Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO, yang dimaksud makanan adalah : Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, wich are part of human diet. Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan. Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya : 1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki 2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya. 3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan. 4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan oleh makanan (food borne illness).

Higiene dan Sanitasi Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik

beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan

yang akan merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan. Dalam pengelolaan makanan ada 6 prinsip yang harus di perhatikan yaitu:

1. Keadaan bahan makanan

Semua jeis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk atau rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, buah, dsb. Baham makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan perjalanan makanan yang begirtu panjangdan melalui jarngan perdagangan yang begitu luas. Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baika dalah menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.

2. Cara penyimpanan bahan makanan

3. Cara Pengolahan makanan

4. Cara pengangkutan makanan yang telah masak

5. Cara penyimpanan makanan masak

6. Cara penyajian makanan masak

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Istilah-Istilah dalam Sanitasi dan Keamanan Makanan


1. Clean, bebas dari kotoran yang kelihatan 2. Sanitasi, mengurangi jumlah mikroorganisme hingga level aman dengan

menggunakan pemanasan atau kimia 3. Sterilisasi, menjadikannya bebas dari mikroorganisme pada penyiapan dan penyajian makanan kita tidak mensterilkan peralatan yang kontak dengan makanan. 4. Kontaminasi - adanya bahan berbahaya dalam makanan 5. Spoilage. Merusak kualitas layak dimakan dari makanan. Daging yang tidak aman dimakan tidak akan selalu bau atau berubah rasanya. 6. Potentially Hazardous Foods (PHFs), adalah Makanan-makanan yang

memungkinkan pertumbuhan cepat dari bakteri. 7. The Temperature Danger Zone. Kisaran temperatur dimana bakteri dapat tumbuh dan bereproduksi dengan cepat (antara 41-135oF atau 4-57oC.) Potentially hazardous foods harus dipertahankan pada temperatur dibawah 4 oC atau diatas 57oC. 8. Food borne Illness. Penyakit yang ditularkan pada manusia berkaitan dengan proses pencernaan makanan yang mengandung patogen berbahaya atau toksin yang diproduksinya 9. Food borne Illness Outbreaks (FBIOs). Umumnya, kita berfikir wabah food borne illness secara mengenai 20, 50, atau bahkan seratus individu. Nyatanya, wabah didefinisikan sebagai hasil pemeriksaan labor atas insidensi penyakit klinis yang mengenai dua atau lebih orang yang makan makanan yang umum dimakan. 10. Cross-contamination (kontaminasi silang) perpindahan zat berbahaya dari satu makanan ke lainnya melalui kontak langsung maupun tidak langsung a. Direct cross-contamination meliputi perpindahan bahan barbahaya dari bahan mentah ke makanan siap dimasak ataupun siap santap Contoh: darah dari daging sapi segar mengalir kedalam rak penyimpanan bahan segar siap dimasak yang ada dibawahnya. b. Indirect cross-contamination meliputi perpindahan zat berbahaya ke makanan melalui tangan, perkakas, atau peralatan.

Contoh: bahan mentah diolah dengan pisau dan papan alat dan pisau dan papan alas tidak dibersihkan dan saniter setelah dipakai.

2.2 Faktor2 yang berpengaruh dalam Food borne Disease


1) Kontaminasi silang antara bahan mentah dan yang telah dimasak dan atau makanan siap santap. Umumnya akibat dari jeleknya personal hygiene (tangan pekerja), atau dari pengunaan peralatan yang tidak saniter. 2) Inadequate re-heating of potentially hazardous foods. Semua makanan yang lebih diharapkan dihidangkan dalam keadaan panas harus dipanaskan kembali hingga 165 oF selama 2 jam. 3) Makanan terlalu lama berada dalam Zona Temperatur Berbahaya. Waktu dalam Zona Temperatur Berbahaya adalah kumulatif. Setelah 4 jam makanan potensial berbahaya harus dibuang. 4) Bahan mentah, bumbu yang terkontaminasi digunakan tanpa dimasak lagi. Contohnya bumbu melon, selada, dan telur mentah yang digunakan dalam saus dan bumbu selada 5) Pengolahan makanan yang terlalu lama. Ini bisanya digabungkan dengan menahan makanan terlalu lama dalam zona temperatur berbahaya 6) Penjamah makanan yang terinfeksi dan kebiasaan kerja yang jelek keduanya berkontribusi terhadap food borne disease 7) Kegagalan dalam memanaskan atau memasak makanan dengan baik 8) Kegagalan dalam mendinginkan makanan dengan baik adalah penyebab nomor satu dari wabah Food Borne Illness di USA. Praktek pendinginan yang jelek mengakibatkan makanan potensial berbahaya tertahan dalam zona temperatur berbahaya untuk waktu yang lama

2.3 Pengolahan Bahan Makanan (Prinsip Food Hygiene)


Proses pengolahan Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian Yaitu: 1. Tempat pengolahan makanan Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya

harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi. 2. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian.Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus,

Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadan sehat dan terampil. 3. Cara pengolahan makanan Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good manufacturing practice).

2.4 Penyimpanan Bahan makanan (Prinsip Food Hygiene)


Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tempat penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat penyimpanan pada suhu dingin. Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan pada suhu dingin yaitu < 40C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan dalam suhu -5 s/d -10C.

Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk katering dan penyelenggaraan makanan RS perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat bahan makanan yang berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya dapat terjaga. Cara penyimpanan yang memenuhi syarat hgiene sanitasi makanan adalah sebagai berikut: - Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan memenuhi syarat

- Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak memberi kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang, terhindar dari lalat/tikus dan untuk produk yang mudah busuk atau rusak agar disimpan pada suhu yang dingin.

Penyimpanan bahan makanan merupakan satu dari 6 prinsip higiene dan sanitasi makanan. Penyimpanan bahan makanan yang tidak baik, terutama dalam jumlah yang banyak (untuk katering dan jasa boga) dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan tersebut. Adapun tata cara penyimpanan bahan makanan yang baik menurut higiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut:

A. Suhu penimpanan yang baik Setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam penyimpanan tergantung kepada besar dan banyaknya makanan dan tempat penyimpanannya. Sebagian besar dapat dikelompokkan menjadi: 1. Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya

Menyimpan sampai 3 hari : -50 sampai 00 C Penyimpanan untuk 1 minggu : -190 sampai -50 C Penyimpanan lebih dari 1minggu : dibawah -100 C Penyimpanan sampai 3 hari : -50 sampai 70 C Penyimpanan untuk 1 minggu : dibawah -50 C Penyimpanan paling lama untuk 1 minggu : dibawah -50 C

2. Makanan jenis telor, susu dan olahannya


3. Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling lama 1 minggu yaitu 70 sampai 100 C 4. Tepung, biji-bijian dan umbi kering pada suhu kamar (250C).

B. Tata cara Penyimpanan 1. Peralatan penyimpanan a. Penyimpanan suhu rendah dapat berupa: - Lemari pendingin yang mampu mencapai suhu 100 150 C untu penyimpanan sayuran, minuman dan buah serta untuk display penjualan makanan da minuman dingin. - Lemari es (kulkas) yang mampu mencapai suhu 10 - 40 C dalam keadaanisi bisa digunakan untuk minuma, makanan siap santap dan telor. - Lemari es (Freezer) yang dapat mencapai suhu -50 C, dapat digunakan untuk penyimpanan daging, unggas, ikan, dengan waktu tidak lebih dari 3 hari. - Kamar beku yang merupakan ruangan khusus untuk menyimpan makanan beku (frozen food) dengan suhu mencapai -200 C untuk menyimpan daging dan makanan beku dalam jangka waktu lama. b. Penyimpanan suhu kamar Untuk makanan kering dan makanan terolahan yang disimpan dalam suhu kamar, maka rang penyimpanan harus diatur sebagai berikut: - Makanan diletakkan dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding, lantai dan langit-langit, maksudnya adalah: o untuk sirkulasi udara agar udara segar dapatsegera masuk keseluruh ruangan o mencegah kemungkinan jamahan dan tempat persembunyian tikus o untuk memudahkan pembersihan lantai o untuk mempermudah dilakukan stok opname - Setiap makanan ditempatkan dalam kelompoknya dan tidak bercampur baur - Untuk bahan yang mudah tercecer seperti gula pasir, tepung, ditempatkan dalam wadah penampungan sehigga tidak mengotori lantai

C. Cara penyimpanan 1. Setiap bahan makanan yan disimpan diatur ketebalannya, maksudnya agar suhu dapat merata keselutuh bagian 2. Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya, dalam wadah (container) masing-masing. Wadah dapat berupa bak, kantong plastik atau lemari yang berbeda.

3. Makanan disimpan didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga terjadi sirkulasi udara dengan baik agar suhu merata keseluruh bagian. Pengisian lemari yang terlalu padat akan mengurangi manfaat penyimpanan karena suhunya tidak sesuai dengan kebutuhan. 4. Penyimpanan didalam lemari es: a. Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap santap b. Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam kantong plastik yang rapat dan dipisahkan dari makanan lain, kalau mungin dalam lemari yang berbeda, kalau tidak letaknya harus berjauhan. c. Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari harus sudah dipergunakan d. Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkn lemari untuk keperluan sehari-hari dipisahkan dengan lemari untuk keperluan penyimpanan makanan 1. Penyimpanan makanan kering: a. Suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi yang baik b. Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab c. Rak-rak berjarak minimal 15 cmdari dinding lantai dan 60cm dari langit-langit d. Rak mudah dibersihkan dan dipindahkan e. Penempanan dan pengambilan barang diatur dengan sistem FIFO (firs in first out) artinya makanan yang masuk terlebih dahulu harus dikeluarkan lebih dulu

D. Administrasi penyimpanan Setiap barang yang dibeli harus dicatat dan diterima oleh bagian gudang untuk ketertiban adminisrasinya. Setiap jenis makanan mempunyai kartu stock, sehingga bila terjadi kekurangan barang dapat segera diketahui.

2.5 Penyajian Makanan (Prinsip Food Hygiene)


Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan bersih, petugas yang menyajikan harus sopan serta senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan pakaiannya.

Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip dari hygiene dan sanitasi makanan. Penyajian makanan yang tidak baik dan etis, bukan saja dapat mengurangi selera makan seseorang tetapi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai dengan prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut: 1. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan diusahakan tertutup. Tujuannya adalah a. Makanan tidak terkontaminasi silang b. Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan c. Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan. 2. Prinsip kadar air atinya penempatan makanan yang mengandung kadar air tinggi (kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam kadar air tinggi (dalam kuah) lebih mudah menjadi rusak (basi) 3. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang membahayakan kesehatan seperti steples besi, tusuk gigi atau bunga plastk. 4. Prinsip Pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah seperti makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap jenis makanan agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi kontaminasi silang. 5. Prinsip Panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap dalam keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus masih berada diatas 600 C. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah dengan bean merry (bak penyaji panas) 6. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah dan tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih artinya sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya utuh, tidak rusak atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit dan memberikan penampilan yang estetis. 7. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya adalah: a. Mencegah pencemaran dari tubuh b. Memberi penampilan yang sopan, baik dan rapi

2.6 Pengawasan Makanan


Diagram :
Masyarakat Tidak Tahu

Mutu Makanan

Produsen (Bertanggung-jawab)

Pemerintah (Mengawasi+Mengendalikan)

A. Prinsip Pengawasan Makanan (Rumus 3-E)

1. Engineering: - Perundangan - Peraturan 2. Education - Pemberian informasi - Penyuluhan dan Pendidikan 3. Enforcement - Teguran 1, 2, 3. - Peringatan keras - Tutup sementara

- Cabut ijin operasi/produksi - Perdata/Pidana

B. Sistem Pengawasan Makanan Oleh Pemerintah Indonesia

1. Ijin produksi diberikan dari Departeman Perindustrian, Ditjen Aneka Industri 2. Pengawasan thd proses produksi di lakukan oleh siapa ? 3. Hasil produksi makanan berlabel diawasi oleh BPOM-RI, sedangkan makanan tidak berlabel oleh Dinas Kesehatan Kab/kota C. Pengawasan Penuh oleh BPOM-RI 1. Ijin produksi, Pengawasan proses produksi, dan hasil produksi industri berikut ini sepenuhnya wewenang BPOM-RI : - Obat - Kosmetika - Narkotika - Minuman keras

- Obat tradisional - Alat kesehatan

2. Pemberian Nomer Registrasi BPOM-RI - Makanan/Minuman : MD (dalam), ML (import) 12 digits - Obat-obatan : D (dalam), DL (obat import) - Kosmetika : CD (dalam), CL (kosmetik import) - Alat kesehatan : KD (dalam), KL (alat import) - Obat tradisional : TR

3.Melakukan uji laboratorium sampel makanan - Uji kandungan (komposisi) gizi

- Uji fisika kimia - Uji mikrobiologi - Uji bahan berbahaya dan beracun

D. Pengawasan Makanan Secara Nasional

1. Sampel makanan/minuman diambil secara acak dari pabrik atau dibeli di pasar bebas tanpa setahu pabrik (harus ada alokasi dana) 2. Dilakukan uji laboratorium di Balai POM di masing-masing regional, kalau perlu dilakukan rujukan untuk konfirmasi ke BPOM-RI di Jakarta

E. Sistem Pengawasan Makanan Tidak Berlabel Oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

1. Pemberian penyuluhan bagaimana mengolah makanan yang higienis sehingga layak untuk dijual dan dikonsumsi masyarakat stl itu beri nomer registrasi SPIRT ..../..../..... (no urut/kode prop-kab/tahun) 2. Pemasangan plakard higiene sanitasi (Placard of Hygiene and Sanitation) pada Rumah Makan dan Restaurant : Grade A (very good), B (good), C (fair) yang berlaku 12 bulan

F. Sarana Pokok Pengawasan Makanan

1. Peraturan Perundangan tentang Makanan 2. Organisasi Pelaksana Pengawasan Makanan

2.7 Peraturan Makanan


Peraturan Perundangan tentang Makanan (1) Manfaat Peraturan Perundangan :

1. Sebagai landasan hukum aparat pemerintah 2. Keseragaman tindakan dlm pengawasan makanan untuk melindungi masyarakat thd makanan yang merugikan kesehatan 3. Sebagai pedoman yang wajib ditaati masyarakat 4. Pedoman yang diikuti produsen dan distributor makanan

Peraturan Perundangan tentang Makanan (2) Pokok-Pokok Yang Dimuat : 1. Hal-hal yang dilarang dan sanksi thd pelanggaran 2. Hal-hal yang bersifat membina produsen agar memproduksi makanan yang memenuhi persyaratan 3. Indonesia saat ini sudah mempunyai Undang-Undang No. 7 Tahun 2003 tentang Pangan, dan peraturan pokok dalam pengawasan makanan adalah Permenkes RI No. 329/Menkes/Per/VII/76 tentang Produksi dan Peredaran Makanan (perlu diperbaharui dengan mengacu UU No.7 Th. 2003)

Beberapa Peraturan Perundangan tentang Makanan yang perlu diketahui : 1. Undang-Undang No. 9 Th. 1960 ttg Pokok-Pokok Kesehatan 2. Undang-Undang No. 2 Th. 1966 ttg Higiene 3. Undang-Undang No 11 Th. 1962 ttg Higiene untuk Usaha-Usaha Bagi Umum 4. Ordonansi Bahan-Bahan Berbahaya (STBL 1949 No.377) 5. Undang-Undang No. 10 Th. 1961 ttg barang menjadi Undang-Undang 6. Undang- Undang No. 23 Th 1992 Tentang Kesehatan 7. Undang-Undang No. 7 Th. 1996 Tentang Pangan Beberapa Peraturan Pemerintah tentang Makanan yg perlu diketahui 1. PP no.69/1999 ttg Label & Iklan Pangan 2. PP ttg Ketahanan Pangan 3. PP no.28/2004 ttg Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan

Beberapa Peraturan/Keputusan Menteri tentang Makanan 1. Permenkes RI No.329/Menkes/Per/VII/1976 tentang produksi dan peredaran makanan 2. Kepmenkes RI No.23/Menkes/SK/I/1978 tentang pedoman cara produksi yang baik untuk makanan

3. Kepmendag RI No. 314/Kp/VIII/1974 tentang peredaran import dan eksport obat, makanan minuman, alat kesehatan dan alat kecantikan hrs didaftarkan ke Depkes 4. Permenkes RI No.382/Menkes/Per/VI/1989 tentang pendaftaran makanan 5. Kepmenkes RI No.02912/B/SK/IX/1986 tentang penyuluhan bagi perusahaan makanan industri rumah tangga

Beberapa Peraturan tentang Label/Penandaan dan Periklanan 1. Permenkes RI No.79/Menkes/Per/III/1979 tentang label dan periklanan 2. SK Dirjen POM No. 01323/B/SKV/1985 tentang petunjuk pelaksanaan Permenkes RI No.180/Menkes/Per/IV/1985 tentang makanan kadaluwarsa 3. Permenkes RI No.76/Menkes/Per/II/1975 tentang ketentuan peredaran dan penandaan susu kental manis 4. Permenkes RI No. 280/Menkes/Per/XI/1976 tentang ketentuan peredaran dan penandaan makanan mengandung bahan yang berasal dari babi 5. SKB Menkes 252/Menkes/SKB/VII/1980 dan Menpen No. 122/Kep/Menpen/1980 tentang Pengendalian dan Pengawasan Iklan Obat, Makanan, Minuman, Kosmetika dan Alat kesehatan SK.Ka.BPOM no.HK.000552.4321 ttg Pedoman Umum Pelabelan Produk Pangan ttgl 4 Desember 2003

Beberapa Peraturan tentang Bahan Tambahan Makanan (BTM) 1. Permenkes RI No.7722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan (BTM) 2. Permenkes RI No. 208/Menkes/Per/IV-B/1985 tentang Pemanis Buatan (yang diijinkan hanya Aspartam, Sakarin, Siklamat, dan Sorbitol)

Adapun kendala/hambatan pelaksanaan pengawasan makanan, yaitu Pengawasan thd bahan pangan scr nasional ditangani beberapa Departemen Pemecahan Masalah 1. Undang-Undang tentang Makanan mutlak diperlukan agar lebih efektif dalam pelaksanaan pengawasan makanan

2. Sanksi thd pelanggaran lebih kuat termasuk tuntutan pidana akan tidak sulit dilaksanakan 3. Perlu diatur secara jelas kewenangan masing-masing Departemen dalam pengawasan makanan di Indonesia

Upaya Melindungi Pangan yg Dapat Merugikan dan Membahayakan Kesehatan: 1. Melakukan Pembinaan terhadap Produsen Makanan Minuman Penyuluhan ttg Cara Produksi Pangan yg Baik (CPPB) Penggunaan Bahan Tambahan Yg Aman (Permenkes RI. No. 722 tahun 1988) Pembuatan Label yg memenuhi syarat (PP No. 69 Tahun 1999) Tata Cara pengurusan Ijin Edar (SP, MD/ML )

2. Sosialisasi pada Konsumen & Distribusi Makanan dan Minuman

Identifikasi Label yg memenuhi syarat Identifikasi Kemasan yg memenuhi syarat Pengetahuan tentang BT Pangan Pengetahuan tentang BT yg dilarang u/ Mkn (leaflet)

3. Sampling Makanan Jajanan Anak Sekolah 4. Penyuluhan terhadap Guru-guru Sekolah 5. Pembinaan terhadap PetugasLingkungan sekolah 6. Monitor terhadap Produsen Makanan minuman IRT 7. Membuka Sentra Informasi Keracunan (SIKER)

Anda mungkin juga menyukai