Anda di halaman 1dari 15

BAB I LANDASAN TEORI

A. MEDIS 1. Pengertian Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Fransisca B. Batticaca).

Menurut Hudak (1996), stroke adalah deficit neurologis yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari cardiovascular disease (CVD).

Stroke hemoragic serebral adalah: hemoragi yang dapat terjadi diluar dura mater (hemoragi ekstra dural dan hemoragi epidural), dibawah dura mater dan diruang arachnoid atau didalam subtansi otak.

Stroke Hemoragi sub dural adalah: terjadinya robekan pada jembatan vena sehingga periode pembentukan hematoma labih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.

Stroke Hemoragi sub arachnoid adalah: hemoragi yang terjadi didalam ruang subarchnoid, terjadi akibat trauma atau hipertensi.

2. Anatomi Fisiologi Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat computer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak didalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak tertutup oleh kranium, tulang-tulang penyusun kranium yang disebut tengkorak yang berfungsi melindungi organ-organ vital.

Bagian-bagian otak a. Cerebrum Adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80% dari berat otak. Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh korpus kallosum. Setiap hemisfer terbagi atas empat lobus yaitu lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal, dan oksipital. Lobus frontal berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi intelektual, emosi dan fungsi fisik. Pada bagian kiri area broca yang berfungsi sebagai pusat motorik bahasa. Lobus parietal terdapat sensori primer dari korteks, berfungsi sebagai proses input sensori, sensasi posisi, sensasi raba, tekan dan perubahan suhu ringan. Lobus temporal mengandung area auditoris, tempat tujuan sensasi yang datang dari telinga. Berfungsi sebagai input perasa pendengaran, pengecap, penciuman dan proses memori. Lobus oksipital mengandung area visual otak, berfungsi sebagai penerima informasi dan menafsirkan warna, reflek visual.

b. Batang otak Batang otak terdiri atas otak tengah (mesencephalon), pons, medulla oblongata. Batang otak berfungsi sebagai pengaturan refleks untuk fungsi vital tubuh.

c. Cerebellum Cerebellum besarnya kira-kira seperempat dari cerebrum. Antara cerebellum dan cerebrum dibatasi oleh tentorium serebri. Fungsi utama cerebellum adalah koordinasi aktifitas muscular, control tonus otot, mempertahankan postur dan keseimbangan. (H. Syaifudin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat) (Wartonah dkk, 2007. Keperawatan Medikal Bedah gangguan system persarafan)

3. Etiologi Penyebab dan faktor haemoragic: a. Faktor resiko stroke 1) Usia : makin bertambah usia resiko stroke makin tinggi, hal ini berkaitan dengan elastisitas pembuluh darah. 2) Jenis kelamin: laki-laki mempunyai kecenderungan lebih tinggi. 3) Ras dan keturunan: stroke lebih sering ditemukan pada kulit putih. 4) hipertensi: Hipertensi menyebabkan aterosklerosis pembuluh darah serebral sehingga lama-kelamaan akan pecah menimbulkan perdarahan. Stroke yang terjadi adalah stroke hemoragik 5) Penyakit jantung: Pada penyakit atrium menyebabkan penurunan cardiac output, sehingga terjadi gangguan perfusi serebral. 6) Diabetes Miletus: Pada penyakit DM terjadi gangguan vaskuler, sehingga terjadi hambatan dalam aliran darah ke otak. 7) Polisitimea: Kadar HB yang tinggi (HB lebih dari 16 mg/ dl) menimbulkan darah menjadi lebih kental dengan demikian aliran darah ke otak lebih lambat. 8) Perokok: Rokok menimbulkan plaque pada pembuluh darah nikotin sehingga terjadi aterosklerosis. 9) Alkohol: Pada alkoholik dapat mengalami hipertensi, penurunan aliran darah ke otak dan kardiak aritmia. 10) Peningkatan kolesterol: Kolesterol dalam tubuh menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya lemak sehingga aliran darah lambat. 11) Obesitas: Pada obesitas kadar kolesterol darah meningkat dan terjadi hipertensi.

b. Penyebab stroke haemoragic 1) Trombosis 2) Emboli 3) Hypoperfusi Subaracnoid 4) Perdarahan Intrakranial. (KMB Gangguan Sistim Persarafan. 2007. Tarwoto, dkk)

4. Patofisiologi

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti

thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest.

OKLUSI

PENURUNAN PERFUSI JARINGAN CEREBRAL

ISKEMIA

HIPOKSIA

Metebolisme anaerob

Nekrosis jaringan otak

aktifitas elektrolit terganggu

VOLUME CAIRAN BERTAMBAH Asam laktat meningkat Na dan K influk Pompa Na dan K gagal

EDEMA CEREBRAL

RETENSI AIR

TIK meningkat

5. Tanda dan Gejala Manifestasi klinis stroke diri sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral.

Pada stroke akut gejala klinis meliputi : a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang timbul scara mendadak. b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan. c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor dan koma) d. Afasia (kesulitan dalam bicara). e. Disatria (bicara cadel dan pelo)

f. Gangguan penglihatan, diplopia g. Ataksia h. Vertigo, mual, muntah dan nyeri kepala. (KMB Gangguan Sistim Persarafan. 2007, Tarwoto, dkk)

6. Komplikasi a. Hipertensi atau hipotensi b. Kejang c. Peningkatan tekanan intracranial d. Tonus otot abnormal e. Trombosis vena f. Malnutrisi g. Aspirasi h. Kelumpuhan total atau sebagaian (KMB Gangguan Sistim Persarafan.2007, Tartowo, dkk)

7. Pemeriksaan Diagnostik a. CT Scan: Mengetahui area infrak, edema, hematoma, struktur dan sistem ventrikel otak. b. Magnetic Resonance Imaging (MRI): Menunjukan daerah yang mengalami infrak, hemoragik, malformasi arteriovena. c. Elektro Encepalografi (EEG): Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik. (KMB Gangguan Sistim Persarafan.2007, Tartowo, dkk) d. Sinar X-tengkorak: menggambarkan parubahan kelenjar pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi karotis interna teradapat pada trombosis serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan sub arachnoid. e. Angiografi cerebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri, ada tidaknya titik okulasi atau rupture (Doenges, 2000: hal 292)

8. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan umum Fase akut 1) Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen. 2) Monitor peningkatan tekanan intracranial 3) Monitor jantung dan tanda-tanda vital 4) Evaluasi status cairan dan elektrolit 5) Control kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan dan cegah resiko injuri. 6) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan pemberian makanan. 7) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan anti koagulan 8) Monitor tanda-tanda neurology seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil, fungsi sensorik dan motorik, refleks.

Fase rehabilitasi 1) Pertahankan nutrisi yang adekuat 2) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendiri 3) Pertahankan integritas kulit 4) Pertahankan komunikasi yang efektif

b. Pembedahan Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih dari 50 ml.

c. Terapi obat-obatan Anti hipertensi, diuretic, antikonvulsan (Wartonah dkk, 2007.Keperawatan Medikal Bedah gangguan system persarafan)

B. KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Aktivitas atau istirahat Gejala: merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia). Tanda: gangguan tonus otot: hemiplegia dan terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan dan gangguan tingkat kesadaran.

b. Sirkulasi Gejala: adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi postural. Tanda: hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme atau malformasi vaskuler. Nadi frekuensi dapat bervariasi karena ketiakstabilan fungsi jantung atau kondisi jantung, obat-obatan.

c. Integritas ego Gejala: perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa. Tanda: emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira, kesulitan untuk mengekspresikan diri.

d. Eliminasi Gejala: perubahan pada pola berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria, distensi abdomen, bising usus negatif.

e. Makanan atau cairan Gejala: nafsu makan hilang, mual muntah selama fase kerena peningkatan TIK, kehilangan sensasi atau rasa kecap pada lidah, pipi dan tenggorokan, adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah. Tanda: kesulitan menelan atau gangguan pada refleks palatum pada faringeal, obesitas.

f. Neurosensori Gejala: sinkope atau pusing, sakit kepala akan sangat berat adanya perdarahan intraserebral atau subarakhnoid. Kelemahan atau kesemutan, penglihatan menurun

seperti buta total, kehilangan daya lihat sebagian, penglihatan ganda atau gangguan yang lain. Tanda: Status mental atau tingkat kesadaran: biasanya terjadi koma pada awal hemoragis: ketidak sadaran biasanya akan tetap sadar jika penyebabnya adalah trombosis yang bersifat alami. Pada wajah terjadi paralisis atau parese, afasia atau gangguan fungsi bahasa, ukuran atau reaksi pupil tidak sama, kejang biasanya karena adanya pencetus perdarahan.

g. Nyeri atau kenyamanan Gejala: sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda Tanda: tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot atau afasia

h. Pernapasan Gejala: ketidakmampuan menelan, timbulnya pernapasan sulit, suara napas terdengar sulit Tanda: merokok

i. Keamanan Tanda: masalah dengan penglihatan karena gangguan otorik atau sensorik, tidak mampu mengenali objek, warna, kata dan wajah yang pernah dikenal dengan baik. Gangguan dalam memutuskan, tidak sabar atau kurang kesadaran.

j. Interaksi sosial Tanda: masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi (Doengoes E.Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3)

2. Diangnosa Keperawatan a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran darah, oklusi, perdarahan, vasospasme serebral, edema serebral b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,

kelemahan, parestesia, paralisis. c. Gangguan komunikasi verbal/non verbal berhubungan dengan gangguan sirkulasi, gangguan neuromuskuler, keleahan umum, kerusakan pada area wernick, , kerusakan pada area broca.

d. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori, transmisi, integrasi, stress psikologik. e. Gangguan perawatan diri adalah berhubungan dengan deficit neuromuskuler, menurunya kekuatan otot dan daya tahan, kehilangan control otot, gangguan kognitif f. Gangguan eliminasi urine: inkontinesia fungsional sehubungan dengan menurunnya sensasi, isfungsi kognitif, kerusakan komunikasi. g. Gangguan eliminasi bowel: konstipasi, diare sehubungan dengan menurunnya control volunteer, kerusakan komunikasi, perubahan peristaltic, immobilisasi. (Wartonah dkk, 2007.Keperawatan Medikal Bedah gangguan system persarafan)

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No. 1

Diagnosa Keperawatan Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah, oklusi, perdarahan, vasospasme serebral, edema serebral

Tindakan Keperawatan Tujuan & Kriteria Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.x24 jam diharapkan masalah teratasi dengan criteria: pasien dapat mempertahankan tingkat kesadaran , fungsi kognitif, sensorik dan motorik, tanda-tanda vital stabil, peningkatan TIK tidak ada Intervensi / Tindakan 1. kaji status neurologist setiap jam 2. kaji tingkat kesadaran dengan GCS

Rasional 1. menentukan perubahan deficit neurologik lebih lanjut 2. tingkat kesadaran merupakan indicator terbaik adanya perubahan neurology 3. mengetahui fungsi nervus II dan III

3. kaji pupil, ukuran respon terhadap cahaya dan gerakan bola mata. 4. monitor tanda vital setiap 1 jam

4. adanya perubahan tanda vital seperti respirasi menunjukan kerusakan batang otak 5. istirahat yang cukup dan lingkungan yang tenang mencegah perdarahan kembali dengan pembekuan darah 6. kejang dapat terjadi akibat iritasi serebral dan keadaan kejang memerlukan banyak oksigen. 1. mengidentifikasi kekuatan otot, kelemahan motorik

5. pertahankan pasien bedrest, berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung dan atur waktu istirahat serta aktivitas . 6. monitor kejang dan berikan obat anti kejang 2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan Setelah dilakukan tindakan tindakan keperawatan selamax24 jam 1. kaji kemampuan motorik

neuromuskuler, kelemahan, parestesia

diharapkan masalah teratasi dengan criteria: klien dapat mempertahankan keutuhan tubuh secara optimal, mempertahankan kekuatan atau fungsi.tubuh secara optimal mampu mempertahankan integritas kulit.

2. ajarkan pasien untuk melakukan ROM minimal 4 kali perhari bila mungkin

2. latihan ROM meningkatkan masa tonus kekuatan otot perbaikan fungsi jantung dan pernapasan. 3.

3. bila klien ditempat tidur lakukan tindakan untuk meluruskan postur tubuh. - ubah posisi sendi bahu tiap 24 jam. - sanggah tangan dan pergelangan pada kelurusan alamiah. 4. observasi daerah yang tertekan, termasuk warna, edema, atau tanda lain gangguan sirkulasi. 5. inspeksi kulit terutama pada daerah tertekan, beri bantalan lunak. 6. lakukan message pada daerah tertekan.

- mencegah kontraktur fleksi bahu - mencegah edema dan kontraktur fleksi pada pergelangan

4. daerah yang tertekan mudah sekali terjadi trauma.

5. membantu mencegah kerusakan kulit.

6. membantu memperlancar sirkulasi darah. 1. mengidentifikasi masalah komunikasi karena gangguan bicara atau gangguan bahasa. 2. pasien dapat memeperhatikan ekspresi dan gerakan bibir lawan bicara sehingga dapat mudah

Gangguan komunikasi verbal/non verbal berhubungan dengan gangguan sirkulasi, gangguan neuromuskuler.

Setelah dilakukan 1. kaji kemampuan komunkasi keperawatan selama.x24 adanya gangguan bahasa dan jam diharapkan masalah bicara. dapat teratasi engan criteria: mampu menggunakan 2. pertahankan kontak mata metode komunikasi yang dengan pasien saat efektif baik verbal maupun berkomunikasi

non verbal, terhindar dari masalah frustasi, mampu engkomukasikan kebutuhan dasar, dan mampu mengekspresikan iri serta memahami orang lain.

menginterpretasi 3. ciptakan lingkungan penerimaan dan privasi: - jangan terburu-buru - bicara dengan berlahan dan intonasi - kurangi bising lingkungan - jangan paksa pasien untuk berkomunikasi 4. gunakan kata-kata sederhana secara bertahap dan dengan bahasa tubuh 5. ajarkan teknik untuk memperbaiki bicara: - instruksikan pasien untuk bicara lambat dan dalam kalimat pendek. - dorong pasien untuk berbagi perasaan dan keprihatinannya. 6. berikan respon terhadap perilakunon verbal 3. membantu menciptakan komunikasi yang efektif.

4. emudahkan penerimaan pasien

5. dengan mebaiknya bicara percaya diri akan meningkat dan meningkatkan motivasi untuk memperbaiki bicara.

Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori, stress psikologik

Setelah dilakukan tindakan 1. kaji kemampuan persepsi keperawatan selama ..2x4 pasien dan penerimaan jam diharapkan masalah sensorik. dapat teratasi dengan criteria:

6. menunjukan adanya respon dan rasa empati terhadap gangguan bicara pasien. 1. mengantisipasi deficit dan upaya perawatannya

Mempertahankan 2. ciptakan lingkungan yang tingkat kesadaran sederhana dan pindahkan alatdan fungsi persepsi, alat yang berbahaya. mendemonstrasikan tingkah laku untuk 3. tempatkan barang pada tempat mengkompensasikan semula. kekurangan. 4. orientasikan pasien pada lingkungan, staf dan prosedur tindakan. 5. Bantu pasien dalam aktivitas dan mobilitas untuk mencegah injuri. 1. kaji kemampuan pasien ADL

2. menurunkan resiko cedera

3. menghindari kebingungan

4. menghindari kesalahan persepsi terhadap realitas.

5. memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mencegah injuri.

Gangguan perawatan diri: ADL berhubungan dengan deficit neuromuskuler, menurunnya kekuatan otot dan daya tahan, kehilangan control otot, gangguan kognitif

Setelah dilakukan tindakan 1. membantu merencenakan keperawatan selama ..x24 pasien. intervensi. jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan 2. anjurkan pasien untuk criteria: mampu merawat melakukan sendiri perawatan 2. menumbuhkan kemadirian dalam diri: mandi, BAB, BAK, makan, menampilkan dirinya jika mampu. perawatan aktivitas perawatan secara 3. berikan umpan balik positif atas 3. meningkatkan harga diri klien mandiri usaha klien. 4. pertahankan dukungan, sikap tegas, beri cukup waktu untuk 5. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan ADL pasien jika klien tidak mampu. 4. perawat konsisten dalam memberi asuhan keperawatan. 5. memenuhi kebutuhan ADL dan melatih kemandirian.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart 2002, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Jakarta: EGC

Doenges, M.E; 2000; Rencana Asuhan Keperawatan; Jakarta: EGC

Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan peredaran darah otak. 2007

H. Syaifudin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat

Wartonah dkk, 2007. Keperawatan Medikal Bedah gangguan system persarafan

Anda mungkin juga menyukai