Makalah PKN
Makalah PKN
Oleh :
KELOMPOK VII
1. 2. 3. 4. ROHMANTO P.E.P ROSYID ABDUL HAMID SINTHA TIARA CANDRI SYAHRONI PUTRI M.P H0512103 H0512105 H0512111 H0512116
ditanggapi negatif oleh Mahkamah Konstitusi-MK. Jika kita cermati situasi politik saat ini, sejauh mana keuntungan dari amandemen UUD 45 ? Merujuk dari niatan DPD tersebut, Mahfud MD, ketua Mahkamah Konstitusi-MK mengatakan MK tidak dapat menilai UUD 1945 itu perlu diperbaiki atau tidak. Hal itu sepenuhnya menjadi proses politik. Menurutnya Mahkamah Konstitusi dapat menanggapi atau memberi saran tapi sifatnya perseorangan, tidak membawa status MK. Kedudukan MK adalah sebagai penjaga konstitusi. Usulan amandemen UUD 45 oleh DPD adalah merujuk pada penguatan sistem presidensil, penguatan lembaga perwakilan, dan penguatan otonomi daerah. Tidak dipungkiri, usulan amandemen UUD 45 saat ini adalah untuk memperkuat DPD dalam lembaga. Namun langkah penguatan lembaga dan Penguatan otonomi pun masih dipertanyakan. Karena isi dari UUD 45 yang telah diamanden saja masih cukup aman dan layak untuk Indonesia. Kalau pun ada bukannya amandemen, tapi bab-bab penjelasan yang harus lebih rinci dan cermat sehingga tidak multi tafsir. Karena beberapa kalangan menilai bahwa amandemen sebelumnya terkait energi, telah memberikan banyak keuntungan bagi pihak swasta dan asing. Amandemen UUD 45 harus dilihat dari essensi tujuannya. Amandemen dapat dijalankan jika dalam pelaksanaannya sudah tidak cocok lagi dalam kehidupan bernegara, dan adanya tuntutan dari Rakyat banyak, serta persetujuan dari lebih dari setengah anggota DPR. Proses amandemen sangat panjang dan tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa. Beberapa Argumentasi yang Menjadi Dasar Amandemen Berbagai argumentasi dan tuntutan realitas kebangsaan serta demokrasi menyebabkan amandemen harus dilaksanakan. Tetapi satu hal yang sangat diperlukan untuk mengubah pandangan rakyat yang menganggap UUD 1945 tidak dapat dirubah kecuali dengan referendum. Dengan beberapa suara dari beberapa partai politik yang menyatakan bahwa amandemen perlu dilakukan. Maka perubahan konstitusi tersebut terjadi dalam empat tahapan. Sejarah konstitusi mengatakan bahwa UUD 1945 bersifat sementara yang akan disempurnakan bila keadaan sudah aman dan mendukung. Di bawah ini terdapat beberapa argumentasi yang mendasari amandemen UUD 1945, antara lain : 1. Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak terjadinya check and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan. 2. Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD 1945 adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di tangan Presiden dilengkapi beberapa hak konstitusional yang lazim disebut hak prerogatif (antara lain : memberi grasi, amnesty, abolisi, dan rehabilitasi) dan kekuasaan legislatif karena memilii kekuasaaan membentuk undang-undang. 3. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwes dan fleksibel sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir), misalnya pada Pasal 7 UUD 1945 (sebelum diamandemen). 4. UUD 1945 terlalu banyak memberikan kewenangan kepada kekuasaan Presiden untuk mengatur hal-hal penting sesuai kehendaknya dalam undang-undang. 5. Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang kehidupan yang
demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan masyarakat, penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah. Hal ini membuka peluang bagi berkembangnya praktek penyelenggaraan Negara yang tidak sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut : a) Tidak adanya check and balances antar lembaga Negara dan kekuasaan terpusat pada Presiden. b) Infrastruktur yang dibentuk antara lain partai politik dan organisasi masyarakat. c) Pemilihan Umum diselenggrakan untuk memenuhi persyaratan demokrasi formal karena seluruh proses tahapan pelaksanaanya dikuasai oleh pemerintah. d) Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai justru yang berkembagng adalah sistem monopoli dan oligopoli. Pihak yang Kontra terhadap Amandemen UUD 1945 Golongan yang menentang adanya amandemen digerakkan atau dikuti oleh beberapa tokoh terutama beberapa purnawirawan TNI yang dulunya memang telah bersumpah untuk menjadi Sapta Margais yang setia pada Pancasila dan UUD 1945. Pendukung arus ini tidak banyak namun tetap ada, bahkan pada acara seminar yang diselenggarakan oleh Anggota Watimpres tanggal 3 April 2008 yang lalu masih ada yang menyesalkan perubahan UUD 1945 tersebut. Alasan pengikut arus ini perubahan UUD 1945 telah kebablasan, mengkhianati amanat dan hasil karya pada pendiri atau founding people, emosional, terburu-buru, dan tidak menyerap aspirsi masyarakat atau disosialisasikan secara proporsional. Pihak yang Pro terhadap Amandemen UUD 1945 Golongan yang mendukung adanya amandemen merupakan arus yang paling kuat karena didukung oleh hampir semua akademisi hukum dan ilmuwan politik di perguruan tinggi, lembaga studi Konstitusi, LSM-LSM pegiat hukum dan Konstitusi, anggota-anggota Komisi Konstitusi, dan beberapa ormas besar. Alasan perlunya perubahan lanjutan menurut pengikut arus ini karena dalam kenyataanya UUD 1945 hasilperubahan memang mengandung beberapa kelemahan yang harus diperbaiki kembali sebagai tuntutan yang wajar.
BAB IV KESIMPULAN
Pembukaan UUD 1945 memberikan acuan yang jelas mulai dari asas pendirian negara sampai ke dasar dan tatanan penyelenggaraannya. Dalam pelaksanaannya memang akan sangat dipengaruhi oleh jiwa dan semangat penyelenggaranya. Untuk menghindari bias-bias yang dapat menimbulkan ketersesatan dalam pelaksanaannya diperlukan pemahaman yang mendalam, jujur dan sungguh-sungguh. Disamping itu, agar pemahaman kita benar-benar utuh, maka harus difahami pula makna Pancasila sebagaimana diuraikan oleh para perumusnya di masa lalu.Dari alur pikiran yang kita runut dalam Pembukaan UUD 1945, dapat ditangkap bahwa perjuangan bangsa Indonesia adalah sebuah revolusi besar kemanusiaan yang berangkat dari Tuntunan Budi Nurani Manusia (the Social Conscience of Man). Sekarang semakin menjadi keyakinan umum, amademen yang dilakukan MPR telah menyimpang dari kaidah dasar Negara kekeluargaan, system pemerintahan Negara yang berkedaulatan rakyat, serta penyelenggaraan Negara secara demokrasi sosialekonomi untuk mencapai kesejahteraan sosial sebagaimana dirumuskan pada Pembukaan UUD 1945. Karena itu cita-cita reformasi untuk memurnikan pelaksanaan UUD 1945 tidak akan tercapai bila tidak diadakan pemurnian terhadap UUD hasil amandemen. Jadi salah satu agenda pokok yang perlu dilakukan adalah mengambil langkah untuk mengembalikan kemurnian UUD 1945 sesuai kaidah fundamnetalnya. Mengembalikannya sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila adalah landasan filosofis yang merupakan dasar dan acuan perjuangan. Dengan mercermati semakin dalam makna yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 maka langkah konstitusinal yang dapat ditempuh pemerintah adalah mendapatkan persetujuan rakyat untuk memurnikan UUD 1945 dan membentuk Komisi Konstitusi yang independen dan mewakili seluruh unsur masyarakat Indonesia untuk mengembalikan kemurnian UUD bangsa Indonesia yang menjiwai Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA http://Dialektika Hukum Perlukah Amandemen Kelima UUD 1945.htm http://Perlukah UUD 45 Diamandemen Lagi.htm http://Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm http:// www.marhaenis.org/20060720111537608.html http:// www.freelists.org/freelist.htm http://www.kompas.com/1484725.htm. http:// www.damandiri.or.id/detail.php.htm http:// www.tempointeraktif.com/brk,207050499392,id.html http://www.setneg.go.id/index.php? option=com_content&task=view&id=1694&Itemid=195