Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KEIKUTSERTAAN PEMAPARAN PROGRAM REKOMPAK (Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Pemukiman Berbasis Komunitas) Dirjen CIPTA

KARYA KemenPU Pada Indonesia Disaster Expo & Conference 2011 (IDEC 2011) Jakarta, Jumat, 28 Oktober 2011

1. Nama Kegiatan : Indonesia Disaster Expo & Conference 2011 (IDEC 2011) 2. Penyelenggara : Dirjen CIPTA KARYA KemenPU sebagai peserta pameran pada Indonesia Disaster Expo & Conference 2011 (IDEC 2011) 3. Kontribusi Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna : Tiga Puluh peserta (21) orang mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan dan (10) orang mahasiswa Jurusan Teknik Sipil STT-ST sebagai peserta : (terlampir)

4. Undangan : Dari PKP Setjen KemenPU (terlampir) 5. Sumber Pendanaan : Biaya keikutsertaan (akomodasi dan transportasi ke lokasi pameran) ditanggung oleh Dirjen CIPTA KARYA KemenPU

6. Waktu pelaksanaan : Jumat, 28 Oktober 2011, jam 14.00 selesai

7. Tempat Pelaksanaan Kemayoran Expo, Jakarta Pusat

8. Peserta 31 orang mahasiswa dari Jurusan Teknik Lingkungan dan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna 9. Pelaksanaan Kegiatan a. Pemaparan Program REKOMPAK oleh Aswin Grandiarto Sukahar, ST. MT. MB Env b. Tanya jawab yang berkaitan dengan pemaparan Program.

10. Hasil Kegiatan a. Pemaparan Program REKOMPAK oleh Aswin Grandiarto Sukahar, ST. MT. MB Env

LATAR BELAKANG Pasca gempa 27 Mei 2006 di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah serta tsunami 17 Juli 2006 di Pangandaran, Provinsi Jawa Barat, pemerintah memutuskan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, yakni menempatkan masyarakat menjadi pelaku utama dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman di wilayahnya sendiri. TUJUAN 1. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam membangun rumah tahan gempa dan menata lingkungan pemukiman mereka; 2. Meningkatnya kapasitas masyarakat dalam menyusun Rencana Penataan Permukiman (RPP) / Community Settlement Plan (CSP) yang berorientasi pada pengurangan risiko bencana untuk memperbaiki lingkungan tempat tinggalnya; 3. Terbangunnya infrastruktur lingkungan permukiman di desa yang terkena dampak bencana Merapi berdasarkan Perencanaan Penataan Permukiman (RPP); 4. Terbangunnya rumah tahan gempa untuk warga korban erupsi Merapi; PENDEKATAN Pemberdayaan masyarakat dengan mengedepankan perpaduan antara pembangunan bertumpu pada kelompok masyarakat dan pembangunan bertumpu pada nilai. 1. Pembangunan bertumpu pada kelompok masyarakat, artinya: mendudukan masyarakat sebagai pelaku utama yang dipercaya mampu mengambil keputusan menyangkut hidup mereka dan mampu menyelenggarakan pemulihan permukiman mereka dengan dampingan yang tepat.

2. Pembangunan bertumpu kepada nilai, artinya: Pembangunan permukiman harus menjadi sarana pengembangan nilai-nilai luhur seperti saling percaya, gotong royong dan lain-lain menuju pembangunan capital sosial.

PRINSIP DASAR 1. Membangun kapasitas masyarakat dan organisasi 2. Menumbuhkan kesadaran masyarakat 3. Memungkinkan masyarakat membangun serta memperbaiki rumah dan lingkungan permukimannya 4. Rumah tahan gempa dan infrastrukstur permukiman yang berorientasi pengurangan resiko bencana untuk mendukung proses pemulihan

RENCANA PENATAAN PERMUKIMAN (RPP) Kegiatan Penyusunan Rencana Penataan Permukiman (RPP) dimulai dari sosialisasi kepada warga untuk member informasi dan pemahaman tentang latar belakang menyusun RPP, bagaimana dan siapa yang melaksanakan RPP, serta output dan outcomenya. Sosialisasi dilakukan oleh para fasilitator didampingi nara sumber tenaga ahli dari REKOMPAK. Sosialisasi diakhiri dengan konfirmasi kesiapan masyarakat untuk berperan serta pada kegiatan REKOMPAK sebagai relawan dalam forum Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM). Siapa saja boleh menjadi relawan,m asalkan dia memiliki waktu yang cukup untuk terlibat aktif dalam penyusunan RPP dan implementasinya. Langkah berikutnya adalah; pembentukan Tim Inti Perencana (TIP), Pemetaan Swadaya (PS), analisis PS, penyusunan Program Jangka Menengah yang telah dikoordinasikan dan konsultasikan dengan desa yang berdekatan dan pemerintah daerah setempat melalui: Musyawarah Antar Desa, Rembug Desa, Konsultasi Pemda, Penentuan Prioritas Kegiatan dan Verifikasi program terhadap mitigasi bencana yang berbasis pada kawasan serta Rencana Tindak Rehabilitasi dan Rekonstruksi Permukiman (RTR2P). Output dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah dokumen RPP desa. Dokumen ini merupakan usulan kegiatan masyarakat yang dituangkan dalam program jangka menengah selama lima tahun, yang mencakup berbagai macam usulan kegiatan seperti kegiatan infrastruktur, ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, penguatan kapasitas dan lain sebagainya. Di dalam dokumen RPP berisi hal-hal sebagai berikut: 1. Profil desa, yang menggambarkan kondisi desa seperti jumlah penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian masyarakat, batas wilayah desa dan lain sebagainya;

2. Potensi dan masalah, merupakan hasil pendataan yang dilakukan oleh masyarakat bersama TIP melalui kegiatan pemetaan swadaya. Dalam kegiatan ini termasuk melakukan review terhadap dokumen yang sudah ada seperti dokumen PJM Pronangkis, RPJM Desa dan dokumen sejenis yang sudah ada sebelumnya di tingkat desa, termasuk dokumen perencanaan tingkat kabupaten; 3. Analisis potensi dan masalah, merupakan kegiatan TIP dalam menganalisa hasil kegiatan swadaya; 4. Analisis mitigasi bencana, merupakan kegiatan tim inti perencana dalam menganalisa hasil pemetaan swadaya dikaitkan dengan upaya mitigasi bencana dalam perencana ke depan; 5. Rencana mitigasi bencana, merupakan hasil analisa mitigasi bencana dalam kegiatan analisis mitigasi bencana yang dirumuskan untuk diwujudkan dalam usulan program dalam upaya mitigasi bencana; 6. Tata ruang (peta tematik), merupakan penyusunan tata ruang tingkat desa yang dituangkan dalam bentuk peta-peta tematik, seperti peta desa, peta tata guna lahan, peta jaringan, peta kawasan ekonomi, peta rawan bencana dan lain-lain; Rencana Program Jangka Menengah 5 tahunan dan RTR2P, merupakan indikasi program yang telah dirumuskan oleh TIP bersama masyarakat telah dilakukan sinkronisasi dengan program desa berdekatan melalui kegiatan musyawarah antar desa (MAD) dan telah dikonsultasikan dengan Satuan Kerja Perangkat Desa (SKPD) tingkat kota/kabupaten. (Tayangan pemaparan Program REKOMPAK terlampir)

b. Tanya jawab yang berkaitan dengan pemaparan Program. 1. Pertanyaan dari mahasiswa Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna - Bagaimana masyarakat mendapatkan bantuan rumah? Apakah cukup bantuan 15 juta rupiah untuk membangun rumah seluas 36 m2? - Mengapa prosedur siklus pelaksanaan REKOMPAK (dari tahap persiapan - tahap perencanaan umum - perencanaan umum - tahap pembangunan lingkugan tahap pembangunan perumahan) memakan waktu yang cukup lama 21 pekan? - Bagaimana desain bangunan rumah bantuan? - Bagaimana efektifitas pembangunan rumah baru dibandingkan dengan renovasi? Jawab : Dana yang dihibahkan kepada masyarakat sebesar 15 juta per kepala keluarga hanya sebagai stimulant, yang ingin diupayakan kemandirian dari masyarakat yang terkena bencana. Adapun yang berhak mendapatkan bantuan adalah berdasarkan skala prioritas, dipilih yang paling parah kerusakannya (rusak berat) dan kepemilikan tanah yang jelas dan legal.

Yang menjadi arahan adalah program pendampingan, waktu yang dibutuhkan 180 hari atau 6 bulan. Pendampingan yang dilakukan mulai dari perencanaan, teknis pelaksanaan sampai laporan pertanggungjawaban pendanaan. - Type atau susunan bangunan tidak menjadi acuan, atau tidak ada patokan yang sama tetapi secara teknis memenuhi standar bangunan tahan gempa yang telah ditetapkan. Rumah inti seluas 36 m2, juga harus mempertimbangkan kendalakendala seperti sarana sanitasi, sumur resapan dan lain-lain. - Tidak bisa digeneralisasikan, kadang membangun dari awal lebih mudah, juga kadangkala renovasi lebih mudah. 2. Pertanyaan dari mahasiswa Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Sapta Taruna: - Latar belakang keberadaan REKOMPAK dari kejadian gempa di Yogyakarta, Jawa tengah dan tsunami di Ciamis. Bagaimana antisipasi REKOMPAK terhadap kejadian sejenis di daerah-daerah lainnya? - Bagaimana kelembagaan REKOMPAK dalam penanganan bencana? Jawab: Keberadaan REKOMPAK juga belajar dari kejadian tsunami di Aceh. Sebenarnya sudah ada modal dasar/sosial dalam masyarakat yang biasanya beraksi lebih dahulu dengan upaya sendiri dengan yang ada di lingkungan untuk memulai pemulihan. REKOMPAK bukan merupakan sistem baru dalam penanganan bencana, tetapi lebih merupakan upaya pendampingan di masyarakat agar dana-dana yang disalurkan menjadi pendorong supaya bisa lebih efektif terserap dan juga bisa mempertanggungjawabkan penggunaan dana tersebut

11. Kesimpulan Belajar dari pengalaman-pengalaman kejadian sebelumnya yang harus dipahami dan disadari adalah bahwa Negara Indonesia dalam kondisi rawan bencana, baik itu gempa bumi, tsunami, gunung meletus. Maka dari itu harus diantisipasi bagaimana menanggapi apabila suatu daerah terkena bencana. Efek dari bencana tersebut bisa saja berupa kerusakan tempat tinggal maupun kerusakan lingkungan. REKOMPAK menjembatani dalam hal pendampingan masyarakat dalam mengatasi dampak bencana yang dimulai dari perencanaan, teknis pelaksanaan dan laporan pertanggungjawaban pendanaan yang mengajak masyarakat bertindak mandiri, mengikutsertakan masyarakat secara aktif membangun tempat tinggal dan lingkungannya. 12. Dokumentasi Kegiatan

LAPORAN KEIKUTSERTAAN
PEMAPARAN PROGRAM REKOMPAK
(Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Pemukiman Berbasis Komunitas)

Dirjen CIPTA KARYA KemenPU Pada Indonesia Disaster Expo & Conference 2011 (IDEC 2011) Jakarta, Jumat, 28 Oktober 2011

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA JAKARTA 2011

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai