Anda di halaman 1dari 4

Beberapa praktek etika bisnis dalam dunia keuangan diantaranya : 1. Insider trading.

Insider trading adalah contoh mengenai cara berbisnis yang tidak fair. Dengan insider trading dimaksudkan menjual atau membeli saham berdasarkan informasi dari dalam yang tidak tersedia bagi umum. Pada tahun 1980an di Amerika Serikat terjadi beberapa kasus yang menghebohkan. Dalam satu kasus umpamanya , ada orang yang membeli 150.000 saham dari suatu perusahaan, setelah ia mendengar in formasi bahwa mereka akan mengadakan merger dengan perusahaan lain. Publik belum tahu tentang rencana itu. Setelah renceana merger diumumkan ia dapat menjual sahamnya dan untung 2,7 juta dollar. Mengapa insider trading dikatakan tidak fair ? Karena tidak disetujui oleh pihak lain yang aktif di pasar saham. Bursa efek sebagai institusi justru mengandaikan semua orang yang bergiat di sini mempunyai pengetahuan yang sama tentang keadaan perusahaan yang mereka jual belikan saham nya. Orang yang bergerak atas dasar informasi dari sumber tidak umum (rahasia dan tersembunyi) tidak berlaku fair. 2. Etika Investasi. Dalam dunia usaha, investasi merupakan unsur penting yang tidak bisa dipisahkan, karena investasi tersebut adalah salah satu unsur penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara tersebut. Dimana konsep pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh SDA(sumber daya alam) dan SDM( sumber daya manusia). Kedua unsur tersebut tidak terlepas dari adanya investasi yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu Negara dan meningkatkan produktifitas sumber daya manusianya. Bagian penting investasi juga dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat suatu Negara, karena dana suatu usaha yang dimiliki oleh seseorang tidak boleh mengendap dan harus berputar. Jadi setiap orang yang memiliki kelebihan dana harus diinvestasikan agar produktif, sehingga dapat memberikan keseimbangan ekonomi di masyarakat dan kesejahteraan masyarakat dapat merata dalam suatu negara. Etika dalam praktik investasi didasarkan pada nilai-nilai dasar yang mendorong proses investment. Investasi bukan hanya sarana untuk memaksimalkan keuntungan saja, tetapi dapat juga sebagai alat untuk melayani masyarakat dalam hal mencari pekerjaan
1

yang menghasilkan keuntungan, melindungi lingkungan, mempromosikan hak asasi dan demokratisasi. Investasi yang etis memerlukan transparansi, tanggung jawab sosial yang sesungguhnya, dan dalam proses mencari yang adil kembali pada investasi tersebut. Etika dalam praktik investasi bukan hanya tentang keuangan saja, tetapi melibatkan investasi dalam waktu, sumber daya, ide dan proses yang lebih besar untuk umum baik dari manusia dan lingkungan. Selain itu, investasi juga dapat menambah penghasilan seseorang juga membawa resiko keuangan bilamana investasi tersebut gagal. Kegagalan investasi disebabkan oleh banyak hal seperti faktor keamanan (baik dari bencana alam atau yang diakibatkan oleh manusia), ketertiban hukum dan lain-lain. 3. Takeovers, Merger, and Leverage Buyouts (LBOs) Akuisisi dapat dilakukan secara bersahabat ataupun dengan cara hostile takeover . Umumnya penolakan akuisisi berasal dari pihak manajemen perusahaan yang akan diakuisisi. Hal ini dapat dimengerti, karena merekalah yang kemungkinan besar akan kehilangan posisi mereka. Untuk mengatasi kemungkinan ini, mereka mungkin menggunakan berbagai taktik mempertahankan diri seperti golden parachute, white knight, dan poisson pill. Dalam peristiwa akuisisi, pihak yang seringkali tidak setuju adalah manajemen dari perusahaan yang akan dibeli ( acquired company ). Hal ini disebabkan karena adanya ketakutan dari pihak manajemen perusahaan yang akan dibeli akan terancam posisi apakah digeser, diganti atau mungkin dihilangkan posisi jabatan yang ada sebelumnya. Apabila merger dapat dilakukan secara bersahabat ( friendly merger ), maka manajemen kedua perusahaan akan melakukan perundingan yang berkaitan dengan harga yang wajar, pembayaran akuisisi dan lain sebagainya yang akan diusulkan kepada pemilik perusahaan. Akan tetapi apabila manajemen perusahaan yang akan diakuisisi tidak setuju dengan usulan-usulan yang diajukan oleh perusahaan yang akan mengakuisisi, maka proses akuisisi ini akan dilakukan dengan cara hostile takeover. Hostile takeover berarti cara akuisisi yang dilakukan dengan tidak mengajak berunding perusahaan yang akan diakuisisi ( acquired company ), perusahaan yang akan mengakuisisi mungkin akan memberikan tawaran yang cukup menarik agar acquired

company mau menjual perusahaannya, misalnya dengan menawarkan harga saham yang lebih tinggi dari harga pasar. Dalam hal ini, pihak manajemen perusahaan yang akan diakuisisi, kemungkinan akan melakukan berbagai macam taktik untuk mempertahankan diri ( defense tactics ) yang intinya bertujuan agar supaya akuisisi yang akan dilakukan tidak terjadi. Dengan demikian posisi yang mereka duduki selama ini di dalam manajemen perusahaan tidak akan terancam. Beberapa taktik yang kemungkinan dilakukan antara lain adalah Golden Parachute, yaitu taktik yang dinyatakan dalam kontrak kerja, yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan akan memperoleh kompensasi yang sangat besar apabila mereka kehilangan jabatan karena perusahaan dimana mereka bekerja telah diakuisisi oleh perusahaan lain. Etika Investasi.

Pasar Modal seringkali dilihat sebagai wahana investasi yang bersifat hit and run, dimana investor mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dalam waktu sesingkatsingkatnya, atau zero sum game, dimana keuntungan seorang investor identik dengan kerugian yang diderita oleh investor lain. Pendapat ini, walaupun memang didasarkan atas praktek yang sering terjadi di pasar modal, tentunya tidak menggambarkan wajah pasar modal secara keseluruhan. Ibarat sebuah pisau yangdapat digunakan untuk menyakiti namun juga dapat digunakan untuk mengobati orang, investasi di pasar modal dapat dimanfaatkan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan orang lain, namun juga dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi perusahaanagar menjalankan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip sosial yang bertanggung jawab. Contohnya adalah dengan memanfaatkan hak suara pemegang saham untuk membuat perusahaan mengikuti prinsip good corporate governance, lingkungan hidup, dan hak asasi manusia. Pendekatan investasi yang disebut terakhir ini, atau dikenal dengan istilah Socially Responsible Investment (SRI), pada akhirnya bukan saja menyehatkan perekonomian secara keseluruhan, namun juga menjaga keberlangsungan sumber-sumber daya alam. Secara umum SRI didefinisikan sebagai filosofi investasi yang memasukkan pertimbangan-pertimbangan etika dan moral disamping pertimbangan finansial. Adapun pertimbangan-pertimbangan etika dan moral tersebut mencakup masalah-masalah lingkungan hidup, hak asasi manusia, dan corporate governance. Dalam buku Socially

Responsible Investment: A GlobalRevolution ini, Russel Sparkes, pengarangnya, menyajikan ulasan mengenai SRI secara keseluruhan. Berbagai aspek seperti pengertian dan sejarah SRI, pendekatan-pendekatan SRI yang sering digunakan, profil pemodal SRI, isu-isu yang menjadi perhatian pemodal SRI, indeks-indeks saham-saham SRI.

Anda mungkin juga menyukai