DIMAS MUHAMMAD AKBAR 2008.031.0003 PRESENTASI KASUS STASE ILMU PENYAKIT DALAM DOKTER PEMBIMBING: DR. H. MUHAMMAD IQBAL, SP. PD
Anamnesis
Identitas
Nama Lengkap: Tn. Sardjono Jenis Kelamin: Laki-laki Usia: 76 tahun 7 bulan Alamat: Ketanggungan, Wirobrajan, Kodya Yogyakarta, DI Yogyakarta Tanggal Masuk: 11 Maret 2013
Keluhan Utama: Nyeri kepala, lemas tak mau makan selama 4 hari Keluhan Lain: mual, nafsu makan menurun, nyeri perut, berat badan turun, sering kesemutan di kaki, gatal-gatal daerah paha hingga selangkangan
Anamnesis (lanjutan)
Riwayat Penyakit Sekarang: OS mengaku nyeri kepala mbuyer sejak 4 hari SMRS. Nyeri kepala dirasakan sepanjang hari sehingga mengganggu aktivitas dan pola makan. OS sudah minum obat namun keluhan menetap. OS juga mengaku lemas, mual, nafsu makan menurun, tidak mau makan, berat badan dirasa menurun, sering kesemutan di kaki, gatal-gatal daerah paha hingga selangkangan. OS adalah penderita DM tipe II tak terkontrol sejak 2 tahun SMRS. Sebelum keluhan utama muncul, OS mengaku makan/minum banyak. Riwayat Penyakit Dahulu: DM tipe II sejak 2 tahun SMRS dengan obat rutin glimepiride dan diabex; HT, penyakit jantung, asma, dan alergi obat disangkal. Tahun 2011 pernah mondok atas indikasi disentri amuba dan vertigo.
Pemeriksaan Fisik
Lidah kotor (-) Tonsil hiperemis (-) Sianosis (-) Pem. Leher: Limfonodi bengkak (-) Tiroid membesar (-) JVP meningkat (-) Pem. Thorax: Inspeksi: Jejas (-), bentuk dan gerakan dada simetris, iktus kordis tak tampak Palpasi: Vocal Fremitus Normal, iktus kordis tak teraba Perkusi: Sonor Auskultasi: Suara paru vesikuler normal, suara jantung regular
Golongan darah: B
Follow Up
Tek. Darah Suhu Nadi GDS 12-03-2013 100/70 36,4 80x Jam 06: 145 Jam 17: 146 Jam 23: 61 13-03-2013 104/66 36,4 80x Jam 01: 97 Jam 06: 119 Jam 11: 68 Jam 17: 106 Jam 23: 123 14-03-2013 110/70 36,8 85x Jam 06: 103 Jam 11: 159 Jam 17: 73 Jam 23: 109 15-3-2013 130/90 36,5 85x Jam 06: 97
Keluhan
BLPL
Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005: Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Menurut WHO 1980: DM sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.
Prevalensi
World Health 2000 2030 Organization People People (WHO) With With memperkirakan, Ranking Country Country Diabetes Diabetes prevalensi global (Millions) (Millions) diabetes melitus tipe 2 akan 1 India 31,7 India 79,4 meningkat dari 2 China 20,8 China 42,3 171 juta orang 3 USA 17,7 USA 30,3 pada 2000 4 Indonesia 8,4 Indonesia 21,3 menjadi 366 juta 5 Japan 6,8 Pakistan 13,9 tahun 2030. 50% penderita DM di Indonesia sadar; 30% penderita DM melakukan pemeriksaan teratur
Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005: Diabetes Melitus Tipe 1
Faktor Risiko
Usia > 45 tahun Berat badan lebih > 110% BB ideal atau IMT > 23 kg/m2 Hipertensi (> 140/90 mmHg) Riwayat DM dalam garis keturunan Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi > 4000 gram
Manifestasi Klinis
4P: Polifagi, Penurunan berat badan, Polidipsi, Poliuri; juga keluhan tambahan lain seperti sering kesemutan, rasa baal dan gatal di kulit Kriteria diagnostik antara lain Gejala klasik DM ditambah Gula Darah Sewaktu 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir, atau Kadar Gula Darah Puasa 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam, atau
Kadar gula darah 2 jam pada TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan standar WHO 1994, menggunakan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam 5 menit.
Gejala tidak klasik ditambah hasil pemeriksaan gula darah abnormal minimal 2x.
Nefropati Diabetik, ditandai dengan albuminuria menetap > 300 mg/24 jam. Berlanjut menjadi proteinuria akibat hiperfiltrasi patogenik kerusakan ginjal pada tingkat glomerulus. Akibat glikasi nonenzimatik dan AGE, advanced glication product yang ireversible dan menyebabkan hipertrofi sel dan kemoatraktan mononuklear serta inhibisi sintesis nitric oxide sebagai vasadilator, terjadi peningkatan tekanan intraglomerulus dan bila terjadi terus menerus dan inflamasi kronik, nefritis yang reversible akan berubah menjadi nefropati dimana terjadi kerusakan menetap dan berkembang menjadi chronic kidney disease.
Pembuluh darah jantung atau koroner dan otak, kewaspadaan kemungkinan terjadinya PJK dan stroke harus ditingkatkan terutama untuk mereka yang mempunyai resiko tinggi seperti riwayat keluarga PJK atau DM.
Pembuluh darah tepi
Stress Metabolik
: + 10-30%
C. Latihan Jasmani, sangat dianjurkan karena mengurangi resiko kejadian kardiovaskular dimana pada diabetes telah terjadi mikroangiopati dan peningkatan lipid darah. Dengan latihan jasmani kebutuhan otot akan glukosa meningkat dan ini akan menurunkan kadar gula darah. 5-10 menit pertama: glikogen akan dipecah menjadi glukosa
10-40 menit berikutnya: kebutuhan otot akan glukosa akan meningkat 7-20x. Lemak juga akan mulai dipakai untuk pembakaran sekitar 40% > 40 menit: makin banyak lemak dipecah 75-90% .
Defisiensi insulin mungkin hanya berupa defisiensi insulin basal, insulin prandial atau keduanya. Defisiensi insulin basal menyebabkan timbulnya hiperglikemia pada keadaan puasa, sedangkan defisiensi nsulin prandial akan menimbulkan hiperglikemia setelah makan. Terapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap defisiensi yang terjadi. Terapi insulin dapat diberikan secara tunggal berupa insulin kerja cepat (rapid insulin), kerja pendek (short acting), kerja menengah (intermediate acting) atau insuli campuran tetap (premixed insulin)
Kriteria Pengendalian DM
Baik Glukosa darah puasa (mg/dl) Glukosa darah 2 jam (mg/dl) HbA1c (%) Kolesterol total (mg/dl) LDL (mg/dl) tanpa PJK LDL (mg/dl) dengan PJK HDL (mg/dl) Trigeliserida (mg/dl) tanpa PJK Trigliserida (mg/dl) dengan PJK BMI (IMT) wanita (kg/m2) BMI (IMT) pria (kg/m2) Tekanan darah (mmHg) 80-109 110-159 4-5,9 <200 <130 <100 >45 <200 <150 18,5-22,9 20,0-24,9 <140/90 Sedang 110-139 160-199 6-8 200-239 130-159 100-129 35-45 200-249 150-199 23-25 25-27 140-160/90-95 Buruk >140 >200 >8 >240 >160 >130 <35 >250 >200 >25 atau <18,5 >27 atau <20,0 >160/95
Pencegahan
Pencegahan Primer; upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor resiko, yakni mereka yang belum terkena tetapi berpotensi untuk mendapat DM dan kelompok intoleransi glukosa. Materi penyuluhan meliputi program penurunan berat badan, diet sehat, latihan jasmani dan menghentikan kebiasaan merokok. Pencegahan Sekunder; upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Program ini dapat dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM. Penyuluhan ditujukan terutama bagi pasien baru, yang dilakukan sejak pertemuan pertama dan selalu diulang pada setiap pertemuan berikutnya. Pemberian antiplatelet dapat menurunkan resiko timbulnya kelainan kardiovaskular pada penyandang Diabetes.
Pencegahan
Pencegahan Tersier; ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih melanjut. Pada pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan kepada pasien dan juga kelurganya dengan materi upaya rehabilitasi yang dapat dilakakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin sebelum kecacatan menetap, misalnya pemberian aspirin dosis rendah 80-325 mg/hari untuk mengurangi dampak mikroangiopati. Kolaborasi yang baik antar para ahli di berbagai disiplin, jantung, ginjal, mata, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medik, gizi, pediatrist dll sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan pencegahan tersier.
Pencegahan
Pencegahan Tersier; ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih melanjut. Pada pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan kepada pasien dan juga kelurganya dengan materi upaya rehabilitasi yang dapat dilakakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin sebelum kecacatan menetap, misalnya pemberian aspirin dosis rendah 80-325 mg/hari untuk mengurangi dampak mikroangiopati. Kolaborasi yang baik antar para ahli di berbagai disiplin, jantung, ginjal, mata, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medik, gizi, pediatrist dll sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan pencegahan tersier.
Referensi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006; 1857. Persi. Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup Berperan Besar Memicu Diabetes. 2008 diakses dari http: //pdpersi.co.id Waspadji S. Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan Strategi Pengelolaannya. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006; 1906. Soegondo S. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta : PERKENI, 2011 Foster DW. Diabetes Melitus. Dalam : Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Asdie, A, editor. Volume 5. Jakarta: EGC, 2000; 2196. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2006. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Jakarta. 2006 Waspadji S. Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya, Diagnosis, dan Strategi Pengelolaan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. Departemen Ilmu Panyakit Dalam FKUI; 2006; hal. 1920 Gustavani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. Departemen Ilmu Panyakit Dalam FKUI; 2006; hal. 1873 Price, Sylvia Aderson. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Mellitus. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses/Sylvia Anderson Price, Lorraine Mc Carty Wilson; alih bahasa, Brahm U. Pendit [et.al.] editor bahasa Indonesia. Jakarta; 2005; hal. 1259