Anda di halaman 1dari 15

62

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN ABU SEKAM PADI PADA JUMLAH SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN BERAT JENIS BETON NON PASIR BERAGREGAT KERIKIL KRISIK Ristiana Dyah Purwandari
Dosen Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purwokerto

ABSTRACT In this research, the effect increase of rice Hull ash (RHA) on mix no fines concrete for density and pressed strength. The ratio of no fines concrete composite by natural krisik split was : portland cement : water = 6:1: 0,45 (fas) and varying composite of ASP (0%, 5%, 10%, 15%, 20% and 25% x Portland cement content). Result Showed, the effect increase composite of RHA on no fines concrete until 25%, decrease of concrete density 15,7%, showed equation y= -0,0005x2-0,0027x +2,1035, R2=0,7425 (7 days aged). The effect increase composite of RHA on no fines concrete until 25%, decrease of concrete density 19,3%, showed equation y=0,0004x2-0,0055x+2,0487, R2=0,8597 (28 days aged). The effect increase composite of RHA on no fines concrete until 25%, decrease pressed strength 59,55%, rate of pressed strength 3,66 Mpa (7 days aged) and decrease pressed strength 78,26%, rate of pressed strength 2,30 Mpa (28 days aged). The effect increase composite of RHA on no fines concrete until 25%, showed equation of regression analysis polynomial y = 0,0015x2-0,2171x+8,7632, coefficients of determinant 0,8213 (7 days aged) and equation of regression analysis polynomial equation of regression analysis polynomial, coefficients of determinant 0,8891 (28 days aged).

Key words: rice hull ash, no fines concrete composite, pressed strength, concrete density A. PENDAHULUAN Beton merupakan bahan bangunan yang banyak digunakan saat ini. Dalam perkembangannya beton dibuat dalam beton ringan non pasir untuk pembuatan bata beton, disebut beton ringan karena berat jenis yang dihasilkan lebih ringan bila dibandingkan beton normal. Bahan campuran beton ringan non pasir dalam penelitian ini terdiri atas kerikil krisik :semen = 6:1, air dengan faktor air semen sebesar 0,45, dan bahan tambah ASP dengan variasi persentase sebesar 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dari jumlah semen. Penggunaan beton ringan non pasir sebagai bata beton mempunyai banyak kelebihan, antara lain: tahan lama, tidak mudah lapuk, merupakan bahan bangunan yang tidak mudah berkarat, bisa dibentuk sesuai keinginan, mampu menahan kuat tekan yang cukup tinggi, dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan agregat lokal yang masih melimpah jumlahnya, seperti kerikil krisik dan lembing (kerikil lembing berukuran diameter < 0,5 cm sedangkan kerikil krisik berukuran diameter antara 0,5 1 cm). Kelebihan lain

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

63

pemakaian dinding bangunan berbahan bata beton adalah tidak memerlukan plester, acian maupun pengecatan. Beton non pasir (no-fines concrete) ialah suatu bentuk sederhana dari jenis beton ringan yang diperoleh dengan cara menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatan beton. Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan suatu sistim berupa keseragaman rongga yang terdistribusi di dalam massa beton, serta berkurangnya berat jenis beton. Rongga di dalam beton tersebut mencapai 20-25% (Tjokrodimuljo, 1996). Hasil penelitian Kardiyono (1994) yang menggunakan kerikil alami dari Sungai Progo dengan butiran seragam (ukuran 10-20 mm) menghasilkan beton non pasir dengan berat jenis sekitar 1870 kg/m3. Di Kabupaten Banyumas ketersediaan bahan pembuat beton ringan non pasir sangat melimpah, salah satunya di Kecamatan Kedungbanteng (di sepanjang Sungai Logawa), tersedia cadangan pasir sebesar 11.597.363 ton dan sirtu kurang lebih 5.846.340 ton, sumber dari Dinas Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi, Kabupaten Banyumas, Bidang Pertambangan Umum tahun 2008. Dari hasil penelitian (Ristiana, 2009), bahwa pasir di Kecamatan kedungbanteng banyak mengandung kerikil jenis krisik 19,18% dan lembing 33,28%. Pozzolan merupakan bahan alami atau buatan yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silikat (SiO2) dan aluminat (Al2O3). Pozzolan berbentuk serbuk halus dan jika dicampur dengan kapur padam aktif atau Ca(OH)2 berikut air akan mengeras, membentuk massa padat yang sukar larut dalam air. Salah satu bahan yang bisa digunakan sebagai bahan pozzolan beton adalah abu sekam padi (ASP). Dari penelitian (Houston, 1972; Priyosulistyo dkk., 1999), ASP dengan kandungan silika yang cukup tinggi dapat dimanfaatkan sebagai bahan pozzolan untuk pembuatan beton. Penelitian tentang abu sekam digunakan sebagai bahan pozzolan sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti : Zang dan Malhotra (1996), mengemukakan bahwa dengan penambahan abu sekam sebanyak 10% dapat meningkatkan kekuatan sebesar 10,6% pada 90 hari dan 9,3% pada umur 180 hari dari beton tanpa abu sekam dengan faktor air semen 0,4. Penelitian (Priyosulistyo dkk., 1999), penambahan ASP sebesar 15% berat semen kedalam campuran beton memberikan peningkatan kuat tekan beton sebesar 20%. Sahureka (1997), menggunakan abu sekam yang dibakar pada suhu 600oC dengan variasi jumlah (5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30%) dari berat semen terhadap kuat tekan dan ketahanan asam pada beton. Kuat tekan maksimum diperoleh pada penambahan abu sekam sebesar 15% dari berat semen. Menurut Priyosulistyo, dkk (1999) penambahan abu sekam sebesar 15% berat semen memberikan peningkatan kuat tekan beton 20%. Dari penelitian Ristiana (2006), penggantian 10 - 15% jumlah semen dengan ASP hasil perlakuan larutan asam klorida (ASP-p) meningkatkan kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur sebesar 12,11%, 14,4% dan 11,3%. Dari hasil penelitian (Ristiana, 2008), bahwa beton ringan non pasir dengan bahan krikil krisik semen ASP dan air dengan rasio volume kerikil krisik-(semen 90 %-ASP 10%, artinya 10 % dari kebutuhan semen dalam campuran beton ringan non pasir diganti dengan abu sekam padi) sebesar 6 dan fas 0,4, diperoleh kuat tekan 3,44 MPa dan berat jenis 1.652 kg/m3 pada usia beton 7 hari.

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

64

B. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Variabel yang mempengaruhi kuat tekan beton ringan sebagai bahan bata beton ditinjau dari aspek variasi penambahan abu sekam padi, sedangkan faktor-faktor yang lain seperti susunan gradasi, cara pemadatan dan perawatan selama proses pengerasan digunakan cara-cara standar Nasional Indonesia (SNI). Dalam penelitian ini pelaksanaannya dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama persiapan, tahap pengujian bahan, tahap pegujian benda uji (beton ringan), pengolahan data 1. Alur Penelitian
Mulai

Abu sekam (Ball Mill)

Kerikil dari sungai logawa Uji agregat (kerikil) - Uji berat jenis - Uji kandungan air Semen tipe 1tiga roda

Uji kadar air ASP

Pembuatan cetakan benda uji bentuk silinder Menimbang perbandingan campuran kerikil :semen =6:1 dengan variasi persentase penambahan ASP 0%,5%,10%,20% dan 25%

Pengecoran

Perawatan beton dan uji berat jenis

Uji kuat tekan pada usia beto (7 dan 28) hari

Kesimpulan

2. BAHAN dan ALAT PENELITIAN a. Bahan 1). Abu Sekam sebanyak 20 kg diambil dari tempat pembakaran bata di Desa Karangrau, Kecamatan Sokaraja, Purwokerto, Kabupaten Banyumas 2). Semen merek Tiga Roda tipe I untuk bahan beton, PC (Portland Cement) (Standard Nasional Indonesia No. 15-2049-2004)
PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

65

3). Agregat kerikil krisik ukuran 0,5 - 1 cm asal sungai Logawa, Kecamatan Kedungbanteng, Purwokerto. 4). Air 5). Bahan untuk cetakan : Triplek, paku, bendrat, isolasi, minyak pelumas 3. Alat Penelitian Alat-alat yangb digunakan dalam penelitian ini meliputi: a.Timbangan Triple beam, b. Alat Ball mill, c. Saringan agregat, d.Tongkat pemadat (ukuran diameter 16 mm dan panjang 600 mm), e. Sendok cekung tidak menyerap air, f. Sieve Shaker (digunakan untuk memilah ukuran butiran agregat sampai dengan lolos ayakan #270, alat ini memenuhi standart Testing Sieves ASTM 11 Specification-USA, g. Cetakan beton benda uji, h. Cetakan bata beton, i.Alat uji kuat tekan, j. Timbangan digital, k. Bak air untuk rendaman, l.Penggaris, m.Gelas beker, m. Oven, n. Cutter 4. Jalannya Penelitian 1. Abu sekam yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pembakaran batu bata Desa Karangrau , Kecamatan Sokaraja. Keikil jenis krisik diperoleh dari Pedukuhan Grugak, Desa Jipang, Karang Lewas, Purwokerto, Kabupaten Banyumas. 2. Abu sekam padi a. Abu sekam digiling menggunakan alat Ball Mill, dalam satu kali proses penggilingan diperlukan waktu 8 jam, kemudian diayak dengan ayakan 270 #. b. Pengujian berat jenis abu sekam setelah proses penghalusan menggunakan Ball mill c. Pengujian kandungan air abu sekam padi 3. Agregat (kerikil krisik) a. Pasir diayak dengan ukuran ayakan (1 cm x 1 cm), bagian yang tertahan pada ayakan dibuang (disisihkan) b. Pasir kembali diayak dengan ukuran ayakan (0,5 cm x 0,5 cm), dan bagian yang tertahan inilah yang akan digunakan sebagai agregat c. Pengujian berat jenis agregat d. Pengujian kandungan air agregat 4. Mix design beton ringan non pasir Volume benda uji silinder berdiameter (d=0,08 m) dengan tinggi (t=0,16 m)

V =1 d 2 t 4
= 1 3,14 (0,08) (0,16) 4 = 0,000804 m3 Berat jenis (bj) semen = 3250 kg/m3 Berat jenis air = 1000 kg/m3 Berat jenis kerikil = 2780 kg/m3 Kebutuhan bahan campuran beton non pasir menggunakan perbandingan Kerikil:(Semen) = 6:1 dengan variasi penambabahan ASP pada jumlah semen yang dibutuhkan sebesar 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%
2

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

66

6 0,000804 berat jenis kerikil 7 1 b. Jumlah semen = 0,000804 berat jenis semen 7 c. Jumlah air = 0,40 0,373 = 0,149 liter
a. Jumlah kerikil = d. Variasi persentase penambahan abu sekam padi dapat dilihat pada tabel berikut. Rencana Bahan Beton Ringan Non Pasir ditambah ASP
Kebutuhan Bahan untuk Volume 10 sampel Kerikil (kg) Semen Air (liter) ASP (kg) (kg) 19,15 19,15 19,15 19,15 19,15 19,15 114,90 11,49 3,73 3,73 3,73 3,73 3,73 3,73 22,38 2,28 1,49 1,49 1,49 1,49 1,49 1,49 8,94 0,89 9,83 Semen (kg) 373 373 373 373 373 373 Air (liter) 149 149 149 149 149 149 0 0,186 0,373 0,559 0,746 0,932 2,80 0,28 3,08 ASP (kg) 0 18,65 37,50 55,95 74,60 93,25

Tabel 1.
Kode

Variasi Penambahan Abu Sekam Padi B0 0% B5 5% B 10 10 % B 15 15 % B 20 20 % B 25 25 % Jumlah 60 sampel Faktor koreksi 10 % Jumlah total 60 sampel Kode B0 B5 B 10 B 15 B 20 B 25

126,39 24,61 Kebutuhan Bahan per m3 Berat total Beton padat 2437 2437 2437 2437 2437 2437 Kerikil (kg) 1915 1915 1915 1915 1915 1915

Variasi Penambahan Abu Sekam Padi 0% 5% 10 % 15 % 20 % 25 %

5. Mencetak beton. Beton segar setelah diaduk kemudian dimasukkan dalam cetakan, pertama 1si cetakan 1/3 bagian kemudian ditekan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali, kemudian diisi lagi 1/3 bagian ditekan-tekan lagi, baru diatasnya diisi penuh. 7. Perawatan beton Beton dikeluarkan dari cetakan setelah 3 x 24 jam dari pembuatan beton, kemudian dilakukan perawatan dengan memasukkan dalam air sampai umur beton 5 hari. 8. Beton dikeringkan dengan suhu udara kamar sampai kurang lebih 3 hari

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

67

9. Beton diuji berat jenis sebelum diuji kuat tekan 10. Setelah kering sebagian dari jumlah benda uji beton diuji berat jenis dan kuat tekan pada usia beton 7 hari 11. Sebagian benda uji masih dalam perawatan, dan pada saat perawatan sudah sampai usia 25 hari dikeluarkan dari rendaman, dikeringkan selama 3 hari pada suhu kamar. 12. Setelah kondisi kering baru diuji berat jenis dan dilanjutkan uji kuat tekan untuk usia beton 28 hari. 13. Analisa data hasil pemeriksaan berat jenis dan kuat tekan menggunakan analisa regresi. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan berat jenis ASP seperti ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel 2. Pemeriksaan Berat Jenis ASP
No. 1. 2. 3. 4. 5. Pemeriksaan Berat ASP kering oven (Bk) Berat gelas ukur berisi air (B) Berat gelas ukur berisi ASP kering oven dan air (Bt) Berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (A) Kadar 49,92 gr 228 gr 255,2 gr 78,86 gr 0,966 gr/cm3

Bk
Berat jenis (bulk specific gravity)

( B + A Bt )

6. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) 7. Berat jenis semu (Apparent

A ( B + A Bt )
gravity)

1,526 gr/cm3

specific

2,197 gr/cm3

Bk ( B + Bk Bt
8. Penyerapan (Absorption)

A Bk Bk

57,97 %

x100%

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

68

Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air kerikil krisik seperti pada tabel berikut:
Tabel 3. Berat Jenis Kerikil Krisik No. Uraian 1 Berat benda uji jenuh permukaan (SSD), (A) 2 Berat benda uji kering oven (BK) 3 Berat gelas ukur diisi air (B) 4 Berat gelas ukur + benda uji + air (Bt) 5 BK Berat jenis (Bulk) gram 1000 975 1300 1950 2,78 gr/cm3 3,08 gr/cm3 3 gr/cm3 2,56 %

(B + SSD Bt )

6 Berat jenis jenuh kering muka 7 8 Penyerapan (Absorption) Berat jenis semu (Apparent)

SSD (B + SSD Bt )
BK (B + BK Bt )

( SSD BK ) 100% BK

Pemeriksaan berta jenis beton ringan non pasir dengan bahan tambah ASP pada variasi 0%, 5%, 10%, 15 %, 20% dan 25%. Pengujian berat jenis menggunakan persamaan sebagai berikut: Berat jenis beton = berat benda uji Tabel 4. Berat Jenis Beton Ringan Non Pasir
No. Variasi ASP (%) Berat rata-rata tiap variasi (kg) Umur 7 hari Umur 28 hari 2,020 2,036 1,682 1,745 1,655 1,636 1,492 1,466 1,558 1,548 1,410 1,402 Berat Jenis rata-rata tiap variasi (g/cm3) Umur 7 hari Umur 28 hari 2,068 2,050 2,138 2,025 2,076 1,951 1,825 1,822 1,946 1,894 1,743 1,653

1 m3 volume benda uji

1 2 3 4 5 6

0 5 10 15 20 25

Hasil pemeriksaan berat jenis yang tertera pada tabel 4, dibuat grafik hubungan antara variasi persentase penambahan ASP dalam campuran beton dan berat jenis beton ringan yang dihasilkan (Gambar 1 dan Gambar 2).

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

69

Gra fik Be rat Jenis Be ton Ringan Non Pa sir umur 7 hari Berat Jenis Beton Ringan 2.2 2.1 2 1.9 1.8 1.7 1.6 0 5 10 15 20 25 30 Va ria si Persentase ASP

Beton 7 Hari Gambar 1. Grafik Berat Jenis Beton Ringan Pada Usia
Gra fik Be rat Jenis Be ton Ringan Non Pa sir umur 28 ha ri Berat Jenis Beton Ringan 2.2 2.1 2 1.9 1.8 1.7 1.6 0 5 10 15 20 25 30 Va ria si Persentase ASP

Gambar 2. Grafik Berat Jenis Beton Ringan Pada Usia Beton 28 Hari Hasil pemeriksaan berat jenis beton usia 7 hari dan usia 28 hari diperoleh bahwa semakin besar persentase variasi penambahan abu sekam ke dalam adukan beton ringan non pasir maka berat jenis beton semakin berkurang. Berat jenis beton ringan non pasir dengan bahan tambah ASP hasil perhitungan regresi polinomial

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

70

Tabel 5. Regresi Polinomial Berat Jenis Beton Ringan Non Pasir


No. Variasi ASP (%) Berat Jenis rata-rata tiap varias (kg) Umur 7 hari 1 2 3 4 5 6 0 5 10 15 20 25 2,068 2,138 2,076 1,825 1,946 1,743 Umur 28 hari 2,050 2,025 1,951 1,822 1,894 1,653 Berat Jenis hasil regresi polinomial tiap variasi (g/cm3) Umur 7 hari Umur 28 hari 2,104 2,050 2,078 2,020 2,027 1,954 1,950 1,876 1,850 1,780 1,723 1,661

Berat jenis hasil uji regresi polynomial beton ringan non pasir usia beton 7 hari dan 28 hari diperlihatkan sebagai berikut.
Grafik Be ra t Jenis Uji Re gresi Polinom ia l Beton Ringa n Non Pasir um ur 7 ha ri Berat Jenis Beton Ringan 2.2 2.1 2 1.9 1.8 1.7 1.6 0 5 10 15 20 25 30 Va ria si Persentase ASP y = -0.0005x 2 - 0.0027x + 2.104 R2 = 1

Gambar 3. Hasil Uji Polynomial Berat Jenis Beton Ringan Non Pasir Usia 7 Hari
Grafik Berat Jenis Uji Regresi Polinomial Beton Ringan Non Pasir umur 28 hari Berat Jenis Beton Ringan 2.2 2.1 2 1.9 1.8 1.7 1.6 0 5 10 15 20 25 30 Variasi Persentase ASP

y = -0.0004x 2 - 0.0056x + 2.0525 R2 = 0.9996

Gambar 4. Hasil Uji Polynomial Berat Jenis Beton Ringan Non Pasir Usia 28 Hari

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

71

Hasil pemeriksaan berat jenis beton ringan dengan variasi penambahan ASP 0%, 5%, 10%, 15% 20% dan 25% dari jumlah semen dalam campuran bahan memperlihatkan penurunan berat jenis. Penambahan ASP hingga 25% dari jumlah semen, berat jenisnya menurun sampai 15,7 % dibanding beton ringan non pasir tanpa penambahan ASP pada usia beton 7 hari. Penambahan ASP hingga 25% dari jumlah semen, berat jenisnya menurun sampai 19,3 % dibanding beton ringan non pasir tanpa penambahan ASP pada usia beton 28 hari. Selanjutnya, pemeriksaan kuat tekan beton ringan non pasir usia 7 hari Kuat tekan beton dapat diperiksa menggunakan persamaan: Kuat tekan (Mpa) =

Beban maksimum 1000 N Luas penampang silinder (mm 2 ) Beban maksimum 1000 N = 1 d 2 (mm 2 ) 4

Gambar 5. Benda Uji Beton Ringan Non Pasir Setelah Uji Tekan Hasil pengujian kuat tekan beton ringan non pasir usia 7 hari Tabel 6. Uji Kuat Tekan BetonRingan Non Pasir Usia 7 hari
No. 1 2 3 4 5 Kuat tekan rata-rata ASP 0% 50.5 45 46 42 44 45,5 Kuat tekan beton umur 7 hari (KN) dengan variasi tambahan ASP ASP ASP ASP ASP ASP 5% 10 % 15 % 20 % 25% 34 28 25 42 18 36 32 26 35 19 38 32 22 25 20 37 35 20 25 16 40 42 37 35 19 37 33,8 26 32,4 18,4

X
f.2. Analisa regresi beton usia 7 hari

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

72

Hasil analisis regresi linier, analisis polynomial dan analisis eksponensial diperoleh persamaan sebagai berikut : Tabel 7. Analisa Regresi untuk Beton Ringan Non Pasir pada Usia Beton 7 Hari
Analisa regresi Linier Polynomial Exponensial Persamaan Y = -0,1787 x + 8,6352 Y = 0,0015 x2-0,2171 x + 8,7632 Y = 8,9246e-0,0297x Koefisien Determinan 0,8181 0,8213 0,7836

Dari ketiga analisa tersebut diatas yang memberikan nilai determinan mendekati 1 adalah analisa regresi polynomial, dimana koefisien determinannya sebesar 0,8213. Langkah selanjutnya adalah membuat rekapitulasi perhitungan kuat tekan hasil regresi polynomial. Untuk rekapitulasi regresi polynomial beton ringan non pasir usia beton 7 hari seperti diuraikan dalam Tabel 8. Rekapitilasi Kuat Tekan Hasil Regresi Polynomial (usia beton 7 hari) Tabel 8. Rekapitilasi Kuat Tekan Hasil Regresi Polynomial (7 hari)
No. 1 2 3 4 5 Kuat tekan rata-rata ASP 0% 50.5 45 46 42 44 45,5 9,05 8,78 0,28 Kuat tekan beton umur 7 hari (KN) dengan variasi tambahan ASP ASP ASP ASP ASP 5% 10 % 15 % 20 % 34 28 25 42 36 32 26 35 38 32 22 25 37 35 20 25 40 42 37 35 37 33,8 26 32,4 7,36 7,68 -0,32 6,73 6,60 0,12 5,17 5,54 -0,37 6,44 4,48 1,95 ASP 25% 18 19 20 16 19 18,4 3,66 3,43 0,22

X
Kuat Tekan rata-rata hasil uji (Mpa) Kuat Tekan rata-rata hasil analisis Residu

Rekapitulasi kuat tekan hasil regresi polinomila dalam bentuk grafik (usia 7 hari)

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

73

Grafik Regresi Polynomial Kuat Tekan ratarata Beton Ringan Non Pasir (7 hari) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 5

y = 0.0015x 2 - 0.2171x + 8.7632 R2 = 0.8213

Kuat Tekan (Mpa)

10

15

20

25

30

Variasi ASP (%)

Gambar 6. Grafik Regresi Polynomial Kuat Tekan Rata-rata Usia 7 Hari Berdasarkan analisis regresi variasi penambahan ASP sampai dengan 25 % (pada usia beton ringan non pasir 7 hari) dari berat semen diperoleh persamaan prediksi polynomial : Y = 0,0015x2 0,2171 x + 8,7632, dengan koefisien determinasi sebesar 0,8213. Hasil pengujian kuat tekan beton ringan non pasir usia 28 hari Tabel 9 Uji Kuat Tekan BetonRingan Non Pasir Usia 28 hari
No. 1 2 3 4 5 Kuat tekan rata-rata ASP 0% 54 64 42 49 57 53,2 Kuat tekan beton umur 28 hari (KN) dengan variasi tambahan ASP ASP ASP ASP ASP 5% 10 % 15 % 20 % 57 45 25 35 56 38 30 30 60 40 30 35 45 40 30 40 45 40 25 35 52,6 40,6 28 35 ASP 25% 10 15 13 10 10 11,6

Analisa Regresi Beton Usia 28 Hari Analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah analisis regresi linier, analisis polynomial dan analisis eksponensial. Dari ketiga analisis tersebut diperoleh persamaan sebagai berikut: Tabel 10. Analisa Regresi untuk Beton Ringan Non Pasir Pada Usia Beton 28 Hari
Analisa regresi Linier Polynomial Exponensial Persamaan Y = -0,3115 x + 11,224 Y =- 0,0053 x2-0,1843 x + 10,787 Y = 12,703e-0,0534x Koefisien Determinan 0,8762 0,8891 0,7722

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

74

Rekapitulasi kuat tekan hasil regresi polinomila dalam bentuk grafik (usia 28 hari)
Grafik Regresi Polynomial Kuat Tekan ratarata Beton Ringan Non Pasir (28 hari) 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 5

y = -0.0053x 2 - 0.1843x + 10.787 R2 = 0.8891

Kuat Tekan (Mpa)

10

15

20

25

30

Variasi ASP (%)

Gambar 7. Grafik Regresi Polynomial Kuat Tekan Rata-rata usia 28 hari g.3. Rekapitilasi Kuat Tekan Hasil Regresi Polynomial (usia beton 28 hari) Tabel 11. Rekapitulasi Perhitungan Kuat Tekan hasil Regresi Polynomial (28 hari)
No. 1 2 3 4 5 Kuat tekan rata-rata ASP 0% 54 64 42 49 57 53,2 10,58 10,78 -0,2 Kuat tekan beton umur 28 hari (KN) dengan variasi tambahan ASP ASP ASP ASP ASP ASP 5% 10 % 15 % 20 % 25% 57 45 25 35 10 56 38 30 30 15 60 40 30 35 13 45 40 30 40 10 45 40 25 35 10 52,6 40,6 28 35 11,6 10,46 9,73 0,72 8,08 8,41 -0,33 5,57 6,83 -1,26 6,69 4,98 1,98 4,30 4,86 -0,56

Kuat Tekan rata-rata hasil uji (Mpa) Kuat Tekan rata-rata hasil analisis Residu

Berdasarkan analisis regresi variasi penambahan ASP sampai dengan 25 % dari berat semen diperoleh persamaan prediksi polynomial : Y = -0,0053x2 0,1843 x + 10,787, dengan koefisien determinasi sebesar 0,8891 pada usia beton 28 hari. D. SIMPULAN Peneliti dapat mengambil beberapa simpulan sebagai berikut:

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

75

1.

2.

3.

4.

Penambahan ASP kedalam adukan beton ringan non pasir dapat mengurangi berat jenis beton hingga 15,7 % dari berat beton tanpa penambahan ASP pada penambahan 25 % (usia beton 7 hari). Penambahan ASP kedalam adukan beton ringan non pasir dapat mengurangi berat jenis beton hingga 19,4 % dari berat beton tanpa penambahan ASP pada penambahan ASP 25% (usia beton 28 hari). Dari pengujian kuat tekan yang dihasilkan dengan penambahan ASP (tanpa perlakuan larutan asam) sampai 10% dari berat semen diperoleh kuat tekan beton ringan rata-rata sebesar 6,73 Mpa pada usia 7 hari dan 8,08 Mpa pada usia 28 hari. Ini berarti beton ringan non pasir (agregat kerikil krisik) dengan penambahan ASP 10 % dari berat semen masih dapat dipergunakan sebagai beton struktur (> 7 Mpa) Penambahan sejumlah ASP (tanpa perlakuan larutan asam klorida) dari berat semen dalam adukan beton ringan non pasir menurunkan kuat tekan beton. Penurunan yang terjadi pada beton ringan non pasir sampai penambahan 25 % ASP usia beton 7 hari sebesar 59,55% dan pada usia 28 hari sebear 78,26%. 5. Dari pengujian kuat tekan yang dihasilkan dengan penambahan ASP (tanpa perlakuan larutan asam) sampai 25% dari berat semen diperoleh kuat tekan beton ringan non pasir rata-rata sebesar 3,66 Mpa pada usia 7 hari dan 4,30 Mpa pada usia 28 hari. Maka beton ringan non pasir dengan penambahan ASP sampai 25% dapat digunakan sebagai beton non struktur, misalnya dinding penyekat atau dinding isolasi, karena nilai kuat tekan beton ringan non pasir yang disyaratkan antara 0,35 Mpa sampai dengan 7 Mpa.

DAFTAR PUSTAKA Anton Rois, 2007. Pengaruh Penambahan Abu Sekam Padi ( ASP) Terhadap Kuat Tekan Beton Ringan Non Pasir. Skripsi Jurusan Teknik sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Houston, D.F. 1972. Rice Hulls, p. 301-52. In: Rice Chemistry and Technology, American Associations, of Cereal Chemists, inc., St Paul, MN. Kardiyono, 1994. Pengaruh Jenis Agregat pada Beratt Jenis dan Kuat Tekan Beton non Pasir. Media Teknik, Majalah Catur Wulan Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, No.2 Tahun XVI Agustus 1994, Yogyakarta. Priyosulistyo, HRC. Sudarmoko, Bambang Supriyadi, Bambang Suhendro, dan P. Sumardi. 1999. Pemanfaatan Limbah Abu Sekam Padi untuk Meningkatkan Mutu Beton, Laporan Penelitian Hibah Bersaing VI/2 Perguruan Tinggi. Sahureka, T.B.J.M., 1997. Pengaruh Penambahan Abu Sekam Padi pada Kuat Tekan dan Ketahanan Asam Beton. Tesis, Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil , UGM, Yogyakarta.

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

76

Ristiana D.P., 2006. Studi Sifat Fisis Abu Sekam Padi Hasil Perlakuan Dengan asam Klorida Sebagai Bahan Pozzolan. Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ristiana D.P.,2008. Pemanfaatan Abu Sekam Padi sebagai Pengganti Sebagian Jumlah Semen Pada Beton Ringan Non Pasir Untuk Pembuatan Bata Beton. Penelitian Unggulan Non Tematik: Universitas muhammadiyah Purwokerto. Ristiana D.P., 2009. Pengembangan Teknologi Pembuatan Bata Beton Ringan Non Pasir dengan Memanfaatkan Limbah abu Sekam Padi dan Kerikil Krisik Digunakan sebagai Pasangan Dinding Peredam Bunyi dan Isolasi Suhu, Hasil Penelitian Hibah Bersaing II. Tjokrodimuljo, K., 1996. Teknologi Beton. Buku Ajar. Yogyakarta: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UGM. Zhang, M.H & Malhotra, M.V., 1996. High Performance Concrete Incoporpating Rice Hull ash as a Supplementary Cementing Material, ACI Material Journal, November-December, American Concrete Intitute.

PENGARUH VARIASI PERSENTASE PENAMBAHAN..........................(Ristiana Dyah Purwandari)

Anda mungkin juga menyukai