Anda di halaman 1dari 3

ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKOLUSIS RENAL Saluran genitourinanri merupaka tempat yang paling umum setelah paru-paru, untuk infeksi

TB. Infeksi hamper selalu mempengruhi ginjal selama papatan utama untuk infeksi, tetapi tidak menampilkan kelainan secara klinis.

A. Patofisiologis Penalaran kuman ke ginjal dari paru-paru, tulang, atau saluran pencernaan biasanya hematogen. Setelah invasi, maka terbentuk suatu focus ginjal yang biasanya merupakan tuberkulum kecil di artiol kelenjat dan kortikal. Dengan berlalunya waktu perkembangan ini akan membentuk lesi nekrotik. Penyakit ini menyebar ketubulus ginjal dan medulla ginjal, dimana tuberkel berkembang lebih lanjut kelengkung henle membentuk nekrotik dan mebuat rongga tidak teratur. Terbentuknya rongga rongga menyebabkan pembentukan fistula dan struktur. Akhirnya, ginjal dapat menjadi fibrotic dan atrofi. Ginjal yang mengalami jaringan fibrotic dan atrofi akan menyebabkan penurunan dari fungsi ginjal secara progresif. Lebih lanjut tuberkel akan melibatkan ureter dan membentuk epitel transisi, menyebabkan granula mukosa kedalam lumen ureter sehingga menyempitkan lumen dari ureter. Infeksi kandung kemih TB hamper selalu sekunder untuk keterlibatan ginjal. Awalnya, sistitis internal terjadi, pada akhirnya menyebabkan ulserasi mukosa kandung kemih dan penebalan dinding kandung kemih. Stadium akhir penyakit akan menyebabkan jaringan parut dan fibrosisi pada kantung kemih sehingga kapasitas berkurang dari kantung kemih. B. Pengkajian Gejala umunya bersifta kronis, intermiten, dan spesifik. Manifestasi klinik yang dikeluhkan adalah infeksi saluran kemih berulang yang tidk merespon terhadap antibiotic biasa. Pada pengkajian anamnesisi, pasien dengan TB. Ginjal jarang menampilkan gejala khas seperti TB paru. Gejala yang paling umum dalam urutan frekuensi, mencakup peningkatan frekuensi buang air kecil (awalnya siang hari, lalu pada malam hari dalam perjalanan penyakit), dysuria, nyeri suprapublik, pus dalam urine, dan demam keluhan urgensi BAK relative jarang kecuali kandung kemih secara ekstensif terlibat. Pada pemeriksaan fisik biasanya didapatkan piuria, hematuria terjadi pada 10% kasus, dan biasanya total dan menimbulkan rasa sakit. Pembengkakan testis atau epididymis. C. Pengekajian diagnostic Laboratorium Hasil test kulit teberkulin positif pada sekitar 90% dari pasien. Pemeriksaan lainnya seperti hitung jumlah sel darah lengkap, laju sedimentasi, kimia serum, dan Ci

reaktif. Protein sangat membantu untuk menilai tingkt keparahan penyakit, fungsi ginjal, dan respons terhadap pengobatan. Serial kultur urine masih dianggap standar kriteria untuk bukti penyakit aktif, dengan sensitivitas 65% dan spesifisitas 100% 1. Radiografi Padaginjal, ureter, dan kandung kemih, radiograf mengungkapkan klasifikasi di ginjal dan ureter sekitar 50% dari pasien. 2. CT- scan dengan kontras Tes pencitraan merupakan tambahan berguna untuk IVP dan membantu dalam penyakit akhir atau lanjutan untuk menilai sejauh mana penyakit dan status fungsional tidak langsung dari ginjal yang terkena dibandingkan dengan ginjal yang berlawanan normal. Pemeriksaan ini sangat sensitive untuk mendeteksi klasifikasi dan dinding menebal dari ureter kandung kemih. 3. Ultrasonografi Sonogram dapat mengungkapkan lesi kostik atau cavitary, jaringan parut korteks, hidronefrosis, dan abses didalam ginjal, ultrasonografi sangat sensitive di TB testis. Masa adnexal, omentum menebal atau peritoneum, tuberkel peritoneal, dan adhesi adalah temuan ultrasonografi TB umum alat kelamin perempuan. D. Pengkajian pelaksanaan medis Pengobatan Tujuan utaman dari pengobatan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal, menurunkan risiko penularan, dan untuk mengelola kondisi komorbiditas. Pengobatan standar adalah rifampisin, INH, pirazinimad, dan etambutol selama 2 bulan, kemudian rifampisin dan INH selama 4 bulan lagi kecuali ada respons resistensi obat. 1. Terapi bedah Meskipun kemoterapi adalah andalan pengobatan; intervensi bedah, baik sebagai ablasi atau rekontruksi, seringkali diperlukan untuk mengatasi masalah. Umumnya setidaknya 4-6 minggu kemoterapi dengan agen yang tepat adalah pertama kali dicoba segera jika operasi tidak diperlukan. 2. Diet Peningkatan asupan nutrisi tinggi kalori-protein terutama pada pasien yang mengalami malnutrisi E. Diagnosis keperawatan 1. Nyeri b/d ulserasi mukosa saluran kemih, respons pascabedah 2. Gg eliminasi urine b/d sering BAK, dysuria, hematuria sekunder dari iritasi saluran kemih 3. Risiko tinggi infeksi b/d adanya luka pascabedah 4. Actual / risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan laju metabolism respons sistemik invasi kuman tuberculosis kedalam tubuh 5. Pemenuhan informasi b/d rencana pembedahan, tindakan diagnostic, perencanaan pasien pulang
ii

6. Kecemasan b/d prognosis pembedahan, tindakan invasive diagnostic. F. Rencana keperawatn Tujuan dari rencana keperawatan adalah diharapkan pada evaluasi didapatkan penurunan stimulus nyeri, perbaikan pola miksi, penurunan risiko infeksi luka operasi, seimbangnya asupan nutrisi, penurunan kecemasan dan mempersiapkan klien secara optimal untuk dilakukan pembedahan. Untuk intervensi pada masalah keperawatan nyeri, ketidakseimbangan nutrisi, dan kecemasan dapat disesuaikan dengan maslah yang sama pada pasien GNA.

iii

Anda mungkin juga menyukai