Anda di halaman 1dari 2

Melihat Kesenjangan Dunia Pendidikan

http://retnodwisulistiyani.wordpress.com/2010/01/09/melihat-kesenjangan-duniapendidikan/Melihat Kesenjangan Dunia Pendidikan Oleh : Retno Dwi S. Masalah pendidikan kita yang sekarang akan terus beragam salah satunya adalah adanya kesejangan di dunia pendidikan sekarang. Ada dua masalah yang sangat subtansial di dalam dunia pendidikan kita yang menyangkut dua dimensi secara langsung yaitu Masalah yang terakhir ini menjadi lebih kompleks karena menyangkut dua dimensi, yakni dimensi kuantitatif, dan dimensi kualitatif. Kesenjangan kuantitatif berarti bahwa jumlah warga terdidik belum proporsional mewakili strata sosial-ekonomi dari semua golongan masyarakat.Adapun kesenjangan kualitatif berarti kualitas pendidikan di daerah terpencil dan pedesaan jauh berbeda dengan kualitas pendidikan di wilayah perkotaan. (Abdurrahman Masud, PhD, Prof. 2003). Persoalan diatas menunjukkan bahwa dalam dunia pendidikan kita, tidak ada kemerataan pendidikan utuk setiap orang. Hal ini semakin terlihat biaya antara PT baik negeri maupun swasta sama-sama mahal di rasa oleh masyarakat sekarang ini. Pada tahun 1994, diteruskan dengan dicanangkannya wajib belajar sembilan tahun, kenaikan anggaran pendidikan yang semakin meningkat walaupun pemerintah belum bersedia menaikkan anggaran 20 persen untuk pendidikan serta berbagai kebijakan pendidikan lainnya. Akan tetapi walau demikian, masih ada persoalan besar dalam masalah pendidikan yaitu kesenjangan pendidikan. Sampai tahun 2010 sekarang anggaran 20 persen telah terwujud. Tetapi sekarang permasalahan semakin rumit, istilahnya permasalahan ekonomi menjadi permasalahan pendidikan juaga dan tidak bisa dipisahkan, bagaimana tidak, karena sekolah sama dengan uang bagi masyarakat yang dikalangan bawah Prioritas pendidikan masih rendah dibandingkan dengan sandang, pangan dan papan. Walaupun telas ada bantuan BOS, itu tidak berarti kalau pendidikan itu gratis total, masih ada biaya lain yang masih dianggap mahal bagi masyarakat tingkat bawah. Realitas ini menunjukkan bahwa proporsi dari penghasilan yang dikeluarkan untuk membeli makanan akan berkurang dengan naiknya pendapatan. Pada umumnya, pada masyarakat berpenghasilan rendah, proporsi yang besar dari pendapatannya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Sebaliknya, pada masyarakat kaya, pengeluaran cukup besar justru digunakan untuk pakaian, perumahan, rekreasi, dan jasa-jasa lain (termasuk pendidikan). Penyebab rendahnya tingkat pendapatan masyarakat adalah rendahnya tingkat pendidikan mereka. Padahal berbagai teori menunjukkan bahwa pendidikan sesungguhnya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia diakui atau tidak menjadi pemicu kemajuan di segala sektor. Maka adalah menjadi suatu keharusan bagi pemerintah dan para pemegang kebijakan di negeri ini untuk mempersempit adanya jurang perbedaan dalam pendidikan bagi masyarakat. Prinsip pendidikan untuk semua (education for all) bagi masyarakat di negeri ini kiranya menjadi realitas yang harus diwujudkan bersama. Bukan hanya sekadar slogan. Dengan demikian pendidikan nasional dituntut untuk bisa

dirasakan manfaatnya ke seluruh komunitas bangsa, semua lapisan masyarakat, baik yang di kolong jembatan, di pedesaan maupun di perkotaan, baik secara geografis maupun secara strata sosial.

Anda mungkin juga menyukai