Anda di halaman 1dari 5

I. PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Sterilisasi adalah suatu proses membebaskan peralatan atau bahan dari mikroorganisme yang tidak dikehendaki (Ramona dkk., 2007). Sterilisasi merupakan suatu cara untuk mematikan suatu mikroba dengan pemanasan dan menggunakan tekanan tinggi (Entjang, 2003). Peralatan atau bahan yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi harus dalam keadaan steril yaitu tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme yang tidak dihendaki yang dapat mengganggu ataupun merusak media ataupun dalam proses kerja (Waluyo, 2004). Beberapa jenis sterilisasi yang dapat dilakukan dan disesuaikan dengan sifat bahan yang akan disterilkan yaitu sterilisasi secara fisik merupakan sterilisasi dengan menggunakan pemanasan, penggunaan sinar UV, sinar X, dan sinar sinar dengan panjang gelombang pendek. Sterilisasi secara kimia adalah sterilisasi dengan menggunakan bahan bahan kimia, seperti alkohol, desinfektan, formalin, sabun dan lain sebagainya. Yang terakhir sterilisasi mekanik yaitu sterilisasi dengan menggunakan filter atau saringan (Ramona dkk., 2007) Sterilisasi secara fisik dengan menggunakan pemanasan dibedakan atas pemanasan dengan udara kering atau udara basah; Tindalisasi; Pasterurisasi; Sterilisasi dengan nyala api langsung; Sterilisasi dengan uap panas yang bertekanan (Ramona dkk., 2007). Tindalisasi merupakan suatu metode dengan mendidihkan medium dengan uap beberapa menit saja. Pasterurisasi yaitu suatu cara disinfeksi dengan pemanasan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme tanpa merusak fisik suatu bahan (Prasetyo, 2009). 1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui prinsip dasar sterilisasi secara fisika, kimia dan mekanik. 2. Untuk mengetahui variasi waktu pada sterilisasi dengan sinar UV. 3.Untuk mengetahui perbandingan populasi mikroba pada bagian tubuh tertentu dengan metode swab. 4. Untuk mengetahui pengaruh sterilisasi dengan menggunakan zat kimia. 1

II. MATERI DAN METODE Pertama tama, dicairkan medium Nutrient Agar tegak dalam penangas air, kemudian dituangkan ke dalam cawan petri, dibiarkan membeku pada suhu kamar. Untuk sterilisasi dengan sinar UV, NA dituangkan ke dalam 3 cawan petri steril. Cawan pertama disinari dengan UV selama 1 menit, cawan kedua selama 3 menit dan cawan ketiga tidak disinari (kontrol). Sterilisasi dengan zat kimia, setelah medium NA tegak dicairkan, jarum pentul direndam dalam larutan alkohol selama 10 menit, kemudian dicuci dengan air steril dan diletakkan pada permukaan medium dalam cawan petri. Alkohol yang digunakan dengan konsentrasi 40%, 70% dan 96%. Satu jarum pentul tidak direndam dengan alkohol sebagai kontrol. Sterilisasi bahan kimia, dengan menggunakan wipol dan superpel, dimana metode yang digunakan hampir sama dengan sterilisasi zat kimia. Untuk sterilisasi sabun, jari tangan yang belum dicuci diapuskan pada permukaan medium cawan petri pertama (kontrol). Jari tangan dicuci dengan sabun merk detol dan lifeboy dan dibiarkan kering tanpa dikeringkan dengan lap, kemudian diapuskan pada permukaan cawan petri kedua. Sterilisasi metode swab. Swab dicelupkan ke air steril, lalu diapuskan pada permukaan kulit (pipi, tangan, belakang telinga). Kemudian swab diapuskan pada permukaan dalam medium cawan petri. Semua media cawan petri diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C dan diamati ada tidaknya pertumbuhan mikroba pada sekitar media.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pengamatan Hasil pengamatan terlampir 3.2 Pembahasan Sterilisasi yang dilakukan pada praktikum ini secara kimia, fisik dan metode swab. Sterlisasi dengan sinar UV, berdasarkan hasil pengamatan setelah diinkubasi selama 24 jam, dapat dilihat bahwa jumlah mikroba pada kontrol lebih banyak dibandingkan dengan cawan petri yang diberi perlakuan baik 1 menit ataupun 3 menit yaitu dengan jumlah pertumbuhan mikroba cukup ada dan sedikit ada. Semakin lamanya waktu penyinaran maka semakin berkurangnya pertumbuhan mikroba karena sinar UV memiliki sifat germisida yang dapat membunuh bakteri yang bersifat vegetatif dan spora. Absorpsi radiasi sinar UV menyebabkan senyawa kimia nukleoprotein dan menimbulkan hubungan silang antara pasangan pasangan molekul timin. Sterilisasi dengan alkohol 40%, 70% dan 96%. Dari hasil pengamatan didapatkan jumlah pertumbuhan mikroba pada kontrol paling banyak. Untuk alkohol 40% pertumbuhan mikrobanya sedikit, jumlah mikroba yang cukup untuk alkohol 70%. Tidak adanya pertumbuhan mikroba untuk alkohol 96%, hal ini disebabkan karena kandungan alkoholnya lebih besar daripada airnya sehingga mikroba sulit untuk tumbuh. Pertumbuhan bakteri yang paling banyak seharusnya pada alkohol 40% karena jumlah kandungan alkoholnya lebih sedikit dibandingkan dengan kandungan airnya sehingga masih dapat ditumbuhi oleh mikroba. Hal ini dimungkinkan karena adanya kontaminasi media pada saat pembuatan. Strelisasi selanjutnya menggunakan bahan kimia yaitu wipol dan superpel. Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat, wipol lebih sedikit pertumbuhan mikrobanya dibandingkan dengan superpel. Wipol memiliki bahan aktif pine oil yang merupakan desinfektan golongan phenolic yang dapat menyebabkan iritasi kulit dan dapat digunakan sebagai desinfektan dan antiseptik. Sedangkan superpel adalah Cottoclarin yang bersifat karsinogen yang dapat membunuh kuman dengan 3

sifat karsinogennya. Sehingga wipol lebih ampuh membunuh kuman karena merupakan desinfektan. Sterilisasi secara kimia dengan sabun Detol dan Lifeboy. Tangan dikeringkan dengan udara bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba pada lab yang digunakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan, sabun Lifeboy sedikit ada pertumbuhan bakteri dibandingkan Detol. Sabun Lifeboy mengandung TCC yang mempunyai kemampuan antibakteri dengan mekanisme kerja bakteriostatik atau menghambat pertumbuhan bakteri seperti bakteri yang menyebabkan bau tubuh dan infeksi peradangan kulit. Sterilisasi terakhir dengan menggunakan metode swab. Pada kelompok lima mendapat hasil yang merata pada pertumbuhan mikroba dibagian pipi, belakang telinga dan permukaan tangan sedangkan kelompok enam pertumbuhan mikroba banyak pada pipi dan belakang telinga. Pertumbuhan mikroba paling banyak seharusnya terjadi pada belakang telinga karena belakang telinga sangat lembab sehingga menjadi tempat tumbuh mikroorganisme dan letaknya tersembunyi pada tubuh kita. Sedangkan pada daerah yang lain seperti pipi dan permukaan tangan tempatnya lebih terjangkau sehingga lebih sering dibersihkan dan terkena sinar matahari. Sinar matahari mengandung sinar UV yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Pada kontrol seharusnya tidak ditemukan pertumbuhan bakteri karena merupakan air steril. Adanya kontaminasi mungkin terjadi pada kelompok enam karena sampel kontrolnya terdapat pertumbuhan mikroba.

IV KESIMPULAN 1. Sterilisasi merupakan suatu proses pembebasan alat dan bahan dari mikroorganisme yang tidak dikehendaki. Metode yang digunakan yaitu sterilisasi secara fisik seperti pemanasan, penggunaan sinar UV, sinar X dan sebagainya; sterilisasi kimia seperti menggunakan bahan bahan kimia; sterilisasi mekanik seperti sterilisasi dengan menggunakan filter atau saringan. 2. Lamanya baik. 3. Pemeriksaan dengan metode swab diketahui perbandingan urutan bakteri dari terbanyak ditemukan seharusnya pada belakang telinga, pipi dam permukaan tangan. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan pH, cahaya dan faktor kebersiham dari bagian tubuh tersebut. 4. Pemeriksaan sterilisasi dengan bahan kimia, dimana semakin tinggi kandungan antiseptik dari bahan kimia tersebut, maka semakin efektif membunuh bakteri. peroses penyinaran pada sterilisasi sinar UV sangat berpengaruh,semakin lamanya waktu penyinaran maka hasil sterilisasi semakin

DAFTAR PUSTAKA Anonim a. - . http://en.wikipedia.org/wiki/Pine_oil .(Accesed : 2012 March 9). Entjang, Indan. 2003. Mikobiologi dan Parasitologi. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung Kawuri, R., Y. Ramona dan I.B.G. Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Jurusan Biologi F. MIPA UNUD : Bukit Jimbaran Prasetyo, Redi Joko. 2009. http://www.try4know.co.cc/2009/10/sterilisasi-bahandan-alat-percobaan.html (Accessed : 2012 March 9) Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM-Press

Anda mungkin juga menyukai

  • Fasciola Hepatica
    Fasciola Hepatica
    Dokumen1 halaman
    Fasciola Hepatica
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Dokumen3 halaman
    Pemba Has An
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Mikro Jamur
    Mikro Jamur
    Dokumen5 halaman
    Mikro Jamur
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • FENILEFRIN
    FENILEFRIN
    Dokumen7 halaman
    FENILEFRIN
    Trisna Komala
    100% (2)
  • Manusia Sebagai Mahluk Budaya
    Manusia Sebagai Mahluk Budaya
    Dokumen2 halaman
    Manusia Sebagai Mahluk Budaya
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang Mikro 1
    Latar Belakang Mikro 1
    Dokumen5 halaman
    Latar Belakang Mikro 1
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen2 halaman
    Bab 2
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Tugas Laporan 2
    Tugas Laporan 2
    Dokumen4 halaman
    Tugas Laporan 2
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Pengklaiman Lagu Bengawan Solo
    Pengklaiman Lagu Bengawan Solo
    Dokumen8 halaman
    Pengklaiman Lagu Bengawan Solo
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Chitin N Chitosin
    Chitin N Chitosin
    Dokumen17 halaman
    Chitin N Chitosin
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Tugas Laporan II
    Tugas Laporan II
    Dokumen9 halaman
    Tugas Laporan II
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Biji
    Biji
    Dokumen1 halaman
    Biji
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Fasciola Hepatica
    Fasciola Hepatica
    Dokumen1 halaman
    Fasciola Hepatica
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • MONOKOTIL
    MONOKOTIL
    Dokumen1 halaman
    MONOKOTIL
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Junal Awal Formalin
    Junal Awal Formalin
    Dokumen4 halaman
    Junal Awal Formalin
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Analisa Artikel Sosial - Politik
    Analisa Artikel Sosial - Politik
    Dokumen2 halaman
    Analisa Artikel Sosial - Politik
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Laporan Isbd
    Laporan Isbd
    Dokumen28 halaman
    Laporan Isbd
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Biji
    Biji
    Dokumen1 halaman
    Biji
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Biji
    Biji
    Dokumen1 halaman
    Biji
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Biji
    Biji
    Dokumen1 halaman
    Biji
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • MONOKOTIL
    MONOKOTIL
    Dokumen1 halaman
    MONOKOTIL
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Peg Agan
    Peg Agan
    Dokumen3 halaman
    Peg Agan
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • MONOKOTIL
    MONOKOTIL
    Dokumen1 halaman
    MONOKOTIL
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat
  • Junal Awal Formalin
    Junal Awal Formalin
    Dokumen4 halaman
    Junal Awal Formalin
    Trisna Komala
    Belum ada peringkat