Anda di halaman 1dari 6

lebih senang menghabiskan waktu dengan bersenang-senang, boncengan dengan pacar ngalor-ngidul, ngopi (tanpa berbicara perkoro ilmu.

Sukur-sukur ada yang bekerja atau belajar. Mahasiswa sekarang lebih sering menampilkan sosok "arogan" secara intelektual dan sosok yang "apatis" dengan segala perubahan yang ada di masyarakat. Mereka lebih menampilkan eksklusivitas dengan hanya berkumpul sesama mahasiswa tanpa ada dialektika atau obrolan yang bermanfaat, hanya bersenang-senang dan nggosip sana-sini. Sedangkan yang arogan secara intelektual lebih banyak mengahabiskan waktu dengan belajar, membuat bertumpuk makalah, tanpa peduli ada apa dengan temannya atau masyarakat, yang penting kuliah dapat IP di atas 3, 00-3,50, Cumlaude dan bisa bicara hanya berdasar teori tanpa implementasi. <<<(hanif)>>>
http://sosbud.kompasiana.com/2010/06/30/ http://almascatie.com/wp-content/uploads/2011/04/Tipe-Mahasiswa-Aktifis.jpg

SUSUNAN REDAKSI
al-MIllah Buletin SOEARA PENA STAIN Ponorogo Edisi II Diterbitkan Oleh: LPM al-Millah STAIN Ponorogo Pelindung: Ketua STAIN Ponorogo Penanggung Jawab: Crew Buletin SOEARA PENA Pimpinan Umum: Lailatul Maulida Pimpinan Redaksi: Ghulam Akhori Sekretaris Redaksi: Ahmad Yani Editor: Tim Redaksi Lay Outer Tim Kreatif Staff Redaksi: Driastutik Wulan Y, Defi Sukesti, Imam Rahmat, M. Ngizudien A, Arif Hendri H, Mustofa, Silviana C. F, Rukhsotul Layli H, Putri Dwi Lestari, A. Elly Wibowo. Alamat Redaksi: Jl. Pramuka 156 Ronowijayan Ponorogo. Email: lpmmillah@yahoo.com. Pluralisme berupaya menyatukan berbagai keragaman dalam kesatuan dan kerukunan. Karena tanpa itu semua akan menimbulkan kemunduran dalam berbagai bidang kehidupan. Kesatuan dan kerukunan menjadi pondasi kuat dalam membangun masyarakat yang ideal. Terenggutnya rasa keamanan di masyarakat, termarjinalnya satu golongan oleh golongan yang lain, hanya akan menimbulkan kerusakan dan kemunduran peradaban. Tidak hanya itu rasa saling memusuhi dan membenci antar golongan juga akan semakin subur. Sebagai warga negara setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama, yang tidak akan di pandang sebelah mata. Setiap orang memiliki derajat yang sama di mata hukum. Sehingga rasa toleransi dan menghormati harus dijunjung tinggi sebagai warga negara yang beradab. Menggolong-golongkan warga negara berdasrkan ras, agama, bahasa akan memecah belah mereka, dan merugikan semua pihak. Klaim kebenaran dalam beragama merupakan kebenaran relatif, karena setiap agama pasti akan mengklaim dirinya benar. Maka di sinilah peran kita, menjaga toleransi saling menghormati dan tidak menggunakan kekerasan dalam perbedaan. tanpa berusaha melunturkan keyakinan. Maka sudah sepantasnya mulai saat ini kita sebagai mahasiswa lebih bijaksana dalam menyikapi keberagaman diantara kita.
Bulletin SOERA PENA edisi/III/Th 2011 1

Fakta Mahasiswa Kini 1. 100% memiliki facebook 2. 55% memiliki laptop 3. 80% dari daerah 4. Semester 1-5 aktif kuliah 5. Semester 6-8, 80% sibuk sendiri (tidur, nglantur, pacaran, dll) sisanya siap-siap nyusun skripsi 6. Semester 7 ke atas bangun jam 8 pagi ke atas 7. 75% mahasiswa perokok aktif, 15% perokok pasif dan sisanya perokok parasit.
http://ge-book.com/berita-587-fakta-tentang-mahasiswa-kini.html

12 Bulletin SOERA PENA edisi/III/Th 2011

Agama merupakan salah satu etnik cina yaitu agama konghucu. komponen yang terdapat dalam suatu Bicara pluralism agama, ini erat Negara. Artinya setiap Negara pasti kaitanya denga agama. Karena memiliki kepercayaan atau agama keberadaannya juga melibatkan yang dianut. Selain sebagai sebuh Negara. Ambil saja contoh yang real, kepercayaan, setiap bulan agama juga ataupun tahun m e n j a d i Seseorang atau banyak terjadi pengontrol dalam kasus-kasus hal berperilaku kelompok yang fa- t e n t a n g baik berhubungan natic terhadap " f a n a t i s m e " dengan irang lain terhadap agama. agamanya akan Seseorang atau a t a u p u n s e t e r u s n y a . m e n g a n g g a p kelompok yang Banyak agama fanatic terhadap bahwa agama lain agamanya akan dalam suatu Negara tidak adalah salah dan m e n g a n g g a p menjadi masalah, bahwa agama lain apabila antar umat agama yang dia adalah salah dan beragama saling anut adalah benar. agama yang dia m e n j a g a anut adalah benar, kerukunan. itu memang hal Misalnya, Negara yang wajar. kita Indonesia yang memiliki lima Beranggapan kalau agama lain itu agama yang diantaranya adalah islam, salah tidak apa-apa, akan tetapi Kristen, katolik,Hindu dan Budha. mengganggu agama lain termasuk Kelima agama tersebut sah sebagai pelangaran hokum, apalagi tanpa alas agama resmi Negara. Akan tetapi an yang jelas. Seperti menteror agama beberapa tahun yang lalu pada saat lain pada saat melaksanakan ibadah jabatan presiden dipegang oleh K.H. ataupun yang lain. Menjelang HUT RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang ke-65, Forum Solidaritas mengesahkan satu agama lagi dari Kebebasan Beragama (FSKB)
2 Bulletin SOERA PENA edisi/III/Th 2011

*"Ndak perlu repot-repot mikirin politik, pemerintahan, permaslahan bangsa dan lain sebagainya, sekarang yang dipikirin gimana caranya biar bisa kuliah dengan IP yang bagus terus dapat kerja, kuliah sambil kerja, atau kuliah sambil bersenangsenang" D a r i aktivitas tersebut, tentunya secara tidak langsung menjauhkan mereka dari masyarakat, maka jangan heran jika mahasiswa sudah tidak lagi menjadi penyambung lidah rakyat alias tidak lagi menjadi agen perubahan layaknya mahasiswa angkatan 60-an hingga 1998. Mahasiswa bukan lagi sosok kritis yang peka terhadap segala perubahan yang ada di sekitarnya, padahal harapan masyarakat terhadap mahasiswa juga cukup besar karena

masyarakat beranggapan bahwa mahasiswa adalah sosok intelektual yang bisa menyalurkan aspirasi rakyat. Disorientasi peran mahasiswa pun terjadi dan tidak dapat terelakkan lagi di mata masyarakat. Mungkin sebagian kecil orang-orang di desa saja yang m a s i h berpikiran b a h w a mahasiswa itu (masih) agent of change, agent of intelektual dan bisa banyak membantu masyarakat meberikan solusi dari berbagai macam problematika hidup (ini merupakan dampak dari program KKN). Kini semakin sedikit mahasiswa yang aktif dalam kegiatan organisasi, baik organisasi ektra kampus (HMI,GMNI,PMII,KAMMI,dll) maupun himpunan mahasiswa jurusan hingga BEM. Mahasiswa sekarang
Bulletin SOERA PENA edisi/III/Th 2011 11

Tidak semua bisa diadili oleh Manusia di Dunia" kata Pak Lurah. Itulah hasil dari peradilan Desa yang membuat mayoritas Masyarakat desa Kemuning jadi sangat kecewa. Meski begitu mereka adalah masyarakat yang taat, tak membantah sedikitpun keputusan Pak Lurah. Mungkin masih ada darah sisa-sisa Orde baru masih mengalir dalam tubuh mereka. Mereka lalu membubarkan diri secara teratur. " Objektivitas tak lain hanyalah subjektivitas yang disepakati". Begitu pikir Pak Lurah saat memutuskan untuk membebaskan Anto setelah dia mencuri kotak amal di dua langgar di desa itu. " Tak apalah masyarakat berpikir saya ini subjektif dan tak adil, yang penting mereka tak ada yang menentang. Toh semua ini demi satu kata yang sering dilupakan orang, Kemanusiaan". Pikir pak lurah sambil manggut-manggut. Bagi Anto, mencuri kotak amal di dua langgar itu tidaklah dia anggap mencuri. Dia sudah minta izin pada yang punya langgar. Anto telah berbicara pada Tuhannya orang-orang Islam bahwa dia butuh uang itu untuk ibunya. Memang saat itu dia tidak bisa membongkar kotak itu, sehingga dia membawa kotak itu sekaligus dengan kotaknya. Hasil dari dua kotak itu lumayan, 983.650 ribu rupiah. Dia menggunakan uang itu untuk melarikan ibunya ke rumah sakit yang jaraknya sangat jauh. 60 km dari rumah gedeknya di desa terpencil itu.Namun, nampaknya Tuhannya orang-orang Islam tidak merelakan uang itu, karena ibunya diambil oleh-Nya. Dibalik kesedihannya yang mendalam, Anto juga diliputi rasa bingung, Yesus atau Allah yang telah mengambil ibunya?. Entahlah, dia hanya ingin ibunya di surga. Hanya itu. Anto memandang lemah ke arah Pak Lurah yang beranjak meninggalkan kursi hakimnya kemudian menghampiri Anto seraya menepuk pundaknya. "Sing sabar le, dan jangan pernah kamu ulangi lagi perbuatanmu". Anto yang baru berusia 18 tahun itu kini harus rela hidup sebatang kara. Ayah ibu telah tiada dan embel-embel maling melekat di tubuhnya. Namun yang Anto pikirkan sekarang bagaimana ia mengganti uang Tuhannya orang-orang Islam tersebut. Apalagi, setelah kejadian itu hanya sedikit warga yang mau memakai jasanya sebagai buruh. Pak Lurah yang bijaksana itu kemudian memperkerjakan Anto di rumah dan sawah miliknya. Anto adalah anak yang rajin dan pekerja yang ulet. Perlahan tapi pasti pak lurah berhasil mengembalikan kepercayaan warga kepada Anto dan Anto pun perlahan-lahan mampu mengumpulkan uang sebanyak 1 juta rupiah yang kemudian dihadapan para warga dia kembalikan uang tersebut ke dalam kotak yang ia buat sendiri. Lebihnya ia anggap sebagai bonus untuk Tuhannya orang-orang Islam yang paling tidak telah membiarkannya mengambil uang dalam 2 kotak amal itu dan membantunya sedikit berbakti kepada ibunya. "Paling tidak Tuhannya orangorang Islam tidak langsung mengutukku sebelum aku keluar dari langgar itu", pikirnya. Kini Anto mulai bisa berbaur dengan masyarakat lagi. Setiap Minggu, dia ke gereja dan setiap jum'at dia senang mendengarkan khutbah Jum'at di sisi masjid, meski tak berani masuk. Anto masih dalam pencarian hakikat Tuhan. Suatu hari, dia pergi ke salah satu langgar tempat dia mencuri kotak amal dan membolak-balik al-Qur'an yang ada terjemahnya. "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptkanmu". Anto tertegun. Dia memandangi setiap sudut langgar itu. Dimana Tuhan jika memang ini rumahnya, pikirnya. Sementara dia masih dalam alam pikirnya, kotak amal dalam langgar tersebut melayanglayang. Lalu uangnya berhamburan keluar dan mengelilinginya. Mengajak Anto menari dan bercinta dengan alam kebingungannya. Dia merasakan tubuhnya makin ringan. Berdansa dengan wangi-wangi mayat dalam kubur. "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakanmu" (denita)
10 Bulletin SOERA PENA edisi/III/Th 2011

menggelar ibadah bersama yang bertempat dimonas, Jakarta 15/8. Aksi ini menyuarakan bahwa setiap orang memiliki hak ibadah dan secara secara bersamaan prihatin bahwa dinegara yang merdeka ini masih ada individu atau kelompok minoritas yang belum merasakan bagaimana bebasnya beribadah. Bahkan kerap mengalami kekerasan ketika menjalankan kewajiban mereka untuk beribadah, ini sangat ironis sekali. Peristiwa terakhir yang terjadi dinegara Indonesia adalh aksi kekerasan yang menimpa Gereja HKBP pondoh timur indah dikelurahan Mustika Jaya, Bekasi Timur. Tiga minggu berturut-turut para jamaat mengalami gangguan ketika menjalankan ibadah, parahnya lagi ketika mereka melaksanakan ibadah, beberapa jemaat mengalami luka-luka akibat kekerasan oleh sekelompok orang. Kasus-kasus seperti ini terus berulanh jika aparat Negara tidak banyak berpeeran dalam pencegahan gangguan terhadap agama lain. Sadar ataupun tidak, Negara telah melakukan kejahatan pembiaran. Negara kurang melindungi kelompok yang tergolong relatif kecil secara kuantitas dari tindak kekerasan kelompok lain. Negara lalai dalam memproteksi kebebasan beragama

warganya. Seharusnya Negara bertindak tegas dalam hal ini, tidak boleh membiarkan masalah ini terus berlarut-larut. Karena akan membawa akibat buruk dari tindakan pembiaran anggapan ajaran mereka dianggap sesat atau tidak sesuai dengan ajaran kelompok besar, yang tadinya tidak mengganggu kepentingan umum, mulai dianggap membahayakan kehidupan public, kepercayaan mulai dipolitisir. Keberpihakan Negara terhadap kelompok mayoritas bukan tanpa tujuan, ujung-unjungnya kelanggengan kekuasaan Negara yang diprioritaskan. Pelanggaran Negara tidak hanya sebatas aksi pembiaran, tapi mencakup tindakan aktif Negara. Setara Institute mencatat 291 aksi pelanggaran-pelanggaran kebebasan beragama ditahun 2009. Terdapat 139 tindakan pelanggaran yang melibatkan Negara, 101 tindakan aktif Negara, dan 38 aksi pembiaran oleh Negara. Akibatnya tidak lagi sekedar kebijakan kepercayaan, akan tetapi berevolusi kalau sesuatu kepercayaan atau idiologi yang membahayakan eksistensi Negara. Maka dari itu dibutuhkan tindakan aktif Negara. Amat disayangkan keberadaan Negara bukannya menjamin kebebasan beragama warganya, tetapi malah menjadi sumber masalah. Keadilan

Bulletin SOERA PENA edisi/III/Th 2011

yang menjadi tugas pokok Negara hilang tanpa bekas. Agar tercipta kebebasan beragama diperlukan peran serta Negara. Bukannya Negara berperan negatife tetapi berperan positif dalam menjamin dan memproteksi kebebasan beragama. Memang Negara tidak boleh meregulasi atau m e n g a t u r k e h i d u p a n beragama, tetapi Negara bukan h a n y a diperbolehkan bahkan diharuskan untuk membuat regulasi untuk melindungi k e b e b a s a n b e r a g a m a . Menurut Reinhold Niebuhr harus berpegang dengan "prinsip regulasi", karena kebebasan dan persamaan menjadi elemen dasarnya dalam memberi kebebasan beragama. Tanpa ke-2 elemen dasar tersebut, mustahil bisa menegakkan keadilan Negara. sesungguhnya regulasi atau peraturan jaminan kebebaasan memberi ruang kebebasan seperti digariskan konstitusi. Artinya Negara

perlu untuk membuat rancangan undang-undan (RUU) tentang kebebasan beragama sebagai implementasi dari pasal 29 UUD 1945. Jaminan atas perlakuan sama oleh Negara mula-mula dilakukan cara menghapus semua peraturan kenegaraan yang bersifat diskriminan. Upaya untuk memperjuangkan anti diskriminan sesungguhnya bermuara pada ketegasan Negara untuk mencegah tindakan kekerasan suatu kelompok agama terhadap agama lain. Mewujudkan kebebasan beragama dalam Negara Indonesia memang tidak gampang, elainkan d i p e r l u k a n ketegasan Negara dalam melindungi kebebasan beragama. Bukan tidak mungkin kalau peran positif Negara adalah salah satu tombak agar kebebasan beragama daapt terwuju. (Dikutip dari tulisan Benyamin .F. Intan http:// www. refomed-Crs. org/ Ind/articles/pluralisme agama Negara berkeadilan. html.) @ IZZUE-DIEN

perdebatan sengit antara kubu Dur" dengan peran dan kontribusinya nasionalis yang menginginkan bentuk yang sangat penting bagi NKRI, tak Negara Kesatuan, dan kubu Islam banyak generasi bangsa yang yang menginginkan bentuk negara berusaha mengkaji pemikirannya, berdasarkan syariat Islam. Wahid meneladani kontribusinya, bahkan Hasyim telah meletakkan dasar sekedar mengetahui namanya, padahal integritas membangun negara yang hasil pemikirannya bisa dituangkan berideologi kebangsaan, bukan dalam beberapa bidang di antaranya agama. Menurut beliau, Pancasila itu hukum Islam, pendidikan Islam, sudah Islam. Islam pesantren dan yang berkeindonesia modernitas, tasawuf, Sebagai tokoh sudah menjadi keagamaan, politik, dan besar yang lahir dari gagasannya. Adanya psikologi. seorang tokoh besar Kementerian Agama Nama Wahid (hadratus syaikh merupakan hasil Hasyim mungkin telah Hasyim As'ari) dan pemikiran dari Wahid tenggelam di antara melahirkan tokoh Hasyim. Kemenag kebesaran nama dan besar Abdurrahman adalah jembatan untuk tindak juang Wahid "Gus Dur" menghubungkan kaum Abdurrahman Wahid demokrat dan agama, dan Hasyim Asy`ari menyatukan perbedaan yang terekspos media. umat di tanah air. Rumusan sila Pemikiran Wahid Hasyim tidak pertama pancasila "Ketuhanan yang sempat terdokumentasi dan Maha Esa", sebagai pengganti dari sila terpublikasi sebagaimana Gus Dur dan pertama pancasila yang sebelumnya Hasyim Asy'ari. Namun hasil berbunyi "Kewajiban menjalankan pemikirannya bak mutiara Syariat Islam Bagi Pemeluknya", tersembunyi yang selalu siap tidak terlepas dari peran seorang menyelesaikan permasalahan umat di Wahid Hasyim. Wahid dikenal sebagai negara ini. Namun sayangnya, yang tokoh yang moderat, substansif, dan mengaku cinta pada Gus Dur dan inklusif. Hasyim Asy'ari dan juga bangsa InSebagai tokoh besar yang lahir donesia, generasi pemegang tonggak dari seorang tokoh besar (hadratus eksistensi bangsa serta agent of syaikh Hasyim As'ari) dan melahirkan change sendiri belum siap untuk tokoh besar Abdurrahman Wahid "Gus menggali mutiara tersebut. (eli.)

Bulletin SOERA PENA edisi/III/Th 2011

Bulletin SOERA PENA edisi/III/Th 2011

dengan membaca dan menulis meskipun dengan alat seadanya. Beliau juga giat memelajari ilmu-ilmu kesusastraan dan budaya Arab secara autodidak. Abdul Wahid Hasjim menghafal banyak syair Arab yang kemudian disusun menjadi sebuah buku. Pada usia 13 tahun, Abdul Wahid Hasjim sempat mondok dan belajar di Pondok Siwalan, Panji, Sidoarjo, selama 25 hari, mulai awal Ramadhan hingga hari ke25 Ramadhan. Kemudian pindah ke Pesantren Lirboyo, Kediri, sebuah pesantren yang didirikan oleh KH. Abdul Karim, teman dan sekaligus murid ayahnya. Pada usia 15 tahun, ia kembali ke Tebuireng dan baru mengenal huruf latin, padahal pada waktu itu huruf latin belum di ajarkan di pesantren manapun. Setelah mengenal huruf

latin, semangat belajarnya semakin bertambah. Ia belajar ilmu bumi, bahasa asing, matematika, dll. Abdul Wahid Hasjim juga rajin membaca koran dan majalah, baik yang berbahasa Indonesia maupun Arab. Ia pun mulai belajar Bahasa Arab, Inggris dan Belanda k e t i k a berlangganan majalah tiga bahasa, "Sumber Pengetahuan" Bandung karena menurut beliau, strategi untuk memerdekakan Indonesia dari Belanda dan membebaskan negara ini dari penjajah adalah harus menguasai bahasa Belanda terlebih dahulu. W a h i d H a s y i m , merupakan tokoh multidimensi yang mampu melahirkan dan meletakkan dasar-dasar pembangunan bagi bangsa ini bersama Soekarno, M Hatta, Syahrir dan lain sebagainya. Abdul Wahid Hasjim berhasil menjembatani

Stain memiliki ruang kelas yang cukup banyak untuk melaksanakan perkuliahan tanpa berebutan ruang dengan kelas lain. Tapi jam kosong pada saat perkuliahan merupakan hal jamak yang terjadi di kampus. Tidak dapat dipungkiri jam kosong ini merugikan mahasiswa walupun ini bisa terjadi karena berbagai alasan. Beberapa mahasiswa memiliki kecenderungan berbeda dalam menanggapi jam kosong. Ada yang senang dan ada yang tidak senang. "tidak suka", ungkap Rulik Handayani, ketika ditanya tentang jam kosong. Gadis yang masih semester 2 ini memiliki alasan tersendiri. Menurutnya jarak

rumahnya ke kampus jauh, sehingga hal yang mengecewakan adalah pengorbanannya menepuh jarak yang jauh dari rumah ke kampus, dan semangatnya yang membara untuk mencari ilmu menjadi down karena dosen y a n g seharusnya mentransfer ilmu tidak hadir. h a l senada juga diungkapkan Ula, atas jam k o s o n g . Baginya hal yang sangat mengecewakan jika dosen tidak hadir t a n p a pemberitahuan terlebih dahulu. Apalagi dirinya berjalan kaki dari kost ke kampus. Hal menarik disampaikan Rulik Handayani, menurutnya dosen STAIN sudah

Bulletin SOERA PENA edisi/III/Th 2011

Bulletin SOERA PENA edisi/III/Th 2011

mendapatkan fasilitas yang baik tapi masih ada yang malas untuk mengajar, "Dosen STAIN sudah enak, difasilitasi sudah baik, dapet makan siang, bisa membawa pulang mobil dinas, tapi masih ada yang males" Ujarnya. Hal yang berbeda dari para mahasiswi disampaikan oleh Eli, menurutnya jam kosong merupakan kesempatan untuk santai. "Senang, karena bisa santai, bisa ngopi", Ujar mahasiswa tarbiyah ini. Dia juga mengaku lebih senang lagi jika yang kosong adalah dosen yang "killer". Abid rohmanu, 34 tahun, memaklumi jika dosen tidak bisa mengajar karena memiliki urusan lain. Tinggal bagaimana mahasiswa proaktif dalam pembelajran dan atau menghubungi dosen yang bersangkutan. Menurut dosen yang tinggal di desa Campureja, Sambit ini, masalah ketidakdisiplinan dosen biasanya bisa diselesaikan di tingkat prodi dan jurusan sehingga tidak sampai ke pimpinan STAIN. Menanggapi mahasiwa yang lebih senang ke warung kopi saat jam kosong, dosen yang saat ini mengajar Bahasa Indonesia dan filsafat umum, mengungkapkan bahwa mahasiswa sebaiknya ke perpus untuk memperluas wacana, dan menganggap pergi ke warung kopi tidak tepat. "Kurang tepat" imbuhnya.

Menurut data, jumlah pengunjung perpustakaan STAIN bulan Mei, rata-rata adalah 337 mahasiswa perhari. Jumlah kunjungan terendah adalah 107 mahasiswa, sementara jumlah kunjungan tertinggi mencapai 692 mahasiswa. Tidak ada korelasi antara jumlah pengunjung perpus dengan jam kosong mahasiswa, karena tidak bisa dipastikan apakah mahasiswa ketika jam kosong pergi ke perpus atau tidak. Tapi dari data ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata kunjungan sangat rendah dibanding jumlah total mahasiswa STAIN Ponorogo. <<<(g.a&putrid)>>>

free time.... what i want to do.. ????

Ketika orang menyebutkan nama kiai Haji Abdul Wahid Hasjim, orang yang mendengar nama tersebt mungkin akan merasa asing. Orang memang tidak begitu mengenal sosok tersebut, sebab nama tersebutpun juga jarang disebutkan bahkan oleh media massa. Orang lebih mengenal putra dari sosok Abdul Wahid Hasjim, Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Abdul Wahid Hasjim adalah pahlawan nasional, salah seorang anggota BPUPKI dan perumus Pancasila yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama tiga kabinet (Kabinet Hatta, Kabinet Natsir dan Kabinet Sukiman). Mantan Ketua Tanfidiyyah PBNU (1948) serta Pemimpin dan pengasuh Pesantren Tebuireng (1947 - 1950) ini. . Ia dikenal juga sebagai pendiri PTAIN (sekarang STAIN, UIN, IAIN). Putera KH. M. Hasyim Asy'ari,

pendiri salah satu organisasi islam terbesar di Indonesia ini lahir di Jombang, Jawa Timur 1 Juni 1914 dan wafat di Cimahi, Jawa Barat 19 April 1953 pada usia 38 tahun. Usia yang dapat dikatakan tidak panjang tersebut justru telah membuatnya menjadi seorang tokoh reformis di zamannya yang terbuka dan mampu merangkul segala kalangan. Ay a h a n d a n y a semula memberinya nama Muhammad Asy'ari, diambil dari nama kakeknya. Namun, namanya kemudian diganti menjadi Abdul Wahid, diambil dari nama datuknya. Abdul Wahid Hasjim adalah anak kelima dan anak laki-laki pertama dari 10 bersaudara. Masa kecilnya diisi dengan menghamba ilmu di Madrasah Tebuireng hingga usia 12 tahun. Beliau sudah menjadi kutu buku sejak kecil, setiap malamnya selalu di isi

Bulletin SOERA PENA edisi/III/Th 2011

Bulletin SOERA PENA edisi/III/Th 2011

Anda mungkin juga menyukai

  • OPAK Hari 4
    OPAK Hari 4
    Dokumen8 halaman
    OPAK Hari 4
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Buletin Musma
    Buletin Musma
    Dokumen12 halaman
    Buletin Musma
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • OPAK Hari 1
    OPAK Hari 1
    Dokumen8 halaman
    OPAK Hari 1
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • OPAK Hari 3
    OPAK Hari 3
    Dokumen8 halaman
    OPAK Hari 3
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • OPAK Hari 2
    OPAK Hari 2
    Dokumen8 halaman
    OPAK Hari 2
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Buletin Musma
    Buletin Musma
    Dokumen8 halaman
    Buletin Musma
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Buletin Musma
    Buletin Musma
    Dokumen8 halaman
    Buletin Musma
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Edisi Ke-I PDF
    Edisi Ke-I PDF
    Dokumen0 halaman
    Edisi Ke-I PDF
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Mingguan III
    Mingguan III
    Dokumen2 halaman
    Mingguan III
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Edisi ke-II
    Edisi ke-II
    Dokumen2 halaman
    Edisi ke-II
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Edisi ke-II
    Edisi ke-II
    Dokumen2 halaman
    Edisi ke-II
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Opak 2011 - Iii
    Opak 2011 - Iii
    Dokumen4 halaman
    Opak 2011 - Iii
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Edisi Ke-I PDF
    Edisi Ke-I PDF
    Dokumen0 halaman
    Edisi Ke-I PDF
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Opak 2011 - Iii
    Opak 2011 - Iii
    Dokumen4 halaman
    Opak 2011 - Iii
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Opak 2011 - II
    Opak 2011 - II
    Dokumen4 halaman
    Opak 2011 - II
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Edisi IV
    Edisi IV
    Dokumen4 halaman
    Edisi IV
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Wartel IV
    Wartel IV
    Dokumen4 halaman
    Wartel IV
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Edisi Spesial DIKJURSAR
    Edisi Spesial DIKJURSAR
    Dokumen6 halaman
    Edisi Spesial DIKJURSAR
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Opak 2011 - I
    Opak 2011 - I
    Dokumen4 halaman
    Opak 2011 - I
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Wartel I
    Wartel I
    Dokumen2 halaman
    Wartel I
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Wartel II
    Wartel II
    Dokumen4 halaman
    Wartel II
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Edisi Kartini
    Edisi Kartini
    Dokumen6 halaman
    Edisi Kartini
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Soeara Pena - II
    Soeara Pena - II
    Dokumen6 halaman
    Soeara Pena - II
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Buletin KPM
    Buletin KPM
    Dokumen4 halaman
    Buletin KPM
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Soeara Pena - III PDF
    Soeara Pena - III PDF
    Dokumen6 halaman
    Soeara Pena - III PDF
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Edisi DIKJURSAR
    Edisi DIKJURSAR
    Dokumen6 halaman
    Edisi DIKJURSAR
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Majalah XXVIII
    Majalah XXVIII
    Dokumen42 halaman
    Majalah XXVIII
    LPM al-Millah
    Belum ada peringkat
  • Majalah XXVII
    Majalah XXVII
    Dokumen42 halaman
    Majalah XXVII
    LPM al-Millah
    100% (1)