Elva Wisnu Aikik
Elva Wisnu Aikik
Berdasarkan analisis masalah, didapatkan masalah utama adalah rendahnya cakupan pemberian ASI ekslusif oleh ibu. Melalui pendekatan sistem selanjutnya dicari penyebab masalah utama tersebut. Secara skematis sistem tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
PROSES P1 P2 P3
OUTCOME Mutu
36
37
Tabel 19. Identifikasi Kemungkinan Penyebab Masalah Tahap Analisis Pendekatan Sistem
Kelebihan 2 Jumlah bidan desa dan kader mencukupi Latar belakang pendidikan bidan memenuhi standar minimal Bidan mendapat pelatihan kerja dan seminar Lama bekerja rata-rata lebih dari 10 tahun Tersedia anggaran BOK untuk kegiatan promotif dan preventif
Kekurangan 3 Beberapa bidan kurang komunikatif dalam penyampaian informasi mengenai asi eksklusif. Sebagian besar bidan memiliki jabatan rangkap.
Money
Tidak ada pendanaan khusus untuk program promosi ASI eksklusif Dana anggaran BOK turun terlambat Belum ada SOP khusus mengenai penyuluhan bidan tentang ASI eksklusif Pencatatan data balita yang mendapatkan ASI eksklusif belum lengkap dan kurang teratur
Method
Material
Adanya buku KMS yang dibagikan untuk tiap Bumil dan Busui Keterbatasan jumlah alat peraga Tidak ada biaya perawatan alat Penyebaran informasi mengenai pemberian ASI eksklusif kepada setiap
Machine
Proses P1
38
bumil dan busui tidak direncanakan dengan baik. P2 Sudah dilakukan penyuluhan tentang ASI eksklusif dari Puskesmas kepada kader Sudah dilakukan penyuluhan tentang ASI eksklusif dari pihak Puskesmas dan kader kepada beberapa bumil, bufas, dan busui Tidak lengkapnya kehadiran bumil,bufas, busui pada saat penyuluhan tentang ASI eksklusif dilaksanakan
P3
Lingkungan
Belum adanya format baku pelaporan pencatatan tertulis dari Puskesmas Pendidikan busui yang masih rendah Masih adanya budaya kebiasaan pemberian makanan usia dini Banyak ibu yang bekerja sebagai buruh yang tidak memungkinkan baginya untuk memberikan asi eksklusif.
3.1.1
Analisis penyebab masalah dengan menggunakan Quality Assurance (QA) Selain dengan pendekatan sistem, analisis masalah manajemen Puskesmas juga dilakukan dengan penilaian mutu dari pelayanan kesehatan Puskesmas. Penilaian ini meliputi 2 hal, yaitu: a. Simple problem: Penilaian mutu pelayanan petugas Puskesmas kepada pasien, dilakukan pula dengan pendekatan simple problem, yaitu dengan melakukan observasi terhadap petugas kesehatan yang bekerja di puskesmas. Hasil observasi dan wawancara terhadap kegiatan Puskesmas harusnya dituangkan dalam daftar tilik yang ada di Puskesmas. Namun, belum terdapat Standard Operational Procedure penyuluhan untuk program ini.
39
b. Complex problem: Penilaian mutu pelayanan Puskesmas salah satunya dilakukan lewat pendekatan complex problem, yaitu dengan menggunakan sembilan dimensi mutu. Kuesioner ditanyakan pada tujuh ibu menyusui di wilayah Kecamatan Tempuran pada tanggal 14 Januari 2012.
Tabel 20. Konfirmasi Penyebab Masalah Mutu Pelayanan (Complex problem)
No.
Pernyataan
Total
1 I. Keterjangkauan
a. Apakah Anda mudah menjangkau Puskesmas? b. Apakah transportasi umum ke Puskesmas tersedia/mudah didapat? c. Apakah Anda mengetahui terdapat beberapa jenis pelayanan di puskesmas? d. Apakah Anda mengetahui ada Puskesmas lain di daerah Anda? II. Hubungan Antar Individu a. Apakah petugas pendaftaran melayani dengan ramah, memberi salam dan tersenyum? b. Apakah petugas poliklinik (dokter, bidan, perawat) melayani dengan ramah, memberi salam dan tersenyum? c. Apakah petugas apotek melayani dengan ramah, memberi salam dan tersenyum? d. Apakah petugas memberikan informasi dengan jelas?
7 7
0 0
100% 100%
57,14 %
100%
100%
100%
85,71 %
85,71 %
40
III.
Kenyamanan a. Apakah ruang tunggu dan periksa pasien nyaman? b. Apakah pasien nyaman saat mendapat tindakan medis? c. Apakah toilet bersih? d. Secara umum, Apakah Puskesmas tampak bersih, rapi, dan nyaman? 7 7 0 0 100% 100%
4 7
3 0
57,14% 100%
IV.
Kompetensi a. Apakah petugas cekatan dalam memberikan pelayanan? b. Apakah petugas memahami tugas dan perannya? c. Apakah petugas poliklinik menggunakan alat yang tepat saat memeriksa pasien? d. Apakah petugas mematuhi SOP dalam pelaksanaan pelayanannya? 7 0 100%
7 7
0 0
100% 100%
42,86 %
V.
Informasi a. Apakah petugas poliklinik memberikan informasi yang jelas saat akan melakukan tindakan medis tertentu? b. Apakah Puskesmas menempelkan penunjuk arah yang jelas (informasi nama-nama ruangan)? c. Apakah puskesmas menempelkan poster-poster informasi kesehatan? d. Apakah Anda tahu jika Puskesmas melakukan penyuluhan rutin kepada masyarakat? 7 0 100%
85,71 %
100%
28,57 %
VI.
Efisiensi a. Apakah jam buka dan tutup Puskesmas sesuai ketentuan yang berlaku? 7 0 100%
41
b. Apakah petugas datang dan memberikan pelayanan tepat waktu? c. Apakah pasien menunggu antrian lama saat pelayanan? d. Kesesuaian biaya dengan kualitas pelayanan yang diberikan petugas
100%
100%
7 7
0 0
100% 100%
VII.
Efektifitas a. Apakah pasien merasakan manfaat adanya Puskesmas? b. Apakah obat dari puskesmas memberikan hasil yang memuaskan? 7 7 0 0 100% 100%
d. Apakah Anda puas dengan pelayanan yang ada? VIII. Kesinambungan a. Apakah petugas melakukan konseling secara berkala kepada pasien? b. Apakah petugas selalu mengingatkan pasien untuk kembali datang ke puskesmas? c. Apakah Puskesmas mengadakan peyuluhan secara rutin? d. Apakah Anda pernah mengikuti penyuluhan yang diadakan Puskesmas? IX. Keamanan a.Apakah petugas menggunakan APD sesuai standar? b. Apakah petugas melakukan cuci tangan yang baik dan benar? 7 7 0 0 100% 100% 7 0 100%
100%
42
c. Apakah petugas memastikan identitas pasien sebelum melakukan tindakan? d. Apakah petugas memastikan obat yang diberikan sesuai dengan sakit yang diderita pasien?
100%
100%
Machine
Keterbatasan jumlah alat peraga Tidak ada biaya perawatan alat
Money
Tidak ada pendanaan khusus untuk program promosi ASI eksklusif Dana anggaran BOK turun terlambat
Pendidikan busui yang masih rendah Masih adanya budaya kebiasaan pemberian makanan usia dini Banyak ibu yang bekerja sebagai buruh yang tidak memungkinkan baginya untuk memberikan asi eksklusif.
Tidak lengkapnya kehadiran bumil,bufas, busui pada saat penyuluhan tentang ASI eksklusif dilaksanakan Penyebaran informasi mengenai pemberian ASI eksklusif kepada setiap bumil dan busui tidak direncanakan dengan baik.
Belum ada SOP khusus mengenai penyuluhan bidan tentang ASI eksklusif Pencatatan data balita yang mendapatkan ASI eksklusif belum lengkap dan kurang teratur
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Tempuran pada periode JanuariOktober 2012
Method PROSES
Lingkungan
43
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Penyebab Masalah Beberapa bidan kurang komunikatif dalam penyampaian informasi mengenai ASI eksklusif. Sebagian besar bidan memiliki jabatan rangkap Keterbatasan jumlah alat peraga Tidak ada biaya perawatan alat Tidak ada pendanaan khusus untuk program promosi ASI eksklusif Dana anggaran BOK turun terlambat Belum ada SOP khusus mengenai penyuluhan bidan tentang ASI eksklusif Pencatatan data balita yang mendapatkan ASI eksklusif belum lengkap dan kurang teratur Tidak lengkapnya kehadiran bumil, bufas, busui pada saat penyuluhan tentang ASI eksklusif dilaksanakan Penyebaran informasi mengenai pemberian ASI eksklusif kepada setiap bumil dan busui tidak direncanakan dengan baik Pendidikan busui yang masih rendah Masih adanya budaya kebiasaan pemberian makanan usia dini Banyak ibu yang bekerja sebagai buruh yang tidak memungkinkan baginya untuk memberikan asi eksklusif.
1.1 Prioritas Penyebab Masalah Prioritas penyebab masalah ditentukan menggunakan Paired Comparison. (Tabel 22, 23)
44
No 1
Penyebab Masalah Beberapa bidan kurang komunikatif dalam penyampaian informasi mengenai ASI eksklusif. Sebagian besar bidan memiliki jabatan rangkap Keterbatasan jumlah alat peraga Tidak ada biaya perawatan alat Tidak ada pendanaan khusus untuk program promosi ASI eksklusif Dana anggaran BOK turun terlambat Belum ada SOP khusus mengenai penyuluhan bidan tentang ASI eksklusif Pencatatan data balita yang mendapatkan ASI eksklusif belum lengkap dan kurang teratur Tidak lengkapnya kehadiran bumil, bufas, busui pada saat penyuluhan tentang ASI eksklusif dilaksanakan Penyebaran informasi mengenai pemberian ASI eksklusif kepada setiap bumil dan busui tidak direncanakan dengan baik Pendidikan busui yang masih rendah Masih adanya budaya kebiasaan pemberian makanan usia dini Banyak ibu yang bekerja sebagai buruh yang tidak memungkinkan baginya untuk memberikan asi eksklusif.
2 3 4 5 6 7 8
10
11 12 13
45
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
2
1 2
3
1 3 2 3
4
1 4 2 4 3 4
5
1 5 2 5 3 5 4 5
6
1 6 2 6 3 6 4 6 5 6
7
1 7 2 7 3 7 4 7 5 7 6 7
8
1 8 2 8 3 8 4 8 5 8 6 8 7 8
9
1 9 2 9 3 9 4 9 5 9 6 9 7 9 8 9
10
1 10 2 10 3 10 4 10 5 10 6 10 7 10 8 10 9 10
11
1 11 2 11 3 11 4 11 5 11 6 11 7 11 8 11 9 11 10 11
12
1 12 2 12 3 12 4 12 5 12 6 12 7 12 8 12 9 12 10 12 11 12
13 JUMLAH
1 13 2 13 3 13 4 13 5 13 6 13 7 13 8 13 9 13 10 13 11 13 12 13
7 2 1 0 4 3 6 5 12 8 9 11 10
46
Penyebab masalah
Frekuensi
Persen (%)
Jumlah Kumulatif
9 12 13 11 10 1 7 8 5 6 2 3 4
12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
15,39 14,10 12,82 11,54 10,26 8,97 7,69 6,41 5,13 3,85 2,56 1,28 0
12 23 33 42 50 57 63 68 72 75 77 78 78
15,39 29,49 42,31 53,85 64,11 73,08 80,77 87,18 92,31 96,16 98,72 100 100
47
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 A I B E frekuensi D H G C
Persen Kumulatif
14 12 10 8 6 4 2 0 9 12 13 11 10 1 7 8 5 6 2 3 4 Series 1
48
Alternatif Pemecahan Masalah Dari hasil analisis tersebut didapatkan bahwa dengan mengatasi delapan masalah, masalah utama dapat terselesaikan. Penyebab dan alternatif pemecahan masalah tersebut adalah: Tabel 25. Daftar Penyebab Masalah dan Alternatifnya No. 1 Penyebab Masalah Tidak lengkapnya kehadiran bumil, bufas, busui pada saat penyuluhan tentang ASI eksklusif dilaksanakan Alternatif pemecahan masalah Meningkatkan publikasi kegiatan penyuluhan dan mengadakan acara penyuluhan yang lebih bervariasi, kreatif, dan inovatif. Memberdayakan para kader dan tokoh masyarakat untuk mengedukasi masyarakat untuk lebih mengedepankan pemberian ASI daripada makanan pada usia dini. Memberikan penyuluhan kepada Ibu tentang cara penyimpanan ASI yang benar. Penyediaan alat peraga untuk memudahkan ibu menerima informasi yang diberikan dalam penyuluhan. Perencanaan ulang mengenai penyebaran informasi tentang pemberian ASI eksklusif yang melibatkan lintas sektor dan lintas program. Mengadakan pelatihan keterampilan komunikasi efektif kepada bidan. Membuat SOP mengenai ASI eksklusif
2 Masih adanya budaya kebiasaan pemberian makanan usia dini 3 Banyak ibu yang bekerja sebagai buruh yang tidak memungkinkan baginya untuk memberikan asi eksklusif. Pendidikan busui yang masih rendah Penyebaran informasi mengenai pemberian ASI eksklusif kepada setiap bumil dan busui tidak direncanakan dengan baik Beberapa bidan kurang komunikatif dalam penyampaian informasi mengenai ASI eksklusif. Belum ada SOP khusus mengenai penyuluhan bidan tentang ASI eksklusif
Proses pengambilan keputusan menggunaan kriteria mutlak dan kriteria keinginan. Kriteria mutlak dan kriteria keinginan yang dipakai yaitu :
49
a. Kriteria mutlak: Kegiatan mampu dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Dana tidak melebihi anggaran yang ditetapkan Sarana dan prasarana tersedia Adanya kebijakan yang mendukung program b. Kriteria keinginan : Efektif Mudah dilaksanakan oleh tenaga kesehatan puskesmas Melibatkan peran serta masyarakat Biaya operasional murah Berkesinambungan Kriteria keinginan dan bobot Efektif Mudah dilaksanakan Biaya murah Berkesinambungan : : : : 20 15 10 5
Beberapa alternatif pemecahan masalah tersebut antara lain : 1. Meningkatkan publikasi kegiatan penyuluhan dan mengadakan acara penyuluhan yang lebih bervariasi, kreatif, dan inovatif. 2. Memberdayakan para kader dan tokoh masyarakat untuk mengedukasi masyarakat untuk lebih mengedepankan pemberian ASI daripada makanan pada usia dini. 3. Memberikan penyuluhan kepada Ibu tentang cara penyimpanan ASI yang benar. 4. Penyediaan alat peraga untuk memudahkan ibu menerima informasi yang diberikan dalam penyuluhan.
50
5. Perencanaan ulang mengenai penyebaran informasi tentang pemberian ASI eksklusif yang melibatkan lintas sektor dan lintas program. 6. Mengadakan pelatihan keterampilan komunikasi efektif kepada bidan. 7. Membuat SOP mengenai ASI eksklusif.
Alternatif-alternatif tersebut diuji dalam matriks kriteria mutlak dan kriteria keinginan sebagai berikut: (Tabel 27, 28)
Tabel 27. Kriteria Mutlak
L/TL
L L L TL TL TL L
51
Kriteria
Bobot 1
20 15
4x20 4x15
10 5
1x10 4x5
2x10 2x5
3x10 1x5
4x10 3x5
170
135
85
110
KEPUTUSAN SEMENTARA 1. Meningkatkan publikasi kegiatan penyuluhan dan mengadakan acara penyuluhan yang lebih bervariasi, kreatif, dan inovatif. 2. Memberdayakan para kader dan tokoh masyarakat untuk mengedukasi masyarakat untuk lebih mengedepankan pemberian ASI daripada makanan pada usia dini.
Kemudian dilakukan analisis inventarisasi konsekuensi terhadap dua keputusan sementara yang memiliki skor tertinggi. 1. Meningkatkan publikasi kegiatan penyuluhan dan mengadakan acara penyuluhan yang lebih bervariasi, kreatif, dan inovatif. Faktor pendorong : dapat meningkatkan jumlah kehadiran bumil, bufas,
busui dalam acara penyuluhan sehingga diharapkan dapat memperluas cakupan pemberian ASI eksklusif.
52
Faktor penghambat : tidak semua petugas memiliki kreativitas dalam mempublikasikan dan melakukan penyuluhan. 2. Memberdayakan para kader dan tokoh masyarakat untuk mengedukasi masyarakat untuk lebih mengedepankan pemberian ASI daripada makanan pada usia dini. Faktor pendorong Faktor penghambat : Memudahkan penyebaran informasi pada masyarakat. : tidak semua petugas memiliki motivasi untuk
mengedukasi masyarakat.
3.7
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Dari inventarisasi alternatif pemecahan masalah, didapatkan keputusan tetap
berupa peningkatan publikasi kegiatan penyuluhan dan mengadakan acara penyuluhan yang lebih bervariasi, kreatif, dan inovatif. (Tabel 28)