Anda di halaman 1dari 3

Bukti fisik : Pecahan vas bunga Topik kasus : pembunuhan tidak berencana Kelompok : 8 Pada suatu pagi seorang

pria melaporkan kepada polisi bahwa teman wanita yang akan dikunjunginya ditemukan tak bernyawa dikamar kosnya. Setelah mendengar laporan tersebut, polisi dan tim penyidik langsung mendatangi lokasi. Saat ditemukan wanita tersebut dalam kondisi sudah tak bernyawa dalam posisi tertelungkup.. Dari kondisi korban diketahui bahwa korban meninggal karena luka tusuk di bagian dada korban. Dan diduga telah terjadi tindak pidana pembunuhan. Selanjutnya dilakukan olah TKP untuk mengumpulkan barang bukti. Dari hasil olah TKP ditemukan beberapa barang yang akan dijadikan barang bukti fisik dan salah satunya yaitu pecahan vas bunga. Pecahan vas bunga tersebut dijadikan barang bukti karena dari pecahan vas bunga tersebut ditemukan bercak darah yang diduga berhubungan dengan kasus. Identifikasi darah dapat dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah identifikasi apakah bercak yang ditemukan merupakan darah atau noda lain seperti tinta, cat, atau saus, tahap kedua adalah identifikasi apakah darah tersebut berasal dari manusia atau hewan lain, dan tahap akhir adalah penentuan golongan darah. Tahap identifikasi pertama dibagi menjadi 2 bagian yaitu presumptive test yang dapat dilakukan dengan mudah dan confirmatory test yang dilakukan lebih lanjut di laboratorium forensik. Tahap presumptive test dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain sebagai berikut. Uji Adlers dengan menggunakan benzidine (p-diaminodiphenyl). Uji ini berdasarkan fakta bahwa hemoglobin dapat berperilaku seperti enzim peroksidase yang mempercepat oksidasi substrat tertentu seperti phenol atau amina aromatik. Ketika benzidine dan hidrogen peroksida ditambahkan pada darah, suatu reaksi redoks terjadi yang mengkonversi benzidin menjadi produk dengan warna hijau kebiruan. Uji Kastle-Meyer menggunakan campuran kalium hidroksida, phenolpthelein, dan debu Zinc. Ketika hidrogen peroksida dan reagen ini ditambahkan pada darah, hemoglobin dalam darah akan mengkonversi phenolpthelein menjadi bentuk warna pink. Cara lain dengan menggunakan Hemastrix, suatu produk dari Bayer Corporation. Hemastrix merupakan potongan selulosa yang mengandung o-toluidine (2methylaniline) dan hidrogen peroksida. Metode ini dilakukan dengan mencelupkan lembaran kedalam sampel. Jika sampel mengandung darah, hemoglobin akan mengkatalisis konversi o-toluidine menjadi produk kehijauan. Konsentrasi darah juga dapat diukur dari intensitas warna yang dihasilkan.

Uji luminol menggunakan prinsip yang berbeda. Luminol adalah 5-amino-2,3dihydro-1,4-phthalazinedione. Ketika digunakan bersama hidrogen peroksida dengan keberadaan darah, salah satu cincin pada molekul luminol akan terbuka, melepaskan gas nitrogen dan menghasilkan senyawa yang dikenal sebagai 3-aminophthlate dalam keadaan tereksitasi. Sejenak kemudian, 3-APA* melepaskan photon dan menghasilkan cahaya violet kebiruan (berpendar). Tes dilakukan pada ruangan gelap agar cahaya yang dihasilkan dapat dilihat dengan jelas. Tes ini sangat sensitif karena dapat mendeteksi bercak darah yang diencerkan hingga 10 juta kali dan berumur beberapa tahun.

Bila presumptive test ini memberikan hasil negatif, 2 uji konfirmasi dapat dilakukan yaitu uji Takayama dan uji Teichmann. Penambahan reagen pada darah di kedua uji ini menghasilkan kristal tertentu. Uji Teichmann menggunakan campuran asam asetat glasial dan NaCl. Reagen menyebabkan molekul hemoglobin membelah menghasilkan kristal kecoklatan dari hemin murni yang memiliki warna violet. Pada uji Takayama, pyridine ditambahkan ke darah yang menyebabkan reduksi hemoglobin menjadi suatu kompleks pyridine-hemoglobin dengan warna pink-salmon. Pada kedua uji, warna yang mencolok dapat dilihat melalui mikroskop optik. Bila bercak darah telah dikonfirmasi, uji selanjutnya adalah menentukan apakah darah tersebut berasal dari manusia atau hewan lain yang disebut uji presipitin atau uji Ouchtherlony. Uji ini menggunakan prinsip antigen-antibodi dengan cara menginjeksikan sampel darah manusia pada suatu hewan (umumnya kelinci). Dalam hal ini, tubuh kelinci akan menghasilkan antibodi untuk melawan darah manusia. Darah yang mengandung antibodi untuk melawan darah manusia ini kemudian diambil dan digunakan untuk uji terhadap sampel bercak darah yang diteliti. Sampel akan dicampur dengan darah kelinci tersebut. Bila terjadi reaksi penggumpalan, maka sampel tersebut mengandung darah manusia. Tahap terakhir, bila sampel telah diidentifikasi sebagai darah manusia adalah karakterisasi darah untuk menentukan tipe atau golongan darah menggunakan ABO, Rh, Mn, dan golongan darah lain. Karakterisasi sampel darah juga dapat dilakukan dengan lebih tepat dengan menganalisa protein polymorphic atau isoenzom yang merupakan protein-protein yang ditemukan pada darah dan ada dalam lebih dari satu bentuk. Beberapa protein dan enzim yang digunakan pada analisis bercak darah ini adalah Adenosine deaminase (ADA), Adenylate kinase (AK), Erythrocyte acid phosphatase (EAP), Esterase-D (EsD), Glucose-6phosphate dehydrogenase(G-6-PADA), Glyoxylase I (GLOI), Glutamic pyruvate transminase (GPT), Haptoglobin (Hp), Peptidase A (Pep A), Phosphoglucomutase (PGM), 6Phosphogluconate dehydrogenase (6-PGD), dan Transferrin (Tf). Apabila sampel darah telah kering, sel darah merah dari sampel ini telah rusak sehingga prosedur diatas tidak dapat digunakan. Metode alternatif yang dapat digunakan adalah uji absorption-inhibition dan uji absorption-elution. Kedua uji ini menggunakan kecenderungan antibodi untuk menempel dan menggumpal pada antigen. Ketika darah kering, antigen-antigen ini masih tertinggal dalam bercak darah meskipun sel darah merahnya

telah rusak. Kedua uji menggunakan serum antibodi untuk menentukan antigen yang terkandung dalam sampel. Kemudian ada tidak nya penggumpalan dalam sampel ini dilakukan dengan menentukan konsentrasi antibodi yang tersisa. Dari kedua uji, metode absorption-elution cenderung lebih sensitif, lebih mudah dilakukan, sehingga lebih populer. Uji ini digunakan dengan sukses pada sampel darah dengan diameter satu cm dan umur 10 tahun atau lebih. Dari hasil analis diatas didapatkan hasil bahwa pada pecahan vas bunga tersebut terdapat bercak darah yang bukan merupakan darah milik korban. Dan dari hasil analisis barang bukti fisik lainnya seperti jejak sepatu dilokasi kejadian, sidik jari pada handphone, dan rambut yang tertinggal dilokasi, dugaan sementara tersangka merupakan teman dekat korban. sedangkan barang bukti lain seperti air liur pada putung rokok dan cangkir adalah milik rekan korban yang sesaat sebelum kejadian sempat datang ke tempat korban. Dari analisis riwayat komunikasi menunjukan bahwa korban sempat mengirimkan pesan singkat ucapan terimakasih terhadap rekannya, hal ini menunjukan bahwa korban masih hidup setelah rekannya meninggalkan lokasi. Investigator : Nama : Ita Hidayatus S. Nim: 1008105025

Anda mungkin juga menyukai