Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

ANALISIS CITRA SATELIT PENGINDERAAN JAUH UNTUK KEJADIAN BANJIR DAN TANAH LONGSOR
KABUPATEN KATINGAN DAN KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PUSAT PENGEMBANGAN PEMANFAATAN DAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL JAKARTA

1. Kejadian Banjir Banjir di Kabupaten Katingan dan Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah terjadi sejak tanggal 25 Juni 2006, yang disebabkan oleh luapan sungai Katingan. Kejadian banjir ini mengakibatkan 2000 rumah terendam, menggenangi ruas jalan trans-Kalimantan (Sumber cetak/0606/28/utama/2767778.htm) http://www.kompas.com/kompas-

2. Pemantauan Kondisi Curah Hujan 2.1 Pemantauan Liputan Awan dan Peluang Hujan Harian dari Citra MTSAT
Berdasarkan pemantauan liputan awan dan peluang hujan dri citra MTSAT (resolusi spasial 4 km) pada tanggal 25-28 Juni 2006, terlihat bahwa secara umum sebagian wilayah provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan mengalami hujan dengan intensitas rendah sampai tinggi (hujan gerimis sampai lebat). Pada tanggal 26 Juni 2006, Provinsi Kalimantan Tengah mengalami hujan lebat. (Gambar 1). Data arah

angin yang diperole h dari Bureau of Meteorology (BoM) Australia (Gambar 2) memperlihatkan bahwa pada tanggal 26 Juni 2006 pergerakan angin dari tenggara dan mengakibatkan awan menutup sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah.

Gambar 1. Liputan awan dan peluang hujan tanggal 26 Juni 2006 pukul 16.00 WIB.

Gambar 2. Arah dan kecepatan angin wilayah Indonesia tanggal 26 Juni 2006

2.2 Pemantauan Liputan Awan dari Citra AVHRR/NOAA dan Curah Hujan dari data Qmorph Berdasarkan pemantauan data AVHRR/NOAA (resolusi spasial 1 km) dari tanggal 25-27 Juni 2006 diketahui bahwa kondisi di atas provinsi Kalimantan Tengah sangat berawan. Gambar 3 menunjukkan kondisi liputan awan lokal pada tanggal 26 Juni 2006. Sementara kondisi curah hujan yang diperoleh dari dari dataset Qmorph tanggal 25-27 Juni 2006 juga menunjukkan intensitas hujan tinggi terjadi di sebagian besar Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Pada tanggal 26 Juni 2006, curah hujan di kabupaten Katingan dan Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah mencapai nilai > 100 mm/hari (Gambar 4).

2. Pemantauan Kondisi Permukaan dari Citra Landsat-7 ETM+ dan DEM-SRTM


Informasi dari citra Landsat-7 ETM+ dan DEM -SRTM dimaksudkan untuk mengetahui kondisi lokasi kejadian banjir seperti topografi dan penutup/penggunaan lahannya. Secara topografis, wilayah Kabupaten Katingan dan Kota Waringin Timur merupakan daerah dataran aluvial yang luas. Di sebelah utara terdiri dari perbukitan berbatuan sedimen yang telah mengalami pengikisan/denudasi tingkat lanjut (Gambar 5). Pola-pola aliran

Gambar 3. Kondisi liputan awan di Kab. Katingan Tengah dan Kabupaten Kotawaringin Timur dari Citra AVHRR/NOAA-12 tanggal 26 Juni 2006 pukul 15.45 WIB.

Gambar 4. Kondisi curah hujan di Kab. Katingan Tengah dan Kabupaten Kotawiringin Timur dari data Qmorph tanggal 26 Juni 2006.

cenderung mengikuti arah kemiringan lereng. Anak-anak sungai bertemu pada sungai induk yang panjang dan sangat lebar mengalir ke selatan. Permukiman dan lahan budidaya/pertanian dijumpai pada daerah sekitar aliran sungai. Secara morfologi, daerah tersebut lebih rentan terhadap bencana banjir. Kondisi rentan banjir akibat luapan air sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi penutup/penggunaan lahan pada daerah aliran sungai. Memperhatikan kondisi penutup/penggunaan lahan di 5 (lima kecamatan) di Kabupaten Katingan dan Kota Waringin Timur (Kecamatan Antang Kalang, Mentaya Hulu, Katingan Tengah, Pulau Manan dan Tewang S. Garing) dalam kurun waktu 2002-2005 (Gambar 6-11), banyak indikasi perubahan penutup/penggunaan lahan dari lahan vegetasi menjadi non vegetasi (hutan menjadi non hutan). Kondisi demikian semakin menambah tingkat kerentanan banjir. Gambar 12 memperlihatkan juga kondisi penutup/penggunaan lahan di Taman Nasional Sebangau Kabupaten Katingan tahun 2002 yang juga sudah banyak terindikasi adanya pembukaan lahan (ditunjukkan oleh lingkaran warna biru). Berdasarkan hasil analisa citra di atas, dapat diketahui bahwa kejadian banjir di Kabupaten Katingan dan Kota Waringin Timur lebih disebabkan oleh faktor-faktor perubahan penutup/penggunaan lahan (hutan menjadi non hutan) dan kondisi morfologi yang rentan banjir. Kondisi demikian dipicu lagi oleh curah hujan yang relatif tinggi.

Gambar 5. Kondisi morfologi lokasi banjir di Kabupaten Katingan dan Kota Waringin Timur dari DEM -SRTM.

Gambar 6. Kondisi penutup/penggunaan lahan lokasi banjir di Kecamatan Antang Kalang Kabupaten Kota Waringin Timur dari citra Landsat-7 ETM tahun 2002.

Gambar 7. Kondisi penutup/penggunaan lahan lokasi banjir di Kecamatan Antang Kalang Kabupaten Kota Waringin Timur dari citra Landsat-7 ETM tahun 2005. 6

Gambar 8. Kondisi penutup/penggunaan lahan lokasi banjir di Kecamatan Mentaya Hulu Kabupaten Kota Waringin Timur dari citra Landsat-7 ETM tahun 2002.

Gambar 9. Kondisi penutup/penggunaan lahan lokasi banjir di Kecamatan Mentaya Hulu Kabupaten Kota Waringin Timur dari citra Landsat-7 ETM tahun 2005. 7

Gambar 10. Kondisi penutup/penggunaan lahan lokasi banjir di Kecamatan Katingan Tengah, Pulau Manan dan Tewang S.Garing Kabupaten Katingan dari citra Landsat-7 ETM tahun 2002.

Gambar 11. Kondisi penutup/penggunaan lahan lokasi banjir di Kecamatan Katingan Tengah, Pulau Manan dan Tewang S.Garing Kabupaten Katingan dari citra Landsat-7 ETM tahun 2005. 8

Gambar 12. Kondisi penutup/penggunaan lahan di Taman Nasional Sebangau Kabupaten Katingan dari citra Landsat-7 ETM tahun 2002 Lingkaran warna biru menunjukkan daerah-daerah yang mengalami pembukaan lahan.

Anda mungkin juga menyukai