Anda di halaman 1dari 9

BIRUNYA DIARI LAKSITA AURORA

Shanty SMA Antartika Sidoarjo


Mentari pagi mulai berjalan menuju singgasananya. Seolah ingin memberi salam, kepada sejuta umat di bumi, agar segera mengawali aktivitasnya masing-masing. Tetesan embun dari pucukdaun menguap diterpa surya pagi. Bunga-bungapun segera terbangun dari kelelapan tidur panjangnya. Pagi itu, ditengah mentari terbit, nampak seorang gadis mengemasi peralatan yang akan digunakannya untuk sekolah. Gadis itu bernama Laksita Auarora atau yang biasa disapa dengan sebutan Sita. Sungguh nama yang begitu indah didengar dan dilantunkan serta penuh arti. Sita dilahirkan di tengahtengah keluarga yang berperekonomian rendah. Ayahnya hanya seorang pegawai pabrik yang gajinya tak menentu dan ibunya hanya seorang pedagang kue keliling. Olek karenanya, ketika fajar menyingsing, Sita membantu keluarganya, mencari uang dengan bekerja di sebuah agen koran sebagai penyalur. Sita memiliki keperawakan yang begitu indah. Mata yang begitu besar, bulu mata yang lentik, bibir mungil merah merekah, pipi yang merona seperti buah apel (hmm manis!!!!), serta hidung yang meruncing ke depan, membuat setiap hati terpana, bila memandangnya. Tubuh yang tinggi semampai dengan lekuk-lekuknya yang membentuk seperti jalan pegunungan, dengan diiringi langkah yang gemulai, benar-benar seperti foto model mancanegara yang popular, dengan senyumnya yang menawan selalu mengembang di bibir merahnya. Kecantikannya kian terpancar, akan kebaikannya. Tutur bahasa yang sopan, selalu mengalir, menghiasi setiap alunan kata darinya. Sungguh begitu menyejukkan sekelilingnya. Ia begitu mandiri dan tak pernah menggantungkan diri kepada siapapun, walaupun tak jarang bantuan selalu datang kepadanya. Sita juga tak pernah sekalipun menyesal dengan hidupnya sehari-hari, ucapan syukur selalu terlontarkan di setiap doadoanya. Ia tumbuh sebagai gadis remaja yang santun, ramah, dan taat beribadah. Hari ini, Sita akan mulai lembaran baru di jenjang sekolah yang lebih tinggi. Hari bersejarah akan segera ia lalui. Masa-masa SMA sudah di depan mata. Kini saatnya, bersiap diri, mental dan pikiran, agar tidak terjebak dalam pergaulanyang menyesatkan.

Kata orang SMA Sangat mengesankan dan menyentuh hati serta ambang-ambang kemurtadan akan datang menanti, menyerap pelajaran yang tidak kuat oleh imannya. Sekilas pandangannya menoleh jauh merajut fatamorgana dengan pikirannya yang menerawang, membanyangkan apa yang akan terjadi pada hari ini. Aktifitas, teman, pegaulan, sekolah serba baru akanaku jajaki. Rasanya sungguh mendebarkan. Jantungku ikut ambil alih merasakan kegalauanku yang tak kunjung tuntas hingga membuat gaduh perasaanku. Nada gendang dari dalam perutku, kian menambah dentingan irama. Giman ya hari ini ??? Tanya ini hingga saat ini, masih menyelubungi otakku. Rasa takut, sedih, senang, bimbang berkecambuk menjadi satu seperti Es campur dengan rasa khas kegelisahan. Pikirnya. ayah, ibu, Sita berangkat dulu !!! pamitnya terburu-buru. Ia berangkat ke sekolah dengan naik bus. Suara kicauan burung, tak hentihentinya bersenandung dari semak-semak pohon. Sekilas ingin menyambut setiap langkah Sita. Sita terus berjalan, hingga ia menjumpai titik sudut keramain kota. Asap kendaraan bertaburan di mana-mana, debu polusi berkecambuk, menjadi santapan khas bagi pengguna jalan. Kebisingan menyambar, setiap mahkluk yang berkuat di dalamnya. Jalanan begitu sesak. Tak henti-hentinya, kendaraan memadati pusat kota, berbaris tanpa adanya komando dari pihak manapun. Setelah menunggu beberapa menit di halte. Tampak sebuah bus menghampiri. Tanpa pikir panjang, Sita langsung beranjak dan menerobos antrian bus. Setelah bus kenyang makan penumpang, bus tersebut siap mengantarkan semua penumpang ke tempat tujuan. Selang beberapa menit, Sita tiba di persimpangan jalan sekolah barunya. Ia pun turun dan segera melesat dengan cepatnya, tanpa menghiraukan sekelilingnya. Penjelajahannya terhenti ketika ia sampai di depan SMA BINA JAYA 1. tempat pencarian ilmu barunya, merupakan salah satu sekolah ternama di ibu kota. Tak mudah untuk masuk sekolah itu, tak hanya ilmu yang diatas rata-rata tapi materi juga harus tebal. Karena mahalnya dana yang haarus dikeluarkan untuk administrasi. Sita dapat merasakan

sekolah elite itu karena ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah ketika ia menjuarai olimpiade matematika pekan lalu. Di depan gerbang, tampak banyak sekerumunan sosok yang benasib sepertinya. Ia menghampiari kerumunan itu, dan segera sibuk mencari data pribadinya. Setelah berhasil menemukan, Sita lalu menuju kelas yang telah ditentukan. Di kelas, ia menjumpai sosok gadis yang amat dikenalnya. Tanpa memeras otak, Sita langsung duduk disebelahnya. Gadis itu bernama Anggun. Ia merupakan teman Sita ketika duduk di bangku SMP. Sesuai namanya, Anggun merupakan cewek yang modis. Ia merupakan salah satu cewek yang beruntung, secara fisik kecantikannya tak perlu diragukan lagi dan kekayaannya berlimpah, ia bisa sepuasnya membeli semua yang diinginkannya. Perbincangan meraka begitu akrab. Keduanya terhanyut akan masing-masing cerita. Seluruh komat-kamit terbunyarkan akan suara gemuruh kakak-kakak OSIS. Kegiatan hari ini hanya perkenalan, sehingga jam pulang berdering lebih awal. Nampak gadis yang rupawan keluar dari kelas dan mereka berpisah di gerbang sekolah. Seperti biasa, Anggun dijemput oleh pacarnya. Matahari semakin menuju puncaknya. Siang itu begitu panas. Karena musim kemarau masih bergelayut dalam cuaca hari ini sehingga beberapa bulan ini, kota-kota besar tidak tersiram air hujan. Dia berlari sambil terengah-engah untuk mencari tempat berteduh sementara dalam menunggu kendaraan yang dapat mengantarkanya sampai di rumah. Langkah terhenti di sebuah rumah yang dilapisi kayu bambu dan terlihat kuno. Di situlah Sita dan keluarganya menyambung hidup. Selama tiga hari ini, Sita akan melewati Masa Orientasi Siswa. Hari pertama Sita, MOS begitu sial, ia harus berhadapan dengan kakak-kakak kelasnya yang sibuk mengerjainya dan membuatnya seperti orang gila. Rambut Sita dikuncir lima dengan tali rafia lalu empeng bayi harus ia kunyah setiap waktu. Yang lebih parah lagi yaitu, karung plastik harus menjadi dengan pangkat permen lollipop. Itulah salah satu persyaratan dalam MOS tahun ini. ( Gila khan???? ). Hari ini, Sita dan teman-temannya mulai menerima ilmu yang disuguhkan oleh pihak sekolah. Dalam ia bernafas puas karena telah terbebas dari kakak kelas yang usil

menjahilinya selama masa orientasi. Hari demi hari, dia lewatibersama teman-teman barunya. Hingga detik itu pun pola hidupnya berubah. Pergaulan baru datang menghampirinya. Pada suatu malam, Sita dan teman-temannya menjelajah kehidupan malam yang tak pernah ia alami sebelumnya. Sampai akhirnya, pandangan Sita tertuju pada sebuah tempat yang tak pernah ia banyangkan dan sekaligus merupakan tempat sasaran temantemannya untuk melepaskan kelelahan mereka selama menimba ilmu. Sita makin terkejut ketika memasuki tempat yang bertulisan Cafe Gaul Metropolitan iu. Tampak sekaliling, lampu yang bercahaya redup bagai kunang-kunang di kegelapan, hangar bingar musik terdengar di sudut-sudut ruangan, asap-asap rokok bergelantung memenuhi ruangan seakan-akan ingin melenyapkan ruangan penuh dosa dan maksiat itu. Bunga impian pemukau kaum hawa yang menjajakan keindahan tubuhnya dengan berbalut pakaian yang minim, menambah kemurtadan di dalamnya. Tak hanya itu, antara lebah dan bunga bercumbu ria, melakukan penyerbukan yang tak semestinya dilakukan. Parahnya, kebanyakan para pelakunya merupakan generasi muda. Mereka pun semakin hanyut dalam rute perjalanan malam itu. Ngapain loe disitu, ayo gabung ama kita !!!! Ajak Anggun Enggak deh, gue disini aja !!! Ujar Sita Loe gtak minum Sit ???? Tanya Mahendra Ya deh, Pesenin gue orange juice !!!! Pinta Sita Apa, gue enggak salah dengern !!!! Anggun menimpali Emang kenapa ? Ada yang salah ???? Tanya Sita dengan polosnya Emang disini warung! Gaul dikit napa!!! Kata Anggun Udah deh, Gun, mungkin itu minuman kesukaan Sita, Udah kita balik kesana aja ! Lerai Mahendra Anggun dan Mahendra meninggalkan Sita. Sita terdiam, menunggu pesanannya datang, sedangkan dilain pihak, teman-temannya berpesta dengan membasahi kerongkongannya eengan sebuah minuman keras yang memabukkan. Sita mencatat perjalanan malamnya diatas lembaran sejatinya.

Jakarta, 13 Juli Tren Pergaulan bebas Minuman keras Cinta Pembuktian KISS Nge-drug FREE SEX o Apakah ini yang namanya mengikuti tren ???? o Apakah Free sex termasuk tren yang patut ditiru ???? o Apakah rasa cinta harus di buktikan dengan mengorbankan keperawanan ???? o Apakah keperwanan sudah tak bernilai dan merupakan barang yang diperjualbelikan ???? o Dimanakah nalar mereka ???? Keesokan harinya Di sela-sela jam kosong, Mahendra mencoba mendekati Sita. Ia ingin mengungkapkan perasaan hatinya pada Sita. Sit, gue mau ngomong !!!! kata Mahendra Ya uadah ngomong aja !!! uajar Sita Jangan disini !!!! bujuk Mahendra Serius banget ! udah disini aja!!!! pinta Sita Sebenarnya gue ada rasa am aloe, bayangan loe selalu menghinggapi dan menghiasi mimpi-mimpiku, tak kenal waktu dan tempat, dimana pun aku berada. Membuat sisi hidupku berubah bagaikan detak jarum jam. Dari lubuk hati gue, yang paling dalam, gue sayang loe dan maukah loe jadi pacar gue??? Ungkap Mahendra Wow, indah banget puisi loe ! bikinin donk! Goda Sita Gue serius ! Ujar Mahendra sambil memegang tangn Sita Denyut jantung Sita berdetak kencang. Ia bingung harus menjawab apa. Seakan mulutnya terkunci dengan kebimbangan yang dia alami pada saat itu. Sita pun mengambil keputusan. FREE SEX Pacaran

Sebenarnya gue juga sayang loe ! gue mau jadi pacar lkoe! Jawab Sita Sumpah loe ? yes berhasil !!!! teriak Mahendra histeris Seisi kelas memandang mereka dan menyambut kegembiraan yuang terjadi antara dua insan yang sedang dilanda cinta tersebut,. Sita hanya diam, tersipu malu. Setelah beberapa bulan berlalu, Sita sadar bahwa banyak masalah yang menimpa Anggun. Sebagai sosok sahabat yang baik, Sita menanyakan keadaan sahabat satu-satunya itu tapi Anggun tak menggubrisnya, ia berceloteh seakan tidak ada masalah. Pada akhir minggu Sita berkunjung kerumah Anggun. Ia menemukan sosok gadis yang berada dalam dunia maya dan terkapar lunglai tak berdaya. Dalam hitungan detik, mulut gadis itu mengeluarkan cairan berwarna putih yang tampak seperti busa. Tangan gadis itu memegang sebuah alat kontrasepsi kehamilan yang menandakan kehamilan. Sita berteriak histeris. Beberapa jam rumah Anggun dipadati petugas keamanan dari Polres. Isak tangis menambah kedukaan di dalam rumah berlantai tiga tersebut. Dalam langkah pulang, Sita meneteskan air mata. Sejuta rasa iba, duka dan kecewa menyelimuti kalbunya serta beribu tanda tanya menghantuinya. Sesampai rumah, Sita mengunci pintu rumahnya. Dengan penuh sembilu dia menumpahkan segala kejadian yang menimpa sahabatnya yang telah pergi mendahuluinya dalam buku diari birunya. Jakarta, 8 Oktober 2006 Hari ini, aku lewati hari suka dukaku. Tak kusangka, kata-kata darinya menjadi kataterakhir bagi cengkraman obrolan kita. Begitu cepat, Tuhan memanggilmu, rasanya hariku hampa tanpa hiasan canda tawa yang terlontar darimu. Dimanapun kau berada, aku akan selalu menjaga persahabatan kita dan mengenang memory yang pernah kita alami. Anggun pergilah dengan tenang. Aku disini, akan tetap mendoakanmu, mengenangmu, dan merindukanmu. Siang berganti sore, sore menjelma menjadi malam. Malam ini begitu hening dan dingin. Hanya ada beberapa bintang diawan yang di pancari cahaya bulan yang redup. Sepi, sunyi, senyap. Angina malam berhembus menyapu rerumputan hijau. Di perkampungan yang cukup jauh dari kota ini begitu mencekam. Kelap-kelip lampu kota

metropolitan tak tampak sedikitpun. Hanya beberapa lampu yang menjadi penerangan kampung ini. Malam pun semakin larut, udara malam yang membawa nafsu kantuk mulai menyerang mata. Tapi tak sedikitpun membuat Sita menoleh bebalik beranjak dari jendela. Ia kembali sibuk memberi tulisan di diary birunya. Jakarta, 9 Oktober 2006 Malam ini begitu hening. Aku semakin menyadari makna kehidupan. Tidak pernah ada yang tahu akan rahasianu. Syukur selalu kupanjatkan kepadamu. Hingga detik ini, aku semakin yakin akan kemurahan hati-Mu. Dan semakin terbukti bahwa tidak ada satupun manusia di dunia ini yang mampu memperhitungkan rencana-Mu. Semua tampak tiba-tiba dan diluar jangkauan akal manusia. Terima kasih Tuhan telah menunjukkan kekuasaan-Mu. Kini hatiku terbuka akan kedasyatan kekuatan-Mu. Selang beberapa minggu Setelah kejadian yang memiluhkan dari sahabatnya Anggun. Sita merasa takut akan melangkah menyambut hari esok. Seolah ambang-ambang kematian menantinya. Hal itu merupakan mimpi buruk yang tak akan ia lupakan sampai akhir hayatnya. Ia merasa kesepian. Seseorang yang selalu ada, mendampingi masa-masa dukanya kini tak lagi disampingnya. Sungguh tak dapat dipercaya. Malam ini Siuta menerima ajakan Mahendra untuk nge-date. Barangkali saja, malam ini kembali. Kita mau kemana???? Tanya Sita Nanti loe pasti tahu sendiri !!! Jawab Mahendra Lalu mereka berhenti di diskotek ternama di ibu kota Kita pulang aja yuk !!! Ajak Sita Kita masuk dulu aja, pasti loe tenang, kalo uadah ngerasain !!!! Kata Mahendra dapat membuat tersenyum

Keduanya masuk. Tak lama kemudian tangan Mahendra menjelajah di tubuh Sita. Mahendra berbuat hal yang seronok kepada Sita. Ia mencium Sita dengan paksa. Sita mendorong tubuh Mahendra hingga terpelanting ke lantai. Ayo donk sayang, malam ini kita bersenang-senang ! Rayu Mahendra dengan kembali memeluk Sita Apaan sich loe ini, seperti orang kerasukan aja ! Kata Sita meremehkan Emang loe enggak liat pasangan yang lain, mereka asyik bercumbu ria ! Ujar Mahendra Gue enggak se-rendah mereka, kalau loe meniru gaya mereka berarti derajat loe juga rendah dibawah hewan ! Ujar Sita menjelaskan Jangan sok alim deh! Dasar cewek cupu !! Kata Mahendra dengan marah Apa loe bilang, loe pikir gue cewek gamapangan!!! Asal loe tahu, gue masih punya harga diri!!!! Bentak Sita Hah, hari gini ngomong harga diri, jangan sok cantik deh, gue tahu kalo loe butuh uang khan, gue bisa beli loe!!!! Emang harga loe berapa???? Kata Mahendra merendahkan Sita merasa diremehkan oleh ucapan Mahendra. Em osinya memuncak. Tanpa sadar tangan Sita telah bergerak menyapu pipi Mahendra hingga berdarah. Plaaaaaaak, Plaasaaaaak................!!!! Bunyi tamparan Sita mengagetkan seisi ruangan. Sorry, gue enggak sepicik yang loe bayangin! Kalau loe mau cari aja cewek yang mau ngorbanin virginnya demi loe!!! Kalu gue males deh, berurusan dengan cowok sebejat loe!! Bentak Sita Sita pun pergi meninggalkan Mahendra dengan mengambil seribu langkah. Ia pun berharap sampai di tempat berlabuhnya secepat mungkin. Tak terasa air mata mengalir, tak kenal kompromi. Langit terlihat begitu muram. Seolah meggambarkan perasaan kalbu Sita yang teriris. Semilir angin malam yang dingin menerpa tubuhnya yang terbalut jaket. Hawa yang dingin tak lagi dirasakan. Dia terus menerobos kegelapan. Suasana yang hitam dan mencekam masih mengelilingi langkahnya. Bintang-bintang bersinar penuh makna, ikut merasakan kegundahan Sita.

Daerah itu begitu hening. Tak ada s3edikitpun daun yang terjatuh ke muka bumi. Suara kicauan, tak lagi terdengar. Penduduk telah terlelap dalam bayang-bayang mimpi. Sedangkan di sudut lain, Sita masih terdiam menerawang jauh entah kemana. Pipinya masih basah dan terlihat kemuraman yang teramat. Diam-diam, ia tengah mencoret-coret tembaqng laranya dalam diary birunya. Jakarta, 23 November 2006 Malam ini, aku tertegun, diam-dfiam tak mampu berkata. Malam yang tadinya kurasa dingin berubah menjadi panas yang tak tertahankan oleh hatiku. Aura kebencian telah menyatu dalam diriku. Kalbuku mendidih, menyala bergelora, serta panas dingin tubuhku. Aku benar-benar malu dan menyesal Mengapa aku harus mengenalnya. Dia telah menyinggung salah satu sisi hidupku. Aku mulai memaki, mengejek, mengumpatnya tak karuan. Tapi semua itu, tak dapat menghapus lara yang ditimbulkannya. Beranda kamarku yang tertimpa cahaya redup, membuat hati makin kelam, akan peristiwa memuakkan yang baru saja aku alami. Jakarta, 1 Desember 2006 Cahaya surya pagi menyentuh kulitku, membangunkan aku dari mimpi dan bualan keegoisanku. Hingga detik ini, kapan dan dimanapun aku berada, tak akan menoleh kembali ke belakang. Masa lalu adalah mimpi buruk yang akan Kukubur. Kutarik nafas panjang, Kuberdiri, Kuatur langkahku, Kubuka jendela, Kuberteriak Selamat Pagi Dunia. Lega rasanya hatiku, akupun berjanji mulai saat ini, akan kutatap dan menyambut hari esok yang penuh makna dan mempersiapkan masa mendatang yang lebih berarti dengan menepis segala kebencian dan keegoisan yang selama ini sering mengejar mengelilingi setiap langkahku. Aku yakin, kebahagiaan akan menjemputku dikemudian hari. Ada kebanggaan yang anati, suatu saat akan dan pasti ku ceritakan pada seseorang yang pantas dicintai dan mencintai aku AKU MASIH PERAWAN.

Anda mungkin juga menyukai