faza Razaka Dhifan 21020110130106 Purdyah Ayu 21020110130107 Amanda Ayu Pinandita 21020110130108 Putera Mahardika w 21020110130109 Dosen Pengampu : Prof. Dr. Edy Darmawan, M.Eng

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

55

Anda mungkin juga menyukai