dapat merusak jaringan sekitarnya. Stabilasi fraktur bisa menggunakan splint atau bandage yang mudah dikerjakan dan efektif. Luka ditutup dengan material yang bersih dan steril. Penanganan fraktur terbuka: Mengikuti prinsip 4 R yaitu recognition, reduction, retaining (retention of reduction), dan rehabilitation. Pada kasus frfaktur terbuka diperlukan ketepatan dan kecepatan diagnosis pada penanganan agar terhindar dari kematian dan kecacatan. Penatalaksanaan fraktur terbuka derajat III meliputi tindakan life saving dan life limb dengan resusitasi sesuai indikasi, pembersihan luka dengan irigasi, eksisi jaringan mati dan tersangka mati dengan debrimen, pemberian antibiotik pada sebelum, selama dan sesudah operasi, pemberian antitetanus, penutupan luka, stabilisasi fraktur dan fisioterapi, tindakan definitive dihindari pada hari ketiga atau keempat karena jaringan masih inflamsi / infeksi dan sebaiknya ditunda sampai 7_10 hari, kecuali dapat dikerjakan sebelum 6-8 jam pasca trauma. Fraktur terbuka Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustilo dan Anderson, sebagai Derajat I Luka kecil biasanya akibat tusukan fragmen dan bersih, kerusakan jaringan lunak sedikit < 1cm dan tak kominutif Derajat II Panjang luka >1cm tapi tak banyak kerusakan jaringan lunak dan fraktur tak kominutif. Derajat III Kerusakan hebat pada kulit, jaringan lunak dan struktur neurovascular dengan kontaminasi, III A fragmen tulang masih dibungkus jaringan lunak, III B fragmen tulang tak dibungkus jaringan lunak terdapat pelepasan lapisan periosteum, fraktur kominutif, III C trauma pada arteri yang membutuhkan repair agar bagian distal dapat dipertahankan, terjadi kerusakan jaringan lunak hebat.
Trauma high-velocity termasuk kalsifikasi IIIB atau IIIC walaupun lukanya kecil tapi terjadi kerusakan jaringan lunak dibawahnya sangat hebat. Insidensi infeksi derajat I 2% dan derajat II 10%