Anda di halaman 1dari 12

Diskusi Kasus

STOMATITIS

Oleh: GABRIEL ARNI S. G9911112071

KEPANITERAAN KLINIK SMF / LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RS DR. MOEWARDI SURAKARTA 2013

BAB I PENDAHULUAN

STOMATITIS APTHOUS RECCURENT/SAR (SARIAWAN) 1. Definisi Stomatitis Aphtous Reccurent atau yang di kalangan awam disebut sariawan adalah luka yang terbatas pada jaringan lunak rongga mulut. Istilah recurrent digunakan karena memang lesi ini biasanya hilang timbul. Luka ini bukan infeksi, dan biasanya timbul soliter atau di beberapa bagian di rongga mulut seperti pipi, di sekitar bibir, lidah, atau mungkin juga terjadi di tenggorokan dan langit-langit mulut. 2. Penyebab Hingga kini, penyebab dari sariawan ini belum dipastikan, tetapi ada faktor-faktor yang diduga kuat menjadi pemicu atau pencetusnya. Beberapa diantaranya adalah: Trauma pada jaringan lunak mulut (selain gigi), misal tergigit, atau ada gigi yang posisinya di luar lengkung rahang yang normal sehingga menyebabkan jaringan lunak selalu tergesek/tergigit pada saat

makan/mengunyah Kekurangan nutrisi, terutama vitamin B12, asam folat dan zat besi. Stress Gangguan hormonal, seperti pada saat wanita akan memasuki masa menstruasi di mana terjadi perubahan hormonal sehingga lebih rentan terhadap iritasi Gangguan autoimun / kekebalan tubuh, pada beberapa kasus penderita memiliki respon imun yang abnormal terhadap jaringan mukosanya sendiri. Penggunaan gigi tiruan yang tidak pas atau ada bagian dari gigi tiruan yang mengiritasi jaringan lunak

Pada beberapa orang, sariawan dapat disebabkan karena hipersensitivitas terhadap rangsangan antigenik tertentu terutama makanan. Ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari SAR adalah

keturunan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita SAR lebih rentan untuk mengalami SAR juga. 3. Gejala Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1-2 hari di daerah yang akan menjadi sariawan. Rasa ini timbul sebelum luka dapat terlihat di rongga mulut. Sariawan dimulai dengan adanya luka seperti melepuh di jaringan mulut yang terkena berbentuk bulat atau oval. Setelah beberapa hari, luka seperti melepuh tersebut pecah dan menjadi berwarna putih di tengahnya, dibatasi dengan daerah kemerahan. Bila berkontak dengan makanan dengan rasa yang tajam seperti pedas atau asam, daerah ini akan terasa sakit dan perih, dan aliran saliva (air liur) menjadi meningkat. Berdasarkan ciri khasnya secara klinis, SAR dapat digolongkan menjadi ulser minor, ulser mayor, dan ulser hepetiform. Ulser minor adalah yang paling sering dijumpai, dan biasanya berdiameter kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa menimbulkan jaringan parut. Bentuknya bulat, berbatas jelas, dan biasanya dikelilingi oleh daerah yang sedikit kemerahan. Lesi biasanya hilang setelah 7-10 hari. Ulser mayor biasanya berdiameter lebih dari 1 cm, bulat dan juga berbatas jelas. Tipe ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh, dan dapat menimbulkan jaringan parut setelah sembuh. Ulser herpetiform adalah yang paling jarang terjadi dan biasanya merupakan lesi berkelompok dan terdiri dari ulser berukuran kecil dengan jumlah banyak. 4. Pemeriksaan Selain pemeriksaan visual, pemeriksaan laboratoris diindikasikan bagi pasien yang menderita SAR diatasi usia 25 tahun dengan tipe mayor yang selalu hilang timbul, atau bila sariawan tidak kunjung sembuh, atau bila ada gejala dan keluhan lain yang berkaitan dengan faktor pemicu.

Diagnosis banding Lesi SAR bisa sangat mirip dengan manifestasi penyakit lain dan sulit dibedakan dengan beberapa penyakit tertentu. Untuk membedakannya, ada beberapa hal yang perlu diketahui di antaranya: Jumlah, bentuk, dan ukuran lesi, serta seberapa sering lesi hilang timbul (rekuren) Usia penderita saat pertama kali timbul sariawan Perubahan mukosa atau jaringan kutan Ada/tidaknya keterlibatan sistem organ atau adanya gejala lain Obat-obatan yang sedang dikonsumsi Faktor-faktor pada host/penderita, misalnya: o Genetik o Defisiensi nutrisi o Masalah pada sistem imun o Stress, masalah psikologis atau fisik 5. Patogenesis Ada beberapa teori yang menyebutkan kaitan SAR dengan mikroba di dalam mulut seperti streptococcus, Heliobacter pilori dan herpes virus, namun hingga kini teori tersebut belum disepakati secara universal. Faktor utama yang dikaitkan dengan SAR adalah faktor genetik, defisiensi hematologi, kelainan imunologis, dan faktor lokal seperti trauma pada mulut dan kebiasaan merokok. Selama 30 tahun terakhir penelitian yang dilakukan menyiratkan adanya hubungan antara SAR dan limfotoksisitas, antibodydependent cell-mediated cytotoxicity, defek pada sel limfosit, dan perubahan dalam rasio limfosit CD4 terhadap CD8. Salah satu penelitian

mengungkapkan bahwa adanya respon imun yang diperantarai sel secara berlebihan pada pasien SAR, sehingga menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa. Selain itu, faktor yang paling banyak didokumentasikan dalam penelitian adalah faktor herediter. Defisiensi hematologi terutama serum besi, folat, atau vitamin B12juga banyak dikaitkan sebagai factor etiologis dari pasien SAR. Salah satu

penelitian melaporkan keadaan klinis yang membaik hingga 75 % pada pasien SAR saat defisiensi hematologis yang dideritanya terdeteksi dan dilakukan terapi. Faktor lainnya yang dikaitkan dengan SAR diantaranya adalah kecemasan dan stress psikologis yang sering terjadi. Perubahan hormon seperti menstruasi, trauma pada jaringan mukosa seperti sering tergigit secara tidak sengaja, dan alergi makanan juga dilaporkan sebagai faktor resiko terjadinya SAR. 6. Perawatan SAR sebetulnya dapat sembuh sendiri, karena sifat dari kondisi ini adalah self-limiting. Obat-obatan untuk mengatasi SAR diberikan sesuai dengan tingkat keparahan lesi. Untuk kasus ringan, jenisnya bisa berupa obat salep yang berfungsi sebagai topical coating agent yang melindungi lesi dari gesekan dalam rongga mulut saat berfungsi dan melindungi agar tidak berkontak langsung dengan makanan yang asam atau pedas. Selain itu ada juga salep yang berisi anestesi topical untuk mengurangi rasa perih. Obat topikal adalah obat yang diberikan langsung pada daerah yang terkena (bersifat lokal). Pada kasus yang sedang hingga berat, dapat diberikan salep yang mengandung topikal steroid. Dan pada penderita yang tidak berespon terhadap obat-obatan topikal dapat diberikan obat-obatan sistemik. Penggunaan obat kumur chlorhexidine dapat membantu mempercepat penyembuhan SAR. Namun penggunaan obat ini secara jangka panjang dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi kecoklatan. Obat-obatan tersebut didapat dengan resep dokter. Meskipun penyakit ini terbilang ringan, ada baiknya bila ditangani oleh dokter gigi spesialis penyakit mulut 7. Pengobatan Sebagian besar sariawan sembuh sendiri, karenanya pengobatan hanya untuk mengurangi keluhan, kecuali jika ada infeksi sekunder ke jaringan sekitarnya. Obat-obat yang lazim digunakan, antara lain:

Analgesik lokal (tablet hisap atau obat kumur), misalnya Benzydamine (Tanflex, Tantum). Tablet hisap dapat digunakan setiap 3-4 jam (maksimum 12 tablet perhari) hingga sembuh (maksimum 7 hari). Sedangkan obat kumur digunakan berkumur selama 1 menit, setiap 3 jam hingga sembuh (maksimum 7 hari)

Anestesi lokal ( cairan atau gel oles), misalnya Lidokain, benzokain, dioleskan pada sariawan (sering dioleskan karena efek anestesi berlangsung singkat).

Antiseptik (obat kumur), misalnya iodin povidon (bethadin, septadine, molexdine), klorheksidin (minosep), heksetidin (bactidol, hexadol).

Kortikosteroid, misalnya: triamsinolon (ketricin, kenalog in orabase), dioleskan 2-3 kali sehari sesudah makan (maksimal 5 hari).

8. Pencegahan Hindari stress yang berlebihan, dan tingkatkan kualitas tidur minimal 8 jam sehari. Tidur yang berkualitas bukan hanya dilihat dari lamanya waktu tidur. Tidur dalam kondisi banyak beban pikiran atau stress dapat menurunkan kualitas tidur. Perbaiki pola makan. Pola makan dan diet yang sehat tidak hanya akan mencegah sariawan namun juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Perbanyak sayuran hijau dan buah yang kaya akan asam folat, vitamin B-12 dan zat besi. Bila sedang menderita SAR, hindari makanan yang pedas dan asam. Jaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut.

BAB II ILUSTRASI KASUS


I. ANAMNESIS a. IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat : Sdr. B : 26 tahun : Laki-laki : Islam : Mahasiswa : Kentingan, Surakarta

b. Keluhan Utama : sakit pada bibir sebelah atas dan bawah

c. Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak 3 hari yang lalu pasien mengeluhkan sakit pada bibir sebelah atas dan bawah. Pasien merasa bibirnya perih sehingga merasa kesulitan saat memakan sesuatu. Pasien belum memberikan pengobatan terhadap penyakitnya. Karena bertambah perih, pasien datang memeriksakan diri ke RSDM.

d. Riwayat Penyakit Dahulu : a. Riwayat sakit jantung b. Riwayat stroke c. Riwayat asma d. Riwayat batuk lama e. Riwayat sakit liver f. Riwayat alergi g. Riwayat mondok : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

e. Riwayat Kebiasaan a. Riwayat merokok b. Riwayat minum jamu c. Riwayat minum obat pegal linu d. Riwayat minum minuman keras e. Riwayat olah raga teratur : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

f. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga a. Riwayat sakit gula b. Riwayat tekanan darah tinggi c. Riwayat sakit gula d. Riwayat asma e. Riwayat alergi f. Riwayat batuk lama : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

II. PEMERIKSAAN FISIK A Keadaan Umum . Tanda Vital Tensi : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup Heart rate : 80 x/ menit, irama regular Respiration rate: 20 x/menit Suhu : 36.8 0C Status Gizi BB=60 kg TB=170 cm C Kulit . Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-), kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-), ekimosis (-), pucat (-) D Kepala . E Mata Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban (-), mudah rontok (-), luka (-) Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup

/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-)

F .

Telinga

Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-) Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi penghidu baik Sianosis (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (+), bibir

G Hidung . H Mulut .

kering (+), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-), stomatitis (+), luka pada sudut bibir (-)

I.

Leher

JVP R+2cm (tidak meningkat), trakea di tengah, simetris, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-)

J. Thorax

Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan

torakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB axilla (-/-) Jantung : Inspeksi Palpasi Iktus kordis tidak tampak Iktus kordis teraba di SIC V 1 cm medial linea medioclavicularis Iktus kordis tidak kuat angkat Perkusi Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dekstra Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea medioklavicularis sinistra Pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra konfigurasi jantung kesan tidak melebar Auskultasi HR : 80 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni,

intensitas normal, reguler, bising (-), gallop

(-). Bunyi

jantung I > Bunyi jantung II, di SIC V 1 cm medial linea medioklavikula sinistra dan SIC IV linea parasternal sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi jantung I di SIC II linea parasternal dextra et sinistra. Pulmo : Inspeksi Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar (). Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga melebar, retraksi intercostal (-) Palpasi Simetris. Pergerakan dada ka = ki, peranjakan dada ka = ki, fremitus raba kanan = kiri Perkusi Auskultasi Sonor / Sonor Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan wheezing (-/-), ronchi basah kasar (-/-), ronchi basah halus basal paru (-/-), krepitasi (-/-) K Punggung . kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-),

L .

Abdomen :

Inspeksi

Dinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-), venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)

Auscultasi Perkusi Palpasi M Genitourinaria N Ekstremitas .

Peristaltik (+) normal Timpani, pekak alih (-) Supel, nyeri tekan (-). Hepar tidak teraba. Lien tidak teraba. Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-) Kuku pucat (+), spoon nail (-) Akral dingin _ _ _ _ Odem _ _ _ _

10

III. DIAGNOSIS Stomatitis

IV. TERAPI 1. Nonmedikamentosa Hindari stress yang berlebihan, dan tingkatkan kualitas tidur minimal 8 jam sehari. Perbaiki pola makan. Jaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut.

2. Medikamentosa R/ Septadine gargle Fl. No. I S u.c R/ FG Troches tab hisap No. XXX S 4-5 dd tab 1 dihisap R/ Becefort cap No. XXI S 1 dd cap 1

11

BAB III PEMBAHASAN

1. Tujuan Pengobatan Menghilangkan rasa sakit yang timbul akibat luka pada bibir atas dan bawah.

2. Diskusi Kasus Septadine gargle Mengandung povidone iodine 1% yang diindikasikan untuk infeksi di mulut, tenggorokan, gigi, gusi, sariawan. Mengurangi bau mulut, mencegah infeksi pada pembedahan mulut atau pencabutan gigi. Cara pemakaian yaitu dengan berkumur tanpa pengenceran selama 30 detik, diulang tiap 2-4 jam. FG Troches tablet hisap Mengandung Fradiomycin sulfate 2,5 mg; dan Gramicidin-S Hcl 1 mg. Diindikasikan untuk ginggivitis, stomatitis, faringitis, bronkitis, tonsilitis, difteri, periodontitis. Dosis 1-2 tablet diberikan 4-5 kali/hari. Gramicidin menginhibisi sintesis dinding sel bakteri dengan mencegah penyatuan asam amino dan nukleotid ke dalam dinding sel. Fradiomycin dan Gramicidin bersifat bakterisid. Becefort cap Mengandung vitamin B kompleks (B1, B2, B6, B12), vitamin C 500mg, Ca pantothenate 20 mg, dan nikotinamide 50 mg. Sebagai prokolagen sehingga dapat menutup luka di rongga mulut.

12

Anda mungkin juga menyukai