Anda di halaman 1dari 13

PAPER FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI II

KONTRASEPSI ORAL

DISUSUN OLEH : KELOMPOK Lisdayanti Deppy Oktapian Akbar Faturakhim Selamat Alfiani Heryani Mey Indria Nursari Lina Raihana J1E109006 J1E109211 J1E109019 J1E109034 J1E109201 J1E108045 J1E108044

Dosen : Difa Intannia, S.Farm., Apt., M.Farm. Klin

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2012

BAB 1 PENDAHULUAN Dengan penambahan penduduk dunia kira-kira 90 juta per tahun, diperkirakan bahwa pada tahun 2010 populasi dunia akan mencapai 7.115 juta manusia dan Indonesia akan mengambil bagian sebanyak 238,8 juta. Teori Malthus (1766-1834); Essay on Population) mengatakan bahwa reproduksi manusia cenderung merupakan deret ukur, sedangkan pasokan bahan pangan hanya tumbuh sesuai deret hitung. Kini sudahlah jelas bahwa teori Malthus ini tidaklah tepat karena kendati populasi dunia sudah berlipat ganda dalam abad terakhir, namun produksi pangan selalu mencukupi kebutuhan. Namun, disamping masalah makanan, ledakan pertumbuhan dunia akan membawa serta banyak aspek sosial lainny (Tjay & Rahardja, 2002). Kontrasepsi memiliki peranan dalam setiap fase reproduksi, yaitu untuk menunda kehamilan atau menjarangkan kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan antara lain penggunaan kontrasepsi oral (pil KB). Pil KB adalah obat pencegah kehamilan yang diminum secara oral yang berisi hormon steroid (estrogen dan progestin) dalam bentuk pil atau tablet. Pil ini diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegahan kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur. Pada awal tahun 1930-an para peneliti mengumpulkan cukup banyak informasi mengenai siklus haid dalam hubungannya dengan waktu senggama yang mungkin sekali menghasilkan konsepsi. Tahun 1934 Comer dan Beard menemukan dan mengisolasi struktur progesteron. Tahun 1937 Makepeace

menemukan bahwa progesterone mempunyai daya menghambat evolusi pada kelinci. Walaupun demikian, barulah pada pertengahan tahun 1950-an setelah Pincus, Chang, dan Rock menemukan bahwa pemberian progesteron peroral pada hari ke 5 sampai ke 25 daur haid dapat menghambat ovulasi, hormon steroid ini dipakai untuk keperluan kontrasepsi. Percobaan pertama pemakaian.kontrasepsi oral dengan oretinodrel dan mestranol di Puerto Rico pada tahun 1956 membuktikan daya guna yang sangat tinggi sebagai kontrasepsi.Sejak saat

itusampai sekarang terdapat kecenderungan makin rendahnya dosis dari komponen estrogen dan progesterone di dalam pil. Perkembangan kontrasepsi hormonal atau pil kontrasepsi berlangsung terus. Tahun 1960 pil kombinasi estrogen-progesteron mulai digunakan. Tahun 1963 pil selcuensial diperkenalkan. Sejak tahun 1965 sampai sekarang banyak diadakan penyesuaian dosis atau penggunaan progesteron saja, sehingga muncul pil mini, dan lain-lain. Perkembangan ini pada umumnya bertujuan mencari suatu kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna yang tinggi, efek samping yang minimal, dan keluhan pasien yang sekecil-kecilnya. Kontrasepsi memiliki peranan dalam setiap fase reproduksi, yaitu untuk menunda kehamilan atau menjarangkan kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan antara lain penggunaan kontrasepsi oral (pil KB). Pil KB adalah obat pencegah kehamilan yang diminum secara oral yang berisi hormon steroid (estrogen dan progestin) dalam bentuk pil atau tablet.Pil ini diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegahan kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur.

BAB II ISI

2.1 Deskripsi Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan setelah hubungan seksual dengan menghambat sperma mencapai ovum matang (metode yang mencegah ovulasi) atau dengan mencegah ovum yang dibuahi tertanam pada endometrium (mekanisme yang menyebabkan lingkungan uterus yang tak cocok).Kegagalan metode (perfect-use failure) adalah kegagalan inheren penggunaan yang baik kontrasepsinya. Kegagalan pengguna (typical use failure) kegagalan yang berkaitan dengan kemampuan pengguna mengikuti petunjuk secara baik dan konsisten (Sukandar, 2002). 2.2 Golongan Utama Kontrasepsi Oral Telah diidentifikasi obat-obat yang menurunkan fertilitas dengan sejumlah mekanisme yang berbeda, misalnya mencegah ovulasi, menggangu gametogenesis atau pematangan gamet, atau mempengaruhi gestasi. Saat ini, mempengaruhi ovulasi adalah yang paling umum untuk mencegah kehamilan (Harvey, 2002).

Gambar 1. Perbandingan penggunaan kontrasepsi di antara perempuan di Amerika Serikat berusia 15-44 tahun

1. Pil kombinasi: Produk yang mengandung kombinasi estrogen dan progestin merupakan tipe kontrasepsi oral yang paling umum. Komponen estrogen menekan ovulasi sedangkan progestin mencegah implantasi pada endometrium dan menyebabkan mucus serviks tidak dapat dipenetrasi oleh sperma. Pil kombinasi mengandung estrogen dosis rendah yang konstan yang diberikan selama 21 hari ditambah progestin dosis rendah yang diberikan bersama-sama, tetapi dengan dosis meningkat selama 3 masa periode 7 hari berturut-turut (disebut regimen trifasik). Pil ini diberikan selama 21 hari diikuti 7 hari periode putus obat untuk menginduksi haid. [Catatan: Estrogen yang sekarang biasa diberikan dalam pil kombinasi adalah etinil estradiol dan mestranol]. Preparat ini efektif tinggi dalam mencapai efek kontrasepsi (Harvey, 2002). 2. Pil progestin: Produk yang hanya mengandung progestin, biasanya noretindron atau norgestrel (disebut pil mini), diberikan setiap hari pada suatu waktu kontinyu. Pil hanya-progestin melepaskan obat dosis rendah secara kontinu. Preparat ini kurang efektif dibandingkan pil kombinasi dan dapat menyebabkan siklus haid irregular lebih sering daripada pil kombinasi. Pil hanya progestin terbatas penerimaannya, karena kecemasan akan meningkatnya kemungkinan hamil dan sering terjadinya haid irregular (Harvey, 2002). 3. Kontrasepsi pasca-senggama: Tipe ini stategi kontrasepsi menggunakan estrogen dosis tinggi (misalnya etinil estradiol ataudietilstilbesterol)

diberikan dalam waktu 72 jam pasca-senggama dan dilanjutkan dua kali sehari selama 5 hari (pil morning after). Pilihan lain, dua dosis etinil estradiol ditambah norgestrel diberikan dalam waktu 72 jam pascasenggama, dilanjutkan oleh dua dosis lain 12 jam kemudian. Dosis tunggal mifepristone juga telah digunakan (Harvey, 2002).

Gambar 2.Perbandingan angka kegagalan untuk berbagai metode kontrasepsi.Balok yang lebih panjang menunjukkan angka kegagalan yang lebih tinggi, yang terutama adalah menyebabkan kehamilan. 2.3 Farmakologi Obat-obatan Kontrasepsi Oral 2.3.1 Mekanisme Kerja Mekanisme kerja kontrasepsi kombinasi ini tidak dan diketahui progestin dengan yang

lengkap.Kemungkinan

estrogen

diberikan selama kira-kira periode 3 minggu menghambat ovulasi. [Catatan: Estrogen memberikan umpan balik negatif pada pelepasan LH dan FSH oleh kelenjar hipofisis, jadi menghambat ovulasi. Progestin merangsang perdarahan normal pada akhir silkus haid]. Penebalan mucus serviks mencegah masuknya sperma (Harvey, 2002). Mekanisme pil kontrasepsi adalah meniru proses-proses alamiah. Pil kontrasepsi akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pil kontrasepsi akan menekan ovarium

selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya menekan ovulasi. Sebelum mengetahui mekanisme dari pil kontrasepsi kita perlu mengetahui terlebih dahulu siklus reproduksi wanita. Siklus repoduksi wanita memerlukan kira-kira 28 hari untuk menyiapkan dan melepaskan ovum pada pertengahan siklus, mempersiapkan lingkungan uterus dan bila tidak terjadi konsepsi, maka terjadi peluruhan dinding endometrium menyebabkan terjadinya perdarahan yang dikenal dengan menstruasi (haid) (Korek Obgin, 2010). Hormon yang mengatur siklus haid adalah estrogen dan progesteron. Kadar kedua hormon ini di kontrol oleh Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) yang bersal dari hipotalamus, untuk mengirimkan isyarat-isyarat ke kelenjar hipofisis, kemudian kelenjar hipofisis terangsang untuk mengeluarkan Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Lutenizing Hormon (LH). FSH merangsang pembentukkan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilngi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang yang disebut dengan folikel de Graaf. Folikel de Graaf yang matang melepaskan hormon estrogen, adanya hormon estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat basa yang berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma (Korek Obgin, 2010). Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif ke hipofisis untuk menurunkan konsentrasi dari FSH dan menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf pada saat inilah di sebut ovulasi. Pada fase pasca ovulasi fiolikel de Graaf yang di tinggalkan oleh oosit sekunder akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum akan memproduksi estrogen dan progesteron.

Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada dinding endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar air susu pada payudara. Progesteron dan estrogen juga berfungsi untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahaan (Korek Obgin, 2010). Pasca ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan kembali FSH dan selanjutnya LH untuk fase menstruasi selanjutnya (Korek Obgin, 2010). 2.3.2 Efek Samping a. Efek samping utama : Efek samping utama adalah payudara terasa penuh, depresi, pusing, edema, sakit kepala, mual, dan muntah. b. Kardiovaskular : Efek samping kontrasepsi oral yang paling serius adalah penyakit kardiovaskular, tromboflebitis,

termasuk

tromboemboli,

hipertensi, dan peningkatan insidens infark miokardium dan serebral serta thrombosis coroner. Efek samping ini paling sering terjadi pada perempuan perokok dam umurnya lebih dari 35 tahun, walaupun obat ini dapat juga mempengaruhi perempuan pada semua umur. c. Karsinogenisitas : Kontrasepsi oral telah menunjukkan

penurunan insidens kanker endometrium dan ovarium. Kemampuannya neoplasma lain untuk adalah

menginduksi

kontroversial. Produksi tumor jinak hati

yang

dapat

menyebabkan

rupturdan

perdarahan jarang terjadi. d. Metabolik : Penurunan absorbs diet karbohidrat oleh usus kadang-kadang oral, berkaitan bersama dengan dengan

kontrasepsi

peningkatan abnormal tes toleransi glukosa (mirip dengan perubahan yang terlihat pada kehamilan). e. Lipid Serum : Pil kombinasi menyebabkan perubahan profil lipoprotein dalam serum; estrogen menyebabkan penurunan peningkatan LDL HDL dan yang progestin berlawanan. norgestrel,

kejadian

menguntungkan mempunyai [Catatan: efek

sedangkan yang kuat,

Progestin

menyebabkan peningkatan rasio LDL/HDL yang paling tinggi. Karena itu preparat yang dominan estrogen paling baik untuk

individu dengan peningkatan kolesterol serum]. Juga dijumpai ikterus kolestatik, kolestitis dan kolangitis. f. Kontra indikasi : Kontrasepsi oral merupakan kontraindikasi pada penyakit serebrovaskular neoplasma hari dan

tromboembolik, estrogen,

tergantung dan migren

penyakit

(Harvey, 2002). 2.3.3 Terapi Kontraseptef Oral (KO). Komposisi dan formulasi - KO mengandung kombinasi estrogen dan progesterone sintetik atau hanya progestin.

o Estrogen menekan follicle stimulating hormonal (FSH) dan mencegah perkembangan folikel dominan. Estrogen juga

menstabilisasi bagi yang dasar endometrium dan memperkuat kerja progestin. o Progestin menekan peningkatan luteinezing hormone (LH) sehingga mencegah ovulasi. Progesten juga menyebabkan penebalan mucus leher rahim dan atrofi endometrium

(Sukandar, 2002). - Dosis rendah kombinasi KO mengandung sekitar sepertiga sampai seperempat dosis estrogen dan sepersepuluh dosis progestin dari pil yang sebelumnya. - Kombinasi formulasi multipasif (bifasik dan trifasik) menyebabkan penurunan dosis hormonal bulanan tanpa menunjukkan keuntungan klinik. - Minipil yang hanya mengandung progestin (28 hari hormon aktif per siklus) juga tersedia, yang mengandung lebih sedikit lagi progestin dibandingkan sediaan kombinasi. Minipil kurang efektif daripada kombinasi KO dan biasanya hanya diberikan untuk wanita yang menghindari estrogen (Sukandar, 2002). Komponen - Mestranol harus dirubah menjadi etinilestradiol agar menjadi aktif. Mestranol diperkirakan 50% kurang aktif dibandingkan

etinilestradiol. - Hormon progestin bervariasi dalam aktifitas progestinnya dan memiliki efek estrogenik, antiestrogenik, dan androgenik yang berbeda-beda. Aktifitas estrogenik dan antiestrogeniknya disebabkan oleh metabolisme progestin menjadi senyawa estrogen. Sifat androgenik timbul karena adanya kesamaan antara struktur progestin dengan tostesteron. - Generasi ketiga KO mengandung progestin yang lebih baru (desogestrel, drospirenon, gestoden, dan norgestimat), yang

tampaknya tidak memiliki efek estrogenik dan kurang memiliki efek androgenik dibandingkan dengan levonogestrel atas dasar bobot. Oleh karena itu senyawa ini diperkirakan lebih efektif dalam memperbaiki jerawat ringan dan sedang. Drospirenon dapat menyebabkan kenaikan bobot yang lebih ringan dibandingkan dengan KO yang mengandung levonogestrel (Sukandar, 2002). Pilihan Kontraseptif Oral. - Pil progestin tunggal mempunyai kecenderungan untuk kurang efektif dibandingkan kombinasi KO dan berkaitan dengan

pendarahan saat menstruasi yang tidak dapat diperkirakan dan peningkatan frekuensi kista ovarium fungsional. Pil progestin tunggal mulai dikonsumsi pada hari pertama menstruasi dan harus dikonsumsi pada waktu yang kurang lebih sama setiap harinya untuk mempertahankan efikasi kontrasepsi. Dengan pil progestin tunggal, 40% wanita dapat berovulasi dengan normal kembali. - Pil multifasik mengandung dosis total hormon yang lebih rendah bersiklus, tetapi tidak mempunyai keuntungan lebih. - Pilihan pertama KO yang masuk akal adalah pil monofasik yang mengandung 30 hingga 35 mcg etinil estradion. - Sediaan yang mengandung 20 mcg etinil estradiol dapat mengurangi terjadinya tumbuh dan memar pada payudara, dan wanita diatas 40 tahun lebih memilihnya. Namun, KO rendah estrogen ini berkaitan dengan pendarahan yang lebih mendadak dan meningkatnya kegagalan kontraseptis jika ada dosis yang terlewat. - Semua kombinasi KO dapat meningkatkan simptom jerawat. KO yang mengandung norgestimate juga meningkatkan simptom jerawat. - Banyak simptom muncul pada siklus pertama penggunaan kontrasepsi oral (cth. Pendarahan mendadak dan simptom kelebihan estrogen) diatasi pada penggunaan siklus kedua atau ketiga. Jadi,

penggunaan harus dikaji ulang pada tiga hingga enam bulan pertama penggunaan untuk memeriksa efek samping. - Simptom serius atau sifat yang mungkin muncul berkaitan dengan KO. - Perbedaan klinis yang signifikan diantara KO sulit dibedakan. - Wanita yang mengalami mual setelah menggunakan KO selama 3 bulan dapat menggantinya dengan pil yang kadar estrogennya lebih rendah. Meminum KO bersama makanan atau saat akan tidur dapat membantu (Sukandar, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

Harvey, R.A. & P.C. Champe. 2002. Farmakologi Ulasan Bergambar Ed. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sukandar, E.Y. dkk. 2002. ISO Farmakoterapi. Jakarta: Penerbit PT. ISFI Penerbitan. Tjay, T.H. & K. Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai