Anda di halaman 1dari 4

Menegasi Impor Hortikultura Ivanovich Agusta Larangan impor tiga belas komoditas hortikultura sudah tepat, sebagai penyubur

kreativitas petani buah, sayur dan bunga. Mungkin pengimpor dan konsumen segera kelabakan. Namun sejalan dengan penguatan usahatani, dalam jangka menengah kebutuhan konsumen dapat tercukupi. Importir bisa beralih rupa menjadi eksportir hortikultura. Tidak Perlu Dalam kebijakan pemerintah, larangan impor mencakup buah nanas, melon, pisang, mangga, pepaya dan durian. Sayuran yang ditahan meliputi kentang, kubis, wortel, dan cabai. Adapun bunga yang ditolak masuk ialah krisan, anggrek, dan heliconia. Data penyusun kebijakan tersebut bisa ditelusuri. Data produksi aneka tanaman hortikultura terekam hingga sepuluh tahun ke belakang. Konsumsi hortikultura per kapita juga tercatat hampir tiap tahun. Tersedia pula data impor dan ekspor tahunan setiap produk hortikultura. Kumulasi produksi dalam negeri dan ekspor menandai ketersediaan komoditas. Sebaliknya kumulasi konsumsi rumahtangga dan impor mengindikasikan kebutuhan. Selanjutnya kebutuhan impor diukur dari selisih kedua penghitungan tersebut. Lebih jauh lagi, disusun ramalan seluruh angka produksi, konsumsi, ekspor dan impor tersebut hingga sepuluh tahun, sehingga kebijakan berjangka menengah bisa dirumuskan. Dari perhitungan ramalan 2012-2022, sebenarnya paling aman melarang impor buah durian, pepaya, pisang, melon. Tidak perlu juga impor sayuran seperti wortel, bawang merah, cabai. Tidak dibutuhkan pula impor bebungaan seperti krisan, dan heliconia. Dalam periode tersebut, produksi per tahun durian 800 ribu ton pada tahun 2013, lalu meningkat menjadi 1.100 ribu ton pada tahun 2022. Dalam periode yang sama, konsumsi

durian 675 ribu ton lalu meningkat menjadi 750 ribu ton. Ekspor telah dilakukan sebesar 0,81 ton per tahun. Pepaya diproduksi sebesar 850 ribu ton, dan meningkat menjadi 1.200 ribu ton. Konsumsinya meningkat dari 720 ribu ton menjadi 820 ribu ton. Ekspor pepaya bahkan mencapai 45 ton per tahun. Produksi pisang meningkat dari 6,5 juta ton menjadi 8,5 juta ton. Adapun konsumsinya bergerak dari 6,1 juta ton menjadi 7 juta ton. Eksporpun dilakukan sebesar 2,25 ton per tahun. Produksi melon semula 95 ribu ton lalu melonjak menjadi 135 ribu ton. Konsumsinya meningkat dari 65 ribu ton menjadi 75 ribu ton. Ekspor melon baru sebesar 7 ton per tahun. Produksi cabai semula 1,6 juta ton, lalu meningkat menjadi 2,6 juta ton. Konsumsi meningkat pula dari 1,5 juta ton menjadi 1,7 juta ton, dengan ekspor 19 ton per tahun. Wortel diproduksi sebesar 650 ribu ton, lalu menjadi 1,8 juta ton. Konsumsi bergerak dari 250 ribu ton menjadi 280 ribu ton, namun ekspor baru sebanyak 0,04 ton per tahun. Bawang merah diproduksi sebesar 920 ribu ton. Sedangkan kebutuhannya sebanyak 800 ribu ton. Krisan diproduksi dari 420 ribu ton menjadi 1,5 juta ton. Konsumsi tidak diketahui, namun terdapat informasi ekspor sebesar 3 ton per tahun. Adapun produksi heliconia meningkat dari 4 juta ton pada tahun 2013 menjadi 7 juta ton pada tahun 2022. Negasi Berani Dari simulasi peramalan tersebut, terlihat pemerintah berani mengambil resiko untuk menolak impor beberapa komoditas hortikultura yang mungkin sulit dipenuhi dari dalam negeri. Contohnya nenas, mangga, kentang, kubis, serta anggrek.

Mungkin muncul kesenjangan ketersediaan mangga mulai tahun 2017 sebesar 20 ribu ton per tahun. Ketimpangan ketersediaan nenas sebesar 20 ribu ton mulai tahun 2015. Sedangkan dari tahun 2014 ketimpangan sediaan kubis sebesar tiga ribu ton. Fenomena tersebut dapat kreatif dibaca sebagai tersedianya waktu satu hingga lima tahun bagi pemerintah, untuk mewujudkan kapasitas produksi petani hortikultura di dalam negeri. Sayang ketersediaan waktu kerja pemerintah hampir tiada lagi untuk memenuhi kebutuhan kentang dan anggrek. Kesenjangan ketersediaan kentang diperkirakan sebesar 115 ribu ton per tahun. Adapun impor anggrek mencapai 25 ton per tahun. Negasi impor hortikultura yang berani ini perlu didukung dengan distribusi hortikultura yang merata. Ketimpangan ketersediaan telah meningkatkan harga di luar JawaBali, terlebih di Indonesia bagian Timur. Pepaya di Bangka Belitung bisa mencapai Rp 5 ribu per kg sementara di Bali hanya Rp 2 ribu per kg. Jadwal ketersediaan buah, sayur dan bunga juga perlu dijaga setiap bulan. Mekanisme kebijakan kuota selama ini menyulitkan impor pada awal tahun, namun meluber pada akhir tahun. Ini merugikan petani durian, nenas dan mangga yang panen akbar pada saat yang sama. Yang lebih fundamental, pemberdayaan petani hortikultura perlu ditingkatkan dalam waktu yang tersisa ini. Tujuannya bukan sekedar meningkatkan produksi, namun juga menguatkan manajemen pemasaran dan distribusinya. Ivanovich Agusta, Sosiolog Pedesaan IPB Bogor.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP N a m a Pekerjaan Rek. Bank Alamat Telp / fax Handphone E - mail : Dr. Ir. Ivanovich Agusta, MSi : Dosen Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB Bogor : a.n. Ivanovich Agusta, BCA KCP Jembatan Merah Bogor, No. 6820166530 : Kompleks Ciomas Permai Blok A2/36 Bogor 16610 : (0251) 7521932 : 081318086425 : iagusta70@gmail.com

Pendidikan 2012 Lulus Doktor Sosiologi Pedesaan, Program Pascasarjana, IPB Bogor 1997 Lulus Magister Sosiologi Pedesaan, Program Pascasarjana, IPB Bogor, dengan IP Kumulatif 4,00 dan berprestasi Lulusan Terbaik IPB Bogor 1993 Lulus Sarjana Pertanian, IPB Bogor, dengan IP 3,01 dan berpredikat Sangat Memuaskan Penghargaan 1996 Piagam Prestasi Akademik Gemilang Semester Tiga, Program Pascasarjana IPB Bogor 1995 Piagam Prestasi Akademik Gemilang Semester Dua, Program Pascasarjana IPB Bogor 1995 Piagam Prestasi Akademik Gemilang Semester Satu, Program Pascasarjana IPB Bogor Publikasi Buku 2004 Jejak-jejak Kesejahteraan. Blantickindo Aneka. Jakarta 1999 Sosiologi Industri. Manajemen Agribisnis. Bogor 1998 Wanita Bersama Pria, Bibliografi Pudjiwati Sajogyo. Dokis. Bogor. 1998 Sosiologi Umum. Dokis. Bogor 1998 Cara Mudah Menggunakan Metodologi Kualitatif pada Sosiologi Pedesaan. Dokis. Bogor Publikasi Artikel 2012 Kemiskinan Struktural Mencemaskan, Kompas, 30 Oktober 2012 2011 Personifikasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Kompas, 13 Juli 2011 2010 Persilangan Diskursus Kemiskinan, Kompas, 15 Juli 2010 2009 Setelah Garis Kemiskinan Sajogyo, Kompas, 9 September 2009 2006 Hak Orang Miskin? Kompas, 26 September 2006 Kemiskinan dan Kebijakan. Kompas, 22 Agustus 2005 Data Kemiskinan dan Survei. Kompas, 20 November 2005 Desa Tertinggal dan Subsidi BBM. Kompas, 9 April 2002 Membidik Beasiswa Pemerintah Jerman. Kompas, 24 Maret 2000 Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Kompas, 10 April 2000 Upah Buruh dan Hubungan Industrial. Kompas, 22 Maret. 2000 Perenungan dalam Budaya. Pikiran Rakyat, 12 Januari. 1999 70 Tahun Pudjiwati Sajogyo, Wanita Bersama Pria. Kompas, 15 Juli 1997 Jangan Biarkan Mawar Dipangkas Sebelum Mekar. Pikiran Rakyat, 12 Oktober 1997 Ibu Tien dan Sketsa. Pikiran Rakyat, 8 Juni

Anda mungkin juga menyukai