Anda di halaman 1dari 28

Gagal Ginjal Kronik

Ali Hamzah, SKp, MNS

DISAMPAIKAN ULANG

GAGAL GINJAL KRONIK


Gagal Ginjal Kronik adalah penyakit renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Smeltzer, S.C.,dan Bare, B.G., 2001:1448)
Gagal Ginjal Kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. (Suyono, S., dkk, 2001:427)

Penyebab

Infeksi: GNA/GNK, Pyelonephritis dan tuberculosis Sumbatan pada saluran kemih: Batu, BPH, tumor, stricture. Penyakit sistemik vascular: Hipertensi Penyakit metabolik renal: Diabetic nephropathy, gout (rheumatic) Penyakit jaringan conective: SLE, Polyarthritis Penyakit herediter: polikistik ginjal. Kelanjutan dari GGA.

Patogenesis
Perjalanan umum gagal ginjal kronis dapat dibagi menjadi 3 stadium, yaitu: Stadium pertama dinamakan penurunan cadangan ginjal, pada stadium ini kadar kreatinin serum dan BUN masih dalam batas normal dan biasanya pasien asimptomatik. Nilai GFR 40 45 % Stadium kedua dinamakan Insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75 % sampai 90 % jaringan sudah rusak, GFR besarnya 25 % dari normal, kadar BUN, kreatinin serum mulai meningkat, pada stadium ini terdapat gejala nokturia dan poliuria karena adanya kegagalan pemekatan. Stadium ketiga disebut ESRD ( End Stage Renal Disease), pada stadium ini 90 % massa nefron sudah rusak, hanya sekitar 200.000 nefrons saja yang utuh., GFR hanya 10 % dari normal (Normal GFR 125 ml/menit), kadar klirens kreatinin meningkat 5 10 ml/menit atau kurang, kadar kreatinin serum dan BUN meningkat sangat menyolok, dan terjadi oliguri jumlah urin kurang dari 400 cc/ hari.

Patofisiologi dan Dampak


Gagal Ginjal Kronis Penurunan fungsi ginjal

GFR menurun

Peningkatan sekresi Renin Angiotensin I dan II

Vasokontriksi pembuluh darah

Menurunnya produksi eritopoetin

Ginjal tidak mampu mengeluarkan sisa metabolik

Terjadi retensi Aldosteron

Tekanan darah meningkat

Haemoglobin menurun Anemia

Adanya retensi Na dan H2O

peningkatan volume darah

Oksigen tidak diikat dengan adequat Transportasi O2 dalam darah menurun

Transudasi cairan ke interstitial

Edema Penimbunan amonia Asidosis Hipoxia jaringan

Meningkatnya ureum Penumpukan kristal urea di kulit Gangguan sistem integument

Iritasi membran mukosa lambung Merangsang sekresi asam lambung

metabolisme an aerob

Nyeri Gangguan sistem pencernaan

Skema 1 : Patofisiologi gagal ginjal ( Price, 1995 : 831. Smeltzer 2002 : 1448

MANIFESTASI KLINIS GGK


CAIRAN DAN ELEKTROLIT Hypernatremia edema, asites Hyperkalemia gangguan konduksi syaraf Poliuria oliguria (400 ml/h) Hypokalsemia Hyperphospatemia

HEMATOLOGI & IMUNOLOGI


Anemia
Tendensi

perdarahan Kerusakan antibody humoral Pemakaian imunosupresan

Metabolik
BUN

meningkat Ureum meningkat (hyper uremikum) Creatinin meningkat Hypoproteinemia Trigliserida Asidosis metabolik Pericarditis

GASTROINTESTINAL
Mual,

muntah Tidak nafsu makan Nafas bau amoniak Stomatitis Stress ulcer Konstipasi

CARDIOVASKULAR & RESPIRASI


Overload

cairan Hypertropy ventrikel CAD Hypertensi Aritmia Calsifikasi vaskular Edema pulmonal

Muskuloskeletal & integumen


Osteodystropi Pruritus Perubahan Peticheae Purpura

warna kulit

Rambut

dan kuku rapuh

Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Laboratorium Urine Volume biasanya oliguri dan anuri Warna urine keruh Berat jenis menurun, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat. Osmolalitas menurun kurang dari 350 mOsm/kg,. Klirens kreatinin menurun Natrium meningkat karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi natrium. Protein meningkat

Darah

Serum kreatinin meningkat. Blood Urea Nitrogen meningkat. Kadar kalium meningkat Hematokrit dan Hemoglobin menurun Natrium, kalsium menurun Magnesium / posfat meningkat Protein (khususnya albumin menurun) pH menurun pada keadaan asidosis metabolik (kurang dari 7,2).

Pyelogram Retrograd menunjukan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter. Arteriogram mengidentifikasi adanya massa. Ultrasonografi ginjal dan vesika urinaria menentukan ukuran ginjal, adanya massa, obstruksi pada saluran perkemihan bagian bawah. EKG akan abnormal apabila terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik

Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan:


Jml intake = jml output + IWL Protein = 0,6 gr/kg BB dari BB (40 gr/hr) Natrium = 40 sampai 90 mEq/hari(1 sampai 2 g natrium), Karbo hidrat dpt ditingkatkan (35 kcal/kg per hari) Potassium kurang dari 60-70 mEq/day

Pencegahan dan pengobatan komplikasi Dialisis (HD dan PD)dan transplantasi ginjal

Diagnosa Keperawatan
1)

2)

3)

4)

5)

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia, mual, muntah, stomatitis, perubahan sensasi rasa, dan pembatasan diet. Penurunan kardiak output b.d. ketidakseimbangan elektrolit (kalium, kalsium), efek uremik pada otot jantung, kelebihan cairan.. Resiko gangguan integritas kulit : pruritus b.d. fosfat kalsium atau penumpukan ureum pada kulit. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium. Intoleran aktivitas b.d. keletihan, anemia, retensi produk sampah dan dialisis.

Kecemasan b.d. perubahan status kesehatan, hubungan sosial, fungsi peran, support sistem dan konsep diri. 7) Resiko tinggi terhadap cedera b.d. penekanan produksi eritropoetin; gangguan factor pembekuan; peningkatan kerapuhan kapiler. 8) Perubahan proses pikir b.d. akumulasi toksin, asidosis metabolic, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit, kalsifikasi metastatik pada otak 9) Gangguan harga diri b.d. ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual. 10) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan
6)

Intervensi Keperawatan Dx 1

Kaji dan catat pemasukan diet Kaji adanya masukan protein yang tidak adekuat Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet Anjurkan klien makan-makanan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantara waktu makan Berikan makanan sedikit tapi sering. Tawarkan perawatan mulut Jelaskan pada keluarga dan pasien mengenai pembatasan diet dalam hubungan dengan penyakit ginjal serta peningkatan urea dan kreatinin Timbang berat badan klien setiap hari

Intervensi Keperawatan Dx 2

Monitor tanda-tanda vital.Observasi EKG untuk perubahan irama. Pantau terjadinya nadi lambat, kemerahan, mual, muntah, dan penurunan tingkat kesadaran. Selidiki adanya kram otot, kebas/kesemutan pada jari, kejang otot, dan hiperefleksia. Pertahankan tirah baring atau dorong istirahat adekuat. Awasi pemeriksaan laboratorium (kalium, kalsium, magnesium). Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi. Siapkan atau bantu dengan dialisis sesuai keperluan.

Intervensi Keperawatan Dx 3

Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit serta membran mukosa. Ubah posisi dengan sering; gerakan pasien dengan perlahan; beri bantalan pada tonjolan tulang . Beri perawatan kulit. Batasi penggunaan sabun. Berikan salep atau krim. Pertahankan linen kering, bebas keriput. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan (daripada garukan) pada area pruritus. Pertahankan kuku pendek. Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.

Intervensi keperawatan Dx 4

Monitor tanda-tanda vital Monitor dan catat pemasukan dan pengeluaran secara akurat Monitor berat jenis urine Evaluasi derajat edema (skala +1 s.d +4) Timbang berat badan setiap hari Berikan dan batasi cairan sesuai indikasi Kolaborasi pemberian obat diuretik sesuai indikasi Kolaborasi pemberian obat anti hipertensi

Intervensi Dx 5

Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi dan bantu jika keletihan terjadi. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.

Intervensi Keperawatan Dx 6

Gali respon pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganan Gali pola koping pasien dan keluarga Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan penanganan seperti adanya perubahan peran, gaya hidup, perubahan dalam pekerjaan, seksual, dan ketergantungan pada tim tenaga kesehatan Diskusikan peran memberi dan menerima cinta, kehangatan dan kemesraan

Intervensi Keperawatan Dx 7

Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan, kelemahan. Observasi takikardi, kulit/membrane mukosa pucat, dispnea dan nyeri dada. Rencanakan aktivitas klien untuk menghindari kelelahan. Awasi tingkat kesadaran dan perilaku Evaluasi respon terhadap aktivitas dan bantu sesuai kebutuhan dan buat jadwal untuk istirahat. Observasi tanda-tanda perdarahan Kolaborasi untuk pemberikan obat sesuai indikasi, contoh : - sediaan besi, asam folat, sianokobalamin. - Ranitidine

Intervensi keperawatan Dx 8 Kaji luas gangguan kemampuan berfikir, memori dan orientasi Pastikan dari orang terdekat tentang tingkat mental klien biasanya Berikan lingkungan yang tenang Tingkatkan istirahat adekuat Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium ; BUN, Kreatinin, elektrolit serum, kadar glukosa, AGDKolaborasi untuk pemberian O2 Kolaborasi untuk dialisi

Intervensi keperawatan Dx 9

Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganan. Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat. Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga. Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan penanganan. Gali cara alternative untuk ekspresi seksual lain selain hubungan seksual Diskusikan peran memberi dan menerima cinta, kehangatan dan kemesraan.

Intervensi Keperawatan Dx 10.

Kaji pemahaman mengenai penyebab, gagal ginjal, konsekuensinya dan penanganannya Jelaskan fungsi renal dan konsekuansi gagal ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara cara untuk memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempenagruhi hidupmya. Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan tepat guna

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai