Anda di halaman 1dari 12

1.

Liberalisme Liberalisme adalah suatu ideologi atau ajaran tentang negara, ekonomi dan masyarakat yang mengharapkan kemajuan di bidang budaya, hukum, ekonomi dan tata kemasyarakatan atas dasar kebebasan individu yang dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya sebebas mungkin. Liberalisme ekonomi mengajarkan kemakmuran orang perorang dan masyarakat seluruhnya diusahakan dengan memberi kesempatan untuk mengejar kepentingan masing-masing dengan sebebas-bebasnya. Neo-Liberalisme yang timbul setelah perang dunuia I berpegang pada persaingan bebas di bidang politik ekonomi dengan syarat memperhatikan/membantu negaranegara lemah/ berkembang. Dibandingkan dengan ideologi Pancasila, apabila ideologi Liberalisme lebih menekankan kepada kepentingan individu dan persaingan bebas, sedang ideologi pancasila mengutamakan kebersamaan, kekeluargaan dan kegotongroyongan. Demokrasi liberal lebih bersifat formalistis, demokrasi Pancasila mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat. 2. Kapitalisme Kapitalisme bila dilihat dari sisi ekonomi diartikan sebagai sistemekonomi di mana bahan baku distribusinya secara pribadi dimiliki dan dikembangkan. Sedangkan bila dilihat dari sisi politik, Kapitalisme adalah sistem sosial berdasarkan hak asasi manusia. Untuk mendapatkan sistem ekonomi dimana produksi dan distribusi dimiliki secara pribadi, harus mempunyai hak individual dan terutama hak properti, Milton Friedman cenderung untuk mengfektifkan pasar bebas (free market), dimana mereka mengklaim promosi kebebasan individu dan demokrasi. Sedangkan menurut Marx, Kapitalisme adalah hasil karya dari pasar pekerja (labor-market). Perkembangan ekonomi yang pesat di eropa akibat Liberalisme menimbulakan suatu ideologi yang baru, yang bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan dalam pasar bebas. Ideologi ini disebut Kapitalisme. Sebenarnya bentuk awal dari Kapitalisme adalah Merkantilisme yang berkembang di eropa dan Timur Tengah pada Abad pertengahan. Pada dasarnya inti Merkantilisme dan Kapitalisme sama, yaitu untuk mencapai keuntungan. Namun seiring berjalannya waktu merkantilisme di eropa berpadu dengan praktek ekonomi yang kemudian disebut Kapitalisme. Kapitalisme yang berkembang menyebabkan munculnya negara-negara yang kuat dan kaya, sehingga berambisi untuk memperluas wilayahnya. Kemudian timbullah suatu ideologi baru yaitu Kolonialisme. Upaya untuk memperluas wilayah tersebut berupa klaim atas yang dikuasai dan disusul dengan pemindahan penduduk.

3. Kolonialisme Kolonialisme adalah paham tentang penguasa oleh suatu negara atas daerah / bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu. Faktor penyebab timbulnya kolonialisme : keinginan untuk menjadi bangsa yang terkuat, menyebarkan agama dan ideologi, kebanggan atas bangsa yang istimewa, keinginan untuk mencari sumber kekayaan alam dan tempat pemasaran hasil industrinya. Tipe-tipe Kolonialisme adalah : 1. Koloni Penduduk : jika terjadi migrasi besar-besaran ke negara asing dan kemudian menjadi tanah air baru. Misalnya Amerika Utara dan Kanada. 2. Koloni kelebihan penduduk : seperti koloni-koloni bangsa italia dan jepang. 3. Koloni deportasi : tanah koloni yang dikerjakan oleh orang-orang buangan. Misalnya Australia. 4. Koloni eksploitasi : daerah jajahan yang dikerjakan hanya untuk mencari keuntukngan. Misalnya Hindia Belanda. 5. Koloni sekunder : tanah-tanah koloni yang tidak menguntungkan ibu-negeri, tapi perlu dipertahankan karena kepentingan strategi

keunggulan / kelebihan ideologi liberalisme :


1. Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarkat dalam mengatur kegiatan ekonomi. Masyarakat tidak perlu menunggu komando dari pemerintah. 2. Setiap individu bebas untuk memiliki sumber-sumber daya produksi. Hal ini mendorong partisipasi masyarakat dalam perekonomian. 3. Timbul persaingan untuk maju karena kegiatan ekonomi sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat. 4. Menghasilkan barang-barang bermutu tinggi, karena barang yang kurang bermutu tidak akan laku di pasar. 5. Efisiensi dan efektivitas tinggi karena setiap tindakan ekonomi didasarkan atas motif mencari keuntungan 6. Kontrol sosial dalam sistem pers liberal berlaku secara bebas. Berita-berita ataupun ulasan yang dibuat dalam media massa dapat mengandung kritik-kritik tajam, baik ditujukan kepada perseorangan lembaga atau pemerintah. 7. Masyarakat dapat memilih partai politik tanpa ada gangguan dari siapapun.

Kelemahan ideologi liberalisme : 1. Sulit melakukan pemerataan pendapatan. Karena persaingan bersifat bebas, pendapatan jatuh kepada pemilik modal atau majikan. Sedangkan golongan pekerja hanya menerima sebagian kecil dari pendapatan. 2. Pemilik sumber daya produksi mengeksploitasi golongan pekerja, sehingga yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. 3. Sering muncul monopoli yang merugikan masyarakat. 4. Sering terjadi gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi budaya oleh individu yang sering terjadi 5. Karena penyelenggaran pers dilakukan oleh pihak swasta, pemerintah sulit untuk mengadakan dan memberikan kontrol. Sehingga pers sebagai media komunikasi dan media masa sangat efektif menciptakan image dimasyarakat sesuai misi kepentingan mereka.

IDEOLOGI KOMUNIS Keunggulan / Kelebihan ideologi Komunis : 1. Karena perekonomian sepenuhnya ditangani oleh pemerintah, baik dalam hal perncanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan maka pemerintah lebih mudah mengendalikan inflasi, pengangguran atau berbagai keburukan ekonomi lainnya. 2. Pemerintah menentukan jenis kegiatan produksi sesuai dengan perencanaan sehingga pasar barang dalam negri berjalan dengan lancer. 3. Relatif mudah melakukan distribusi pendapatan. 4. Jarang terjadi krisis ekonomi karena kegiatan ekonomi direncanakan oleh pemerintah. 5. Tidak ada pembagian kelas apapun ketimpangan yang ada Kelemahan ideologi Komunis : 1. 2. 3. 4. Pers dijadikan alat propaganda oleh pemerintah untuk menyebarkan nilai nilai komunis Mematikan inisiatif individu untuk maju, sebab segala kegiatan diatur oleh pusat Sering terjadi monopoli yang merugikan masyarakat Masyarakat tidak memiliki kebebasan dalam memiliki sumber daya.

IDEOLOGI PANCASILA kelebihan / keunggulan ideologi pancasila : 1. Mencakup nilai nilai positif yang diambil dari berbagai ideology 2. Menutup kelemahan dari kedua ideology yang bertentangan. 3. Ekonomi yang menyangkut hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Pemerintah sehingga tidak mengorbankan rakyat. 4. Bersifat fleksibel yang artinya mengikuti perkembangan Zaman Kekurangan ideologi pancasila: 1. Dapat Menimbulkan tafsir yang berbeda beda

Liberalisme
Oleh: Herlianto Melengkapi artikel Liberalisme di Belanda dan Adat Istiadat, ada beberapa istilah yang perlu dikenal lebih jauh terutama Liberalisme. Liberalisme berkaitan dengan kata Libertas (bhs. latin) yang artinya kebebasan, dan Liberalisme mencakup banyak aliran yang berbeda artinya di bidang politik, ekonomi dan keagamaan, yang berpangkal tolak pada kebebasan orangperorangan terhadap kekuasaan apapun (A. Heuken SJ: Ensiklopedi Gereja). Liberalisme dapat dimengerti sebagai (1) tradisi politik (2) filsafat politik dan (3) teori filsafat umum, mencakup teori nilai, konsepsi mengenai orang dan teori moral sama halnya dengan filsafat politik. ... Di Perancis, liberalisme lebih dekat dikaitkan dengan sekularisme dan demokrasi (Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2003).

Artikel Terkait

Menghormati Orang Tua Perintah Yang Tidak Dapat Dituruti Sebagian Orang Gereja Pergamus ( 312 AD - 606 AD ) Nikolaus dan Bileam Bileam

Heuken lebih lanjut menyebut liberalisme dasarnya adalah pendangan Zaman-Pencerahan, bahwa manusia tidak hanya berhak mengusahakan masyarakat yang bebas dari kekuasaan negara, yang kurang mengindahkan hak-hak azasi manusia, melainkan juga membebaskan diri dari kuasa rohani yang tidak mendapat mandat dari umat. Kuasa dari atas ditolak. Mirip dengan liberalisme, Libertinisme juga berkaitan dengan Libertas. Dalam Alkitab ada disebut orang libertini yang berarti orang Yahudi yang telah bebas dari penjara Romawi dan memiliki sinagoga sendiri di Yerusalem (Kis.6:9), tetapi dalam pengertian umum, libertin adalah

orang yang membebaskan diri dari kekangan, terutama norma sosial dan agama, dan moral (Wikipedia). libertinisme atau faham yang dianut orang libertin. Seorang tokohnya, Theophile de Viau diusir duakali dari kota Paris karena pandangannya yang atheistik dan hidup berfoya-foya, dalam sajak yang ditulisnya di The Satirical Parnassus ia tidak menghiraukan nilai moral dan seksual, dan dalam banyak sajaknya sama halnya dengan sesama libertin Marc Antoine de Gerard Saint Amant, mereka menentang ajaran agama dan konvensi moral masyarakat. Libertin menyiapkan jalan bagi abad berikutnya yang menularkan roh kritik yang dilandaskan pada logika (Encyclopedia Encarta, 2006). Dari pengertian demikian, tepat seperti yang dikatakan oleh Verkuyl bahwa manusia berada di antara libertinisme dan farisiisme (lihat artikel Adat Istiadat). Disatu pihak ia ditarik kecenderungan keterbukaan dengan moralitas bebasnya, dipihak lain ia ditarik kecenderungan ketertutupan dengan moralitas kakunya. Liberalisme, sekalipun bisa diartikan macam-macam dalam berbagai bidang yang berbeda, memiliki pengertian sendiri dalam teologi. Liberalisme teologi adalah salah satu pemikiran agama yang menekankan penyelidikan agama yang berlandaskan norma diluar otoritas tradisi gereja. Liberalisme adalah keinginan untuk dibebaskan dari paksaan kontrol dari luar dan secara konsekwen bersangkutan dengan motivasi dari dalam diri manusia. Dalam Encyclopaedia Britannica, liberalisme dapat dibagi dalam tiga masa, yaitu: masa pertama dari abad-17 sampai pertengahan abad-18; masa kedua dari pertengahan abad-18 sampai akhir abad-19; dan masa ketiga dari pertengahan abad-19 sampai abad-20. Masa Pertama, liberalisme teologi biasa dikaitkan dengan filsuf dan matematikawan Rene Descartes. Masa ini juga disebut sebagai masa Rasionalisme dan Pencerahan. Descartes menekankan cara berfikir yang berpengaruh sampai abad-19 dan meletakkan dasar perkiraan kesadaran modern, yaitu: (1) keyakinan akan pikiran manusia, (2) mengutamakan manusia sebagai pribadi, (3) imanensi Tuhan, dan (3) keyakinan bahwa sifat alami manusia bisa dan selalu diperbaiki. Masa Kedua, liberalisme teologi dikenal sebagai masa Romantisme yang diawali dengan disadarinya keunikan individu dan konsekwensinya mengenai pentingnya pengalaman individu sebagai sumber khusus mengenai arti yang tidak terbatas, ini memberi nilai lebih pada kepribadian dan kreativitas individu melebihi semua nilai lain. Jean-Jacques Rousseau dan Immanuel Kant adalah arsitek dibelakang liberalisme romantis ini. Dalam teologi, Friedrich Schliermacher, dapat disebut sebagai bapak teologi protestan modern. Schleiermacher mengerti agama sebagai perasaan yang intuisif kebergantungan kepada yang kekal, atau Tuhan, yang dipercayainya sebagai pengalaman universal dari kemanusiaan. Ini menekankan pengalaman beragama daripada dogma agama. Teolog liberal berusaha untuk mendamaikan agama dengan ilmu pengetahuan dan masyarakat modern, dan mereka mengacu pada tehnik kritik historis atas Alkitab dalam usaha untuk membedakan Yesus Sejarah dan ajarannya dari dari apa yang mereka anggap sebagai mitologi dan dihasilkan oleh dogma.

Bila semula liberalisme teologi masih memberi tempat pada yang supranatural, lama-kelamaan perkembangan liberalisme mengarah pada penekanan Yesus sebagai sekedar manusia biasa. Albrecht Ritchl menolak aspek supranatural dari hidup Yesus dan menafsirkan mujizat Yesus dalam kerangka ajaran idealisme Hegel, dan menjadikan etika sebagai jantung agama. Pengikut Ritchl Adolf von Harnack menyebut Yesus adalah tokoh manusia yang memiliki damai dan kerendahan hati yang dapat menguatkan dan membawa damai pada orang lain. Kedudukannya sebagai pengajar di Berlin sempat dipersoalkan oleh gereja Jerman karena pandangannya yang liberal mengenai mujizat Alkitab termasuk soal sifat sejarah kebangkitan Yesus. Masa ketiga, perkembangan liberalisme sekalipun sempat direm sejenak oleh Karl Barth dengan Neo-Orthodoxinya, makin menjauhkan agama dari aspek transendennya. Teologi Liberal masa ketiga ini juga sering disebut sebagai Pada masa ketiga ini berkembang studi Yesus Sejarah yang menafikan sifat supra-natural Yesus. F.C. Baur memperkenalkan pendekatan yang anti-theistic dan yang supranatural dalam hubungan dengan sejarah kekristenan. D.F. Strauss (Life of Jesus) menolak sama sekali dasar sejarah elemen supranatural dalam Injil. J.E. Renan (Life of Jesus) juga senada dengan Strauss dan lebih jauh menyebut Yesus terobsesi semangat revolusi, penganiayaan dan mati syahid. Albert Schweitzer (The Quest of the Historical Jesus) disatu sisi menyalahkan Strauss dan Renan karena mengabaikan aspek eschatologis tentang kerajaan Allah dan akhir zaman, tetapi disisi lain ia meneruskan pandangan mereka karena Yesus ditampilkan sebagai politikus agama yang pemarah yang membuat kesalahan besar dalam cara hidupnya. Arthur Drews (The Christ Myth) bahkan lebih jauh memperlakukan seluruh Injil sebagai cerita fiksi. Faham Yesus Sejarah ini diteruskan oleh Jesus Seminar sejak 1985. Kecenderungan menafikan yang supranatural disebut juga sebagai (Gereja dan Aliran Modern), Saeculum adalah pandangan serta sikap hidup yang menanggalkan yang waktuwi itu dari yang abadi, yang menanggalkan yang profan dari yang sakral. ... Sedang Sekularisme ialah aliran dalam kultur, dalam mana seluruh perhatian dituntut untuk dunia ini dan untuk zaman ini dengan mengucilkan Allah serta Kerajaan-Nya. Encyclopedia Wikipedia menyebut Sekularitas adalah keberadaan yang bebas dari kwalitas keagamaan dan spiritualitas, dan Sekularisme yang terkait masa Pencerahan menegaskan tentang kebebasan agama dan bebas dari agama, dalam negara yang netral dalam hal menyangkut kepercayaan, dan tidak memberikan hak khusus atau subsidi kepada agama. Britannica menyebut Sekularisme sebagai gerakan dalam masyarakat yang ditujukan untuk menjauhkan diri dari yang diluar dunia dan kembali ke bumi. Dalam hubungan dengan Liberalisme, Arend Theodoor van Leeuwen (Christianity in World History) menyebut Liberalisme adalah produk yang disekularisasikan dari peradaban Kristen. Dari ketiga istilah Liberalisme, Libertinisme dan Sekularisme, kita menjumpai nafas yang sama yang mendasari, yaitu membebaskan diri dari yang Aeternum dan hanya berurusan dengan yang Saeculum. Semangat sekularisme sudah terlihat dalam pemikiran Friedrich Nietzsche yang dikenal sebagai pelopor Teologi Kematian Tuhan (Death of God Theology). Ia bertitik tolak menafikan Tuhan yaitu pada Tuhan yang tidak ada, karena itu Manusia harus menentukan jalan hidupnya sendiri.

Dalam Rudolf Bultman kita melihat skeptikisme rasional dibentuk oleh existensialisme berusaha mendikotomikan Yesus Sejarah dari Yesus Iman dan menolak konsep the three deckers universe (bumi surga neraka) yang disebutnya mitos. Seluruh etos dan pemikiran Perjanjian Baru adalah mitos. Hal-hal yang bersifat transendental dipandang sebagai mitologi dan harus dimengerti secara existensial yang subyektip. Tugas manusia adalah mendemitologisasikan ajaran PB itu. Paul Tillich mengemukakan bahwa Injil harus ditelanjangi dari sifat non-existensialnya dan terbuka bagi istilah-istilah yang bermakna bagi manusia modern. Baginya, Tuhan adalah The Ground of all Being. Teolog sekular selanjutnya lebih radikal menafikan yang supranatural. Dietrich Bonhoeffer dalam tulisan awalnya cukup konservatif dan kristosentris, namun pandangannya berubah radikal ketika ia dipenjara karena konspirasi membunuh Hitler. Dalam Letters from Prison ia menekankan kekristenan tanpa agama dan bahwa dunia sudah dewasa (world come of age) dan kekristenan telah kehilangan sifat keagamaannya. Manusia sudah dewasa sehingga tidak lagi perlu bergantung kepada yang disebut Allah. Lebih jauh John A.T. Robinson (Honest to God) mulai dengan keyakinan bahwa gagasan Allah di atas sana telah kuno, tidak bermakna lagi dan salah. Manusia dewasa harus meninggalkan konsep proyeksi figur ayah ke angkasa yang dipercaya itu. Pada tahun 1960-an konsep Nietzche mengenai Kematian Allah bangkit kembali di kalangan beberapa teolog radikal. Paul van Buren (The Secular Meaning of the Gospel) mengungkapkan gagasan radikalnya, dan dari judul bukunya kita dapat mengetahui kemana arah radikalisme Gabriel Vahanian (The Death of God: The Culture of Our Post-Christian Era). Harvey Cox (The Secular City) menyinggung tema yang sama. Di kalangan Roma Katolik, Robert Adolfs (The Grave of God) sampai menerima kutukan dari masyarakat disekitarnya. Yang lebih radikal lagi kita temukan dalam tulisan Thomas J.J. Altizer (The Gospel of Christian Atheism). Kelihatannya ada gejala menarik untuk diamati sebagai Masa Ke-empat yang bisa ditambahkan dalam tiga pembagian yang disebut Britannica, yaitu pada masa tahun 1960-an dibalik gencarnya Liberalisme Radikal yang bukan saja menafikan Allah tetapi menganggap Allah telah mati dan sudah dikubur, dunia mengalami kekosongan batin/rohani yang luar biasa yang dikenal dengan Era Posmo (Postmodernism) dimana ketika Modernisme tidak lagi memadai terjadi pencarian manusia kembali akan nilai-nilai transendental yang mereka cari dalam agama-agama mistik Timur (New Age). Di kalangan teolog Liberal ada juga usaha untuk kembali membuka diri kepada hal-hal yang dulu dinafikan, hanya sayangnya mereka tidak kembali kepada supranaturalisme Alkitab tetapi lari kepada mistikisme/gnostikisme yang dahulu dikritik oleh Bultman sebagai yang harus didemitologisasikan. Bila semula Liberalisme mempunyai andil memperbaiki beberapa kekeliruan Konservativisme ekstrim, ia tidak memberi jalan keluar yang lebih baik, malah nafas kebebasan itu berangsurangsur membawa manusia kepada peninggian diri dan akhirnya makin menafikan yang kekal dan Tuhan dalam bentuk Liberalisme yang makin ekstrim.

kontak

Menyambut HUT PKI tanggal 23 Mei 1920 (bagian tiga )

Tentang ajaran komunisme atau marxisme di Indonesia


Sesudah PKI dan marxisme dilarang di Indonesia sejak 1966 (44 tahun), bagaimanakah perkembangannya sekarang, dan apakah komunisme atau marxisme masih bisa hidup di Indonesia di kemudian hari ? Dan bagaimanakah perkembangan komunisme atau marxisme di dunia sekarang ini ? Tulisan ini mengajak para pembaca, termasuk mereka yang anti-PKI atau yang tidak menyukai komunisme atau marxisme, untuk mencoba berusaha menelaah masalah-masalah ini dari berbagai segi, dengan mempelajari - sebanyak mungkin dan sebisanya -- sejarah lahirnya komunisme di Indonesia dan di dunia, berikut segala persoalan yang dihadapinya selama ini. PKI, sebagai organisasi partai politik, secara resminya memang sudah dilarang oleh penguasa militer di bawah pimpinan Suharto, tetapi apakah komunisme atau marxisme dapat dilarang, atau dicegah untuk dianut oleh siapapun di Indonesia ? Kiranya, untuk pertanyaan semacam itu bisa saja orang menjawab macam-macam, yang itu semua adalah hak setiap orang. Namun demikian, tulisan ini dengan tegas menyatakan : TIDAK, TIDAK BISA !!! (mohon diperhatikan, ditulis dengan huruf besar dan tanda seru tiga kali) . Sebabya, antara lain adalah hal-hal sebagai berikut : Bung Karno adalah satu-satunya di antara banyak pemimpin atau tokoh Indonesia yang dengan jelas, gigih, dan juga konsekwen ( ! ) mengemukakan pendiriannya atau keyakinannya bahwa isi atau jiwa yang terkandung dalam komunisme, atau marxisme atau sosialisme sudah dipunyai oleh sebagian rakyat Indonesia sejak dulu, bahkan sebelum lahirnya PKI dalam tahun 1920.. Karena pembrontakan PKI di tahun 1926 itulah jiwa perlawanan terhadap kolonialisme/imperialisme yang dikandung oleh ajaran komunisme atau marxisme makin dikenal oleh kalangan perjuangan untuk kemerdekaan.
Sumbangan besar ajaran komunisme untuk perjuangan

Para pengamat sejarah dapat melihat bahwa banyak sekali di antara para perintis kemerdekaan atau tokoh-tokoh gerakan nasionalis (termasuk yang dari golongan Islam) yang makin tergugah semangat perjuangan mereka untuk melawan kolonialisme Belanda setelah mereka mengenal

atau mendengar sedikit banyaknya tentang jiwa perlawanan terhadap segala macam ketidakadilan yang menjadi ciri-ciri utama komunisme atau marxisme. Fenomena yang demikian ini tidak hanya terdapat di kalangan pemuda/mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda waktu itu, melainkan juga di banyak partai-partai dan macammacam organisasi di tanahair. Jadi, jelaslah bahwa jiwa komunisme atau isi marxisme merupakan salah satu di antara pendorong semangat atau sumber berbagai inspirasi bagi banyak pejuang perintis kemerdekaan, terutama sekali Bung Karno. Dalam kaitan ini, baik sekali kita ingat-ingat bahwa PKI-pun lahir dari salah satu seksi Sarekat Islam yang dipimpin HOS Tjokroaminoto. Dari sinilah kelihatan sumbangan besar dari jiwa komunisme atau marxisme untuk perjuangan kemerdekaan nasional kita. Dengan mengingat itu semua, maka kiranya dapat dimengertilah mengapa Bung Karno tetap terus membela marxisme dan PKI dengan begitu gigihnya, ketika Suharto beserta para jenderal pendukungnya membunuhi jutaan anggota dan simpatisan PKI sesudah terjadinya G30S. Dan kita dapat mengerti pula mengapa ia tetap setia mempertahankan gagasan besarnya NASAKOM, meskipun ditentang oleh semua golongan reaksioner di Indonesia (baik sipil maupun militer)) yang bersekutu dengan fihak nekolim (terutama AS dengan CIA-nya).Bagaimana
Jiwa komunisme/marxisme akan terus berkembang

Dari banyaknya aksi-aksi yang dilancarkan oleh berbagai macam kalangan pemuda/mahasiswa dan organisasi buruh, tani dan wanita, dan dari kerasnya suara yang dilontarkan terhadap politik reaksioner oleh pemerintahan SBY yang bersekongkol dengan kekuatan neo-liberalisme, dapat tercium adanya semangat perlawanan yang terkandung dalam jiwa revolusioner marxisme. Inti atau jiwa marxisme adalah perlawanan terhadap segala macam penindasan, dan segala kejahatan yang dilakukan oleh golongan reaksioner. Dan karena adanya berbagai kebobrokan yang parah dewasa ini (dan yang pastilah akan masih juga tetap parah di masa datang ! ) yang merugikan kepentingan rakyat banyak, maka perlawanan berbagai golongan dalam masyarakat akan makin banyak dan berkembang dengan macam-macam cara, jalan dan bentuk. Dalam perlawanan ini macam-macam golongan dapat menggunakan berbagai macam pedoman atau pegangan. Karena jiwa marxisme sudah terbukti di dunia selama ini sebagai pegangan yang ideal bagi perjuangan banyak kalangan melawan penindasan dan membela keadilan, maka di Indonesiapun jiwa marxisme akan terus tumbuh dan berkembang. Dengan pandangan dari sudut ini dapatlah kiranya dikatakan dengan pasti bahwa jiwa marxisme tidak bisa dimatikan di Indonesia walaupun ada ketetapan MPRS no 25/1966. Apalagi sekarang ini !!! Sebab jiwa ini bisa selalu hadir -- dengan berbagai cara, bentuk dan jalan -- untuk menemani atau mengantar setiap perjuangan melawan ketidakadilan dan membela kepentingan yang sah bagi rakyat banyak. Jiwa marxisme (atau komunisme) ini bisa merangkak atau berkeliaran kemana-mana, dan bersarang dalam fikiran atau bersemayam dalam hati banyak orang atau kalangan dan golongan yang berjuang dengan sungguh-sungguh

Marxisme/komunisme melalui Google di Internet

Kita bisa sama-sama melihat, bahwa dengan adanya Internet, maka larangan penyebaran dan menerima segala macam bahan atau informasi mengenai PKI, atau ajaran-ajaran komunisme dan marxisme, menjadi tidak ada artinya bagi banyak orang. Kasarnya, larangan itu, yang tadinya dalam masa puluhan tahun rejim militer Orde Baru telah menjadi momok bagi banyak orang, sekarang telah menjadi bahan tertawaan, atau sesuatu yang mengandung kebodohan Sebab, melalui Internet (terutama dengan menggunakan Google atau Ensiklopedi Wikipdia) setiap orang dapat dengan leluasa, dan setiap waktu, mendapatkan berbagai macam bacaan sebanyak-banyaknya tentang komunisme atau marxisme, baik yang di Indonesia maupun di dunia. Larangan lewat Ketetapan MPRS ini sekarang terbukti sudah tidak mampu mencegah orang untuk memperoleh atau mengedarkan segala macam bacaan tentang marxisme. Juga larangan tentang kegiatan PKI sudah tidak lagi mempunyai arti seperti yang sudah-sudah, kecuali hanya menunjukkan watak yang reaksioner dari berbagai pemerintahan di Indonesia, dan memperlihatkan kepada seluruh dunia wajah buruk yang tidak demokratis. Sebab, para panganut ajaran komunis atau marxis, baik yang tergabung dalam PKI maupun yang di luar PKI, masih bisa terus bergerak dan mempraktekkan ajaran-ajaran revolusioner yang terkandung dalam komunisme dan marxisme, dengan macam-macam cara, bentuk dan jalan. Kiranya, mudahlah dapat diduga atau diperkirakan bahwa orang-orang atau kalangan yang sungguh-sungguh berhaluan komunis atau marxis akan berjuang terus, walaupun PKI dilarang, dengan berbagai jalan yang mungkin. Kita tidak tahu siapa saja dan di mana saja atau dalam gerakan apa saja para penganut komunisme atau marxisme di Indonesia sudah, sedang atau akan melakukan perjuangan mereka, untuk kepentingan orang banyak, terutama kepentingan rakyat miskin yang tertindas dan sengsara. Karena itu, walaupun PKI dilarang secara resmi, namun bisalah diduga bahwa isi dan tujuan perjuangan PKI sekarang ini dilakukan atau diteruskan oleh berbagai macam golongan dan kalangan yang mempunyai haluan dan tujuan perjuangan yang sama, yaitu masyarakat adil dan makmur, yang menurut Bung Karno disebut sebagai masyarakat sosialis.
Ajaran marxisme/komunisme tidak bisa lagi di-taboo-kan

Jadi, jelaslah sekarang ini bahwa berbagai informasi mengenai PKI, atau ajaran-ajaran komunisme atau marxisme, tidak bisa lagi di-taboo-kan, seperti jamannya Suharto. Sebab, melalui Internet dan membuka Google, maka setiap orang dapat memperoleh bacaan yang beraneka ragam tentang itu semua. Untuk memberi gambaran tentang besarnya dan luasnya kemungkinan untuk mendapatkannya, adalah sebagai berikut : Kalau dibuka Google bahasa Indonesia dan ditik kata kunci Komunisme sebagai ideologi maka akan tersedia 115 000 halaman. Sedangkan kalau dengan kata kunci Komunisme di indonesia maka akan tersedia 575 000 halaman

D I S U S U N OLEH = KETUA = KRISTINA MAGDALENA

SEKERTARIS

= DWI AGUSTINA

MODERATOR = KURNIA ILLAHI RUSAIR ANGGOTA =

1. AMALIA HASNA 2. EVI FITRIA 3. WELA VEBIOLA


4. GILANG 5. WAHYU 6. M.DWI APRIDO

GURU PEMBIMBING = YULINIAR SPD TAHUN AJARAN 2012/2013

Anda mungkin juga menyukai