Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al-Araf 96) Di dalam ayat di atas sangat nyata bagaimana Allah mengkaitkan antara perilaku penduduk negeri dengan gerak alam, baik yang datang dari bawah atau bumi maupun dari atas alias langit. Allah menjamin bahwa jika penduduk negeri beriman dan bertakwa niscaya Allah akan perintahkan langit dan bumi untuk memberikan banyak keberkahan bagi penghuninya. Dan Allah senantiasa menepati janjinya, tidak pernah mengingkari janjiNya. Namun sebaliknya, Allah menyampaikan ancaman bila penduduk negeri mendustakan ayat-ayat Allah, maka pastilah Allah akan menyiksa mereka disebabkan perbuatan penghuninya. Lalu mengapa di negeri berpenduduk muslim terbanyak di dunia, yaitu Indonesia, terjadi bencana beruntun? Sungguh, penulis khawatir jangan-jangan jumlah muslim di negeri ini memang sangat banyak, namun benarkah kita berlaku jujur dalam pengakuan keimanan kita? 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka kita dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah. Sebagai berikut : 1. Apa pengertian tentang Tuhan?

2. Apa konsep dasar tentang makhluk? 3. Bagaimana relasi antara Tuhan, alam dan manusia? 1.3 Tujuan 2. 3. 4. 5. Untuk mempelajari pengertian tentang Tuhan. Untuk mempelajari tentang konsep dasar makhluk. Untuk mempelajari tentang relasi antara Tuhan dengan manusia. Untuk mempelajari tentang relasi antara manusia dengan alam.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian tentang Tuhan A. Tuhan berada di luar jangkauan pikiran dan akal Seluruh alam semesta yang tak terhingga terbentang di hadapan mata kita. Tetapi di balik semuanya itu terdapat kekuatan Maha Gaib yang mendalangi semua permainan. Bahkan orang-orang yang tidak percaya kepada kebenaran agama mereka tidak menyangkal bahwa kekuatan Yang Maha Gaib itu memang ada. Tuhan tidak dapat dibatasi waktu, Ia luhur dan mandir. Seluruh ciptaanNya mentaati perintahNya. Namun Ia bukanlah pelakuNya. Ia tak berbentuk, Ia maha ada dan memelihara segala sesuatu. Ia pencipta, tak bergerak, Maha Kuasa, Abadi, Penebus Dosa, Tak Terpahamkan, Tak Terjangkaukan, Tanpa Awal, Kekal dan Ia adalah Kesadaran murni. Ia Tak terkalahkan dan Gudang pengetahuan, Swadaya, Ia lautan kenikmatan dan Ia Maha Ada. Ia merupakan perwujudan Sabda dan Nama-Nya memelihara segala sesuatu.1 B. Konsep Allah dalam paganisme (penyembahan berhala) arab Kata Allah adalah kata fokus tertinggi dalam sistem Al-Quran, yang nilai penting dan kedudukanNya tidak ada yang melebihinya. Secara umum, sebuah nama, dalam arti sebuah kata adalah simbol dari sesuatu. Dalam dunia arab pra islam, konsep Allah sudah memiliki makna dan arti, diantaranya: 1) Allah dalam konsepsi ini adalah Pencipta dunia. 2) Dialah pemberi kehidupan terhadap segala sesuatu. 3) Dialah satu-satunya yang memimpin dengan sangat sungguh-sungguh. 4) Dialah objek dari apa yang kita deskripsikan sebagai monotheisme (paham keTuhanan yang Maha Esa). 5) Akhirnya, Allah adalah penguasa Kabah.2

Sabdono Surohadikusumo. Kemana Mencari Tuhan, (Yogyakarta : Penerbit Pustaka Dian, 2006), hlm. 26. 2 Toshihiko Izutsu. Relasi Tuhan dan manusia, (Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 2003), hlm. 107.

C. Siapakah Tuhan dan bagaimanakah hubungannya dengan kita Tuhan Yang Maha Kuasa adalah pencipta seluruh alam semesta. Ia menciptakan segala sesuatu dari diri-Nya sendiri. Karena itulah, Ia adalah pencipta sejati. Ia merupakan keseluruhannya. Sumber dari hakikat yang membentuk jiwa kita, itu disebut Tuhan. Bila kita merupakan tetesan kesadaran, maka Ia adalah lautan kesadaran. Bila merupakan seberkas sinar dari hakikat kesadaran, maka Ia adalah matahari dari hakikat kesadaran itu. Jiwa penuh kasih, dan Tuhan adalah sumber dari segala kasih.3 D. Bukti bahwa Allah Ada Apabila kita hendak berbicara tentang bukti-bukti material haruslah dimulai dengan makhluk. Dialah merupakan bukti sepanjang siang dan malam berada dihadapan kita dan kita rasakan langsung keberadaannya sebab hal hal tersebutlah yang kita geluti sehari-hari. Itu adalah perkara yang tidak dapat dibantah oleh siapapun. Dengan demikian hanya dengan menggunakan bahwa alam semesta telah diciptakan dan dipersiapkan bagi kehidupan manusia sebelum manusia diciptakan. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah 29: Dia-lah yang menjadikan segala sesuatu yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit! Dan dia Maha mengetahui segala sesuatu.4 2.2 Konsep dasar makhluk A. Teori segala sesuatu Sangat sukar untuk membangun sebuah teori penyatuan segala sesuatu dengan lengkap yang merupakan tolok tunggal. Maka sebagai gantinya, kita telah membuat kemajuan dengan menemukan teori-teori secara parsial atau per bagian dari teori penyatuan. Teori tersebut menyatakan sebuah batasan kawasan dari kejadian-kejadian dan mengabaikan pengaruh-pengaruh lain atau

memperkirakannya dengan angka-angka tertentu. Dapatkah benar-benar ada

3 4

Sabdono Surohadikusumo. Op. Cit. hlm. 37. Mutawalli Asy-Syarawi. Bukti Adanya Allah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), hlm. 16.

sebuah teori penyatuan segala sesuatu. Akankah kita hanya memburu sebuah fatamorgana. Jawaban atas pertanyaan ini terdapat tiga kemungkinan, yaitu: a. Benar-benar ada sebuah teori penyatuan yang lengkap, yang ditemukan pada suatu saat jika kita benar-benar pandai. b. Tidak terdapat teori tentang alam semesta yang terakhir, hanya sebuah deretan teori yang menggambarkan alam semesta yang lebih akurat. c. Tidak terdapat teori tentang alam semesta. Kejadian yang tidak dapat diprediksi di luar sebuah keberadaan tertentu, namun terjadi dalam sebuah cara yang sekehendak dan acak.5 B. Teori penciptaan alam semesta Dalam surat Al-Baqarah ayat 117 Allah SWT berfirman: Pencipta langit dan bumi, bila Dia berkehendak atas sesuatu. Dia mengatakan-Nya, Jadilah dan terjadilah ia. Dalam model teori ledakan Big Bang, apabila waktu nyata diinterpolasikan ke arah titik mula kelahiran alam semesta, maka apapun dalilnya akan sampai pada suatu keadaan kemanunggalan masif awal. Singularitas awal atau kemanunggalan awal adalah suatu keadaan yang tak terhindarkan dari kenyataan alam semesta yang tidak bergantung pada ada atau tidaknya pengamat dalam alam semesta. Teori fisiki kuantum mula-mula muncul pada awal abad ke20. Fisika kuantum berpendapat bahwa gerak materi di dalam situasi atau pada tingkat kuantum tidak memiliki sifat deterministik atau pasti seperti pada tingkat mekanik klasik, tetapi ia memiliki sifat probabilistik atau kemungkinankemungkinanyang ada.6 C. Beragam konsepsi tentang alam semesta Pada umumnya ada tiga macam konsepsi tentang alam semesta atau identifikasi tentang alam semesta, yaitu : 1) Ilmu pengetahuan yang didasarkan pada dua hal yaitu teori dan eksperimen.

Stephen W. Hawking. Teori Segala Sesuatu, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 122-134. 6 Ahmad Marconi. Bagaimana Alam Semesta diciptakan, (jakarta : PT. Kiblat Buku Utama, 2003), hlm. 142.

2) Filsafat yang didasarkan pada prinsip yang jelas dan tidak dapat disangkal lagi oleh akal dan bersifat umum dan konpherensif. 3) Agama yang didasarkan pada pemikiran dan hujah. Dengan demikian konsepsi islam mengenai alam semesta bersifat rasional dan filosofis. Selain konsepsi filosofis yaitu abadi dan komprehensif, konsepsi religius tentang alam semesta tak seperti konsepsi ilmiah dan filosofis murni, memiliki satu nilai lagi, yaitu menyucikan prinsip-prinsip konsepsi alam semesta.7

2.3 Relasi antara Tuhan, alam dan manusia 1. Tuhan dan manusia

Relasi yang kompleks secara konseptual dapat dianalisis berdasarkan empat bentuk utama relasi antara Tuhan dan manusia, antara lain: a. Relasi ontologis yaitu antara Tuhan sebagai sumber eksistensi manusia yang utama dan manusia sebagai representasi dunia wujud eksistensi nya berasal dari Tuhan atau dengan kata lain hubungan Pencipra dengan makhluk. b. c. Relasi komunikatif yaitu Tuhan dan manusia dibawa ke dalam korelasi yang sangat dekat satu sama lain dan melalui komunikasi timbal balik. Relasi Tuan-hamba, relasi ini melibatkan Tuhan sebagai di pihak Tuhan sebagai Tuan (Rabb), semua konsep yang berhubungan dengan keagunganNya, sedangkan manusia sebagai hamba yang patuh. d. Relasi etik, relasi ini didasarkan pada perbedaan dasar antara dua aspek yang berbeda yang dapat dibedakan dengan konsep tentang Tuhan itu sendiri dan manusia sendiri. 2. Manusia dan alam Pada kenyataannya saat ini manusia sudah tidak lagi memperhatikan keseimbangan alam dalam pengeksploitasiannya. Saat ini manusia sudah dikuasai nafsu untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya sehingga dalam memanfaatkan alam tak lagi memperdulikan dampak buruk terhadap keimbangan

Murtadha Muthahhari. Manusia dan Alam Semesta, (Jakarta : Penerbit Lentera, 2006), hlm. 51-59.

ekosistem alam di bumi ini. Hutan-hutan yang dulu lebat kini sudah gundul karena pohonnya habis ditebangi untuk berbagai macam keperluan industri. Ditambah lagi mayoritas kegiatan penebangan pohon tidak diikuti dengan kegiatan menanam pohon dengan persentase minimal setara dengan banyak pohon yang ditebang. Hal ini sungguh berakibat fatal, karena dengan demikian fungsi hutan sebagai penahan air, penyaring udara dan habitat bagi berbagai macam ekosistem flora dan fauna bisa musnah. Bila hal itu terjadi, maka jelaslah hanya dampak buruk yang akan kita terima sebagai konsekuensinya. Contohnya saja banjir bandang, tanah longsor dan yang paling parah ialah pemanasan global yang sekarang sedang terjadi. Dan ketika musibah itu terjadi, maka kita secara refleks akan berdoa kepada Allah dengan hati yang ikhlas dan semata-mata karena Allah karena berharap kita segera diselamatkan dari musibah itu. Padahal hakekatnya manusia ini diciptakan oleh Allah ialah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Hal tersebut dijelaskan Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya, Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Kita sebagai manusia benar-benar wajib untuk bersyukur karena kita sebagai manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah sama seperti tumbuhan, malaikat, hewan ataupun setan namun ternyata kita diberi suatu tanggung jawab yang istimewa. Apakah itu , Yaitu Allah SWT mempercayakan bumiNya ini untuk diurus oleh kita manusia. Padahal sebelum Allah memberikan amanah mulia ini pada manusia, Allah telah terlebih dahulu menawarkannya pada para malaikat dan malaikat menyatakan tidak sanggup, lalu Allah juga menawarkannya kepada gunung namun gunung juga menyatakan tidak sanggup, begitu pula ketika ditawarkan kepada golongan jin serta makhluk ciptaan Allah yang lain, semuanya menyatakan tidak sanggup. Kemudian Allah mempercayakan amanah yang sungguh luar biasa berat ini kepada golongan manusia, lalu mengapa kita tidak bersyukur , Maka dari itu mari kita lihat kembali siapa diri kita sebenarnya. Amanah yang dibebankan oleh Allah di pundak

manusia sungguh sangatlah berat. Apabila kita telah menyadari tanggung jawab itu, maka kita akan selalu bersyukur dan akan menjalankan fungsi dan tugas kita sebagai khalifah di muka bumi ini dengan baik. Yaitu kita akan benar-benar menjadi pemimpin di bumi ini dan menjaga alam ini. Kita tidak akan merusak hutan, mencemari laut dan tidak akan membuat polusi karena kita sadar bahwa bumi ini adalah titipan Allah SWT kepada manusia. Kita juga akan menjadikan bumi ini sebagai ladang amal sebagai bekal menuju kehidupan yang hakiki yaitu kehidupan akhirat, dengan cara menjaga kelestarian alam ini dan kita akan selalu berusaha sebisa mungkin agar peringatan Allah pada surat Ar-Ruum ayat 41 yang artinya, Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)., menjadi cambuk yang keras agar kita selalu istiqomah dalam bertauhid kepada Allah dan menjaga kelestarian alam ciptaan Allah yang Maha Mulia ini. A. KONSEP Istilah Khalifatullah fi al-ardh secara harfiah memiliki sejumlah tafsir pemaknaan. Pertama, yang populer istilah khalifatullah berarti delegasi dan wakil Allah SWT di muka bumi. Kepatuhan alam semesta kepada kepentingan manusia.


Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Rabb berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah [2]:30) Sementara kedua, istilah khalifatullah berarti penguasa yang menggantikan ras makhluk Allah SWT (yang lain) di muka bumi. Jadi khalifah dalam konsep ini bermakna dua, sebagai wakil/utusan dan atau sebagai pengganti peradaban suatu ras yang telah eksis sebelumnya.

. Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan

mengkhalifahkan mereka di muka bumi, sebagaimana Dia telah mengkhalifahkan bangsa sebelum mereka... (QS. An-Nuur [24]: 55).


..Musa menjawab: Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya). (QS. Al-Araaf [7]: 129). B. KONSEP Ibadah merupakan bahasa serapan dari Bahasa Arab abada yang artinya hamba. Sementara ibadah sendiri berarti suatu penghambaan dan kebaktian seorang mahluk kepada Sang Penciptanya. Ibadah tidak dapat dimaknai hanya dengan shalat saja, namun cakupannya sangat kompleks hingga seluruh aspek kehidupan manusia. Secara umum, ritus ibadah di dalam ajaran Islam di bagi menjadi dua katagori, yaitu: 1. Ibadah Mahdhah, yaitu suatu ritus ibadah seorang Muslim langsung kepada Allah SWT. Bentuk ibadah ini antara lain seperti shalat, dzikir, puasa dan haji. Artinya adalah bahwa ibadah ini merupakan hubungan vertikal antara seorang hamba kepada Allah SWT. 2. Ibadah Ghairu al-Mahdhah, yaitu suatu bentuk ritus ibadah (penghambaan kepada Allah SWT) kepada Allah SWT dengan perantara makhlukNya. Ibadah ini dapat berupa muamalah (sosial), munakahat (pernikahan), membangun tempat ibadah dan pengajian dan lain-lainnya. Ibadah ghaira almahdhah ini meski bersifat kepada sesama (altruistik) namun orientasi dan tujuannya tetaplah merupakan suatu bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Dalam hal ini niat seseorang memegang peranan yang sangat vital dan menentukan. Pertanyaan mendasar dalam ranah ibadah adalah mengapa

ibadah ini kemudian menjadi penting dan harus menjadi semangat di dalam hidup seorang hamba. Maka, dari jawaban tersebut nantinya akan terungkap hikmah-hikmah penghambaan seorang makhluk yang ternyata adalah kembali kepada kebaikan nasib sang abid tersebut.

3.1 Konsep ini berangkat dari pemahaman tauhid bahwa Allah SWT sebagai Tuhan sama sekali tidak membutuhkan ibadah para makhluknya. Artinya adalah bahwa tanpa penghambaan makhluknya sekalipun maka Allah SWT tetap akan berpredikat sebagai Tuhan semesta alam. Tentu ini menjadi semakin menarik guna di perdalam wilayah kajiannya.

10

BAB III PENUTUP


4.1 Kesimpulan Apabila kita hendak berbicara tentang bukti-bukti material haruslah dimulai dengan makhluk. Dialah merupakan bukti sepanjang siang dan malam berada dihadapan kita dan kita rasakan langsung keberadaannya sebab hal hal tersebutlah yang kita geluti sehari-hari. Itu adalah perkara yang tidak dapat dibantah oleh siapapun. Dengan demikian hanya dengan menggunakan bahwa alam semesta telah diciptakan dan dipersiapkan bagi kehidupan manusia sebelum manusia diciptakan. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah 29: Dia-lah yang menjadikan segala sesuatu yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit! Dan dia Maha mengetahui segala sesuatu. Relasi yang kompleks secara konseptual dapat dianalisis berdasarkan empat bentuk utama relasi antara Tuhan dan manusia, antara lain: a. Relasi ontologis yaitu antara Tuhan sebagai sumber eksistensi manusia yang utama dan manusia sebagai representasi dunia wujud eksistensi nya berasal dari Tuhan atau dengan kata lain hubungan Pencipra dengan makhluk. b. c. Relasi komunikatif yaitu Tuhan dan manusia dibawa ke dalam korelasi yang sangat dekat satu sama lain dan melalui komunikasi timbal balik. Relasi Tuan-hamba, relasi ini melibatkan Tuhan sebagai di pihak Tuhan sebagai d. Tuan (Rabb), semua konsep yang berhubungan dengan keagunganNya, sedangkan manusia sebagai hamba yang patuh. Relasi etik, relasi ini didasarkan pada perbedaan dasar antara dua aspek yang berbeda yang dapat dibedakan dengan konsep tentang Tuhan itu sendiri dan manusia sendiri. e. Padahal hakekatnya manusia ini diciptakan oleh Allah ialah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Hal tersebut dijelaskan Allah SWT dalam AlQuran surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya, Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan

11

seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Amanah yang dibebankan oleh Allah di pundak manusia sungguh sangatlah berat. Apabila kita telah menyadari tanggung jawab itu, maka kita akan selalu bersyukur dan akan menjalankan fungsi dan tugas kita sebagai khalifah di muka bumi ini dengan baik. Yaitu kita akan benar-benar menjadi pemimpin di bumi ini dan menjaga alam ini. Kita tidak akan merusak hutan, mencemari laut dan tidak akan membuat polusi karena kita sadar bahwa bumi ini adalah titipan Allah SWT kepada manusia. Kita juga akan menjadikan bumi ini sebagai ladang amal sebagai bekal menuju kehidupan yang hakiki yaitu kehidupan akhirat, dengan cara menjaga kelestarian alam ini dan kita akan selalu berusaha sebisa mungkin agar peringatan Allah pada surat ArRuum ayat 41 yang artinya, Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)., menjadi cambuk yang keras agar kita selalu istiqomah dalam bertauhid kepada Allah dan menjaga kelestarian alam ciptaan Allah yang Maha Mulia ini. 4.2 Saran Dengan adanya penjelasan seperti di atas semoga kita selalu bisa menjaga dan melestarikan alam sekitar sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT dan mendapan ridho dari-Nya sebagai tujuan hakiki hidup manusia.

12

DAFTAR PUSTAKA
M. Solihin. Perkembangan Filsafat. Pustaka Setia. Bandung : 2007. Toshihiko Izutsu. Relasi Tuhan dan Manusia. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta : 2003. Sabdono Surohadikusumo. Kemana Mencari Tuhan. Pustaka Dian. Yogyakarta : 2006. Murtadha Muthahhari. Manusia dan Alam Semesta. Penerbit Lentera. Jakarta : 2006. Ahmad Marconi. Bagaimana Alam Semesta Diciptakan. Pustaka Jaya. Jakarta : 2003. Stephen W. Hawking. Teori Segala Sesuatu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta : 2007. Franz Magnis Suseno. Menalar Tuhan. Kanisius. Yogyakarta : 2006. Ian G. Barbour. Menemukan Tuhan. Mizan Media Utama. Bandung : 2002.

13

Anda mungkin juga menyukai